Anda di halaman 1dari 11

Makalah Pembelajaran Untuk Anak

Tunanetra
Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu: Anis Rofi Hidayah, M.Pd.I

Disusun oleh:

Kholid maghfuri (2003805091006)


Fitatun Hasanah (2003805091003)
Alni Nurafia (2003805091036)

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
JL.Kiyai Mojo no.101 Kec. Kaliwates kab Jember
Tahun Pelajaran 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yangtelah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baikiman maupun islam
. Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan
dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca
dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin.

Jember, 03 Oktober 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Cover ......................................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan..................................................................................1

1.1 latar belakang....................................................................................1

1.2 rumusan masalah...............................................................................1

1.3 tujuan.................................................................................................1

Bab II Pembahasan..................................................................................2

2.1 Pengertian tunanetra..........................................................................2

2.2 jenis-jenis tunanetra...........................................................................3

2.3 pembelajaran untuk tunanetra...........................................................4

2.4 layanan pendidikan yang sesuai untuk anak


dengan hambatan penglihatan.................................................................5

Bab III PENUTUP..................................................................................7

Kesimpulan..............................................................................................7

Saran........................................................................................................7

Daftar pustaka.........................................................................................8

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Banyak kasus yang terjadi berkenaan dengan keberadaan anak berkebutuhan khusus di
sekolah-sekolah umum yang perlu mendapatkan perhatian dan layanan pendidikan yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Masing-masing anak memiliki karakteristik dan
keunikan tersendiri, khususnya mengenai kebutuhan dan kemampuannya dalam belajar di
sekolah.
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri
dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya. Keadaan inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan
pendidikan yang dibutuhkan. Keragaman yang terjadi, memang terkadang menyulitkan guru
dalam upaya pemberian layanan pendidikan yang sesuai.
Anak-anak tersebut, tentu saja tidak dapat dengan serta merta dilayani kebutuhan
belajarnya sebagaimana anak-anak normal pada umumnya. Guru di sekolah haruslah dapat
memberikan layanan pendidikan pada setiap anak berkebutuhan khusus, hanya sayangnya
masih banyak guru-guru di sekolah dasar yang belum memahami tentang anak berkebutuhan
khusus. Hal demikian tentu saja mereka juga tidak akan dapat memberikan layanan
pendidikan yang optimal.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan tunanetra?
2. Apa saja jenis-jenis tunanetra?
3. Bagaimana pembelajaran untuk tunanetra?
4. Bagaimana layanan pendidikan yang sesuai untuk anak dengan hambatan
penglihatan?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


2 Mengetahui pengertian dari tunanetra
3 Mengetahui jenis-jenis tunanetra
4 Mengetahui pembelajaran untuk tunanetra
5 Mengetahui layanan pendidikan yang sesuai untuk anak dengan hambatan penglihatan

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TUNANETRA
Secara etimologis, kata tuna berarti luka, rusak, kurang atau tiada
memiliki;  netra berarti mata atau penglihatan. Jadi  tunanetra  berarti kondisi luka atau
rusaknya mata, sehingga mengakibatkan kurang atau tidak memiliki kemampuan persepsi
penglihatan. Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa istilah tunanetra mengandung
arti rusaknya penglihatan . Rumusan ini pada dasarnya belum lengkap dan jelas karena belum
tergambarkan apakah keadaan mata yang tidak dapat melihat sama sekali atau mata rusak
tetapi masih dapat melihat, atau juga berpenglihatan sebelah. 
Dengan demikian pengertian anak tunanetra adalah individu yang Indra penglihatannya
(kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-
hari seperti orang pada umumnya. Sesorang dikatakan tunanetra memerlukan alat bantu
khusus dan media dalam kegitan pembelajarannya sehingga seorang tunanetra dapat belajar
dengan kondisi tanpa penglihatan ataupun dengan penglihatan yang terbatas.
Adapun penyebab terjadinya tunanetra adalah sebagai berikut:
1) Tunanetra dimasa kehamilan
Bisa terjadi akibat penyakit campak Jerman yang menyerang ibu hamil (terutama saat
kandungan berusia 1-3 bulan). Tunanetra juga bisa terjadi akibat penyakit Syphilis
yang terjadi pada ibu hamil. Biasanya bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan
besar akan terlahir dengan kondisi tunanetra. Tunanetra juga bisa terjadi akibat
kecelakaan, keracunan obat-obatan zat kimia, sinar laser, atau kebiasaan
mengkonsumsi alkohol ketika hamil. Hal ini bisa mengakibatkan kerusakan janin
khususnya pada bagian mata. Infeksi virus Rubella atau toxoplasmosis pada ibu hamil
juga bisa menyebabkan kecacatan pada bayi yang akan dilahirkan. Tunanetra juga
bisa disebabkan oleh malnutrisi berat di tahap embrional masuk minggu ke-3 sampai
ke-8.
2) Penyebab tunanetra di masa kelahiran.
Kerusakan mata atau syaraf mata pada bayi bisa terjadi akibat proses kelahiran yang
sulit, sehingga bayi harus keluar dengan bantuan alat vakum. Penyebab tunanetra juga
bisa terjadi ketika sang ibu menderita penyakit gonorrchoe sehingga kuman
gonococcus (GO) bisa menular pada bayi saat proses kelahiran.
Retrolenta Fibroplasia dimungkinkan menjadi salah satu penyebab tunanetra. Sebab,
bayi lahir sebelum waktunya dan mendapatkan konsentrasi oksigen yang tinggi
selama di dalam incubator.
3) Penyebab tunanetra di masa pertumbuhan.
Gangguan penglihatan juga bisa terjadi karena kekurangan vitamin A.
Diabetes militus juga bisa menyebabkan kelainan pada retina.
Darah tinggi ternyata juga bisa membuat pandangan rangkap atau kabur.
Serangan stroke memicu kerusakan pada syaraf mata.
Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona, retinoblastoma,
serta efek obat atau zat kimiawi juga bisa menjadi pemicu kerusakan pada indra
penglihatan.

5
2.2 JENIS-JENIS TUNANETRA
Secara garis besar tuna netra dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Low vision merupakan jenis tuna netra yang juga dikatakan sebagai penglihatan lemah,
jadi seseorang masih dapat melihat namun dalam jarak yang sangat dekat. Sehingga,
berbeda dengan orang lain. Low vision mungkin akan dapat membaca jika tulisan
diperbesar , tetapi dia juga akan terbantu apabila belajar braille atau menggunakan
rekaman audio. Hal tersebut dapat membantu anak low vision dalam belajar
2. Total Blind merupakan jenis tuna netra yang dikatakan sebagai buta total. tidak
memiliki penglihatan sama sekali, tidak bisa membedakan terang dan gelap sehingga
untuk belajarnya memerlukan indera-indera lainnya seperti pendengaran dan perabaan.
untuk membaca tunanetra menggunakan braille yang dibaca dengan cara melalui ujung-
ujung jari, ataupun mendengarkan rekaman audio melalui pendengaran.

Menurut Direktorat PK dan PLK Dikmen, ada 4 klasifikasi penyandang tuna netra
yaitu:

A. Berdasarkandayapenglihatan
a. Total blind (buta total). Tuna netra jenis ini dikatakan sebagai buta total atau sama sekali
tidak memiliki persepsi visual. Mereka mengandalkan persepsi cahaya dan tidak bisa
melihatnya secara nyata. Di dalam medis, Total Blind dikatakan hanya memiliki
ketajaman penglihatan/visus 1/8 seperti  jarak lambaian tangan sekitar 1 meter saja.
Dalam pembelajaran dan pendidikan bisa digunakan huruf Braille.
b. Partially sighted (tuna netra setengah berat). Tunanetra jenis ini memiliki kemampuan
untuk melihat, namun tidak seutuhnya atau sebagian saja. Untuk membantunya melihat
digunakan alat bantu seperti kaca pembesar atau ketika membaca menggunakan tulisan
yang hurufnya bercetak tebal.
c. Low vision (tunanetra ringan). Tunanetra jenis ini dikatakan sebagai tunanetra dengan
klasifikasi ringan dan biasanya masih dapat beraktivitas menggunakan fungsi
penglihatannya. Hanya saja, jarak pandang cahaya yang bisa ditempuh oleh penderita ini
hanya sekitar 60 meter sedangkan untuk melihat lambaian tangan mereka mampu
menempuh jarak sampai 6 meter. Kelemahan akan tampak saat mereka mempersepsi
benda-benda yang ada di sekitarnya tentang ukuran, bentuk, dan warna sehingga
mempengaruhi proses pembelajaran dan media yang digunakan.

B. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan


a. Terjadi semenjak di dalam kandungan. Tunanetra jenis ini terjadi saat bayi masih ada di
dalam kandungan. Penyebabnya misalnya karena penyakit yang diderita oleh ibu
kurangnya nutrisi, dan kurangnya penjagaan terhadap kondisi sewaktu hamil. Hal ini
menyebabkan anak sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. Terjadi saat
masih anak-anak .Tunanetra jenis ini dialami oleh seorang individu saat masih anak-
anak. Mereka telah sempat melihat dunia dan seisinya, tetapi belum melekat benar dalam
memori sehingga sedikit sekali pengalaman yang didapatkannya sehubungan dengan
penglihatan.

6
b. Terjadi saat usia sekolah atau remaja. Tunanetra jenis ini justru banyak mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang karena sebelumnya ia telah memiliki pengalaman
dan kesan terhadap berbagai jenis banda yang dilihatnya.
Terjadi saat dewasa. Meskipun telah banyak kesan visual yang berhasil melekat dalam
ingatan, penyandang tunanetra di usia dewasa lebih siap secara mental. Perkembangan
kepribadian tidak banyak berpengaruh selain adanya rasa minder dan tidak nyaman.
c. Terjadi saat lanjut usia. Factor usia membuat penyandang tunanetra manula menjadi
lebih sulit beradaptasi dan belajar menolong diri sendiri apalagi ditambah dengan
beberapa penyakit yang sering dialami oleh para manula tersebut.

C. Berdasarkan pemeriksaan klinis


Ketajaman penglihatan kurang dari 20/200.Untuk ketajamam penglihatan kurang dari
20/200 sudah termasuk permanen dan sulit diperbaiki fungsi penglihatannya.
Ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200.Untuk ketegori ini penyandang
tunatetra biasanya masih bisa diperbaiki fungsi penglihatannya.

D. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata


a. Hyperopia adalah gangguan penglihatan ketika sesorang sulit melihat dari jarak dekat.
Gangguan ini terjadi karena bayangan pada mata tidak fokus jatuh  dibelakang retina.
Untuk membantu penyandang hyperopia perlu menggunakan kacamata berlensa positif
agar dapat melihat dari jarak dekat. Gangguan ini terjadi saat seseorang telah berusia
diatas 40 tahun.
b. Myopia adalah gangguan penglihatan ketika seseorang sulit melihat dari jarak jauh.
Pada gangguan myopia seseorang memiliki bayangan yang jatuh didepan retina.
Penyandang myopia dapat dibantu dengan kacamata atau lensa kontak berjenis negative
untuk melihat jarak jauh.
c. Astigmatisme adalah gangguan penglihatan ketika penglihatan menjadi kabur akibat
adanya sesuatu yang tidak beres pada bola matanya. Kacamata yang digunakan yaitu
lensa silindris.

2.3 PEMBELAJARAN UNTUK TUNANETRA


Pembelajaran untuk anak tunanetra iyalah menggunakan metode-metode pendidikan
yang hampir sama dengan anak normal pada umummnya, hanya saja yang membedakan
adalah adanya beberapa modifikasi dalam tata cara pelaksanaannya, sehingga para
penyandang tunanetra dapat mengikuti kegiatan pembelajaran yang dapat mereka ikuti
dengan memanfaatkan indera pengdengaran maupun perabaan yang mereka miliki
diantaranya sebagai berikut:
1. Metode ceramah. Metode pendidikan dengan ceramah bagi anak tunanetra hanya berupa
sebuah penyampaian materi dengan beberapa penjelasan secara lisan. Metode pendidikan
ini sangat tepat diterapkan bagi mereka anak tunanetra yang tidak bisa melihat sebab
penyandang tunanetra sangat menonjolkan indra pendengaran mereka. Oleh sebab itu
metode ceramah sangat cocok digunakan oleh guru yang mengharuskan siswanya
menyimak.
2. Metode tanya jawab merupakan metode lanjutan untuk proses pendidikan dengan metode
ceramah. Metode tanya jawab ini bertujuan manakala guru ingin membuat siswa mereka
turut aktif di dalam kelas metode seperti ini juga dapat diterapkan bagi anak tunanetra

7
karena metode seperti ini adalah tambahan dari metode ceramah yang membutuhkan
indra pendengaran.
3. Metode diskusi bisa diterapkan bagi anak tunanetra karena dengan cara ini mereka bisa
ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi tersebut. Dalam metode diskusi kemampuan
anak tunanetra dalam hal daya pikir guna memecahkan suatu persoalan lebih diutamakan
metode diskusi ini juga bisa diikuti tanpa menggunakan indra penglihatan
4. Metode sorogan. Metode sorogan dapat diterapkan bagi anak tunanetra karena adanya
bimbingan langsung dari guru kepada siswa atau anak didik mereka, selain itu para guru
juga dapat mengetahui dengan langsung sejauh mana kemampuan siswanya dalam
memahami suatu materi pembelajaran.
5. Metode Bandongan metode seperti ini bisa diterapkan kepada siswa tunanetra inti
dimana guru memberikan suatu penjelasan kepada anak didik mereka yaitu anak
tunanetra tidak secara perorangan. Metode Bandongan ini merupakan kebalikan dari
metode sorogan penyandang tunanetra bisa mengikuti metode ini karena metode ini bisa
diikuti tanpa menggunakan indra penglihatan
6. Metode drill. metode ini bisa diterapkan untuk anak tunanetra jika materi yang
disampaikan oleh guru dan media yang digunakan mampu mendukung anak tunanetra
dalam memahami materi pembelajaran metode drill ini juga bisa disebut dengan metode
praktek atau latihan secara langsung.

2.4 LAYANAN PENDIDIKAN YANG SESUAI UNTUK ANAK DENGAN


HAMBATAN PENGLIHATAN
Layanan pendidikan bagi anak tunanetra pada dasarnya sama dengan layanan
pendidikan bagi anak awas hanya dalam teknik penyampaiannya disesuaikan dengan
kemampuan dan ketidak mampuan atau karakteristik anak tunanetra.
1. Jenis Layanan Ditinjau dari segi jenisnya, layanan pendidikan bagi anak tunanetra
meliputi layanan umum dan layanan khusus.
a. Layanan umum
Latihan yang diberikan terhadap anak tunanetra, umumnya meliputi Keterampilan, Kesenian,
dan Olahraga.
b. Layanan khusus/layanan rehabilitasi
Layanan khusus /rehabilitasi yang diberikan terhadap anak tunanetra, antaralain sebagai
berikut:
1)latihan membaca dan menulis braille
2)latihan penggunaan tongkat
3)latihan orientasi dan mobilitas
4)latihan visual/fungsional penglihatan.

2. Tempat /Sistem Layanan.


a. Tempat khusus/sistem segregasi
Tempat pendidikan melalui sistem segregasi bagi anak tunanetra adalah berikut ini:
1) Sekolah khusus
Sekolah khusus yang konvensional adalah Sekolah Luar Biasa untukanak tunanetra (SLB
bagian A). Sekolah ini memiliki kurikulum tersendiri yang dikhususkan bagi anak tunanetra.

2) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)


SDLB yang dimaksud dalam kurikulum tersebut, diperuntukkan bagi satu jenis kelainan,
yaitu anak tunanetra saja, sedangkan dalam konsep SDLB ini merupakan suatu sekolah pada

8
tingkat dasar yang menampung berbagai jenis kelainan, seperti tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa.
3) Kelas jauh/kelas kunjung
kelas jauh/kelas kunjung adalah kelas yang dibentuk untuk memberikanlayanan
pendidikan bagi anak luar biasa termasuk anak tunanetra yang bertempat tinggal jauh dari
SLB/SDLB.
b. Sekolah biasa/sistem integrasi
Penyelenggaraan sistem pendidikan terpadu memerlukan seorang ahli ke-PLB-an yang
disebut Guru Pembimbing Khusus (GPK),dan ruang bimbingan khusus untuk memberikan
layanan khusus bagi anak tunanetra.
Melalui sistem integrasi/terpadu, anak tunanetra belajar bersama-samadengan anak normal
(awas) dengan memperoleh hak kewajiban yang sederajat. Sekolah dasar atau sekolah biasa
lainnya yang menerima anak tunanetra (anak luar biasa pada umumnya) sebagai siswanya,
disebut sekolah terpadu. Apabila disekolah tersebut tidak terdapat bagi anak luar biasa maka
secara otomatis sebutan sekolah terpadu tidak berlaku lagi (kembali disebut sekolah dasar
atau sekolah biasa lainnya). Bentuk keterpaduan dalam sistem pendidikan integrasi, sangat
bervariasi. bentuk-bentuk keterpaduan/integrasi meliputi:
1)Bentuk kelas biasa dengan guru konsultasi (regular classroom with consultantteacher)
2)Kelas biasa dengan guru kunjungan (itinerant teacher)
3)Kelas biasa dengan ruang sumber (resource room) atau ruang bimbingan khusus
4)Kelas khusus (special class).

3.Ciri Khas Layanan


Hal-hal yang khas dalam pendidikan anak tunanetra adalah berikut ini:
a.Penempatan anak tunanetra
Dalam menempatkan anak tunanetra, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1)Anak tunanetra ditempatkan didepan, agar dapat mendengarkan penjelasan guru dengan
jelas.
2)Memberikan kesempatan kepada anak tunanetra untuk memiliki tempat duduk yang
sesuai dengan kemampuan penglihatannya.
3)Anak tunanetra hendaknya ditempatkan berdekatan dengan anak yang relative cerdas,
agar terjadi proses saling membantu.
4)Tidak diperkenankan dua anak tunanetra duduk berdekatan.

b.Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki warna yang kontras.


Pada alat peraga bahan cetakan, antara tulisan dan warna dasar kertas harus kontras.
c.Ruang belajar bagi anak tunanetra terutama anak low vision cukup
mendapatkancahaya/penerangan.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tunanetra artinya rusaknya penglihatan. Tunanetra disebabkan oleh retrolenta
fibroplasia/ banyaknya bayi lahir prematur serta faktor internal (bawaan) dan eksternal yang
lain (penyakit). Pembendaharaan kosakata pada anak tunanetra diperoleh dari dalam dirinya
sendiri dan orang lain. Hambatan-hambatan dalam perkembangan motorik anak tunanetra
berhubungan erat dengan ketidak mampuannya dalam penglihatannya yang selanjutnya
berpengaruh terhadapa faktor psikis dan fisik anak pada tahap-tahap perkembangan anak
tunanetra selanjutnya. Masalah-masalah yang dihadapi anak tunanetra sangat beragam
termasuk dalamruang lingkup pendidikan, sosial, emosi, kesehatan, pengajaran mencakup
kesulitan dalam proses belajar anak, orientasi dan mobilitas serta kebiasaan diri, gangguan
emosi, penyesuaian diri, keterampilan dan pekerjaan, ketergantungan diri dan penggunaan
waktu senggang. Dampak yang diterima orang terdekat penderita tunanetra akan dilimpahkan
kembali kepada anak tunanetra, misalnya melalui reaksi-reaksi orang tua terhadap Tunanetra.

3.2 SARAN
Setelah mengetahui beberapa hal tentang ketunanetraan, kami memeberikan
saran,setelah mengetahui faktor-faktor penyebab ketunanetraan, sebaiknya keluarga,
masyarakat dan tenaga pengajar cepat tanggap dalam menanggulangi ketunanetraan
berdasarkan pada faktor penyebabnya. Masalah anak tunanetra berupa masalah pendidikan,
sosial, emosi, kesehatan, pengisian waktu luang, maupun pekerjaan. Semua masalah tersebut
dapat diantisipasi dengan memberikan layanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan, dan
kesempatan yang luas kepada anak tunanetra.

10
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, J. R. (2018). Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Basrowi & Suwardi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
CiptaAksara,2006. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Depok:
LPSP3,2011.
Irdamurni. (2018). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jawa Barat: Goresan Pena.
Hidayat Dkk, Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: UPI, 2006.
Muhammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: Bumi
Wardani, Dkk, Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: UT, 2011.

11

Anda mungkin juga menyukai