Anda di halaman 1dari 10

Makalah Gangguan Penglihatan/Tunanetra

Makalah Ini Dibuat untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu

Dr. H. Abidinsyah, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Az Zahra Riani 3062056216

Noorhanifah Kharismatunnisaa 3062056253

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

STKIP PGRI Banjarmasin

2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunianyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul Makalah
Gangguan Penglihatan/Tunanetra.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Inklusi,
Bapak Dr. H. Abidinsyah, M. Pd yang telah memberi materi ini untuk kami, semoga makalah ini dapat
membantu berjalannya proses perkuliahan.

Kami juga menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun
bahasa, untuk itu kami meminta kritik serta saran dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian agar
makalah ini menjadi sumber ilmu bagi kita semua.

Tanjung, 14 Oktober 2022

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang berhak mendapat pendidikan. Seperti hal nya yang diatur dalam UUD 1945
pasal 31 ayat 1 bahwa : “Tiap-tiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pengajaran“, artinya
tidak ada kata diskriminasi dalam proses pembelajaran, baik mereka anak normal maupun anak
berkebutuhan khusus termasuk penyandang tunanetra.
Menjadi seorang tunanetra bukan keinginannya, banyak faktor yang dapat menyebabkan itu.
Maka dari itu Pemerintah sudah selayaknya memberi perhatian penuh bagi pendidikan anak
berkebutuhan khusus, salah satunya penyandang tunanetra.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan tunanetra ?
2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya ketunanetraan ?
3. Bagaimanakah karakteristik anak dengan ketunanetraan ?
4. Bagaimana pembelajaran yang tepat untuk anak tunanetra ?
5. Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak tunanetra ?
6. Apa saja dampak dari ketunanetraan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan tunanetra
2. Menjelaskan penyebab terjadinya tunanetra
3. Menyebutkan karakteristik anak tunanetra
4. Menjelaskan pembelajaran yang tepat untuk anak tunanetra
5. Menjelaskan strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
6. Menyebutkan dampak ketunanetraan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tunanetra
Dari segi bahasa kata tunanetra terdiri dari
kata tuna dan netra. Dalam kamus lengkap Bahasa
Indonesia kata tuna berarti tidak memiliki, tidak punya,
luka atau rusak. Sedangkan kata netra berarti penglihatan.
Dengan demikian tunanetra berarti buta, tetapi buta belum
tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak dapat
melihat. Dalam literatur bahasa inggris istilah tunanetra
juga disebut dengan “Visual Impairment (Kerusakan
Penglihatan)” atau “Sight Loss (Kehilangan Penglihatan)”. Dari kutipan Dr. Asep Supena, M.Psi
mengatakan bahwa tunanetra (Visual Imprairment) adalah “mereka yang mengalami gangguan
hambatan penglihatan secara signifikan (berarti). Sehingga membutuhkan layanan pendidikan atau
pembelajaran yang khusus”. Contohnya penggunaan sistem baca tulis braille, alat pembesar bahan
bacaan dan bentuk modifikasi lainnya.

B. Penyebab Terjadinya Ketunanetraan


Penyebab terjadinya tunanetra pada dasarnya sangat beraneka ragam, bak itu dari pre-natal
(sebelum kelahiran) dan post-natal (setelah kelahiran).
a. Prenatal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah
keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:
1. Keturunan
2. Pertumbuhan anak dalam kandungan
b. Postnatal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi
lahir antara lain :
a) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau
benda keras.
b) Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe.
c) Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
 Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
 Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.
 Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi
keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.
 Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga
tekanan pada bola mata meningkat.
 Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis.

4
 Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari
retina secara berangsur memburuk.
 Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu
prematur.
d) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan
C. Karakteristik Anak dengan Ketunanetraan
Anak-anak tunanetra kehilangan masa belajar dalam hidupnya. Anak tunanetra yang memiliki
keterbatasan pengelihatan tidak mudah untuk bergerak dalam interaksi dengan lingkungannya,
kesulitan dalam menemukan mainan dan teman-temannya, serta mengalami kesulitan untuk meniru
orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang dikhawtirkan akan memberikan
dampak terhadap perkembangan, belajar, ketrampilan sosial, dan perilakunya.
1. Karakteristik Kognitif
Ketunanetraan secara langsung berpengaruh pada perkembangan dan belajar dalam hal yang
bervariasi. Adapun identifikasi keterbatasan yang mendasar pada anak tunanetra ada dalam tiga area,
antara lain :
 Tingkat dan keanekaragaman pengalaman
 Kemampuan untuk berpindah tempat
 Interaksi dengan lingkungan
2. Karakteristik Akademik
Dampak ketunanetraan tidak hanya pada terhadap perkembangan kognitif, tetapi juga berpengaruh
pada perkembangan keterampilan akademisnya, khususnya dalam bidang membaca dan menulis.
3. Karakteristik Sosial dan Emosional
Perilaku sosial secara tipikal dikembangkan melalui observasi kebiasaan dan kejadian sosial serta
menirunya. Perbaikan biasanya dilakukan melalui penggunaan yang berulang-ulang dan bila diperlukan
meminta masukan dari orang lain yang berkompeten . Karena tunanetra mempunyai keterbatasan dalam
belajar melalui pengamatan dan menirukan, siswa tunanetra sering mempunyai kesulitan dalam
melakukan perilaku sosial yang benar. Oleh sebab itu siswa tunanetra harus mendapatkan pembelajaran
yang langsung dan sistematis dalam bidang pengembangan persahabatan, menjaga kontak mata atau
orientasi wajah, penampilan postur tubuh yang baik mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah
dengan benar, mempergunakan tekanan dan alunan suara dengan baik, mengekspresikan perasaan,
menyampaikan pesan yang tepat pada waktu melakukan komunikasi serta menggunakan alat bantu
yang tepat.
4. Karakteristik Perilaku
Ketunanetraan itu sendiri tidak menimbulkan masalah atau penyimpangan perilaku pada diri anak,
meskipun demikian hal tersebut berpengaruh pada perilakunya sebagai berikut:
a. Rasa curiga terhadap orang lain f. Suka berfantasi
b. Perasaan mudah tersinggung g. Berpikir kritis
c. Verbalisme h. Pemberani
d. Perasaan rendah diri i. Ketergantungan yang berlebihan
e. Adatan atau perilaku stereotip

5
D. Pembelajaran bagi Anak dengan Ketunanetraan
Dalam mengajar anak dengan kelainan penglihatan ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian secara khusus yaitu :

 Pembelajaran dalam Kurikulum Inti yang Diperluas.


Para ahli mengemukakan, bahwa tunanetra mempunyai dua perangkat kebutuhan kurikulum: pertama
adalah kurikulum yang diperuntukan bagi siswa pada umumnya, seperti: bahasa, seni,
matematika, dan IPS; kedua adalah yang dapat memenuhi kebutuhan khususnya sebagai akibat dari
ketunanetraannya yaitu kurikulum inti yang diperluas, seperti: keterampilan kompensatoris,
keterampilan interaksi sosial, dan keterampilan pendidikan karir.

 Mempergunakan Prinsip-prinsip Metoda Khusus.


Lowenfeld mengemukakan tiga prinsip metoda khusus untuk membantu mengatasi keterbatasan
akibat ketunanetraan:
a. Membutuhkan Pengalaman Nyata.
Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari lingkungannya melalui
eksplorasi perabaan dengan benda-benda nyata. Apabila tidak tidak tersedia, bisa dipergunakan
model.
b. Membutuhkan Pengalaman Menyatukan
Menghubungkan antara mata pelajaran akademis dengan pengalaman kehidupan nyata, merupakan
suatu cara yang bagus untuk pengalaman menyatukan.
c. Membutuhkan Belajar sambil Bekerja.
Guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa tunanetra untuk mempelajari suatu keterampilan
dengan melakukan dan mempraktekan keterampilan tersebut.
Ada beberapa hal yang dapat diberikan kepada siswa sehubungan dengan adanya kekurangan
siswa dalam hal penglihatan (tunanetra). Kebutuhan-kebutuhan siswa tunanetra dalam menjalankan
pendidikannya, antara lain:
 Alat pendidikan
1. Tunanetra (blind)
a) Alat Pendidikan Khusus : mesin tik braille & printer braille
b) Alat Bantu
- Alat bantu perabaan (buku-buku, air panas/dingin, batu, dsb)
- Alat bantu pendengaran (kaset, CD, talkingbooks)
c) Alat Peraga (patung hewan, patung tubuh manusia , peta timbul)
2. Low vision
a) Alat Bantu Optik: kaca mata, kaca mata perbesaran, & kaca pembesar
b) Alat Bantu: Kertas bergaris besar, spidol hitam, lampu meja, & penyangga buku
c) Alat Peraga: gambar yang diperbesar, benda asli yang diawetkan, patung/ benda model tiruan

E. Strategi Pembelajaran bagi Anak Tunanetra

6
Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua
pemikiran, yaitu :
1. Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi).
2. Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi
kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain).
Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra pada hakekatnya adalah strategi
pembelajaran umum yang diterapkan dalam kerangka dua pemikiran di atas. Pertama-tama guru harus
menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada anak-anak awas, meliputi tujuan,
materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek lainnya. Langkah berikutnya adalah menganalisis
komponen-komponen mana saja yang perlu atau tidak perlu dirubah/dimodifikasi dan bagaimana serta
sejauh mana modifikasi itu dilakukan jika perlu. Pada tahap berikutnya, pemanfaatan indera yang
masih berfungsi secara optimal dan terpadu dalam praktek/proses pembelajaran memegang peran yag
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar.

F. Dampak Ketunanetraan
Kehilangan indera penglihatan berarti kehilangan saluran informasi visual. Sebagai akibatnya
menyandang kelainan penglihatan akan kekurangan atau kehilangan informasi yang bersifat visual.
Seseorang yang kehilangan atau mengalami kelainan penglihatan, sebagai kompensasi, harus berupaya
untuk meningkatkan indera lain yang masih berfungsi. Seberapa jauh dampak kehilangan atau kelainan
penglihatan terhadap kemampuan seseorang tergantung pada banyak faktor misalnya kapan (sebelum
atau sesudah lahir, masa balita atau sesudah lima tahun) terjadinya kelainan, berat ringannya kelainan,
jenis kelainan dan lain-lain.
1. Dampak terhadap Kognisi
Kognisi adalah persepsi individu tentang orang lain dan obyek-obyek yang diorganisasikannya secara
selektif. Respon individu terhadap orang dan obyek tergantung pada bagaimana orang dan obyek tersebut
tampak dalam dunia kognitifnya. Banyak di antara penyandang tunanetra yang tidak pernah mempunyai
pengalaman visual, sehingga konsepsi mereka tentang dunia ini mungkin berbeda dari konsepsi orang
normal pada umumnya.
2. Dampak terhadap Keterampilan Sosial
Orang tua memainkan peranan yang penting dalam perkembangan sosial anak. Perlakuan orang tua
terhadap anaknya yang tunanetra sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap ketunanetraan itu, dan emosi
merupakan satu komponen dari sikap di samping dua komponen lainnya yaitu kognisi dan
kecenderungan tindakan.
3. Dampak terhadap Bahasa
Sebagaimana halnya dengan semua anak, anak tunanetra belajar kata-kata yang didengarnya
meskipun kata-kata itu tidak terkait dengan pengalaman nyata dan tak ada makna baginya. Kalaupun
anak tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal itu bukan semata-mata akibat
langsung dari ketunanetraannya melainkan terkait dengan cara orang lain memperlakukannya.
Ketunanetraan tidak menghambat pemrosesan informasi ataupun pemahaman kaidah-kaidah bahasa.
4. Dampak terhadap Orientasi dan Mobilitas

7
Mungkin kemampuan yang paling terpengaruh oleh ketunanetraan untuk berhasil dalam penyesuaian
social individu tunanetra adalah kemampuan mobilitas yaitu keterampilan untuk bergerak secara leluasa
di dalam lingkungannya. Ketrampilan mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan orientasi, yaitu
kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek lainnya di dalam
lingkungan.

 Perkembangan Kognitif, Motorik Emosi, Sosial Tunanetra


1. Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra
Akibat dari ketunanertaan, maka pengenalan atau pengertian terhadap dunia luar anak, tidak dapat
diperoleh secara lengkap dan utuh. Akibatnya perkembangan kognitif anak tunanerta cendrung terhambat
dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan kognitf tidak
saja erat kaitannya dengan kecerdasan (IQ), tetapi juga dengan kemampuan indra penglihatannya.
2. Perkembangan Motorik Anak Tunanetra
Perkembangan motorik anak tunanetra cendrung lambat dibandingkan dengan anak awas pada
umumnya. Keterlambatan ini terjadi karna dalam perkembangan perilaku motorik diperlukan adanya
koordinasi fungsional antara neuromuscular system (system persyarafan dan otot) dan fungsi psikis
(kognitif, afektif, dan konatif), serta kesempatan yang diberikan oleh lingkungan.
3. Perkembangan Emosi Anak Tunanetra
Perkembangan emosi anak tunanetra akan sedikit mengalami hambatan dibandingkan dengan anak
yang awas. Keterhambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan anak tunanetra dalam
proses belajar.
4. Perkembangan Sosial Anak Tunanetra
Perkembangan sosial berarti dikuasainya seperangkat kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan
tuntutan masyarakat. Bagi anak tunanetra penguasaan seperangkat kemampuan bertingkah laku tersebut
tidaklah mudah. Anak tunanetra lebih banyak menghadapi masalah dalam perkembangan social. Hambatan-
hambatan tersebut adalah kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan social yang lebih luas
atau baru, perasaan rendah diri, malu, keterbatasan anak untuk dapat belajar social melalui proses
identifikasi dan imitasi, serta sikap-sikap masyarakat yang sering kali tidak menguntungkan : penolakan,
penghinaan dan sikap tak acuh.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Penyandang tunanetra berhak mendapat pendidikan. Pemerintah perlu memberikan fasilitas yang dapat
menunjang proses belajar bagi peserta didik penyandang tunanetra. TIdak hanya itu, pihak sekolah dan
masyarakat juga periu mengadakan sosialisasi kepada peserta didik yang tidak berkebutuhan khusus untuk
dapat menerima dan memahami keadaan penyandang tunanetra agar tercipta lingkungan yang ideal bagi
semuanya
B. Saran
Demikianlah pemaparan makalah yang kami buat tentang tugas dan fungsi kepala sekolah dalam
pengelolaan kurikulum. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran kami selalu harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT Refika Aditama
Humaira, Noer. Makalah Tunanetra. Diakses dari https://www.academia.edu/5269460/makalah_tuna_netra
Husadaindah. Wordpress. (2012). Pembelajaran Bagi Anak dengan Ketunanetraan. Diakses dari
http://husadaindah.wordpress.com/2012/03/15/pembelajaran-bagi-anak-dengan-ketunanetraan/
Kartadinata, Sunaryo. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Surabaya : Dikti
Sonnie, Flory Kresinda. (2013). Cara Mengatasi Anak Dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra) Agar
Berhasil dalam Pendidikan Inklusi. Diakses dari http://kresinda.blogspot.com/2013/09/cara-
mengatasi-anak-dengan-gangguan.html

10

Anda mungkin juga menyukai