Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 2

Sumber
Nama : Tria Nency
Kode MK
NIM : 856087671
& Nomor
Fakultas : FKIP
Modul
Program Studi : PGSD
Kode/Nama MK : PDGK 4407/Pengantar Pendidikan Anak PDGK
Berkebutuhan Khusus 4407 &
Penulis Soal : Lina Eka Retnaningsih, M. Pd. M3, M4,
Tahun Penulisan : 2020.2 dan M5
Jumlah Soal 7
Skor Maks 100
Jenis Tugas : Penguasaan Konsep

Capaian Pembelajaran:
1. Menjelaskan dampak keberbakatan bagi anak dan pendidikannya
2. Menjelaskan dampak ketunanetraan bagi anak dan pendidikannya
3. Menjelaskan dampak ketunarunguan dan gangguan komunikasi bagi anak dan
pendidikannya
Indikator
1. Menjelaskan dampak anak berbakat ditinjau dari beberapa aspek
2. Menjelaskan cara menentukan strategi bagi anak berbakat
3. Menjelaskan penyebab terjadinya tunanetra
4. Menjelaskan konsep penanganan dan pembelajaran pada tunanetra
5. Menjelaskan penyebab terjadinya tunarungu
6. Menjelaskan konsep penanganan dan pembelajaran pada tunarungu
7. Menjelaskan dampak tunarungu dan gangguan komunikasi

Uraian Tugas

1. Keberbakatan bukannya suatu kondisi yang tidak memunculkan masalah, tetapi


kadang-kadang menimbulkan masalah baik bagi anak itu sendiri, keluarga, dan
masyarakat. Jelaskan dampak anak berbakat ditinjau dari aspek akademik,
sosial/emosi, dan fisik/kesehatan!
Jawab :

Anak berbakat atau giftedness dapat memunculkan masalah baik bagi anak itu sendiri,
keluarga, dan masyarakat apabila tidak mendapakan dukungan dan layanan sesuai
dengan kebutuhannya. Berikut adalah dampak dari anak berbakat dari berbagai aspek:
a. Aspek akademik: Anak berbakat sering merasa bosan atau jenuh saat berada
didalam kelas karena materi pelajaran yang dihadapi terlalu mudah untuknya. Hal
ini dapat menyebabkan anak kehilangan minat belajar dan menurunnya prestasi
akademiknya. Selain itu, anak berbakat juga seringkali terlalu fokus pada prestasi
akademik dan cenderung kurang mengembangkan keterampilan sosial dan
emosionalnya.
b. Aspek sosial/emosi: Anak berbakat sering merasa berbeda dengan temannya
karena memiliki minat, bakat, dan kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini dapat
menyebabkan anak merasa kesepian, sulit berinteraksi dengan teman sebaya, dan
kurang percaya diri.
c. Aspek fisik/kesehatan: Anak berbakat seringkali terlalu fokus pada prestasi dan
kegiatan akademik, sehingga kurang memperhatikan kesehatannya. Anak
berbakat juga dapat mengalami stres dan kelelahan karena tuntutan yang terlalu
tinggi. Selain itu, anak berbakat juga dapat mengalami masalah fisik seperti
gangguan tidur, sakit kepala, dan masalah pencernaan karena tekanan dan stres
yang berlebihan.

Perlu adanya dukungan dan pembinaan yang tepat dari orang tua, guru, dan
lingkungan sekitar untuk membantu anak berbakat menghadapi masalah yang
muncul dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosionalnya. Selain itu,
perlu juga adanya pendekatan yang holistik dan menyeluruh dalam
mengembangkan keberbakatan anak, tidak hanya pada aspek akademik saja,
tetapi juga pada aspek sosial, emosional, dan fisik/kesehatan.

2. Anak berbakat membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda dengan


anak pada umumnya, agar dapat mendorong anak tersebut berprestasi.
Sebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran
bagi anak berbakat!
Jawab :

Berikut adalah tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi
pembelajaran bagi anak berbakat:
a. Pembelajaran anak harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas
yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.
b. Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan
intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut
mendapat perhatian
c. Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada proses, isi dan produk. Adanya
modifikasi proses, modifikasi isi dan modifikasi produk akan meningkatkan
efektifitas dari pembelajaran.

3. Sebutkan tiga penyebab terjadinya tunanetra dan jelaskan bagaimana cara


perawatannya!
Jawab :

Berikut adalah tiga penyebab terjadinya tunanetra dan cara perawatannya:


a. Katarak: Katarak adalah kondisi di mana lensa mata menjadi keruh, sehingga
menghalangi masuknya cahaya ke dalam mata.
 Penyebab katarak antara lain faktor usia, penyakit tertentu seperti diabetes,
dan cedera pada mata.
 Cara perawatannya adalah dengan melakukan operasi katarak, di mana
lensa mata yang keruh diganti dengan lensa buatan yang jernih.
b. Glaukoma: Glaukoma adalah kondisi di mana tekanan dalam mata meningkat,
sehingga merusak saraf optik dan menyebabkan kerusakan pada penglihatan.
 Penyebab glaukoma antara lain faktor usia, keturunan, dan riwayat
penyakit tertentu.
 Cara perawatannya adalah dengan menggunakan obat tetes mata untuk
menurunkan tekanan dalam mata atau melakukan operasi untuk membuka
saluran drainase dalam mata.
c. Degenerasi makula: Degenerasi makula adalah kondisi di mana lapisan tengah
retina mengalami kerusakan, sehingga memengaruhi penglihatan pusat.
 Penyebab degenerasi makula antara lain faktor usia, keturunan, dan gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok.
 Cara perawatannya adalah dengan menggunakan obat-obatan atau terapi
laser untuk memperlambat perkembangan kerusakan, atau melakukan
operasi untuk memperbaiki kerusakan pada retina.

Penting untuk diingat bahwa perawatan tunanetra harus dilakukan oleh dokter
spesialis mata yang berpengalaman. Setiap kasus tunanetra bisa memiliki
penyebab dan perawatan yang berbeda-beda, sehingga konsultasi dengan dokter
spesialis mata adalah hal yang penting dalam menangani kasus tunanetra.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan visualisasi, ingatan kinestetik, dan persepsi
obyek, agar individu tunanetra berfungsi dengan baik di dalam lingkungannya?
Jawab :

Visualisasi, ingatan kinestetik, dan persepsi obyek adalah tiga keterampilan penting
yang bisa membantu individu tunanetra berfungsi dengan baik di dalam
lingkungannya. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga keterampilan tersebut:
a. Visualisasi: Visualisasi adalah kemampuan untuk membentuk gambaran mental
tentang objek, ruangan, atau lingkungan sekitar. Bagi individu tunanetra,
visualisasi bisa membantu dalam mengingat letak dan arah objek, serta
membantu dalam menavigasi lingkungan sekitar. Misalnya, dengan
menggunakan gambaran mental tentang suatu ruangan, individu tunanetra dapat
dengan mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
b. Ingatan kinestetik: Ingatan kinestetik adalah kemampuan untuk mengingat
gerakan atau tindakan tertentu. Bagi individu tunanetra, ingatan kinestetik bisa
membantu dalam mengingat posisi dan gerakan tubuh saat melakukan aktivitas
tertentu, seperti berjalan atau mengambil barang. Misalnya, dengan mengingat
gerakan tubuh yang dilakukan saat mengambil buku dari rak, individu tunanetra
bisa dengan mudah mengambil buku tanpa perlu melihatnya.
c. Persepsi obyek: Persepsi obyek adalah kemampuan untuk mengenali objek atau
benda berdasarkan karakteristiknya, seperti bentuk, ukuran, atau tekstur. Bagi
individu tunanetra, persepsi obyek bisa membantu dalam mengenali objek atau
benda tanpa perlu melihatnya secara langsung. Misalnya, dengan mengenali
bentuk dan tekstur suatu benda, individu tunanetra bisa dengan mudah mengenali
objek tersebut tanpa perlu melihatnya.

5. Ada tiga strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunanetra,
yaitu strategi individualisasi, kooperatif, dan modifikasi. Jelaskan maksud dari
masing- masing strategi tersebut?
Jawab :

a. Strategi individualisasi: Strategi ini yaitu penyusunan program pembelajaran


khusus untuk setiap anak tunanetra sesuai dengan kebutuhan dan keunikan
masing-masing. Pada strategi ini, guru atau pengajar akan memperhatikan
kebutuhan dan kemampuan anak secara individu, serta menyesuaikan teknik dan
metode pembelajaran yang tepat bagi anak tersebut.
b. Strategi kooperatif: Strategi ini melibatkan kerja sama dan kolaborasi antara anak
tunanetra dengan teman sebaya atau rekan belajar lainnya. Pada strategi ini, guru
atau pengajar akan memfasilitasi terciptanya lingkungan belajar yang inklusif dan
saling membantu, sehingga anak tunanetra dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan interaksi sosialnya.

c. Strategi modifikasi: Strategi ini melibatkan modifikasi atau penyesuaian terhadap


materi pembelajaran atau lingkungan belajar untuk memudahkan akses dan
partisipasi anak tunanetra dalam proses pembelajaran. Pada strategi ini, guru atau
pengajar akan melakukan penyesuaian pada materi atau sumber belajar, seperti
menggunakan media alternatif, atau melakukan modifikasi terhadap ruang dan
peralatan belajar agar dapat diakses oleh anak tunanetra.

6. Ada empat upaya pencegahan terjadinya tunarungu, yaitu sebelum nikah


(pranikah), hamil (prenatal), persalinan (natal), dan setelah kelahiran (post
natal). Berikan masing- masing satu contoh dari upaya pencegahan terjadinya
tunarungu!
Jawab :

Berikut adalah contoh upaya pencegahan terjadinya tunarungu pada setiap tahapan:
a. Pranikah: Konseling genetik dan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah dapat
membantu mencegah terjadinya tunarungu akibat faktor genetik atau penyakit
yang diturunkan.
b. Prenatal: Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan bayi dalam kandungan secara
teratur, seperti tes pendengaran prenatal (Prenatal Hearing Screening), dapat
membantu mendeteksi dan mencegah risiko terjadinya tunarungu pada bayi yang
dikandung.
c. Natal: Persalinan yang dilakukan secara aman dan terkendali dengan bantuan
tenaga medis yang terlatih dan peralatan medis yang memadai dapat mengurangi
risiko terjadinya cedera pada bayi yang dapat menyebabkan kerusakan
pendengaran.
d. Postnatal: Deteksi dini dan intervensi awal terhadap kondisi yang dapat
menyebabkan kerusakan pendengaran pada bayi dan anak, seperti infeksi telinga,
dapat membantu mencegah terjadinya tunarungu secara lebih dini.

7. Bagaimana dampak ketunarunguan dan gangguan komunikasi terhadap


pencapaian prestasi akademik anak?
Jawab :

Tunarungu dan gangguan komunikasi dapat memiliki dampak yang signifikan


terhadap prestasi akademik anak. Beberapa dampak tersebut antara lain:
a. Kesulitan dalam memahami materi pelajaran: Anak yang mengalami
tunarungu dan gangguan komunikasi mungkin mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran yang diajarkan di kelas. Hal ini dapat membuatnya
tertinggal dalam proses belajar dan mencapai prestasi akademik yang
diharapkan.
b. Kesulitan dalam berkomunikasi dengan guru dan teman sekelas: Anak yang
mengalami gangguan komunikasi mungkin kesulitan dalam berkomunikasi
dengan guru dan teman sekelas. Hal ini dapat menghambat proses belajar dan
berkolaborasi dengan teman sekelas dalam mengerjakan tugas atau proyek
kelompok.
c. Rendahnya tingkat konsentrasi: Anak yang mengalami ketunarunguan dan
gangguan komunikasi dapat mengalami kesulitan dalam mempertahankan
konsentrasi saat belajar di kelas. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka
untuk memahami materi pelajaran dan menghafal informasi penting yang
disampaikan oleh guru.
d. Rendahnya motivasi belajar: Anak yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran, berkomunikasi dengan guru dan teman sekelas,
serta mempertahankan konsentrasi saat belajar, mungkin mengalami penurunan
motivasi belajar. Hal ini dapat membuatnya kehilangan minat terhadap proses
belajar dan mencapai prestasi akademik yang baik.

Anda mungkin juga menyukai