Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TUTORIAL 3

Fakultas : FKIP

Program Studi : S1 PGSD BI

Kode/Nama MK : PDGK 4407/Pengantar Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus

Nama Mahasiswa : Cindy Darma Navyta

Uraian Tugas

1. Sebutkan dan jelaskan penyebab terjadinya tunagrahita dan bagaimana alternatif upaya pencegahan

terjadinya tunagrahita!

Jawab:

Tunagrahita adalah kecacatan atau kondisi disabilitas dimana seseorang memiliki keterbatasan dalam

fungsi intelektual, termasuk kecerdasan, penalaran, belajar, keterampilan kognitif, dan pemecahan

masalah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai antisipasi untuk mencegah bertambahnya

populasi anak berkelainan terutama anak tunagrahita ringan. Dengan ditemukannya berbagai

penyebab keterbelakangan mental atau tunagrahita yang berasal dari faktor genetik dan faktor

ekstrinsik, maka berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegahnya, menurut Mohammad Amin

(1995) adalah sebagai berikut:

1. Diagnostik Prenatal, suatu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan, dengan harapan dapat

dideteksi kelainan-kelainan yang ada sedini mungkin.

2. Imunisasi untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang mengganggu perkembangan bayi

3. Tes darah, dilakukan pada pasangan-pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan

menurunnya benih-benih yang berkelainan.

4. Pemeliharaan kesehatan selama masa kehamilan

5. Program keluarga berencana, untuk mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera

baik secara fisik maupun psikis.

6. Sanitasi lingkungan.

7. Penyuluhan genetik.

8. Tindakan operasi, dilakukan apabila kelahiran berisiko tinggi.

9. Intervensi dini untuk membantu perkembangan anak.


Beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai antisipasi untuk mencegah bertambahnya populasi

anak berkelainan terutama anak tunagrahita ringan. Selain itu ada usaha lain yang bersifat umum

misalnya: peningkatan taraf hidup (sosial-ekonomi), penyuluhan kepada masyarakat mengenai

pentingnya pendidikan anak usia dini dan sebagainya. Menurut Emi Dasiemi (1997) mengupayakan

tiga tahap pencegahan ketunagrahitaan, seperti berikut:

1. Mengusahakan untuk mengurangi kasus baru.

2. Mengusahakan untuk menemukan kasus sedini mungkin dan pengobatan secepat mungkin.

3. Mengurangi fungsi tubuh yang rusak

2. Jelaskan dampak tunagrahita terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional, dan fisik/kesehatan!

Jawab:

Menurut Jati Rinarki, dalam bukunya “Anak Berkebutuhan Khusus” ia menyatakan berbagai efek

pada anak-anak penyandang cacat intelektual atau tunagrahita: (Jati Rinakri Atmaja, M.Pd – 2018)

a. Terhadap kemampuan Akademik. Kemampuan belajar anak-anak penyandang cacat intelektual

sangat terbatas, terutama kemampuan mereka dalam hal-hal abstrak. Anda belajar lebih banyak

dari burung beo daripada dari pemahaman. Dengan membuat kesalahan yang sama, mereka

cenderung menjauh dari tindakan berpikir dan memberi mereka minat

b. Sosial atau Emosional. Mereka cenderung cepat lupa, sulit untuk membuat kreasi baru, dan

rentang perhatiannya pendek.

c. Dampak sosial emosional anak-anak dengan cacat intelektual mungkin karena ketidakmampuan

mereka untuk menerima dan menerapkan norma-norma sosial dan pandangan masyarakat yang

menyamakan keberadaan cacat intelektual dengan anggota lain dari komunitas atau komunitas

yang dapat terus percaya pada anak-anak dengan cacat intelektual. mereka tidak melakukan

apa-apa karena kurangnya minat.

d. Dampak dari kecacatan sosial dan emosional mereka adalah bahwa anak cacat mental tidak

dapat memahami aturan sosial dan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sehubungan dengan

kecacatan intelektual, anak-anak tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, merawat diri mereka

sendiri dan memimpin.


3. Jelaskan bagaimana profil pendidikan anak tunagrahita yang meliputi materi, strategi pembelajaran,

media, sarana, fasilitas pendukung dan evaluasi!

Jawab:

 Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah di tempat khusus terutama bagi anak tunagrahita yang

kelainannya sedang dan berat. Sedangkan tunagrahita ringan dapat ditempatkan di sekolah umum

dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan keadaan anak tersebut.

a. Sekolah khusus

Dengan jenjang pendidikan: TKLB (3 tahun), SDLB (6 tahun), SLTPLB (3 tahun), SMLB (3

tahun). Jumlah mujrid tiap kelas 5 -12 siswa. Pengelompokkan siswa saat KBM berdasarkan usia

kronologis dan mentalnya dengan model Individualized Education Program (IEP) yaitu program

berdasarkan kebutuhan individu. Kenaikan kelas diadakan setiap saat karena kemajuan tiap anak

berbeda. Anak mempelajari bahan  kelas berrikutnya sementara ia tetap berada di kelasnya

semula.

b. Kelas jauh

Administrasi dikerjakan di sekolah induknya, sedangkan KBM dikerjakan guru di kelas jauh.

c. Guru kunjung

Guru berkunjung ke tempat anak tersebut dan memberi pelajaran sesuai dengan kebutuhan anak.

d. Lembaga perawatan (institusi khusus)

Layanan pendidikan dan perawatan bagi anak yang tergolong berat dan sangat berat

ketunagrahitaannya karena terkadang anak menderita penyakit lain.

e. Di sekolah umum dengan sistem integrasi (terpadu)

Sistem terpadu bervariasi memberikan kesempatan kepada anak tunagrahita belajar, bermain, atau

bekerja sama dengan anak normal. Tempat pendidikan sistem integrasi yang diadaptasi dari Moh.

Amin (1995) diantaranya:

 Di kelas biasa tanpa kekhususan, hanya memerlukan waktu belajar yang lebih lama dan

perhatian khusus dari guru kelas.

 Di kelas biasa dengan guru konsultan, sesekali guru konsultan berkunjung untuk

membantu guru kelas dalam cara menangani, merancang bahan pelajaran, dan metode

yang sesuai kebutuhan anak tunagrahita.


 Di kelas biasa dengan guru kunjung, berkunjung apabila guru kelas mengalami kesulitan

dan memberi saran kepada guru kelas.

 Di kelas biasa dengan ruang sumber, Ruangan khusus yang dimenyediakan berbagai

fasilitas untuk mengatasi kesulitan belajar anak tunagrahita.

 Di kelas khusus sebagian waktu, bila di kelas biasa mengalami kesulitan maka anak

tunagrahita belajar di kelas khusus dengan guru pendidikanluar biasa.

 Kelas khusus, belajar di kelas khusus namun untuk kegiatan umum seperti upacara,

olahraga, dan penggunaan kantin bersam dengan anak normal lainnya.

f. Di sekolah biasa dengan sistem inklusif

Pada sistem inklusi, anak tunagrahita berada di sekolah bersama anak biasa selama mengikuti

pendidikan dan memndapat program yang sesuai dengan kemampuannya.

 Ciri Khas Pelayanan

a. Ciri-ciri khusus

 Bahasa yang digunakan sederhana, jelas, dan menggunakan kata yang sering didengar.

 Penempatan anak tunagrahita di depan kelas dan berdekatan dengan anak yang mempunyai

sikap keakraban tinggi.

 Ketersediaan program khusus bagi tunagrahita yang mengalami kesulitan

b. Prinsip khusus

 Prinsip skala perkembangan mental, pemahaman guru mengenai usia kecerdasan

tunagrahita.

 Prinsip kecepatan motorik, mempelajari sesuatu dengan melakukannya.

 Prinsip keperagaan, alat peraga yang digunakan tidak abstrak dan menonjolkan pokok

materi yang diajarkan.Contoh: tulisan ayam harus tebal sementara gambar ayam tipis,

karena gambar hanya membantu pengertian anak.

c. Prinsip pengulangan, anak tunagrahita cepat lupa untuk itu dibutuhkan pengulangan materi disertai

contoh yang bervariasi.

d. Prinsip individualisasi, menekankan pada perhatian individu dengan kedalaman materi yang

berbeda dengan anak normal.

 Materi

Lebih mengutamakan materi yang mengandung kecepatan motorik / unsur praktik.


 Strategi Pembelajaran

Dalam menentukan strategi pembelajaran, harus memperhatikan tujuan pembelajaran, karakteristik

murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Beberapa strategi yang cocok untuk anak tunagrahita,

diantaranya:

a. Strategi pengajaran yang diindividualisasikan

Materi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Dalam pelaksanaannya guru perlu

melakukan hal-hal berikut ini:

 Pengelompokan murid disesuaikan dengan minat dan kemampuan belajar yang

memungkinkan dapat berinteraksi dan bekerja sama.

 Pengaturan lingkungan belajar yang memungkinkan murid melakukan kegiatan yang

beraneka ragam.

 Mengadakan pusat belajar (learning center), dilakuakn di sudut-sudut ruang kelas dengan

pelajaran yang berbeda dan disediakan bahan yang dapat dipilih dan bernuansa aplikasi.

b. Strategi kooperatif

Efektif diterapkan pada kelompok murid yang heterogen, Karena semangat kerjanya adalah yang

lebih pandai membantu yang lemah (mengalami kesulitan) dalam suasana keakraban. Jonshon

D.W (1984) menyatakan bahwa guru harus mampu merancang bahan pelajaran dan peran tiap

anak yang adapat menunjang terciptanya ketergantuang positif antara anak tunagrahita ringan

dengan anak normal.

c. Strategi modifikasi tingkah laku

Tujuannya mengubah, menghilangkan, atau mengurangi tingkah laku yang tidak baik. Guru

harus terampil memilih tingkah laku yang harus dihilangkan dan ditambahkan

teknik reinforcement. (hadiah penguatan)

 Media

Diperlukan media khusus seperti: media untuk latihan motorik, latihan keseimbangan, dan latihan

konsentrasi dengan ketentuan: bahan tidak berbahaya, warna tidak mencolok, dan ukuran harus

sesuai.

 Sarana

Sarana sama dengan anak normal, hanya ukuran, bentuk, dan warna perlu dimodufikasi sesuai

keadaan anak tunagrahita.

 Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung seperti: alat terapi wicara, alat permaianan, miniatur yang berkaitan dengan

pelajaran.

 Evaluasi

Evaluasi sama dengan anak biasa, dengan ketentuan khusus, diantaranya:

 Waktu mengadakan evaluasi: dilakukan selama proses belajar. Dilihat juga bagaimana reaksi

anak, sikap anak, kecepatan atau kelambatan setiap anak.

 Alat evaluasi: alat yang digunakan untuk menilai hasil belajar anak tunagrahita sama dengan

anak normal, hanya berbeda pada urutan dan penggunaan.

 Kriteria keberhasilan : keberhasilan belajar dengan kemajuan anak itu sendiri dari waktu ke

waktu.

 Pencatatan hasil evaluasi: berbentuk kuantitatif dan kualitatif.

4. Jelaskan dampak tunadaksa terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional, dan fisik/kesehatan!

Jawab

- Tunadaksa (cacat tubuh) yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan

kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Beberapa

dampak tunadaksa terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional, dan fisik/kesehatan

sebagai berikut:

a. Dampak Aspek Akademik

 Tingkat kecerdasan pada anak tunadaksa dengan kelainan otot dan rangka adalah

normal

 Tingkat kecerdasan pada anak tunadaksa dengan kelainan pada sistem celebral,

tingkat kecerdasannya berentang dari sangat rendah sampai sangat tinggi.

 Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak Celebral Palsy mengalami kelainan

persepsi, kognisi, dan simbolisasi.

b. Dampak Sosial/Emosional

Konsep diri anak tunadaksa yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban

orang lain menjadikan mereka malas belajar, bemain, dan berperilaku salah.

c. Dampak Fisik/Kesehatan

Selain mengalami cacat tubuh anak tunadaksa juga mengalami gangguan lain, seperti
sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara.

5. Sebutkan empat kebutuhan khusus anak tunadaksa, serta berikan masing-masing contohnya?

Jawab:

- Empay kebutuhan khusus tunadaksa, yaitu

a. Kebutuhan akan keleluasaan gerak dan memosisikan diri. Contoh : alat khusus untuk

bergerak(kursi toda, tongkat, alat penopang)

b. Kebutuhan komunikasi. Contoh : alat komunikasi khusus(papan komunikasi)

c. Kebutuhan ketrampilan memelihara diri. Contoh : latihan dan bantuan dalam

melakukan kegiatan merawat diri

d. Kebutuhan psikososial. Contoh : tanamkan kepercayaan diri dan selalu bersyukur

pada penyandang tunadaksa

6. Jelaskan klasifikasi dan penyebab anak tunalaras!

Jawab:

- Istilah tuna lara berasal dari kata “tuna”. Ini berarti kurang, dan "larus" berarti tepat. Anak

dengan gangguan jiwa adalah anak yang berperilaku tidak ramah lingkungan. Faktor

penyebab disabilitas intelektual dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Faktor genetik

adanya silsilah yang menderita depresi dapat meningkatkan kemungkinan seseorang

akan menderita depresi. Namun, tidak mungkin orang tersebut tidak dihadapkan pada

peristiwa hidup yang dapat menyebabkan depresi.

b. Faktor kerusakan fisik Dalam hal ini, faktor pemicu gangguan emosi adalah

neuropati, cedera, masalah kimia dan metabolisme tubuh, serta genetika.

c. Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi: dampak sekolah seperti hubungan

keluarga yang tidak harmonis, tekanan masyarakat, interaksi antara guru dan siswa,

atau antara siswa yang nakal itu sendiri.

- Selain faktor di atas, ada dampak masyarakat pada remaja dan lain-lain. Faktor yang sama

pentingnya adalah efek alkohol dan penyalahgunaan zat-zat atau obat-obatan.


7. Sebutkan dan jelaskan model pendekatan kepada anak tunalaras yang dikemukakan oleh Kauffman

(1985)!

Jawab:

Kauffman (1985) mengemukakan jenis-jenis model pendekatan sebagai berikut :

a. Model biogenetic

Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh kecacatan geniti

atau biokimiawi sehingga penyembuhannya ditekankan pada pengobatan, diet, olahraga, operasi,

atau mengubah lingkungan.

b. Model behavioral (tingkah laku)

Model ini mempunyai asumsi bahwa gangguan emosi merupakan indikasi ketidakmampuan

menyesuaikan diri yang terbentuk, bertahan, dan mungkin berkembang karena berinteraksi

dengan lingkungan, baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, penanganannya tidak

hanya ditujukan kepada anak, tetapi pada lingkungan tempat anak belajar dan tinggal.

c. Model psikodinamika

Model ini berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang atau gangguan emosi disebabkan

oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses perkembangan kepribadian. Oleh karena

itu, untuk mengatasi gangguan perilaku itu dapat diadakan pengajaran psikoedukasional, yaitu

menggabungkan usaha membantu anak dalam mengekspresikan dan mengendalikan

perasaannya.

d. Model ekologis

Model ini menganggap bahwa kehidupan ini terjadi karena adanya interaksi antar individu

dengan lingkungannya. Gangguan perilaku terjadi karena adanya disfungsi antara anak dengan

lingkungannya. Oleh karena itu, model ini menghendaki dalam memperbaiki problem perilaku

agar mengupayakan interaksi yang baik antara anak tentang lingkungannya.


8. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Hallahan dan

Kauffman (1991)!

Jawab:

Ahli lain yaitu Hallahan dan Kauffman (1991: 127-128) mengemukan 3 (tiga) faktor penyebab

kesulitan belajar yaitu :

a. Organis / Biologis bukti adanya gangguan dari sistem saraf pusat terlihat dari studi yang

dilakukan oleh E. Roy John, dan kawan-kawan (1989) dengan menganalisis hasil electro

encephalogram (EEG) dan ditemukan adanya kelainan pada gelombang otak.

b. Faktor genetis. munculnya anak anak berkesulitan belajar khusus, dapat disebabkan oleh faktor

genetik atau keturunan sebagaimana dikemukakan oleh Finucci dan Child, (1983) serta Owen,

Adams, forrest, Stoltz, dan Fisher (1971).

c. Faktor lingkungan. adanya masalah dalam belajar yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti

guru-guru yang tidak mempersiapkan program pengajaran nya dengan baik atau kondisi keluarga

yang tidak menunjang.

- Dari hasil penelitian para ahli diagnostik, ditemukan empat faktor yang dapat memperberat

gangguan dalam belajar. Keempat faktor ini sering ditemukan pada anak yang mengalami

kesulitan dalam belajar (Krik/Gallagher,1989:197). Adapun 4 faktor tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Kondisi fisik

Kondisifisik, meliputigangguan visual, gangguanpendengaran, gangguankeseimbangan dan

orientasiruang, body image yang rendah, hiperaktif, sertakuranggizi.

b. Faktor lingkungan

Lingkungankeluarga, masyarakat dan sekolah yang kurangmenguntungkanbagianak,

akanmenghambatperkembangansosial, psikologis, dan pencapaianprestasiakademis.

c. Faktor motivasi dan afeksi

Menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas, dan rendah diri. Sikap ini akan mengurangi

motivasi belajar dan muncul perasaan-perasaan negatif terhadap hal-hal yang berhubungan

dengan sekolah.

d. Kondisi psikologis

Kondisi psikologis anak berkesulitan belajar terganggu sebagai akibat dari gangguan perhatian,

persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berpikir, dan


keterlambatan dalam kemampuan berbahasa.

9. Menurut Clement, terdapat sepuluh gejala yang sering dijumpai pada anak berkesulitan belajar.

Namun, pada perkembangannya para peneliti mengelompokkan sepuluh gejala tersebut menjadi

enam dengan menggabungkan hal- hal yang sejenis. Sebutkan dan jelaskan!

Jawab:

- Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Secara Umum Menurut Clement yang dikutip oleh

Hallahan dan Kauffman ( 1991:133 ) terdapat 10 (sepuluh) gejala yang sering dijumpai

pada anak berkesulitan belajar, yaitu:

a. Hiperaktif

b. gangguan persepsi motorik

c. emosi yang labil

d. kurang koordinasi

e. gangguan perhatian

f. impulsif

g. gangguan memori dan berfikir,

h. kesulitan pada akademik khusus ( membaca, matematika, dan menulis),

i. gangguan dalam berbicara dan mendengar,

j. hasil electroencephalogram (EEG )tidak teratur serta tanda neurologis yang tidak

jelas

- Selain itu para peneliti mengelompokkan kesepuluh cirri tersebut dengan menggabungkan

beberapa hal yang dianggap sejenis yaitu:

a. Masalah persepsi dan Koordinasi

Hallahan (1975) berpendapat bahwa beberapa anak kesulitan belajar menunjukan

gangguan persepsi penglihatan dan pendengaran. Seperti yang dialami oleh tuna

netra atau tuna rungu. Anak yang mengalami gangguan persepsi visual tidak dapat

membedakan huruf atau kata-kata yang mirip seperti huruf “d” dengan “b” kata

“sabit” dengan “sakit”.

b. Gangguan dalam Perhatian dan Hiperaktif

Para ahli menekankan dalam hal ini masalahnya bukan pada kelebihan gerakya akan tetapi
lebih mendasar sulitnya berkonsentrasi. Anak yag hiperakti banyak gerak sulit melakukan

kontak mata dan sulit mengkonsentrasikan perhatiannya. Sebagai contoh apabila anak

diberi tugas melakukan sesuatu ia tidak dapat menuntaskan pekerjaannya karena

peratiannya segera beralih pada objek lainnya.

c. Mengalami gangguan dan i masalah mengigat dan berikir

 Masalah mengingat. Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan

strategi untuk meningat sesuatu contoh: kepada beberap anak diperlihatkan suatu

daftar kata untuk diingatkan. Anak pada umumnya spontan dapat mengkatagorikan

kata-kata tersebut dengan mudah. Sedangkan anak yang berkesulitan belajar tidak

mampu melakukan strategi tersebut.

 Masalah Berfikir. Berfikir meliputi kemapuan untuk memecahkan masalah. Anak

berkesulitan belajar mengalami kelemahan dalam masalah tersebut. Contoh

Bagaimana mengungkapkan kembali suatu cerita yang telah dibacanya. Anak

berkesulitan belajar tidak mampu dalam menceritakannya kembal.

d. Kurang mampu Menyesuaikan Diri. Anak berkesulitan belajar kurang mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak yang berkesulitan belajar sering

mengalami kegagalan. Dampak dari kegagalan tersubut anak anak menjadi kurang percaya

diri, merasa cemas, dan takut melakukan kesalahan.

e. Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif. Anak berkesulitan belajar kurang

mampu malakukan strategi untuk memecahkan masalah secara spontan. Contohnya Anak

berkesulitan belajar tidak berani menjawab soal dipapan tulis secara spontan.

f. Pencapaian hasil Belajar yang Rendah. Sebagian Anak berkesulitan belajar memiliki

ketidakmampuan dalam berbagai bidang akademik, misalnya dalam membaca, pengucapan

tulisan, berhitung, dan lain – lain.

10. Sebutkan dan jelaskan prosedur intervensi kesulitan membaca!

Jawab:

a. Prosedur intervensi kesulitan membaca

b. Identifikasi masalah. Dilakukan dengan mencari, menandai, dan menemukan tipe-tipe

kesulitan membaca.
c. Diagnosis. Menemukan sebab-sebab kesulitan membaca pada diri siswa.

d. Penyusunan program layanan. Program layanan intervensi dalam belajar membaca

dibedakan atas program delivery dan kurikuler.

e. Evaluasi. Kegiatan evaluasi ditujukan pada dua sasaran yaitu hasil dan proses bantuan.

Anda mungkin juga menyukai