Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini dengan tepat waktu. Karena tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan dapat untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini, agar supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sekian dan terima kasih.

Palangka raya,

September 2019

1
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Setiap anak memiliki kemampuan atau kelebihan yang berbeda-beda, begitu pula dengan
kekurangan atau ketidak mampuannya yang menjadi masalah bagi siswa salah satunya adalah anank tuna
cakap belajar. Jangankan anak berbakat atau berpotensi, anak tuna cakap belajar pun membutuhkan atau
lebih membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kekurangan dan ketidak
mampuannya, atau orang yang mampu memecahkan masalahnya itu. Karena sifat dasar anak berbeda-
beda, baik tempramennya, gaya, sikap maupun emosinya. Begitu juga dengan anak tuna cakap belajar
akan berbeda dengan anak normal lainnya dan begitu jelas.
Berbagai observasi menunjukan bahwa cara berpikir anak tuna cakap belajar berbeda dengan cara
berpikir anak normal pada umumnya. Karena adanya keterlambatan dalam berpikir atau menerima
materi/stimulus/rangsangan dari orang lain, khususnya saat belajar. Kita menyadari bahwa kurang adanya
perhatian terhadap kebutuhan anak yang memiliki masalah (anak tuna cakap belajar) dalam cara berpikir
atau merealisasikan sesuatu dan kesempatan. Kesempatan yang sepadan dan selaras dengan kebutuhan
atau ketidak mampuan mereka.
Dengan itu, kita sebagai calon pendidik dan pembimbing sekaligus orang tua mereka, harus
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada anak didik kita yang mempunyai kelemahan atau ketidak
mampuan dalam berpikir (anak tuna cakap belajar), dan bagai mana cara kita untuk mengetahui anak
tersebut, Untuk itu kita akan membahas tentang cara mengetahui anak tuna cakap belajar dan cara
membimbingnya.
B.  RUMUSAN MASALAH
a.    Apakah Definisi Tuna Cakap Belajar?
b.    Bagaimanakah identifikasi tuna cakap belajar?
c.    Bagaimanakah karakteristik anak tuna cakap belajar?
d.   Apa sajakah jenis-jenis tuna cakap belajar?
e.    Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar?
f.     Apa sajakah Teknik membantu siswa tuna cakap belajar?
g. Bagaimanakah Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar?

C.  TUJUAN
Untuk mengetahui:
a.     Definisi Tuna Cakap Belajar
b.    Identifikasi tuna cakap belajar
c.     Karakteristik anak tuna cakap belajar
d.   Jenis-jenis tuna cakap belajar
e.     Faktor-faktor yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar
f.     Teknik membantu siswa tuna cakap belajar
g. Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar

2
PEMBAHASAN

A.  Definisi Tuna Cakap Belajar


Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance dalam bahasa Inggris. Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan cara,
prosedur dan bahan tertentu agar individu tersebut dapat mandiri, mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dan dapat mengembangkan diri sebagai personal yang unik.
Bimbingan secara umum dapat diartikan sebagai suatu bantuan, namun dalam pengertian yang
sebenarnya, tidak setiap bantuan merupakan bimbingan, misalnya : Jika seorang guru membisikan
jawaban atas soal ujian pada waktu ujian sedang berlangsung agar siswanya dapat lulus, maka bantuan
seperti ini tidak termasuk bantuan dalam arti bimbingan ataupun seorang anak yang membantu
menyeberangkan seorang nenek di jalan raya, bantuan seperti ini juga bukan bantuan dalam arti
bimbingan. Bentuk bantuan yang berkonotasi bimbingan harus memenuhi syarat tertentu, bentuk tertentu,
prosedur tertentu, pelaksanaan tertentu sesuai dengan dasar, prinsip dan tujuannya.
Dilihat dari fungsi bimbingan atau penyuluhan itu bersifat pencegahan, pengembangan, dan
penyembuhan. Adapun beberapa fungsi bimbingan di SD, antara lain:
a.    Penyuluhan (distributive)
b.    Pengadaptasian (adaptive)
c.    Penyesuaian (adjustive)
Jenis dan layanan bimbingan berupa bantuan-bantuan diantaranya:
a.         Pemberian informasi sebagai orientasi
b.         Bantuan untuk menyesuaikan diri
c.         Penyuluhan tentang perkembangan individu.
Penyesuaian terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri
sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat
hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak,tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang
perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan,minat dan kemampuan yang harus
berkembang
Pengertian tentang murid tuna cakap belajar nampaknya cenderung belum memasyarakat, karena
istilah yang sudah lazim digunakan dalam pendidikan di Indonesia adalah murid yang mengalami
kesulitan belajar dengan subutan anak “berkesulitan belajar”. Secara esensial kedua istilah tersebut dapat
di katakan “Identik”. Meskipun jika di lihat dari faktor yang menimbulkan ketunacakapan belajar
cenderung labih bersifat internal (faktor yang berasal dari dalam diri anak). Tuna cakap belajar sebagai
terjemahan dan learning di sabilities. Keragaman istilah ini di sebabkan oleh sudut pandang ahli yang
berbeda-beda, seperti di kemukankan berikut ini :
a.    Kelompok ahli pendidikan menyebutnya dengan istilah “Educationally Handicapped”. Di gunakan
istilah ini karena murid-muirid di tinjau mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan,
sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus sesuai dengan bentuk dan derajat kesulitannya.layanan
ini tidak hanya berkaitan dengan kesulitan yang di hadapinya tetapi juga dalam strategi atau pendekatan
bantuannya (Hallan dan Kauffman, 1991).
b.    Bidang medis menyebutnya dengan Brain Injured, minimal Brain Dyshfuncion, alasannya karena dari
hasil deteksi secara medis anak-anak tuna cakap belajar mengalami penyimpangan dalam perkembangan
otaknya, yang diakibatkan adanya masalah pada saat persalinan atau memang sejak lahir mengalami
penyimpangn.
c.    Kelompok ahli Psiko Linguistik menggunakan istilah language disorders karena anak-anak tuna cakap
belajar cenderung mengalami bangguan meliiputi ekspresif  yaitu kemampuan menangkap ide atau
menangkap perasaan orang lain yaitu disampaikan secara lisan.
Di bawah ini di kemukakan beberapa definisi tentang learning disabilities yang dikemukakan oleh
para ahli. Samuel Kirk (1971). Mengemukakakn definisi learning disabilities adalah murid yang tidak

3
digolongkan kepada katergori di bawah normal (keluarbiasaan), namun mereka yang mengalami
kelemahan dalam berbicara perceptual-motorik (berbahasa), persepsi visual dan auditorium. Canadian
Associatiaon for children and adults with learning disabilities (1981), menjelasakan pergertian tentang
murid berkesulitan berlajar yaitu merekan yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah meskipun
kecerdasannya termasuk normal sedikit di atas normal, atau sedikit di bawah normal. Keadaan ini sebagai
akibat disfungsi minimal otak yang terjadi karena penyimpangan perkembanngan otak yang dapat
berwujud dalam berbagai kombinasi gejala gangguan, seperti : gangguan persepsi, pembentukan konsip,
bahasan, ingatan, control perhatian atau gangguan motori. Keadaan ini tidak disebabkan oleh ganguan
prima pada penglihatan, pendengaran, cacat motorik atau ganguan emosional, retardasi mental, atau
akibat lingkungan (cartwringht, dkk, 1984).
Kesulitan belajar lebih di definisikan sebagai gangguan perceptual, konseptual, memori, maupun
ekspresif di dalam proses belajar. Dan uraian di atas dapat di katakana bahwa kesulitan belajar atau
learning disabilities merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman di mana gangguan
tersebut di wujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan
proses belajar.

B.  Identifikasi Anak Tuna Cakap Belajar


Sunaryo ( 1998/ 1999 ) menjelaskan prosedur identifikasi dan metode mengajar untuk anak tuna
cakap belajar, memiliki prinsip dasar yang harus dipahami, yaitu :
a.    Tes atau tekhnik evaluasi lain harus diberikan dalam bahasa anak, dan dapat dipahami anak.
b.    Tidak ada prosedur tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan program pendidikan yang layak
mengetahui masalah berkesulitan belajar.

Ada prosedur yang dikembangkan di Amerika, untuk menilai seorang anak termasuk mengalami
kesulitan belajar yaitu :
a.    Seorang anak yang berkesulitan belajar sidak mampu mencapai prestasi sesuai usia dan tingkat
kecakapan dalam satu atau lebih bidang. Seperti : Ekspresi lisan; Mendengarkan pemahaman; Ekspresi
tulisan; Keterampilan membaca dasar; Membaca pemahaman; Perhitungan matematis; Berpikir
matematis.
b.    Seorang anak tidak diidentifikasi mengalami kesulitan belajar ( learning disabilities ) jika disebabkan
oleh : hambatan visual, pendengaran atau motorik; keterbelakangan mental; gangguan emosional;
ketakberuntungan lingkungan, kultural atau ekonomis.
c.    Ada tim penilai dari berbagai disiplin ilmu, meliputi : guru tetap; seorang ahli yang mampu melakukan
uji diagnostik ( ahli psikologi dan guru ahli remedial ).
d.   Observasi. Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar murid di kelas. Mengamati murid
dalam suatu lingkungan yang cocok bagi murid sesuai dengan usianya.
e.    Laporan tertulis, tim evaluasi membuat laporan tertulis hasil evaluasi yang meliputi : kesulitan belajar
khusus yang dialami murid; dasar yang digunakan dalam menentukan Janis kesulitan belajar yang
dialami; perilaku-perilaku yang relevan yang tercatat selama dilakukan temuan medis yang relevan
dengan pendidikan; kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa pendidikan
dan layanan khusus.

C.  Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar


a.    Ditinjau Dari Sifat dan Perilaku Anak
Setiap anak atau siswa memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda, adapun karakteristik anak
tuna cakap belajar antara lain:
a)    Memiliki kelemahan dalam berpikir dan menerima materi atau stimulus yang diberikan oleh guru.
b)   Intelegensinya dibawah rata-rata.
c)    Tidak menunjukan peningkatan prestasi.
d)   Lebih cenderung menyendiri, cuek dan pemalu
e)    Jika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan atau soal cenderung tidak bisa menjawab atau lambat.

4
f)    Tidur didalam kelas
g)   Tidak aktif.
h)   Nyontek pekerjaan teman.
i)     Tidak naik kelas.
Mungkin masih banyak lagi karakteristik yang ada pada diri siswa/anak yang dikatakan tuna
cakap belajar.

b.     Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau dari Berbagai Aspek


Karakteristik tuna cakap belajar yang ditemukan pada murid kecenderungan menunjukkan
kesulitan dalam hal-hal berikut.
a)    Aspek Kognitif
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus seperti :
kemampuan membaca, menulis, bicara, mendengarkan, berpikir dan matematis. Semuanya merupakan
penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan seperti ini merefleksikan keyakinan bahwa
masalah murid tuna cakap belajar lebih banyak berkaitan dengan orientasi akademik dan bukan
disebabkan oleh tingkat kecerdasan yang rendah.
Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan contoh klasik
dari kekurang berfungsian aspek kognitif anak yang mengalami tuna cakap belajar. namun di lain pihak,
tidak jarang mereka menunjukkan kemampuan berhitung atau matematika yang cukup tinggi. Kasus
tersebut membuktikkan bahwa anak tuna cakap belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan
tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik
(academic retardation), yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan dengan apa
yang dicapainya secara nyata.
b)   Aspek Bahasa
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam mengeksperikan diri, baik secara
lisan (verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain, murid yang mengalami tuna cakap belajar dalam aspek
bahasa cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami bahasa (bahasa reseptif) serta
dalam mengekspresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif).
Di dalam proses belajar, kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami dan menyatakan
pikiran. Sehingga aspek kemampuan bahasa dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan dari aspek kognitif,
karena proses berbahasa pada hakikatnya adalah proses kognitif.
c)    Aspek Motorik
Masalah motorik merupakan salah satu masalah yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar
yang berhubungan dengan kesulitan dalam keterampilan motorik-perseptual (perceptual-motor problem),
yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan motorik
ini diperlukan untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi
yang baik, anatara tangan dan mata, yang dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang dimiliki murid
yang mengalami tuna cakap belajar.

d)   Aspek Sosial dan Emosi


Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik sosial emosional murid tuna cakap
belajar ialah kelabilan emosional dan keimpulsif-an. Kelabilan emosional ditunjukkan oleh sering
berubahnya suasana hati dan temperamen, sementara ke-impulsif-an merujuk kepada lemahnya
pengendalian terhadap doronggan-dorongan tersebut.
Karakteristik anak yang mengalami tuna cakap belajar tidak akan berlaku universal bagi seluruh
anak tersebut karena setiap ketuna-cakapan belajar anak yang spesifik memiliki gejala dan karakteristik
tersendiri seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu tentang jenis-jenis tuna cakap belajar.

5
D.  Jenis –Jenis Tuna Cakap Belajar
a.    Minimal Brain Dysfunction
Minimal brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu
kondisi gangguan syaraf minimal pada murid ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai
kombinasi kesulitan seperti konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian , perhatian,
impulse(dorongan), atau fungsi motorik.
b.    Aphasia
Aphasia merujuk suatu kepada suatu kondisi dimana anak gagal mnuasi ucapan-ucapan bahasa yang
bermakna pada usia sekitar 3,0 tahun. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena factor
ketulia ,keterbelakangan mental, ganngguan organ bicara,tau factor lingkungan.
Simptom aphasia digolongkan kedalam tiga karakteristik utama yakni:
a)    Receptive aphasia
·       Tidak dapat mengeidentifikasi apa yang didengar
·       Tidak mendapat melacak arah
·       Kemiskinan kosa kata
·       Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
·       Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b)   Expressive aphasia
·       Jarang bicara di kelas
·       Kesulitan dalam melakukan peniruan.
·       Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
·       Jarang menampilkan gesture (gerakan tangan )
·       Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c)    Inner aphasia
·       Tidak mampu melakukan asosiasi, oleh karena itu sulit berfikir abstrak
·       Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
·       Lamban merespon
d)   Dyslexsia
Dylexia, ketidakcakapan membaca. Adalah jenis lain gangguan belajar. Yakni anak-anak
berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompitisi dengan temannya di sekolah .
Simptom umum dylesia :
·      Kelamahan orientasi kanan –kiri
·      Kecendurungan membaca kata bergerak maju mundur. Seperti “dia” dibaca “aid”.
·      Kelemahan keterampilan jari.
·      Kesulitan dalam berhitung
·      Kelmahan memori.
·      Kesulitan auditif.
·      Kelemahan memori visual.
·      Dalam membaca keras tidak mampu mengkonverisikan symbol visual ke dalam symbol auditif sejalan
dengan bunyi secara benar.
e)    Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik
Kelemahan preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya merujuk kepada masalah yang sama,
persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri membedakan
stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.

E.   Faktor-Faktor Anak Tuna Cakap Anak


a.    Faktor-faktor anak mengalami atau mempunyai kelemaha/ketidak mampuan dalam berpikir, menerima
materi, stimulis dan rangsangannya (anak tuna cakap) antara lain:
a)    Faktor Internal (dalam diri anak)

6
1.    Minimal Brain Dysfunction (ketidak berfungsian minimal otak) yang bias termanifestasi dalam berbagai
kondisi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa memori, pengendalian perhatian impuls
(dorongan) atau fungsi motorik.
2.    Faktor Gangguan Emosional. Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional yang
berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf
3.    Kelemahan perceptual
4.    Males belajar
5.     Kelemahan dalam membaca (dyslexia)
6.    Bawaan
b)   Faktor Ekstern (dari luar diri anak)
1.    Faktor keluarga (keturunan)
2.    Faktor “Pengalaman”. Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan
dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh anak yang
terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani
peralatan atau mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam mengembangkan
keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau bollpoint. Biasanya kemiskinan
pengalaman ini berkaitan erat dengan konisi sosial ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan
erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menggamggu perkembangan dan
keberfungsian otak.
3.    Lingkungan
4.    Beban pikiran karena masalah dengan keluarga
5.    Tidak adanya atau kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga
6.    Tidak adanya bimbingan atau pengarahan
b.    Pengaruh ketidak mampuan atau kelemahan dalam menerima materi, stimulus/rangsangan bagi anak
yang bersangkutan (anak tuna cakap belajar) dan temannya antara lain :
a)    Pengaruh bagi dirinya sendiri
1.    Menjadi suatu masalah atas kelemahannya
2.    Menjadi penghambat dalam meraih prestasi
3.    Menjadikan kurang percaya diri dan tidak bersemangat
4.    minder dan suka menyendiri
5.    Bahan ejekan teman
6.    Membuat anak jadi merasa bodoh dan makin tidak terkontrol emosinya
7.    Mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negative
8.    Dimarahi, diomel orang tua
9.    Menambah beban teman sekelompoknya
b)   Pengaruh bagi teman-temannya
1.    Menjadi kendala saat kerja kelompok
2.    Menimbulkan rasa kasihan
3.    Bahan cemoohan atau ledekan
4.    Mengurangi saingan dalam berprestasi
5.    Mempengaruhi dalam suasana belajar mengajar
c.    Langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak yang mengalami kelemahan atau ketidak
mampuan dalam menerima materi, stimulus dan rangsangan (anak tuna cakap belajar) antara lain:
a)    Memberikan perhatian dan kesempatan-kesempatan yang sepadan, selaras sesuai dengan kebutuhannya.
b)   Khususnya bagi orang tua, terimalah kelemahan yang dimiliki anak dengan kesabaran, tanggung jawab
untuk membimbingnya.
c)    Maafkan dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan sebagai pemacu semangat mereka.
d)   Jangan sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan menjadi beban baginya.  
e)    Dekatilah dan menjadi teman curhat setia bagi mereka.
f)     Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai dengan kebutuhannya.

7
F.   Teknik Membantu Siswa Tuna Cakap Belajar
a. Di lingkungan Sekolah
 Murid di posisikan duduk di bangku paling depan
 Guru memberikan petunjuk secara tertulis dan lisan untuk semuatugas yang diberikan
 Memberikan tugas kelompok supaya terjalinsosialisasi dengan teman
 Penggunaan alat peraga semaksimal mungkin
 Memberikan rancangan tertulis bagi setiap pokok bahasan pelajaran
 Bahan-bahan pelajaran disesuaikan dan tidak dipaksakan
 Mencoba memberikan tes lisan
 Memberikan tugas-tugas secara tertulis yang sederhana
 Memberikan tes tertulis yang beragam seperti menjodohkan,pilihan ganda, salah benar, dan isian
singkat
 Memberikan tugas-tugas yang bervariasi
 Mengikuti tes psikologis
b. Di lingkungan kelurga
 Memeriksakan murid ke dokter ahli untuk mengetahui kesehatan murid tersebut
 Gaya pengsuhan orang tua yang baik, tidak permisitif dan otoritatif
 Memaksimalkan perhatian sehingga anak tidak merasa sendiri dan di abaikan
 Menciptakan kondisi lingkunganbelajar yang baik di rumah
 Menjadi “teman” yang friendly bagi anak
 Selalu memberikan motivasi kepada anak
 Membantu anak untuk mengetahui dan menerima kenyataan tentang dirinya
 Pemberian kasih sayang yang maksimal
 Membantu

G. Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar


a.    Menyusun ilustrasi dari setiap pokok bahasan yang diteskan
b.    Mempersiapkan Glosari atau kata-kata khusus dan definisi dari setiap konsep yang diajarkan
c.    Membuat kartun atau gambar yang menjelaskan tentang gagasan dari setiap pokok bahasan / sub pokok
bahasan
d.   Membuat rangkaian gambar yang berhubungan dengan gagasan yang beragam dalam setiap sub pokok
bahasan
e.    Membuat majalah dinding
f.     Menulis atau merekam berita mengenai suatu hal yang berkaitan dengan pelajaran
g.    Mewancarai seseorang yang memahami topic-topik pelajaran
h.    Mempelajari informasi baru dari jurnal, yang sesuai dengan materi pelajaran
i.      Mempersiapkan proposal penelitian
j.      Mempersiapkan slide, filmstrip, atau penyajian videotape bagi kelompok

Terdapat tiga dasar layanan bimbingan yang dapat dikembangkan secara terpadu dengan proses
pembelajaran dalam upaya membantu murid tuna cakap belajar. Jerome Rosner (1993) menggolongkan
pola tersebut, yaitu :
a.    Layanan remediasi
Terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi, atau jika mungkin menghilangkan kesulitan.
Dalam layanan ini murid dibantu untuk mengatasi kekurangan dalam keterampilan perceptual maupun
kecakapan dasar berbahasa, sehingga dia dilengkapi dengan keterampilan yang dapat menjadikannya

8
mampu memperoleh kemajuan dalam kondisi pembelajaran normal. Dengan kata lain, remediasi ini
mengubah dan memperbaiki keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dalam kondisi normal dan
tidak perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b.    Layanan kompensasi
Yaitu mengembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku yang
memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan kekurang terampilan
perceptual dan bahasa. Untuk mencapai tujuan tersebut layanan yang bersifat kompensasi ini hendaknya
memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut;
a)    fahami dan pastikan bahwa murid memiliki pengetahuan factual yang di perlukan dalam mempelajari
bahan ajaran,
b)   batasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit ajaran, dan sampaikan
sedikit demi sedikit; jika perlu gunakan system jembatan keledai,
c)    sajikan informasi secara jelas tentang apa yang harus murid pelajari,
d)   nyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan dengan informasi yang telah dimiliki
murid,
e)    jika murid sudah mampu menguasai unit-unit kecil perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih besar,
f)    siapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam ingatan murid,
g)   lakukan drill dan, latihan yang paling efektif, jika perlu minta murid mengatakan dan menuliskan apa
yang dia lihat dan dengar.

Selanjutnya Jerome Rosner (1993), mengemukakan petunjuk pengambilan keputusan dalam


melakukan treatment sebagai berikut.
a)    Pertama, mengidentifikasi kasus utama tentang ketunacakapan belajar yang secara signifikan menggangu
perkembangan kemampuan-kemampuan pokok belajar murid. Yang termasuk kepada kemampuan pokok
belajar murid yaitu :
1.    keterampilan-keterampilan perceptual, yang dapat diidentifikasi melalui system “coding” dalam bentuk
bacaan, tulisan, ejaan, dan hitungan.
2.    Bahasa, yang berkaitan dengan upaya murid dalam memperoleh informasi.
b)    Kedua, mengidentifikasi dan menilai kemampuan pokok belajar murid baik dalam hal keterampilan
perceptual maupun bahasa.
c)    Ketiga,memberikan remediasi terhadap kelemahan-kelemahan melalui proses pembelajaran .
Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan ( faktor-faktor prognostic ) untuk
melakukan treatment, yaitu :
1.        kasus yang mungkin terjadi baik menyangkut aspek kelemahan bahasa atau keterampilan perceptual.
2.   Usia murid dan kelemahan dalam prestasi belajarnya di sekolah.
3.   Tersedianya sumber-sumber emosi, fisik, waktu dan energi yang diperlukan dalam program remedial.
c.    Prevensi
Langkah pertama dalam prevensi adalah mengidentikasi murid sebelum dia mengalami kesulitan atau
ketunacakapan belajar di sekolah. Langkah-langkah ini dilaksanakan melalui tes atau pemeriksaan
terhadap aspek-aspek pribadi murid yaitu sebagai berikut.
a)    Kesehatan
Untuk mengetahui kesehatan murid perlu keterangan dari dokter ahli anak (pediatrician) yang
menjelaskan tentang kondisi kesehatan murid tersebut.
b)   Perkembangan
Perkembangan murid yang perlu dipahami itu menyangkut aspek-aspek social, bahasa, motor, dan
tingkah laku adaptif.
c)    Penglihatan dan Pendengaran
Untuk mengetahui kesehatan atau kondisi kesehatan murid bisa memeriksakan murid ke dokter ahli mata
sedangkan untuk mengetahui kondisi pendengaranya dapat diperoleh keterangan dari dokter ahli telinga
( THT ).
d)   Keterampilan Perseptual

9
Untuk mengetahui keterangan perseptual ini dapat melalui pemeriksaan disamping dari ahli mata juga
melalui tes psikologis tentang keterampilan perceptual, penglihatan, dan pendengaran.
e)    Usia Pra Sekolah
Dewasa ini banyak anak yang masuk sekolah sebelum usia lima tahun. Dalam hal ini, mereka perlu
dipilih secara hati-hati apakah akan mengalami resiko atau tidak.
f)    Usia Masuk TK
Menurut aturan anak-anak tidak boleh masuk TK sebelum usia lima tahun. Pada kenyataannya mungkin
saja ditemukan anak yang belum berusia lima tahun sudah menampilkan perkembangan yang baik dalam
perilaku social, bahasa, dan penyesuaian dirinya. Namun anak seperti ini relative masih sangat sedikit.

PENUTUP

A.  Simpulan
Murid-muirid tuna cakap belajar yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pendidikan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus sesuai dengan bentuk dan derajat
kesulitannya.layanan ini tidak hanya berkaitan dengan kesulitan yang di hadapinya tetapi juga dalam
strategi atau pendekatan bantuannya.
Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau dari Berbagai Aspek yaitu Aspek Kognitif, Aspek
Bahasa, Aspek Motorik dan Aspek Sosial dan Emosi.
Jenis –Jenis Tuna Cakap Belajar yaitu Minimal Brain Dysfunction, Aphasia, Inner aphasia,
Dyslexsia, Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik.. Faktor-Faktor Anak Tuna Cakap Anak yaitu
Faktor Internal (dalam diri anak) yang terdiri atas Minimal Brain Dysfunction, Faktor Gangguan
Emosional. Sedangkan faktor eksternal yaitu Faktor keluarga (keturunan), Faktor “Pengalaman”,
Lingkungan, Beban pikiran karena masalah dengan keluarga, Tidak adanya atau kurangnya perhatian dari
orang tua juga keluarga, tidak adanya bimbingan atau pengarahan.
B.  Saran
Sebaiknya kita sebagai guru harus sedini mungkin mengenal anak didik kita. Sehingga anak didik
kita dapat terdeteksi ketuna cakapan belajarnya sehingga guru dapat menyusun strategi yang tepat untuk
mengurangi ketuna cakapan belajar tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Kartadinata, Sunaryo dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana

http://wiwithusni.blogspot.com/2012/06/bimbingan-murid-tuna-cakap-belajar.html (diakses tanggal 30
September 2012 pukul 16.00 WIB)

http://bamperxii.blogspot.com/2008/04/tuna-cakap-kesulitan-belajar.html (diakses tanggal 30 September 2012


pukul 16.00 WIB)

yazjatnika251009.blogspot.com/2010/11/blog-post.html  (diakses tanggal 30 September 2012 pukul 16.00 WIB)

11

Anda mungkin juga menyukai