Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini dengan tepat waktu. Karena tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan dapat untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini, agar supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sekian dan terima kasih.
Palangka raya,
September 2019
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap anak memiliki kemampuan atau kelebihan yang berbeda-beda, begitu pula dengan
kekurangan atau ketidak mampuannya yang menjadi masalah bagi siswa salah satunya adalah anank tuna
cakap belajar. Jangankan anak berbakat atau berpotensi, anak tuna cakap belajar pun membutuhkan atau
lebih membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kekurangan dan ketidak
mampuannya, atau orang yang mampu memecahkan masalahnya itu. Karena sifat dasar anak berbeda-
beda, baik tempramennya, gaya, sikap maupun emosinya. Begitu juga dengan anak tuna cakap belajar
akan berbeda dengan anak normal lainnya dan begitu jelas.
Berbagai observasi menunjukan bahwa cara berpikir anak tuna cakap belajar berbeda dengan cara
berpikir anak normal pada umumnya. Karena adanya keterlambatan dalam berpikir atau menerima
materi/stimulus/rangsangan dari orang lain, khususnya saat belajar. Kita menyadari bahwa kurang adanya
perhatian terhadap kebutuhan anak yang memiliki masalah (anak tuna cakap belajar) dalam cara berpikir
atau merealisasikan sesuatu dan kesempatan. Kesempatan yang sepadan dan selaras dengan kebutuhan
atau ketidak mampuan mereka.
Dengan itu, kita sebagai calon pendidik dan pembimbing sekaligus orang tua mereka, harus
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada anak didik kita yang mempunyai kelemahan atau ketidak
mampuan dalam berpikir (anak tuna cakap belajar), dan bagai mana cara kita untuk mengetahui anak
tersebut, Untuk itu kita akan membahas tentang cara mengetahui anak tuna cakap belajar dan cara
membimbingnya.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah Definisi Tuna Cakap Belajar?
b. Bagaimanakah identifikasi tuna cakap belajar?
c. Bagaimanakah karakteristik anak tuna cakap belajar?
d. Apa sajakah jenis-jenis tuna cakap belajar?
e. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar?
f. Apa sajakah Teknik membantu siswa tuna cakap belajar?
g. Bagaimanakah Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui:
a. Definisi Tuna Cakap Belajar
b. Identifikasi tuna cakap belajar
c. Karakteristik anak tuna cakap belajar
d. Jenis-jenis tuna cakap belajar
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar
f. Teknik membantu siswa tuna cakap belajar
g. Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar
2
PEMBAHASAN
3
digolongkan kepada katergori di bawah normal (keluarbiasaan), namun mereka yang mengalami
kelemahan dalam berbicara perceptual-motorik (berbahasa), persepsi visual dan auditorium. Canadian
Associatiaon for children and adults with learning disabilities (1981), menjelasakan pergertian tentang
murid berkesulitan berlajar yaitu merekan yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah meskipun
kecerdasannya termasuk normal sedikit di atas normal, atau sedikit di bawah normal. Keadaan ini sebagai
akibat disfungsi minimal otak yang terjadi karena penyimpangan perkembanngan otak yang dapat
berwujud dalam berbagai kombinasi gejala gangguan, seperti : gangguan persepsi, pembentukan konsip,
bahasan, ingatan, control perhatian atau gangguan motori. Keadaan ini tidak disebabkan oleh ganguan
prima pada penglihatan, pendengaran, cacat motorik atau ganguan emosional, retardasi mental, atau
akibat lingkungan (cartwringht, dkk, 1984).
Kesulitan belajar lebih di definisikan sebagai gangguan perceptual, konseptual, memori, maupun
ekspresif di dalam proses belajar. Dan uraian di atas dapat di katakana bahwa kesulitan belajar atau
learning disabilities merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman di mana gangguan
tersebut di wujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan
proses belajar.
Ada prosedur yang dikembangkan di Amerika, untuk menilai seorang anak termasuk mengalami
kesulitan belajar yaitu :
a. Seorang anak yang berkesulitan belajar sidak mampu mencapai prestasi sesuai usia dan tingkat
kecakapan dalam satu atau lebih bidang. Seperti : Ekspresi lisan; Mendengarkan pemahaman; Ekspresi
tulisan; Keterampilan membaca dasar; Membaca pemahaman; Perhitungan matematis; Berpikir
matematis.
b. Seorang anak tidak diidentifikasi mengalami kesulitan belajar ( learning disabilities ) jika disebabkan
oleh : hambatan visual, pendengaran atau motorik; keterbelakangan mental; gangguan emosional;
ketakberuntungan lingkungan, kultural atau ekonomis.
c. Ada tim penilai dari berbagai disiplin ilmu, meliputi : guru tetap; seorang ahli yang mampu melakukan
uji diagnostik ( ahli psikologi dan guru ahli remedial ).
d. Observasi. Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar murid di kelas. Mengamati murid
dalam suatu lingkungan yang cocok bagi murid sesuai dengan usianya.
e. Laporan tertulis, tim evaluasi membuat laporan tertulis hasil evaluasi yang meliputi : kesulitan belajar
khusus yang dialami murid; dasar yang digunakan dalam menentukan Janis kesulitan belajar yang
dialami; perilaku-perilaku yang relevan yang tercatat selama dilakukan temuan medis yang relevan
dengan pendidikan; kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa pendidikan
dan layanan khusus.
4
f) Tidur didalam kelas
g) Tidak aktif.
h) Nyontek pekerjaan teman.
i) Tidak naik kelas.
Mungkin masih banyak lagi karakteristik yang ada pada diri siswa/anak yang dikatakan tuna
cakap belajar.
5
D. Jenis –Jenis Tuna Cakap Belajar
a. Minimal Brain Dysfunction
Minimal brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu
kondisi gangguan syaraf minimal pada murid ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai
kombinasi kesulitan seperti konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian , perhatian,
impulse(dorongan), atau fungsi motorik.
b. Aphasia
Aphasia merujuk suatu kepada suatu kondisi dimana anak gagal mnuasi ucapan-ucapan bahasa yang
bermakna pada usia sekitar 3,0 tahun. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena factor
ketulia ,keterbelakangan mental, ganngguan organ bicara,tau factor lingkungan.
Simptom aphasia digolongkan kedalam tiga karakteristik utama yakni:
a) Receptive aphasia
· Tidak dapat mengeidentifikasi apa yang didengar
· Tidak mendapat melacak arah
· Kemiskinan kosa kata
· Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
· Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b) Expressive aphasia
· Jarang bicara di kelas
· Kesulitan dalam melakukan peniruan.
· Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
· Jarang menampilkan gesture (gerakan tangan )
· Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c) Inner aphasia
· Tidak mampu melakukan asosiasi, oleh karena itu sulit berfikir abstrak
· Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
· Lamban merespon
d) Dyslexsia
Dylexia, ketidakcakapan membaca. Adalah jenis lain gangguan belajar. Yakni anak-anak
berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompitisi dengan temannya di sekolah .
Simptom umum dylesia :
· Kelamahan orientasi kanan –kiri
· Kecendurungan membaca kata bergerak maju mundur. Seperti “dia” dibaca “aid”.
· Kelemahan keterampilan jari.
· Kesulitan dalam berhitung
· Kelmahan memori.
· Kesulitan auditif.
· Kelemahan memori visual.
· Dalam membaca keras tidak mampu mengkonverisikan symbol visual ke dalam symbol auditif sejalan
dengan bunyi secara benar.
e) Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik
Kelemahan preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya merujuk kepada masalah yang sama,
persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri membedakan
stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.
6
1. Minimal Brain Dysfunction (ketidak berfungsian minimal otak) yang bias termanifestasi dalam berbagai
kondisi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa memori, pengendalian perhatian impuls
(dorongan) atau fungsi motorik.
2. Faktor Gangguan Emosional. Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional yang
berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf
3. Kelemahan perceptual
4. Males belajar
5. Kelemahan dalam membaca (dyslexia)
6. Bawaan
b) Faktor Ekstern (dari luar diri anak)
1. Faktor keluarga (keturunan)
2. Faktor “Pengalaman”. Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan
dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh anak yang
terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani
peralatan atau mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam mengembangkan
keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau bollpoint. Biasanya kemiskinan
pengalaman ini berkaitan erat dengan konisi sosial ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan
erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menggamggu perkembangan dan
keberfungsian otak.
3. Lingkungan
4. Beban pikiran karena masalah dengan keluarga
5. Tidak adanya atau kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga
6. Tidak adanya bimbingan atau pengarahan
b. Pengaruh ketidak mampuan atau kelemahan dalam menerima materi, stimulus/rangsangan bagi anak
yang bersangkutan (anak tuna cakap belajar) dan temannya antara lain :
a) Pengaruh bagi dirinya sendiri
1. Menjadi suatu masalah atas kelemahannya
2. Menjadi penghambat dalam meraih prestasi
3. Menjadikan kurang percaya diri dan tidak bersemangat
4. minder dan suka menyendiri
5. Bahan ejekan teman
6. Membuat anak jadi merasa bodoh dan makin tidak terkontrol emosinya
7. Mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negative
8. Dimarahi, diomel orang tua
9. Menambah beban teman sekelompoknya
b) Pengaruh bagi teman-temannya
1. Menjadi kendala saat kerja kelompok
2. Menimbulkan rasa kasihan
3. Bahan cemoohan atau ledekan
4. Mengurangi saingan dalam berprestasi
5. Mempengaruhi dalam suasana belajar mengajar
c. Langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak yang mengalami kelemahan atau ketidak
mampuan dalam menerima materi, stimulus dan rangsangan (anak tuna cakap belajar) antara lain:
a) Memberikan perhatian dan kesempatan-kesempatan yang sepadan, selaras sesuai dengan kebutuhannya.
b) Khususnya bagi orang tua, terimalah kelemahan yang dimiliki anak dengan kesabaran, tanggung jawab
untuk membimbingnya.
c) Maafkan dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan sebagai pemacu semangat mereka.
d) Jangan sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan menjadi beban baginya.
e) Dekatilah dan menjadi teman curhat setia bagi mereka.
f) Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai dengan kebutuhannya.
7
F. Teknik Membantu Siswa Tuna Cakap Belajar
a. Di lingkungan Sekolah
Murid di posisikan duduk di bangku paling depan
Guru memberikan petunjuk secara tertulis dan lisan untuk semuatugas yang diberikan
Memberikan tugas kelompok supaya terjalinsosialisasi dengan teman
Penggunaan alat peraga semaksimal mungkin
Memberikan rancangan tertulis bagi setiap pokok bahasan pelajaran
Bahan-bahan pelajaran disesuaikan dan tidak dipaksakan
Mencoba memberikan tes lisan
Memberikan tugas-tugas secara tertulis yang sederhana
Memberikan tes tertulis yang beragam seperti menjodohkan,pilihan ganda, salah benar, dan isian
singkat
Memberikan tugas-tugas yang bervariasi
Mengikuti tes psikologis
b. Di lingkungan kelurga
Memeriksakan murid ke dokter ahli untuk mengetahui kesehatan murid tersebut
Gaya pengsuhan orang tua yang baik, tidak permisitif dan otoritatif
Memaksimalkan perhatian sehingga anak tidak merasa sendiri dan di abaikan
Menciptakan kondisi lingkunganbelajar yang baik di rumah
Menjadi “teman” yang friendly bagi anak
Selalu memberikan motivasi kepada anak
Membantu anak untuk mengetahui dan menerima kenyataan tentang dirinya
Pemberian kasih sayang yang maksimal
Membantu
Terdapat tiga dasar layanan bimbingan yang dapat dikembangkan secara terpadu dengan proses
pembelajaran dalam upaya membantu murid tuna cakap belajar. Jerome Rosner (1993) menggolongkan
pola tersebut, yaitu :
a. Layanan remediasi
Terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi, atau jika mungkin menghilangkan kesulitan.
Dalam layanan ini murid dibantu untuk mengatasi kekurangan dalam keterampilan perceptual maupun
kecakapan dasar berbahasa, sehingga dia dilengkapi dengan keterampilan yang dapat menjadikannya
8
mampu memperoleh kemajuan dalam kondisi pembelajaran normal. Dengan kata lain, remediasi ini
mengubah dan memperbaiki keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dalam kondisi normal dan
tidak perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b. Layanan kompensasi
Yaitu mengembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku yang
memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan kekurang terampilan
perceptual dan bahasa. Untuk mencapai tujuan tersebut layanan yang bersifat kompensasi ini hendaknya
memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut;
a) fahami dan pastikan bahwa murid memiliki pengetahuan factual yang di perlukan dalam mempelajari
bahan ajaran,
b) batasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit ajaran, dan sampaikan
sedikit demi sedikit; jika perlu gunakan system jembatan keledai,
c) sajikan informasi secara jelas tentang apa yang harus murid pelajari,
d) nyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan dengan informasi yang telah dimiliki
murid,
e) jika murid sudah mampu menguasai unit-unit kecil perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih besar,
f) siapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam ingatan murid,
g) lakukan drill dan, latihan yang paling efektif, jika perlu minta murid mengatakan dan menuliskan apa
yang dia lihat dan dengar.
9
Untuk mengetahui keterangan perseptual ini dapat melalui pemeriksaan disamping dari ahli mata juga
melalui tes psikologis tentang keterampilan perceptual, penglihatan, dan pendengaran.
e) Usia Pra Sekolah
Dewasa ini banyak anak yang masuk sekolah sebelum usia lima tahun. Dalam hal ini, mereka perlu
dipilih secara hati-hati apakah akan mengalami resiko atau tidak.
f) Usia Masuk TK
Menurut aturan anak-anak tidak boleh masuk TK sebelum usia lima tahun. Pada kenyataannya mungkin
saja ditemukan anak yang belum berusia lima tahun sudah menampilkan perkembangan yang baik dalam
perilaku social, bahasa, dan penyesuaian dirinya. Namun anak seperti ini relative masih sangat sedikit.
PENUTUP
A. Simpulan
Murid-muirid tuna cakap belajar yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pendidikan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus sesuai dengan bentuk dan derajat
kesulitannya.layanan ini tidak hanya berkaitan dengan kesulitan yang di hadapinya tetapi juga dalam
strategi atau pendekatan bantuannya.
Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau dari Berbagai Aspek yaitu Aspek Kognitif, Aspek
Bahasa, Aspek Motorik dan Aspek Sosial dan Emosi.
Jenis –Jenis Tuna Cakap Belajar yaitu Minimal Brain Dysfunction, Aphasia, Inner aphasia,
Dyslexsia, Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik.. Faktor-Faktor Anak Tuna Cakap Anak yaitu
Faktor Internal (dalam diri anak) yang terdiri atas Minimal Brain Dysfunction, Faktor Gangguan
Emosional. Sedangkan faktor eksternal yaitu Faktor keluarga (keturunan), Faktor “Pengalaman”,
Lingkungan, Beban pikiran karena masalah dengan keluarga, Tidak adanya atau kurangnya perhatian dari
orang tua juga keluarga, tidak adanya bimbingan atau pengarahan.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai guru harus sedini mungkin mengenal anak didik kita. Sehingga anak didik
kita dapat terdeteksi ketuna cakapan belajarnya sehingga guru dapat menyusun strategi yang tepat untuk
mengurangi ketuna cakapan belajar tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://wiwithusni.blogspot.com/2012/06/bimbingan-murid-tuna-cakap-belajar.html (diakses tanggal 30
September 2012 pukul 16.00 WIB)
11