Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH : BIMBINGAN BELAJAR

DOSEN : JUSMAWATI, S.Pd.,M.Pd

BIMBINGAN BAGI ANAK TUNA CAKAP BELAJAR

NAMA : A. SRI RAHAYU

NIM : 17093188206044

KELAS :B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2020
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Bimbingan
Bagi Anak Tuna Cakap Belajar”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah“ Bimbingan Belajar”.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Tuna Cakap Belajar 6
B. Identifikasi Anak Tuna Cakap Belajar 6
C. Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar 7
D. Jenis-Jenis Tuna Cakap Belajar 10
E. Faktot-Faktor Tuna Cakap Belajar 12
F. Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki kemampuan atau kelebihan yang berbeda-beda,
begitu pula dengan kekurangan atau ketidak mampuannya yang menjadi masalah
bagi siswa salah satunya adalah anank tuna cakap belajar. Jangankan anak
berbakat atau berpotensi, Anak tuna cakap belajar pun membutuhkan atau lebih
membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kekurangan dan
ketidak mampuannya, atau orang yang mampu memecahkan masalahnya itu.
Karena sifat dasar anak berbeda-beda, baik tempramennya, gaya, sikap maupun
emosinya. Begitu juga dengan anak tuna cakap belajar akan berbeda dengan anak
normal lainnya dan begitu jelas.
Berbagai cara berpikir anak tuna cakap belajar berbeda dengan cara
berpikir anak normal pada umumnya. Karena adanya keterlambatan dalam
berpikir atau menerima materi/stimulus/rangsangan dari orang lain, khususnya
saat belajar. Kita menyadari bahwa kurang adanya perhatian terhadap kebutuhan
anak yang memiliki masalah (anak tuna cakap belajar) dalam cara berpikir atau
merealisasikan sesuatu dan kesempatan. Kesempatan yang sepadan dan selaras
dengan kebutuhan atau ketidak mampuan mereka.
Dengan itu, kita sebagai calon pendidik dan pembimbing sekaligus orang
tua mereka, harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada anak didik kita
yang mempunyai kelemahan atau ketidak mampuan dalam berpikir (anak tuna
cakap belajar), dan bagaimana cara kita untuk mengetahui anak tersebut, Untuk
itu kita akan membahas tentang cara mengetahui anak tuna cakap belajar dan cara
membimbingnya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Tuna Cakap Belajar?
2. Bagaimanakah identifikasi tuna cakap belajar?
3. Bagaimanakah karakteristik anak tuna cakap belajar?
4. Apa sajakah jenis-jenis tuna cakap belajar?
5. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar?
6. Bagaimanakah Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar?
C. Tujuan
Untuk mengetahui:
1. Definisi Tuna Cakap Belajar
2. Identifikasi tuna cakap belajar
3. Karakteristik anak tuna cakap belajar
4. Jenis-jenis tuna cakap belajar
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak tuna cakap belajar
6. Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tuna Cakap Belajar
Pengertian tentang murid tuna cakap belajar nampaknya cenderung belum
masyarakat, karena istilah yang sudah lazim digunakan dalam pendidikan di
Indonesia adalah murid yang mengalami kesulitan belajar dengan sebutan anak
‘’berkesulitan belajar’’.
Secara esensial kedua istilah tersebut dapat dikatakan’’identik’’. Meskipun
jika dilihat dari factor yang menimbulkan ketunacakapan belajar cenderung lebih
bersifat internaal(factor yang berasal dari dalam diri anak). Namun karena sama-
sama menunjukkan ketidakmampuan di dalam belajar, maka kedua istilah
tersebut cenderung sama. Tuna cakap belajar sebagai terjemahan dari learning
disabilities.
Kesulitan belajar atau learning disabilities merupakan istilah generik yang
merujuk kepada keragaman yang mengalami gangguan dimana gangguan
tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat
menimbulkan gangguan proses belajar.
Secara umum anak tuna cakap belajar dapat diartikan anak yang mempunyai
masalah kelemahan atau kekurangan dalam hal berpikir atau menerima materi
atau intelegensinya kurang.
B. Identifikasi Anak Tuna Cakap Belajar
Sunaryo ( 1998/ 1999 ) menjelaskan prosedur identifikasi dan metode
mengajar untuk anak tuna cakap belajar, memiliki prinsip dasar yang harus
dipahami, yaitu :
a. Tes atau tekhnik evaluasi lain harus diberikan dalam bahasa anak, dan
dapat dipahami anak.

6
b. Tidak ada prosedur tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan
program pendidikan yang layak mengetahui masalah berkesulitan belajar.
Ada prosedur yang dikembangkan di Amerika, untuk menilai seorang
anak termasuk mengalami kesulitan belajar yaitu :
a. Seorang anak yang berkesulitan belajar tidak mampu mencapai prestasi
sesuai usia dan tingkat kecakapan dalam satu atau lebih bidang. Seperti :
Ekspresi lisan; Mendengarkan pemahaman; Ekspresi tulisan;
Keterampilan membaca dasar; Membaca pemahaman; Perhitungan
matematis; Berpikir matematis.
b. Seorang anak tidak diidentifikasi mengalami kesulitan belajar ( learning
disabilities ) jika disebabkan oleh : hambatan visual, pendengaran atau
motorik; keterbelakangan mental; gangguan emosional;
ketakberuntungan lingkungan, kultural atau ekonomis.
c. Ada tim penilai dari berbagai disiplin ilmu, meliputi : guru tetap; seorang
ahli yang mampu melakukan uji diagnostik ( ahli psikologi dan guru ahli
remedial ).
d. Observasi. Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar murid
di kelas. Mengamati murid dalam suatu lingkungan yang cocok bagi
murid sesuai dengan usianya.
e. Laporan tertulis, tim evaluasi membuat laporan tertulis hasil evaluasi
yang meliputi : kesulitan belajar khusus yang dialami murid; dasar yang
digunakan dalam menentukan Janis kesulitan belajar yang dialami;
perilaku-perilaku yang relevan yang tercatat selama dilakukan temuan
medis yang relevan dengan pendidikan; kesenjangan antara prestasi dan
kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa pendidikan dan layanan khusus.
C. Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar
a. Ditinjau dari sifat dan perilaku anak
Setiap anak atau siswa memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda,
adapun karakteristik anak tuna cakap belajar antara lain:

7
1. Memiliki kelemahan dalam berpikir dan menerima materi atau
stimulus yang diberikan oleh guru.
2. Intelegensinya dibawah rata-rata.
3. Tidak menunjukan peningkatan prestasi.
4. Lebih cenderung menyendiri, cuek dan pemalu
5. Jika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan atau soal cenderung tidak
bisa menjawab atau lambat.
6. Tidur didalam kelas
7. Tidak aktif
8. Nyontek pekerjaan teman.
9. Tidak naik kelas.
Mungkin masih banyak lagi karakteristik yang ada pada diri
siswa/anak yang dikatakan tuna cakap belajar.
b. Karakteristik anak tuna cakap belajar ditinjau dari berbagai aspek
Karakteristik tuna cakap belajar yang ditemukan pada murid
kecenderungan menunjukkan kesulitan dalam hal-hal berikut.
1. Aspek Kognitif
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam
masalah-masalah khusus seperti : kemampuan membaca, menulis,
bicara, mendengarkan, berpikir dan matematis. Semuanya merupakan
penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan seperti
ini merefleksikan keyakinan bahwa masalah murid tuna cakap belajar
lebih banyak berkaitan dengan orientasi akademik dan bukan
disebabkan oleh tingkat kecerdasan yang rendah.
Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di
sekolah merupakan contoh klasik dari kekurang berfungsian aspek
kognitif anak yang mengalami tuna cakap belajar. namun di lain pihak,
tidak jarang mereka menunjukkan kemampuan berhitung atau
matematika yang cukup tinggi. Kasus tersebut membuktikkan bahwa

8
anak tuna cakap belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal,
akan tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal
sehingga terjadi keterbelakangan akademik (academic retardation),
yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan
dengan apa yang dicapainya secara nyata.
2. Aspek Bahasa
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam
mengeksperikan diri, baik secara lisan (verbal) maupun tertulis.
Dengan kata lain, murid yang mengalami tuna cakap belajar dalam
aspek bahasa cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dan
memahami bahasa (bahasa reseptif) serta dalam mengekspresikan diri
secara verbal (bahasa ekspresif).
Di dalam proses belajar, kemampuan berbahasa merupakan
alat untuk memahami dan menyatakan pikiran. Sehingga aspek
kemampuan bahasa dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan dari aspek
kognitif, karena proses berbahasa pada hakikatnya adalah proses
kognitif.
3. Aspek Motorik
Masalah motorik merupakan salah satu masalah yang dikaitkan
dengan murid tuna cakap belajar yang berhubungan dengan kesulitan
dalam keterampilan motorik-perseptual (perceptual-motor problem),
yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru
rancangan atau pola. Kemampuan motorik ini diperlukan untuk
menggambar, menulis atau menggunakan gunting, serta sangat
diperlukan koordinasi yang baik, anatara tangan dan mata, yang dalam
banyak hal koordinasi tersebut kurang dimiliki murid yang mengalami
tuna cakap belajar.
4. Aspek Sosial dan Emosi

9
Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik sosial
emosional murid tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional dan
keimpulsif-an. Kelabilan emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya
suasana hati dan temperamen, sementara keimpulsifan merujuk kepada
lemahnya pengendalian terhadap doronggan-dorongan tersebut.
Karakteristik anak yang mengalami tuna cakap belajar tidak akan
berlaku universal bagi seluruh anak tersebut karena setiap ketuna-cakapan
belajar anak yang spesifik memiliki gejala dan karakteristik tersendiri
seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu tentang jenis-
jenis tuna cakap belajar.
D. Jenis –Jenis Tuna Cakap Belajar
a. Minimal Brain Dysfunction
Minimal brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal otak
digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada murid
ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan
seperti konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian , perhatian,
impulse(dorongan), atau fungsi motorik.
b. Aphasia
Aphasia merujuk suatu kepada suatu kondisi dimana anak gagal
mnuasi ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 3,0 tahun.
Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena factor
ketulia ,keterbelakangan mental, ganngguan organ bicara,tau factor
lingkungan.
Simptom aphasia digolongkan kedalam tiga karakteristik utama yakni:
a) Receptive aphasia
1. Tidak dapat mengeidentifikasi apa yang didengar
2. Tidak mendapat melacak arah
3. Kemiskinan kosa kata
4. Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.

10
5. Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b) Expressive aphasia
1. Jarang bicara di kelas
2. Kesulitan dalam melakukan peniruan.
3. Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
4. Jarang menampilkan gesture (gerakan tangan )
5. Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c) Inner aphasia
1. Tidak mampu melakukan asosiasi, oleh karena itu sulit berfikir
abstrak
2. Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
3. Lamban merespon
d) Dyslexsia
Dylexia, ketidakcakapan membaca. Adalah jenis lain gangguan
belajar. Yakni anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami
kesulitan berkompitisi dengan temannya di sekolah .
Simptom umum dylesia :
1. Kelamahan orientasi kanan –kiri
2. Kecendurungan membaca kata bergerak maju mundur. Seperti
“dia” dibaca “aid”.
3. Kelemahan keterampilan jari.
4. Kesulitan dalam berhitung
5. Kelmahan memori.
6. Kesulitan auditif.
7. Kelemahan memori visual.
8. Dalam membaca keras tidak mampu mengkonverisikan symbol
visual ke dalam symbol auditif sejalan dengan bunyi secara
benar.
e) Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik

11
Kelemahan preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya
merujuk kepada masalah yang sama, persepsi dapat diidentifikasi
tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri
membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus
diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.
E. Faktor-Faktor Anak Tuna Cakap
a. Faktor-faktor anak mengalami atau mempunyai kelemahan/ketidak mampuan
dalam berpikir, menerima materi, stimulis dan rangsangannya (anak tuna
cakap) antara lain:
a) Faktor Internal (dalam diri anak)
Faktor Internal adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu
sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh
seperangkat proses transformasi.
1. Minimal Brain Dysfunction (ketidak berfungsian minimal otak)
yang bias termanifestasi dalam berbagai kondisi kesulitan seperti:
persepsi, konseptualisasi, bahasa memori, pengendalian perhatian
impuls (dorongan) atau fungsi motorik.
2. Faktor Gangguan Emosional. Gangguan emosional terjadi karena
adanya trauma emosional yang berkepanjangan sehingga
menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf
3. Kelemahan perceptual
4. Males belajar
5. Kelemahan dalam membaca (dyslexia)
6. Bawaan
b) Faktor Eksternal (dari luar diri anak) adalah situasi perangsang di luar
diri si belajar. Kondisi belajar yang diperlukan berbeda-beda untuk
setiap kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan belajar yang
berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang
berbeda dan kondisi eksternal yang berbeda pula

12
1. Faktor keluarga ialah tempat anak-anak mengembangkan diri.
Segala aktivitas termasuk aktivitas belajar dalam keluarga. Dalam
aktivitas belajar, peranan orang tua dalam keluarga adalah
memberikan bimbingan belajar dan memenuhi kebutuhan belajar
yang dibutuhkan.
2. Faktor “Pengalaman”. Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor
seperti kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan
pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami
oleh anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang
layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan
atau mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah
anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif dalam
penggunaan alat tulis seperti pensil atau bollpoint. Biasanya
kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan konisi sosial
ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan erat dengan
masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menggamggu
perkembangan dan keberfungsian otak.
3. Lingkungan
4. Beban pikiran karena masalah dengan keluarga
5. Tidak adanya atau kurangnya perhatian dari orang tua juga
keluarga
6. Tidak adanya bimbingan atau pengarahan
b. Pengaruh ketidakmampuan atau kelemahan dalam menerima materi,
stimulus/rangsangan bagi anak yang bersangkutan (anak tuna cakap belajar)
dan temannya antara lain :
a) Pengaruh bagi dirinya sendiri
1. Menjadi suatu masalah atas kelemahannya
2. Menjadi penghambat dalam meraih prestasi
3. Menjadikan kurang percaya diri dan tidak bersemangat

13
4. Minder dan suka menyendiri
5. Bahan ejekan teman
6. Membuat anak jadi merasa bodoh dan makin tidak terkontrol
emosinya
7. Mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negative
8. Dimarahi, diomel orang tua
9. Menambah beban teman sekelompoknya
b) Pengaruh bagi teman-temannya
1. Menjadi kendala saat kerja kelompok
2. Menimbulkan rasa kasihan
3. Bahan cemoohan atau ledekan
4. Mengurangi saingan dalam berprestasi
5. Mempengaruhi dalam suasana belajar mengajar
c. Langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak yang
mengalami kelemahan atau ketidak mampuan dalam menerima materi,
stimulus dan rangsangan (anak tuna cakap belajar) antara lain:
1. Memberikan perhatian dan kesempatan-kesempatan yang sepadan,
selaras sesuai dengan kebutuhannya.
2. Khususnya bagi orang tua, terimalah kelemahan yang dimiliki anak
dengan kesabaran, tanggung jawab untuk membimbingnya.
3. Maafkan dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan sebagai
pemacu semangat mereka.
4. Jangan sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan menjadi
beban baginya.  
5. Dekatilah dan menjadi teman curhat setia bagi mereka.
6. Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai densgan kebutuhannya.

14
F. Cara Menilai (Mengevaluasi) Murid Tuna Cakap Belajar
1. Menyusun ilustrasi dari setiap pokok bahasan yang diteskan
2. Mempersiapkan Glosari atau kata-kata khusus dan definisi dari setiap
konsep yang diajarkan
3. Membuat kartun atau gambar yang menjelaskan tentang gagasan dari
setiap pokok bahasan / sub pokok bahasan
4. Membuat rangkaian gambar yang berhubungan dengan gagasan yang
beragam dalam setiap sub pokok bahasan
5. Membuat majalah dinding
6. Menulis atau merekam berita mengenai suatu hal yang berkaitan dengan
pelajaran
7. Mewancarai seseorang yang memahami topic-topik pelajaran
8. Mempelajari informasi baru dari jurnal, yang sesuai dengan materi
pelajaran
9. Mempersiapkan proposal penelitian
10. Mempersiapkan slide, filmstrip, atau penyajian videotape bagi kelompok
Terdapat tiga dasar layanan bimbingan yang dapat dikembangkan secara
terpadu dengan proses pembelajaran dalam upaya membantu murid tuna cakap
belajar.
Menurut Jusmawati (2019) Bimbingan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu agar
individu tersebut dapat berkembang dengan baik. Sebagai pembimbing harus
memberikan bimbingan, bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
menemukan pribadi, mengenali lingkungan.
Jerome Rosner (1993) menggolongkan pola tersebut, yaitu :
a. Layanan remediasi
Terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi, atau jika
mungkin menghilangkan kesulitan. Dalam layanan ini murid dibantu untuk

15
mengatasi kekurangan dalam keterampilan perceptual maupun kecakapan
dasar berbahasa, sehingga dia dilengkapi dengan keterampilan yang dapat
menjadikannya mampu memperoleh kemajuan dalam kondisi pembelajaran
normal. Dengan kata lain, remediasi ini mengubah dan memperbaiki
keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dalam kondisi normal dan tidak
perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b. Layanan kompensasi
Yaitu mengembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang
normal atau baku yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang
memuaskan dalam keadaan kekurang terampilan perceptual dan bahasa.
Untuk mencapai tujuan tersebut layanan yang bersifat kompensasi ini
hendaknya memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut;
1. Pahami dan pastikan bahwa murid memiliki pengetahuan factual yang
di perlukan dalam mempelajari bahan ajaran,
2. Batasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada
bahan atau unit ajaran, dan sampaikan sedikit demi sedikit; jika perlu
gunakan system jembatan keledai,
3. Sajikan informasi secara jelas tentang apa yang harus murid pelajari,
4. Nyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan
dengan informasi yang telah dimiliki murid,
5. Jika murid sudah mampu menguasai unit-unit kecil perkenalkan dia
kepada unit-unit yang lebih besar,
6. Siapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam
ingatan murid,
7. Lakukan drill dan, latihan yang paling efektif, jika perlu minta murid
mengatakan dan menuliskan apa yang dia lihat dan dengar.
Selanjutnya Jerome Rosner (1993), mengemukakan petunjuk
pengambilan keputusan dalam melakukan treatment sebagai berikut.

16
a) Pertama, mengidentifikasi kasus utama tentang ketunacakapan belajar
yang secara signifikan menggangu perkembangan kemampuan-
kemampuan pokok belajar murid. Yang termasuk kepada kemampuan
pokok belajar murid yaitu :
1. keterampilan-keterampilan perceptual, yang dapat
diidentifikasi melalui system “coding” dalam bentuk bacaan,
tulisan, ejaan, dan hitungan.
2. Bahasa, yang berkaitan dengan upaya murid dalam
memperoleh informasi.
b) Kedua, mengidentifikasi dan menilai kemampuan pokok belajar murid
baik dalam hal keterampilan perceptual maupun bahasa.
c) Ketiga,memberikan remediasi terhadap kelemahan-kelemahan melalui
proses pembelajaran .
Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan
( faktor-faktor prognostic ) untuk melakukan treatment, yaitu :
1. kasus yang mungkin terjadi baik menyangkut aspek kelemahan bahasa
atau keterampilan perceptual.
2. Usia murid dan kelemahan dalam prestasi belajarnya di sekolah.
3. Tersedianya sumber-sumber emosi, fisik, waktu dan energi yang
diperlukan dalam program remedial.
c. Prevensi
Langkah pertama dalam prevensi adalah mengidentikasi murid
sebelum dia mengalami kesulitan atau ketunacakapan belajar di sekolah.
Langkah-langkah ini dilaksanakan melalui tes atau pemeriksaan terhadap
aspek-aspek pribadi murid yaitu sebagai berikut.
1. Kesehatan
Untuk mengetahui kesehatan murid perlu keterangan dari dokter ahli
anak (pediatrician) yang menjelaskan tentang kondisi kesehatan murid
tersebut.

17
2. Perkembangan
Perkembangan murid yang perlu dipahami itu menyangkut aspek-
aspek social, bahasa, motor, dan tingkah laku adaptif.
3. Penglihatan dan Pendengaran
Untuk mengetahui kesehatan atau kondisi kesehatan murid bisa
memeriksakan murid ke dokter ahli mata sedangkan untuk mengetahui
kondisi pendengaranya dapat diperoleh keterangan dari dokter ahli
telinga ( THT ).
4. Keterampilan Perseptual
Untuk mengetahui keterangan perseptual ini dapat melalui
pemeriksaan disamping dari ahli mata juga melalui tes psikologis
tentang keterampilan perceptual, penglihatan, dan pendengaran.
5. Usia Pra Sekolah
Dewasa ini banyak anak yang masuk sekolah sebelum usia lima tahun.
Dalam hal ini, mereka perlu dipilih secara hati-hati apakah akan
mengalami resiko atau tidak.
6. Usia Masuk TK
Menurut aturan anak-anak tidak boleh masuk TK sebelum usia lima
tahun. Pada kenyataannya mungkin saja ditemukan anak yang belum
berusia lima tahun sudah menampilkan perkembangan yang baik
dalam perilaku social, bahasa, dan penyesuaian dirinya. Namun anak
seperti ini relative masih sangat sedikit.

BAB III
PENUTUP

18
A. Kesimpulan
Murid-muirid tuna cakap belajar yaitu anak yang mengalami kesulitan
dalam mengikuti proses pendidikan, sehingga memerlukan layanan pendidikan
khusus sesuai dengan bentuk dan derajat kesulitannya.layanan ini tidak hanya
berkaitan dengan kesulitan yang di hadapinya tetapi juga dalam strategi atau
pendekatan bantuannya.
Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau dari Berbagai Aspek
yaitu Aspek Kognitif, Aspek Bahasa, Aspek Motorik dan Aspek Sosial dan
Emosi.
Jenis –Jenis Tuna Cakap Belajar yaitu Minimal Brain Dysfunction,
Aphasia, Inner aphasia, Dyslexsia, Kelemahan Perseptual dan perseptual-
motorik.. Faktor-Faktor Anak Tuna Cakap Anak yaitu Faktor Internal (dalam diri
anak) yang terdiri atas Minimal Brain Dysfunction, Faktor Gangguan Emosional.
Sedangkan faktor eksternal yaitu Faktor keluarga (keturunan), Faktor
“Pengalaman”, Lingkungan, Beban pikiran karena masalah dengan keluarga,
Tidak adanya atau kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga, tidak
adanya bimbingan atau pengarahan.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai guru harus sedini mungkin mengenal anak didik
kita. Sehingga anak didik kita dapat terdeteksi ketuna cakapan belajarnya
sehingga guru dapat menyusun strategi yang tepat untuk mengurangi ketuna
cakapan belajar tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Jusmawati, Eka Fitriana HS, 2019. Manajemen Kelas, Banten: CV. AA. Rizky

19
Jusmawati, Satriawati, R. Irman. 2018. Strategi Belajar Mengajar. Makassarz: Rizky

Artha Mulia

Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd. 2014. Bimbingan Belajar, Yogyakarta: Graha Ilmu
Kartadinata, Sunaryo dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: CV
Maulana.
http://wiwithusni.blogspot.com/2012/06/bimbingan-murid-tuna-cakap-belajar.html
(diakses tanggal 30 September 2012 pukul 16.00 WIB).

20

Anda mungkin juga menyukai