Sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan calon guru SD atau
pendidik. Guru harus mengetahui teknik memahami perkembangan murid, yaitu teknik tes dan
teknik non tes. Tidak hanya itu tetapi guru juga harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga
wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain itu guru harus mengerti psikologi
anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu.
Untuk itu guru harus mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik.
Salah satunya dengan tes. Tes yang digunakan bisa teknik tes dan non tes sesuai dengan
kemampuan dan minat peserta didik.
Selain itu, tes bisa membantu guru untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan
peserta didik yang menjadi masalah dalam kehidupannya. Oleh karena itu, guru harus memahami
bagaimana teknik tes dan non tes tersebut dan apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-
masing teknik pengumpulan data.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian teknik-teknik tes serta jenis-jenisnya?
2. Apa pengertian non-tes dan jenis-jenisnya?
B II
PEMBAHASAN
2.1 TEKNIK TES
Teknik tes atau disebut juga sebagai testing merupakan usaha pemahaman murid dengan
mengunakan alat-alat yang bersifat mengukur atau men tes. Penggunaan teknik tes (khususnya
tes prestasi belajar) bagi guru di sekolah bertujuan untuk:
Menilai kemampuan belajar murid
Memberikan bimbingan belajar kepada murid
Mengecek kemajuan belajar
Memahami kesulitan-kesulitan belajar
Memperbaiki teknik mengajar
Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar. (Shertzer & Stone, 1971: 235).
Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan atas :
2.1.1 Tes Kecerdasan
Kecedasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga
diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas tujuannya; berpikir
rasional; dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif, dengan demikian tes kecerdasan
itu tidak lain adalah prosedur yang sistematis dengan menggunkan instrumen untuk mengetahui
kemampuan umum individu terutama menyangkut kemampuan berpikirnya.
Untuk mengetahui kecenderungan tingkat kecerdasan murid, diantaranya menggunakan tes
benet-simon (verbal test), yang dipersiapkan untuk anak muali usia 3 tahun sampai dengan 15
tahun. Tes ini memperhitungkan dua hal yaitu;
Umur kronologis (“cronological age” disingkat C.A) yaitu umur seseorang sebagaimana
yang ditunjukan dengan hari kelahirannya atau lamanya hidup sejak tanggal lahirnya.
Umur mental (“mental age” disingkat M.A) yaitu umur kecerdasan sebagaimana yang
ditunjukan oleh hasil tes kemampuan akademik.
Dengan demikian tingkat intelegensi ditunjukan dengan perbandingan kecerdasan atau
disebut dengan istilah “intelegensi Quotient” yang biasa disingkat I.Q.
I.Q.=M.A./C.A.
Selain teknik tes diatas, masih terdapat tes kecerdasan yang lainnya seperti tes progresive
metrices yaitu alat yang mengukur tes intelegensi secara non-verbal yang diberikan kepada anak
yang berusia diantara 9-15 tahun.
2.1.2 Tes Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus individu yang dapat berkembang melalui belajar
atau latihan. Untuk mengetahui bakat telah dipersiapkan beberapa teknik tes diantaranya;
1) Rekonik, teknik ini mengukur fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2) Tes bakat musik, tes ini mengukur kemampuan individu dalam aspek-aspek suara, nada, ritme,
warna bunyi, dan memori.
3) Tes bakat artistik, tes ini mengukur kemampuan menggambar, melukis, dan erupa (mematung).
4) Tes bakat klerikal (perkantoran), tes ini mengukur kemampuan ”kecepatan dan ketelitian”.
5) Tes bakat yang multifaktor, tes ini mengukur berbagai kemampuan khusus, yang telah lama
digunakan adalah DAT (differential Artitude Test).
Tes ini mengukur delapan kemampuan khusus, yaitu;
Berpikir verbal, yang mengungkapkan nalar yang dinyatakan secara verbal.
Kemampuan bilangan, yang mengungkapkan kemampuan berpikir dengan mengunakan angka-
angka.
Berpikir abstrak, yang mengungkapkan kemampuan nalar yang dinyatakan dengan mengunkan
berbagai bentuk diagram, yang bersifat nonverbal atau tanpa angka-angka.
Hubungan ruang, visualisasi dan persepsi yang mengungkapkan kemampuan untuk
membayangkan dan membentuk gambar-gambar dari objek-objek dengan hanya melihat gambar
diatas kertas yang rata.
Kecepatan dan ketelitian, yang mengungkapkan ketelitian dan percepatan seseorang dalam
membandingkan dan memperhatikan daftar tertulis, seperti nama-nama atau angka-angka.
Berpikir mekanik, yang mengungkapkan kemampuan serta pemahaman mengenai hukum-hukum
yang mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakannya.
Penggunaan bahasa pengucapan, yang mengungkapkan kemampuan pemakaian kata-kata dalam
kalimat, seperti tanda baca, dan tatabahasa.
Penggunaan bahasa-menyusun kalimat yang mengungkap kemampuan pemakaian kata-kata
dalam kalimat seperti tanda baca dan tata bahasa.
2.1.3 Tes kepribadian
Allport (dalam Hall dan Lindzey, 1981) mengatakan bahwa kepribadian adalah
organisasi yang dinamis dari system-sistem psikopisis dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian-penyesuaian yang unik dengan lingkungan.
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak
hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang
atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu, biasanya juga
menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing, tujuan tes kepribadian
adalah mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu sendiri bersifat
individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian yang sama diantara satu
dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu yang salah atau benar, bukan
pula sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga kepribadian adalah apa adanya diri anda yang
telah memiliki kepribadian yang unik, berbeda dari yang lain.
Tes-tes kepribadian melibatkan stimulus terstandarisasi yang ditujukan untuk memancing
dan menganalisa perbedaan reaksi individu. Kepribadian dapat diukur dengan berbagai cara.
Cara yang paling banyak digunakan adalah dengan jalan melihat :
1) Apa yang seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri. Cara ini disebut “self-report
inventory”, dimana seseorang mengemukakan atau merespon sesuatu mengenai dirinya melalui
alat yang sudah disediakan. Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk diberikan,
seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi dengan hati-hati. Keunggulan Tes
ini adalah terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik;
namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada
pengetahuan diri. Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic
Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial
Inventory.
2) Apa yang orang lain katakan tentang keadaan diri seorang. Cara ini disebut “inventories
sociometric”, di mana orang lain diminta untuk mengemukakan keadaan pribadi seseorang.
Menurut Lewis Terman hal ini disebut Studi Longitudinal Terman. Studi Longitudinal Terman
adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama
anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini
terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya.
Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan
diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai
anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya
kurang berpengalaman atau terpengaruh.
3) Apa yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini seseorang disuruh melakukan
sesuatu dan hal-hal yang dilakukannya itu diamati secara cermat dan ditafsirkan.
Dari ketiga cara atau pendekatan di atas, cara yang pertama (self report inventory)
merupakan jenis tes kepribadian yang paling banyak digunakan di sekolah dan di perusahaan
dewasa ini.
Ditinjau dari bentuk soalnya maka tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Tes non obyektif yaitu hasilnya dipengaruhi oleh pemberian nilai seperti tes uraian.Tes uraian
dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu:
Tes uraian terbuka, yaitu setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab
sesuai dengan yang dipikirkannya.
Tes uraian terbatas, yaitu ja8waban yang dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah
dibatasi.
2) Tes obyektif, karna siapapun yang memeriksa hasil tes akan menunjukkan skor yang sama. Tes
bentuk obyektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian.
Oleh sebab itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar
dibandingkan tes bentuk uraian. Ada beberapa penggolongan tes obyektif yaitu :
Tes benar salah, adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar
atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut
benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah
pernyataan tersebut benar atau salah.
Tes Menjodohkan,Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri
pertanyaan dan seri jawaban.
Tes Isian, Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraph-paragraf yang merupakan
rangkaian cerita atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian kalimatnya yang merupakan kata-
kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu. Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian
yang kosong dengan jawaban yang sesuai.
Tes Pilihan ganda,Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan
tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang terdiri
dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang
tersedia dan paling sesuaia dengan pernyataan yang ada dalam soal.
Dari beberapa bentuk tes yang tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara bersamaan
dalam satu kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk memilih bentuk tes
yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73) pemilihan bentuk tes yang tepat
ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk pemeriksaan lembar
jawaban, cakupan materi tes dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Tujuan utama penggunaan tes prestasi belajar adalah agar guru dapt membuat keputusan-
keputusan, seleksi dan klasifikasi, serta menentukn keefektifan pengajaran. Hasil-hasil tes
prestasi dapat digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar, mengenali murid-murid yang
membutuhkan pengajaran perbaikan, memudahkan murid-murid dan sebagai criteria dalam
menilai teknik pengajaran.
2.2 TEKNIK NON-TES
Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami
pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan alat-alat
yang bersifat mengukur, tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau
mendeskripsikan saja.
2.2.1 Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara untuk mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku).
Karena sifatnya mengamati, maka alat yang paling pokok dalam teknik ini adalah panca indera,
terutapa indera penglihatan dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Dilakukan dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
Direncanakan dengan sistematis
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
Perlu diperiksa keteltiannya.
Teknik observasi dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu:
1) Observasi sehari-hari, yaitu yang tidak direncanakan dengan seksama, karena pengamatan ini
dikerjakan sambil mengerjakan tugas rutin, juga tidak memiliki pedoman, dan dilaksanakannya
secara insidental terhadap tingkah laku murid yang menonjol atau menyimpang.
2) Observasi sistematis, yaitu yang direncanakan dengan seksama, serta memiliki pedomannya,
yang berisi tujuan, tempat, waktu, dan item-item yang menggambarkan tingkah laku observan
(murid yang diobservasi)
3) Observasi partisipatif, yaitu observasi dimana observer berada dalam situasi yang sedang
diamati. Contoh, guru mengamati perilaku siswa pada saaat proses belajar-mengajar
berlangsung.
4) Observasi nonpartisipatif, dalam observasi ini observer tidak turut atau berada dalam situasi
kegiatan siswa. Contoh, guru mengamati perilaku siswa yang sedang belajar dengan guru lain.
Kelebihan observasi :
1) Observasi merupakan teknik yang langsung dapat dipergunakan untuk memperhatikan berbagai
gejala tingkah laku murid.
2) Observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting:
3) Observasi baik sekali untuk digunakan sebagai teknik untuk melengkapi data yang diperoleh
dengan teknik lain.
4) Dalam observasi pengumpul data tidak perlu mempergunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan objek yang ditelaah.
Kelemahan observasi :
1) Banyak hal yang tidak dapat dicapai dengan observasi langsung
2) Apabila objek observasi mengetahui bahwa ia sedang diamatai cenderung melakukan
kegiatannya dibuat-buat.
3) Timbulnya suatu kejadian yang hendak diobservasi tidak selalu dapat diramalkan sehingga
pengamat sukar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melalkukan observasi.
4) Observasi banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol.
2.2.2 Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah catatan otentik hasil observasi, yang menggambarkan tingkah laku
murid atau kejadian/ peristiwa dalam situasi yang khusus. Dengan menggunakan catatan anekdot
guru dapat:
Memperoleh pengalaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
Memperoleh pengalaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid
Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan murid
Catatan anekdot yang baik memiliki beberapa syarat berikut;
1) Objektif
Untuk mempertahankan objektifitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
catatan harus dibuat sendiri oleh guru
pencatatan harus dibuat segera setelah suatu epristiwa terjadi
deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.
2) Deskriptif
Catatan tentang suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai dengan latar
belakang, percakapan secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat dengan tersusun sesuai
dengan kejadiannya.
3) Selektif
Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang
menjadi perhatian guru sesuai dengan situasi dan keadaan murid. Contoh : Guru bermaksud
mengobservasi seorang murid yang diduga mempunyai masalah.
Melalui catatan anekdot ini, guru akan lebih memahami tentang sikap,kebiasaan atau
perilaku murid. Sehingga memudahkan guru untuk memberikan bimbingan kepada siswa.
2.2.3 Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi
langsung dengan responden (orang yang diminta informasi), dalam hal ini bisa murid, orang tua
murid, atau orang lain yang diminta keterangan tentang murid.
Kelebihan wawancara
1) Wawancara merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaaan pribadi murid
2) Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3) Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4) Digunakan untuk pelengkap data yng dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahan wawancara
1) Tidak efisien, yaitu tidak dapt menghemat waktu secara singkat
2) Sangat tergantung terhadap kesediaan kedua belah pihak
3) Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
2.2.4 Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsuang,
yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
1) gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
2) susun kalimat sederhana tapi jelas
3) hindari kata-kata yang sulit dipahami
4) pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
5) hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.
2.2.5 Autobiografi
Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa
dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain
sebgainya.
Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan
dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.
Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu :
1). Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya,
seperti:
cita-citaku
keluargaku
teman-temanku
masa kecilku dan sebagainya.
2). Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan
kerangka karangan terlebih dahulu.
2.2.6 Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau
interasksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
Murid yang populer (banyak disenangi teman), murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman).
Murid yang terisolir (tidak terpilih/tidak disenangi teman)
Klik(kelompok kecil,2-3 orang)
Sosiometri juga dapat digunakan untuk:
memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu
menentukan kelompok kerja
meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan
tertentu.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam melancarkan sosiometri:
sebelum dilancarkan hendaknya petugas berusaha menciptakan hubungan baik dengan kelompok
petunjuk diberikan dengan jelas
menjaga kerahasian pilihan maupun hasil
individu harus saling mengenal
Kegunaan sosiometri adalah:
o memperbaiki hubungan sisoal individu dalam kelompok
o menentukan keanggotaan kelompok kerja
o meneliti kecenderungan potensi kepemimpinan individu dalam kelompok
o mengatur tempatduduk dalam kelas
o mengenali kekompakan dan perpecahan dalam anggota kelompok
2.2.3.4 Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan setiap murid secara
mnyeluruh dan mendalam serta mengungkapkan seluruh aspek pribadi murid yang datanya
diperoleh dari berbagai pihak seperti dari semua guru, orang tua, dokter, atau pihak yang
berwenang.
Penggunaan teknik ini bertujuan untuk memahami pribadi murid yang lebih baik, dan
membantunya agar murid dapat mengembangkan dunia secara optimal.
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1) Menemukan murid yang bermasalah. contoh: prestasi belajarnya sangat rendah, nakal, sering
bertengkar dan sering bolos(berperilaku menyimpang).
2) Memperoleh data
Cara untuk memperoleh data yaitu wawancara dengan guru lain, Home visit yaitu kunjungan
kerumah orang tua murid atau wawancara langsung dengan siswa yang bersangkutan
3) Menganalisis data
Berbagai faktor yang mungkin terjadi penyebab anak mengalami kelainan adalah kondisi
keluarga yang tidak harmonis, tingkat kecerdasan rendah, motivasi belajar rendah, sering sakit-
sakitan, kurang mengetahui konsep-konsep dasar atau pengetahuan tentang mata pelajaran
tertentu
4) Memberikan layanan bantuan
Dapat dengan mengajar kembali tentang konsep-konsep dasar mata pelajaran tertentu apabila ada
yang kurang dimengerti.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teknik tes merupakan salah satu metode atau cara yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui tingkat kemampuan dan kelemahan seseorang. Teknik tes terbagi beberapa macam
diantaranya: Tes intelegensi, Tes bakat, Tes kepribadian, Tes prestasi belajar. Selain itu untuk
memahami perkembangan anak sebagai peserta didik digunakan Non-tes yang merupakan proses
pengumpulan data untuk memahami pribadi pada umumnya bersifat kualitatif.
Macam-macam non-tes diantaranya adalah Observasi, Wawancara, Catatan anekdot,
Autobiografi, Sosiometri, Studi khusus. Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu
memberi informasi kepada guru untuk mengetahui anak yang berbakat, kemampuan tinggi,
kemampuan rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
Untuk itu kita bisa mencoba melakukan teknik tes ataupun non-tes untuk mengetahui suatu
informasi yang diperlukan.
3.2 SARAN
Sebagai calon guru SD, hendaknya kita mengetahui teknik-teknik dalam memahami
perkembangan murid kita, agar dalam mendidik murid nantinya kita dapat memberikan bantuan
pada murid kita jika ada yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar baik murid
normal ataupun anak yang berkebutuhan khusus.
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu berikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan keinginannya, lakukanlah beberapa teknik tes atau non-tes yang bisa
memecahkan masalah yang dihadapi siswa, lakukanlah secara kontinue/berkesinambungan untuk
mengetahui keadaan siswa, berikanlah bimbingan juga pengarahan tambahan atau lebih kepada
siswa bila diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Jimayanti , Berliana 2012(myblogfichopgsd.blogspot.co.id/2015/03/teknik-teknik-memahami-
perkembangan-peserta-didik.html?m=1) Diakses pada tanggal 13 September, pukul 13:30,
UNIVERSITAS QUALITY