Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

Ovelia Candra Pertiwi, Hery Setiyatna


Prodi Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta
Oveliacandra05@gmail.com

Abstrak
Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian yang harus diperhatikan
dalam pendidikan, dikarenakan pembelajaran bagi ABK berbeda dengan anak
pada umumnya. Oleh sebab itu, perlu adanya strategi pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing ABK. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui strategi pembelajaran yang tepat bagi ABK. Penelitian ini
menggunakan metode kualitiatif yang merupakan penelitian tentang riset dan
bersifat deskriptif. Sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang berupa: 1.
pengertian anak berkebutuhan khusus 2. macam-macam ABK 3. strategi
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.

Kata Kunci: ABK, jenis, strategi pembelajaran

Abstract
Children with special needs are a part that must be considered in education,
because learning for children with special needs is different from children in
general. Therefore, it is necessary to have an appropriate learning strategy and
according to the needs of each ABK. The purpose of this study was to determine
the appropriate learning strategies for children with special needs. This research
uses a qualitative method which is a research about research and is descriptive in
nature. So that research results can be obtained in the form of: 1. understanding
of children with special needs 2. kinds of children with special needs 3. learning
strategies for children with special needs.

Keywords: Childern with special needs, categorization, learning strategies


Pendahuluan
Tuhan menciptakan setiap anak yang masing-masing memiliki kecerdasan dan bakat
yang berbeda-beda antara satu anak dengan yang lainnya bahkan bagi anak dengan
kebutuhan khusus sekalipun. Memiliki kelainan dan cacat menjadikan anak berkebutuhan
khusus kurang di perhatikan oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah terkait dengan
masalah pendidikan. Anak berkebutuhan khusus sering diperlakukan secara tidak adil oleh
sistem pendidikan indonesia, misal anak berkebutuhan khusus tidak diperkenankan untuk
mengenyam pendidikan di sekolah normal atau umum. Seperti yang kita ketahui pendidikan
merupakan hak mutlak yang dapat diperoleh oleh setiap anak tanpa adanya membeda-
bedakan anak satu dengan yang lainnya (Rahim, 2016).
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan umat manusia guna untuk meraih masa
depan yang lebih matang dan lebih baik. Seperti yang tertera di dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik 1945 Pasal 28 ayat 1 menyatakan bahwa “setiap orang berhak
mengembangkan diri dan mendapatkan pendidikan yang layak.” Oleh sebab itu, pendidikan
tidak hanya berlaku bagi orang-orang normal saja, namun bagi mereka yang mempunyai
kekurangan (anak berkebutuhan khusus) juga berhak untuk mendapatkan suatu pendidikan
(Putu Sri Darma Deewi, 2020).
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu strategi sendiri
sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Untuk mengetahui strategi pembelajaran
yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus, hendaknya guru harus mempunyai data pribadi
setiap anak yang berkaitan dengan karakteristik, kelemahan, kelebihan, dan tingkat
perkembangannya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang anak berkebutuhan khusus yang
meliputi kategoro atau macam-macam anak berkebutuhan khusus serta strategi
pembelajaran yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing anak.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data
menggunakan studi dokumen. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang datanya
adalah data kualitatif, sehingga analisisnya berbentuk deskriptif. Sedangkan teknik
pengumpulan data menggunakan studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengkaji dokumen-dokumen terkait topik penelitian, dokumen yang
dimaksud berupa jurnal dan buku.
Pembahasan
A. Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut (Maftuhatin, 2014) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam hal
pelayanan pendidikan membutuhkan pelayanan yang lebih spesifik, berbeda dengan
pelayanan pendidikan pada umumnya. Anak dengan kebutuhan khusus ini mengalami
hambatan dalam belajarnya, sehingga diperlukannya suatu layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing anak. Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus bisa dilaksanakan pada Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan memperhatikan pada hal
kurikulum, pendekatan pembelajaran, proses pembelajaran, dan sistem evaluasi
pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Selain hal-hal tersebut, penyelenggarakan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
penting, diantaranya:
a. Prinsip kasih sayang
Prinsip ini menekankan menerima anak berkebutuhan khusus sebagaimana adanya
dan mengupayakan mereka agar mampu menjalani hidup dan kehidupan dengan wajar
seperti anak normal.
b. Prinsip layanan individual
Prinsip ini menekankan bahwa setiap anak berkebutuhan khusus memiliki jenis dan
derajat yang berbeda-beda tentang kekhususannya. Oleh karena itu upaya yang perlu
dilakukan ialah (a) jumlah sisiwa yang dilayani guru dalam satu kelas maksimal 4-6 orang, (b)
pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, (c) penataan ruang kelas
ditata sedemikian rupa sehingga guru dapat menjangkau semua anak dengan mudah, (d)
modifikasi alat bantu ajar (Abdullah, 2013).
c. Prinsip kesiapan
Maksud dari prinsip ini ialah perlu dilakukan persiapan mengenai pengetahuan,
mental, dan fisik anak berkebutuhan khusus untuk menunjang pembelajaran.
d. Prinsip keperagaan.
Prinsip ini ialah pembelajaran pada anak berkbeutuhan khusus perlu didukung oleh
alat peraga sebagai Medianya, dengan tujuan mempermudah guru dalam mengajar dan
mempermudah siswa dalam menerima materi dari guru.
e. Prinsip Motivasi
Maksud dari prinsip ini ialah dalam mengajar lebih menekankan pada cara mengajar
dan pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak yang berkebutuhan khusus.
Agar mereka dapat lebih bersemangat dan termotivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari
baik dirumah maupun disekolah.
f. Prinsip belajar dan bekerja kelompok.
Penekanan pada prinsip ini ialah agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat
bergaul dengan baik tanpa harus merasa rendah diri atau minder. Guna agar dapat bergaul
secara luas dan lebih baik
g. Prinsip keterampilan.
Prinsip ini menekankan pada pendidikan keterampilan yang berfungsi selektif,
edukatif, rekreatif, terapi, dan sebagai bekal dikehidupannya kelak.
h. Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap.
Kondisi fisik dan psikis anak berkebutuhan khusus memang kurang baik sehingga perlu
diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta tidak selalu menjadi perhatian
orang lain (Pratiwi, 2015).

B. Jenis/ Klarifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


a. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki gangguan atau hambatan pada indera
pengelihatan (mata). tunanetra digolongkan menjadi dua macam yakni buta total dan buta
parsial. Buta total merupakan sudah tidak berfungsinya lagi mata sebagai indera pengelihat,
sehingga individu yang mengalami buta total tidak dapat melihat sama sekali, termasuk
melihat cahaya. Sedangkan buta parsial atau sebagian merupakan kondisi mata yang
menyebabkan seseoorang tidak dapat melihat objek secara jelas (pandangan menjadi kabur).
b. Kesulitan Belajar
Seoorang individu yang mempunyai gangguan terkait berbicara, menulis, dan dalam
menggunakan bahasa maka dapat digolongkan individu tersebut mengalami kesulitan belajar.
Sehingga akibat kesulitan belajar ini dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, berbicara,
berhitung, menulis, dan membaca (Zaitun, 2017). Penyebab seseoorang mengalami
kesulitan belajar ini diakibatkan oleh gangguan persepsi, afasua perkembangan, dan brain
injury disfungsi minimal otak. Akibatnya, individu yang mempunyai permasalahan kesulitan
belajar akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan konsep dan juga rata-rata
mempunyai IQ dibawah rata-rata atau rendah.
c. Tunalaras
Istilah lain tunalaras adalah emotionally handicapped atau behavioral disorder.
Menurut Eli M. Bower tunanetra adalah individu yang memiliki suatu kelainan pada sikap
atau perilaku. Menurut pendapat Eli M. Bower tersebut dapat ditarik pengertian lebih lanjut
bahwa pengertian tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi atau mengontrol sosial. Individu tunalaras biasanya memiliki perilaku
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Fantor penyebabnya dikarenakan faktor
internal maupun faktor eksternal.
d. Tunarungu wicara
Menurut (Agustiningrum, 2014) tunarungu wicara merupakan suatu keadaan individu
yang memiliki permasalahan dikarenakan ketidakmampuannya dalam beriteraksi dan
berkomunikasi di lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang. Akibat individu tunarungu
wicara memiliki hambatan dalam berkomunikasi sehingga mereka sulit untuk mudah
beradaptasi serta bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Ciri-ciri tunarungu wicara
adalah: 1. sulit untuk fokus 2. mempunyai nilai akademik yang rendah (khususnya membaca)
3. kesulitan untuk mengikuti petunjuk atau intruksi yang disampaikan secara lisan 4.
mengalami hambatan terhadap aspek bahasa ddan berbicara, dan 5. kesulitan untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dikarenakan adanya hambatan terhadap pendengaran.
e. Hiperactive
Hiperactive merupakan kelainan pada anak yang menyebabkan anak sulit untuk diam,
sulit untuk fokus, dan implusif. Individu yang memiliki kelainan hiperactive perlu dilakukan
suatu perawatan berupa terapi. Terapi yang dilakukan meliputi terapi perilaku, terapi kognitif,
terapi manajemen kemarahan, terapi bimbingan konseling psikologis, terapi keluarga, dan
terapi analisis perilaku terapan. Ciri-ciri yang mudah diketahui bagi anak yang memiliki
kelainan hiperactive adalah anak tidak akan bisa lebih dari kurun waktu antara 5-10 menit, ia
akan selalu bergerak dari tempat satu ke tempat yang lain. Sehingga akibat adanya kelainan
hiperactive pada anak inilah yang menyebabkan anak kesulitan belajar dikarenakan anak
sulit untuk fokus dan terlalu banyak bergerak. Selain itu, ciri-ciri anak hiperactive adalah ia
mudah merasa bingung, kacau pikirannya, tidak suka memperhatikan penjelasan dari guru
maupun orang lain, sulit untuk mengeja huruf, dan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas-tugas dari guru secara tuntas.
f. Autistic syndrome
Autistic syndrome merupakan kelainan yang disebabkan hambatan pada
ketidakmamppuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Menurut
(Humairah Wahidan An-Nizzah, 2018) gejala-gejala penyandang autism antara lain:
1. Tidak tampak ceria
2. Selalu diam sepanjang waktu
3. Tidak pernah bertanya, menunjukkan rasa takut, tidak punya keinginan yang
bermacam-macam, serta tidak menyukai hal yang ada disekelilingnya
4. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton
5. Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap hal-hal yang disukainya
misal boneka
g. Tunadaksa
Tunadaksa digolongkan menjadi dua macam, yaitu kelainan pada sistem serebral dan
kelainan pada sistem otot dan rangka. Individu yang mempunyai kelainan tunadaksa
biasanya mengalami kesulitan pada koordinasi gerak, persepsi, dan kognisi, di samping
adanya kerusakan safat tertentu. Penyebab adanya kelainan tunadaksa pada seoorang
individu dikarenakan adanya kerusakan saraf yang dimana sel saraf tersebut tumbuh dengan
keadaan tidak lengkap. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsy,
spinabifidam, dan kerusakan otak lainnya.
h. Anak berbakat dan berkebutuhan (Giftness and special tallented)
Keterbakatan ialah keunggulan dalam kemampuan tertentu, Milgram, R.M
berpendapat bahwa anak berbakat ialah anak yang mempunyai IQ tinggi diatas rata-rata,
kisaran 140 lebih yang diukur menggunakan instrumen stanford binnet. Peserta didik
berbakat digolongkan menjadi 4 kategori, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mampu berpikir kreatif dan menyeluruh.
2. Mempunyai kemampuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh,
mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan suatu
masalah secara sistematis dan logis.
3. Mempunyai bakat kreativitas khusus, bersifat orisinil, dan berbeda dengan orang
lain.
4. Kemampuan inteketual khusus mengacu pada aspek bahasa asing, matematika,
musik, dan ilmu pengetahuan alam.

C. Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus


Anak berkebutuhan khusus akan lebih mudah untuk menerima materi pembelajaran
di sekolah yang berbasis pendidikan inklusi, karena pada pendidikan inklusi persiapan
perangkat pembelajaran dan metode pembelajaran lebih lengkap dari pada sekolah di
pendidikan normal atau umum. Selain itu, guru yang mengajar professional dan mengerti
akan kebutuhan masing-masing anak dari pada guru yang mengajar di sekolah normal.
(Agung Nugroho, 2016). Berikut akan dijelaskan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing anak berkebutuhan khusus.
a. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi pembelajaran yang biasa digunakan untuk anak tunarungu yaitu strategi
pembelajaran yang meliputi 9 macam strategi, diantaranya adalah sebagai berikut: deduktif,
induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, individu, kelompok, kooperatif, dan modifikasi
tingkah laku
b. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Karena tunagrahita memiliki keterbatasan dalam melihat, terdapat empat macam
strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita, yaitu:
1. Jumlah siswa yang dibentuk menjadi kelompok kecil dan kelompok besar
2. Pengaturan tenaga pendidik yang dibentuk perorangan maupun kelompok
3. Pembelajaran yang diajarkan menggunakan strategi ekspositorik dan heuristic
4. Pembelajaran dapat dilakukan secara tatap muka maupun secara online
c. Strategi pembelajaran untuk anak berbakat
Strategi pembelajaran yang tepat bagi anak yang mempunyai IQ diatas rata-rata
akan dapat memberikan dorongan bagi anak tersebut untuk berprestasi. Sehingga strategi
pembelajaran yang tepat adalah:
1. Pembelajaran didesain tidak hanya untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
saja, namun kecerdasan emosional juga perlu diajarkan
2. Pembelajaran harus disertai dengan kecepatan dan tingkat komplektisitas
3. Berorientasi pada modifikasi proses, contect, dan produk
4. Model layanan perkembangan yang diberikan untuk anak berbakat digolongkan
menjadi 5 macam, yaitu layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral,
kreativitas, dan bidang khusus.
d. Strategi pembelajaran untuk tunagrahita
Strategi pembelajaran untuk anak tunagrahita di sekolah biasa akan berbeda dengan
strategi pembelajaran anak tunagrahita di sekolah luar biasa . Strategi pembelajaran bagi
anak tunagrahita diantaranya ada 3 jenis, yaitu:
1. Strategi kooperatif
2. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
3. Strategi modifikasi tingkah laku
e. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi pembelajaran yang bisa diterapkan bagi sekolah untuk anak tunadaksa
adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan terpadu
2. Pendidikan segresi (terpisah)
3. Pendidikan integrasi (terpadu)
f. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Menurut Kauffman, ada 4 model pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak
tunalaras, diantaranya yaitu:
1. Model psikodinamika
2. Model boigenetic
3. Model ekologis
4. Model behavioral atau tingkah laku
g. Strategi pembelajaran bagi anak kesulitan belajar
Anak kesulitan belajar pada umumnya menggunakan dua model strategi
pembelajaran, yaitu:
1. Anak yang berkesulitan berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis.
Sesuai dengan urutan dari konkret, semi konkret, dan tingkah abstrak.
2. Anak yang berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remidial sesuai dengan tingkat
kesalahan (Dermawan, 2013).
h. Strategi pembelajaran bagi anak autism
Menurut James J. Groos, strategi pembelajaran bagi anak autis harus
memperhatikan kondisi emosional anak terlebih dahulu. Pengenalan emosi anak autis terdiri
dari 5 tahap yaitu tahap situation selection, situation, aattention, appraisal, dan response.
Sehingga apabila anak autis sudah dapat mengontrol emosinya melalui kelima tahap
tersebut, ia akan lebih mudah menerima materi pembelajaran dengan baik (Nurul Hidayah,
2019).

Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam hal pelayanan pendidikan
membutuhkan pelayanan yang lebih spesifik, berbeda dengan pelayanan pendidikan pada
umumnya. Terdapat 8 kategori anak berkebutuhan khusus, diantaranya adalah: 1.
tunarungu wicara, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunanetra, kesulitan belajar,
hiperactive, autistic syndrome, dan anak berbakat. Masing-masing anak berkebutuhan
khusus memerlukan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing. Agar hak anak berkebutuhan khusus untuk menerima pendidikan dan
belajar dapat terlaksana dengan adil dan bijaksana.
Daftar Pustaka

Abdullah, N. (2013). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Magistra, 25(86), 7-8.
Agung Nugroho, K. M. (2016). Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam Setting Pendidikan Inklusi. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 2(2), 145-151.
Agustiningrum, M. D. (2014). Penanaman Proses Pendisiplinan Diri Anak Berkebutuhan
Khusus (Tunarungu Wicara) Salam Pembelajaran Tari Tradisional. Jurnal Cakrawala
Dini, 5(1), 32-37.
Dermawan, O. (2013). Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB. Jurnal
Ilmiah Psikologi, 4(2), 886-895.
Humairah Wahidan An-Nizzah, S. A. (2018). Mengenal Lebih Dekat Anak Berkebutuhan
Khusus dan Pendidikan Inklusif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Maftuhatin, L. (2014). Evaluasi pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kelas
Inklusif di SD Plus Darul 'Ulum Jombang. Jurnal Studi Islam, 6(2), 207-212.
Nurul Hidayah, S. W. (2019). Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Samudra Biru.
Pratiwi, K. C. (2015). Delilah Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Providing Seminar
Nasional Pendidikan UNS dan ISPI Jawa Tengah (pp. 237-242). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Putu Sri Darma Deewi, P. R. (2020). Penerapan Pendidikan Inklusif pada Pembelajaran
Taman Kanak-Kanak (Study Kasus pada TK Rare Bali School). Jurnal Pendidikan, 8(2),
88-94.
Rahim, A. (2016). Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan Untuk
Semua. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 3(1), 69-70.
Zaitun. (2017). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Pekanbaru: Kreasi Edukasi Publishing
and Consulting Company.

Anda mungkin juga menyukai