Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PEKERJA PEREMPUAN”
DOSEN PENGAMPU: PUTI MAYANG SERUNI, S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH :
ISMA DEYADI 221010014
LAKSMANA FRASTYAWAN 221010033
MUHAMMAD ILHAM 221010607
NOVAL SAPUTRA 221010082
RAHMAT PURWADIKSENO 221010098

FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Puti Mayang Seruni,
S.H.,M.H. sebagai dosen pengampu mata kuliah HUKUM KETERNAGAKERJAAN
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini,dengan judul “PEKERJA PEREMPUAN ”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 30 November 2023

II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i


Daftar Isi ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Pengertian Tenaga Kerja Perempuan....................................................3
2.2 Kenapa Pekerja Perempuan Harus Dilindungi......................................4
2.3 Apa Saja Hak Pekerja Perempuan........................................................5
2.4 Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan............................6
2.5 Faktor Yuridis........................................................................................10

BAB III PENUTUP..........................................................................................12


3.1 Kesimpulan...........................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................13
Daftar Pustaka...................................................................................................13

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada hakikatnya, setiap manusia dilahirkan memiliki kedudukan dan


kesempatan yang sama, baik yang lahir berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Namun, karena perbedaan kodrat, maka banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa kedudukan perempuan lebih lemah daripada laki-laki. Karena
dipandang lebih lemah, maka perempuan sering mendapatkan perlakuan yang
bersifat diskriminasi dalam segala lini kehidupan termasuk dalam segi pelaksanaan
kegiatan dalam wujud pekerjaan. Dalam dunia kerja, setiap pekerja perempuan
sangat potensial berada pada posisi tersulit, hal tersebut disebabkan karena masih
kentalnya budaya patriarki yang hidup ditengah masyarakat yang selalu
menempatkan pria sebagai sosok yang superior, sedangkan perempuan dinyatakan
sebagai sosok yang inferior (lemah). Hal tersebut kemudian menghambat pekerja
perempuan dalam mengembangkan segala potensi dan bakat dalam diri mereka
masing-masing khususnya dalam melakukan pekerjaan. Meskipun isu keadilan dan
kesetaraan gender telah diperjuangkan sedemikian rupa, namun tampaknya kaum
perempuan selalu dianggap sebagai makhluk yang dinomor duakan setelah kaum
laki-laki.
Mengingat bahwa pada dasarnya setiap manusia itu berhak untuk diperlakukan
sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal tersebut seperti yang
tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa :
“Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.” Kemudian dalam Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa : “Setiap orang
berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.”
Masuknya perempuan dalam dunia kerja juga tidak terlepas dari adanya
pengaruh era globalisasi yang memberikan kesempatan kepada para perempuan
untuk bekerja atau berkarir diluar rumah demi untuk menopang perekonomian

1
keluarganya. Namun karena secara kodrat perempuan kedudukannya lebih lemah,
maka dalam Undang-Undang diberikan perlakuan yang lebih khusus. Hal tersebut
nampak dalam Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM), yang menyatakan bahwa: “Wanita berhak untuk
mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya
berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.” Meskipun telah diatur dalam
berbagai Peraturan Perundang-undangan, namun perlindungan hukum bagi hak
pekerja/buruh perempuan masih belum sepenuhnya dapat direalisasikan. Dengan
melihat kenyataan kondisi bahwa pekerja perempuan yang sampai saat ini sulit
untuk memperoleh perlindungan hukum.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan tenaga kerja perempuan?


2. Kenapa pekerja perempuan harus di lindungi?
3. Apa saja hak pekerja perempuan?
4. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan
menurut hukum positif Indonesia?
5. Faktor faktor yuridis apa saja yang mempengaruhi perlindungan kerja
bagi perempuan?

1.3 Tujuan

1. Memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai bentuk perlindungan


hukum terhadap pekerja perempuan
2. Memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai hak hak pekerja
perempuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pengertian tenaga kerja perempuan


Pengertian tenaga kerja perempuan adalah Seorang perempuan yang mampu
melakukan kegiatan/pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
kebutuhan masyarakat.ada beberapa alasan mengapa wanita bekerja, antara lain
yaitu menambah penghasilan, menghindari rasa bosan atau jenuh dalam mengisi
waktu luang, mempunyai minat atau keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan,
memperoleh status, dan mengembangkan diri.
Pekerjaan perempuan adalah bagian integral dari keberhasilan dan kemajuan suatu
masyarakat.membahas peran perempuan di dunia pekerjaan itu sangat penting.
Pertama-tama, kita harus mengakui bahwa perempuan memiliki kemampuan dan
kontribusi yang sama pentingnya seperti laki-laki di berbagai bidang pekerjaan.
Diskriminasi gender adalah masalah yang harus diatasi untuk menciptakan
lingkungan kerja yang adil dan inklusif.
Selain itu, isu seimbangnya tanggung jawab pekerjaan dan rumah tangga juga
perlu diperhatikan. Perempuan sering kali menghadapi tekanan untuk
mempertahankan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Inisiatif
dan kebijakan yang mendukung fleksibilitas kerja, perawatan anak, dan cuti yang
adil dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung perempuan.
Pemberdayaan ekonomi perempuan juga merupakan aspek krusial. Memberikan
peluang yang setara, akses terhadap pelatihan dan pendidikan, serta mendukung
wirausaha perempuan dapat meningkatkan kontribusi mereka dalam ekonomi
secara keseluruhan.
Jadi, kesetaraan gender di tempat kerja tidak hanya tentang memberikan
kesempatan yang sama, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan dan kesejahteraan perempuan secara menyeluruh

3
2.2 Kenapa pekerja perempuan harus dilindungi?
untuk mencegah praktik-praktik diskriminatif terhadap perempuan dan
memastikan agar perempuan mendapatkan haknya,baik hak ekonomi langsung
seperti upah yang layak sesuai dengan kebutuhan hidup para pekerja dan jenjang
karier maupun hak ekonomi.Dasar pemikiran yang melatar belakangi pengaturan
tersendiri bagi pekerja wanita adalah karena wanita memiliki
kekhususankekhususan tertentu, utamanya fisik biologis, psikis moral dan sosial
kesusilaan

Berikut adalah beberapa alasan mengapa perlindungan ini sangat dibutuhkan:


a) Diskriminasi Gender: Pekerja wanita sering mengalami diskriminasi gender di
tempat kerja, baik dalam hal gaji, promosi, atau penilaian kinerja. Perlindungan
diperlukan untuk mencegah perlakuan tidak adil berdasarkan jenis kelamin.
b) Keseimbangan Kehidupan dan Kerja: Perempuan sering dihadapkan pada
tuntutan ganda, mengurus pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Perlindungan
diperlukan agar mereka dapat mencapai keseimbangan yang sehat antara
kehidupan pribadi dan karir.
c) Kesehatan Reproduksi: Pekerja wanita sering menghadapi tantangan terkait
kesehatan reproduksi, seperti kehamilan dan cuti melahirkan. Perlindungan di
tempat kerja memastikan bahwa hak-hak mereka terlindungi dan mendukung
kesehatan reproduksi yang baik.
d) Pencegahan Pelecehan Seksual: Pekerja wanita rentan terhadap pelecehan
seksual di tempat kerja. Perlindungan hukum dan kebijakan yang ketat diperlukan
untuk mencegah dan menanggulangi pelecehan seksual.
e) Keselamatan di Tempat Kerja: Beberapa sektor pekerjaan dapat membawa
risiko fisik tertentu. Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja sangat penting untuk memastikan bahwa pekerja wanita tidak terpapar risiko
yang tidak perlu.
f) Kesejahteraan Psikologis: Beban kerja, tekanan, dan ekspektasi di tempat
kerja dapat berdampak pada kesejahteraan psikologis pekerja wanita. Perlindungan
mencakup dukungan untuk kesehatan mental dan kebijakan yang mendukung
suasana kerja yang positif.

4
g) Kesetaraan Peluang: Perlindungan diperlukan untuk memastikan bahwa
perempuan memiliki akses yang setara terhadap peluang pendidikan, pelatihan, dan
kenaikan jabatan. Ini akan membantu menciptakan lingkungan di mana mereka
dapat berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.

Jika aspek-aspek ini diperhatikan dan diimplementasikan, itu dapat menciptakan


lingkungan kerja yang lebih inklusif dan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan perempuan di dunia pekerjaan.Dengan melindungi pekerja wanita,
kita tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang adil, tetapi juga mendukung
perkembangan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Perlindungan ini
merupakan langkah penting menuju kesetaraan gender di tempat kerja.

2.3 Apa saja hak pekerja perempuan?

Hak-Hak Pekerja Perempuan di bidang Reproduksi


• Hak atas cuti haid
• Hak atas cuti hamil dan keguguran
• Hak atas pemberian kesempatan menyusui

Hak-Hak Pekerja Perempuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja


• Pencegahan kecelakaan kerja
• Penetapan waktu kerja sesuai peraturan
• Pemberian istirahat yang cukup

Hak-Hak Pekerja Perempuan di bidang Kehormatan Perempuan


• Penyediaan petugas keamanan.
• Penyediaan WC yang layak dengan penerangan yang memadai dan dipisah antara
laki-laki dan perempuan.

Hak-Hak Pekerja Perempuan di bidang Sistem Pengupahan


•Upah setara dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama

5
• Cuti yang dibayar

Hak Kesetaraan Peluang


• Peran Penting Dalam Pengambilan Keputusan
• Inisiatif Promosi Kesetaraan di Tempat Kerja

2.4 Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan Menurut Hukum


Positif Indonesia
Mengingat bahwa pekerja perempuan merupakan pihak yang secara fisik lebih
rentan dan lemah, maka sudah sepatutnya mereka memperoleh perlindungan
hukum secara maksimal. Ada beberapa instrument nasional yang mengatur terkait
dengan perlindungan hukum bagi pekerja perempuan itu sendiri, yang selanjutnya
dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan Menurut Undang-Undang


Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan tidak dapat dipisahkan dari hak
asasi manusia, sebab secara konstitusional Indonesia telah mengakui hak untuk
bekerja yang berarti bahwa pada dasarnya memperoleh suatu pekerjaan adalah hak
asasi setiap manusia yang bersifat fundamental. Hal tersebut selaras dengan bunyi
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hak untuk bekerja
tidak hanya diberikan kepada kaum laki-laki saja, akan tetapi juga diberikan
kepada kaum perempuan, sebab secara normatif baik antara laki-laki maupun
perempuan pada dasarnya mempunyai hak yang sama untuk mengenyam suatu
profesi atau pekerjaan sehingga dalam hal Itu tidak dibenarkan adanya tindakan
diskriminasi dalam bentuk apapun. Hal tersebut juga selaras dengan apa yang
dicetuskan dalam Pasal 28 I ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Setiap orang
berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu”. Selanjutnya dalam Pasal 49 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

6
tentang Hak Asasi Manusia telah diatur secara spesifik lagi mengenai hak-hak dari
kaum “Wanita berhak atas perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaannya
atau perempuan/wanita khususnya dalam bidang ketenagakerjaan yang
menyatakan bahwa : profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam
keselamatan dan/atau kesehatannya yang berkenaan dengan fungsi reproduksi
wanita.”

2. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan


Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Adapun bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan secara
umum telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan yang menentukan norma kerja bagi perempuan sebagai berikut:
a. Perlindungan Jam Kerja
Merupakan salah satu bentuk perlindungan yang diberikan kepada pekerja
perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan
perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal 76Ayat (1), (2), (3), dan (4)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
selengkapnya berbunyi:
(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun
dilarang diperkerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
(2) Pengusaha dilarang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan 07.00
(3) Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul
23.00 sampai dengan 07.00 wajib:
a) Memberikan makanan dan minuman yang bergizi; dan
b) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja.
(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh
perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan 05.00.

7
b. Perlindungan Dari Segi Upah
Setiap tenaga kerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
Adapun terkait pengaturan tentang pengupahan ini telah diatur secara tegas
didalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang berbunyi:
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (Pasal 88 ayat 1)
2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. (Pasal 90
ayat 1 )

c. Perlindungan Dalam Masa Haid (Menstruasi)


Bagi perempuan yang normal dan sehat, pada usia tertentu pasti akan mengalami
haid. Hal tersebut merupakan bagian dari kodrat seorang perempuan yang berjalan
secara biologis dan bersifat alamiah. Akan tetapi jika keadaan fisiknya tidak
memungkinkan sehingga yang bersangkut
tidak dapat melakukan pekerjaannya, maka dalam hal ini Undang-Undang 13
Tahun 2003 tepatnya pada Pasal 81 memberikan dispensasi, selengkapnya
berbunyi:
(1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan
memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
kedua pada waktu haid. (Pasal 81 Ayat 1)

d. Perlindungan Khusus Dalam Masa Maternitas seperti Hamil, Melahirkan, Gugur


Kandungan, dan Kesempatan Menyusui
Bagi seorang perempuan pasti akan mengalami masa-masa dimana ia akan
mengandung seorang anak (hamil), melahirkan, menyusui dan bahkan hingga
mengalami keguguran. Hal tersebut merupakan bagian yang bersifat kodrati dan
berjalan secara biologis serta merupakan ketetapan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pengaturan terhadap hak maternitas pekerja perempuan tersebut diatur lebih
lanjut didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan,
yang selengkapnya berbunyi:
(1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan

8
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. (Pasal 82
ayat 1)
(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran berhak memperoleh
istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai surat keterangan dokter kandungan
atau bidan. (Pasal 82 ayat 2)
(3) Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi
kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan
selama waktu kerja. (Pasal 83)

3.Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan Menurut Konvensi


Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against
Women/CEDAW)
Convention On the Elimination Of All Forms Of Discrimination Against
Women (CEDAW) merupakan perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh
bangsa Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang
Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan pada tanggal 24 Juli 1984. Khusus bagi kaum perempuan dalam
CEDAW ini terdapat apa yang disebut dengan affirmative action yang tercantum
dalam Pasal 4 ayat (2) yang berbunyi: “pengambilan tindakan-tindakan khusus
oleh Negara-negara Pihak, termasuk tindakan-tindakan yang termuat dalam
Konvensi ini, yang ditujukan untuk melindungi kehamilan, tidak boleh dianggap
sebagai diskriminasi”. Affirmative Action yang merupakan perwujudan dari Pasal
4 tersebut mempunyai makna yaitu diskriminasi positif (positive discrimination)
atau langkah-langkah khusus yang dilakukan guna mempercepat tercapainya
keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kebijakan affirmative
bertujuan untuk mempromosikan kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara,
terutama kaum perempuan yang tergolong kelompok rentan memperoleh perlakuan
marginalisasi. Untuk itu ketika perempuan mengalami hal-hal yang berkaitan
khusus dengan fungsi reproduksinya,seperti hamil, maka setiap Negara
berkewajiban memberikan perlindungan khusus sehingga perlindungan tersebut
tidak boleh dianggap sebagai bentuk diskriminasi bagi kaum laki-laki, sebab
perlindungan itu semata-mata diberikan untuk melindungi kaum perempuan dalam
melewati masa kehamilannya karena mereka pada saat hamil berada pada posisi

9
fisik yang lebih lemah, oleh karena itu perlu mendapatkan perlakuan khusus dari
pemerintah. Itulah yang dinamakan dengan istilah Affirmative Action (diskrimnasi
positif).

2.5 Faktor-Faktor Yuridis Yang Mempengaruhi Perlindungan Kerja Bagi


Perempuan
Pada prinsipnya, penegakan hukum terhadap perempuan dan penegakan hak-
hak perempuan yang berkecimpung dalam dunia kerja adalah sama dan sebangun
keseluruhannya dengan prinsip-prinsip penegakan hukum pada umumnya, dimana
menurut Soerjono Soekanto berpendapat bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi
penegakan hukum antara lain:
1. Faktor Hukumnya;
2. Faktor Penegak Hukumnya;
3. Faktor Sarana dan Fasilitas Hukumnya;
4. Faktor Masyarakatnya;
5. Faktor Kebudayaannya.

Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan erat, oleh karena merupakan esensi
dari penegakan hukum dan juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
penegakan hukum. Sehingga perlindungan dan penegakan hukum perempuan
khususnya yang menyangkut aspek perlindungan hukum bagi pekerja perempuan
juga dipengaruhi oleh faktorfaktor tersebut diatas yang secara spesifik dapat
penyusun uraikan sebagai berikut:

1. Faktor Hukumnya Mencakup berbagai peraturan tertulis yang dibuat oleh


penguasa atau pemerintah yang berlaku secara umum dan memiliki daya memaksa
serta mengikat yakni dalam bentuk Undang-Undang terutama terkait regulasi yang
mengatur tentang perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan seperti Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Konvensi CEDAW, dan
sebagainya. Dengan adanya berbagai macam peraturan perundangundangan yang
didukung dengan sanksi yang tegas didalamnya, maka diharapkan pemberian
perlindungan kerja bagi perempuan dapat berjalan secara lebih efektif dan maksimal.
2. Faktor Penegak Hukumnya Mencakup para petugas, lembaga, atau stakeholder

10
(pemangku kepentingan) yang bertanggung jawab atas berlangsungnya/terlaksananya
hukum dalam masyarakat. Khusus dalam bidang ketenagakerjaan, maka lembaga
yang memiliki peranan penting untuk mewujudkan perlindungan kerja bagiperempuan
adalah Disnaker, Dewan Pengupahan, serta PPK (Pegawai Pengawas
Ketenagakerjaan).
3.Faktor Sarana dan Fasilitas Hukumnya Khusus bagi pekerja perempuan pada
kenyataannya memang membutuhkan sarana dan fasilitas tertentu dalam mendukung
kelancaran pekerjaan yang mereka lakukan. Adapun sarana dan fasilitas yang wajib
diberikan bagi pekerja perempuan menurut KEP224/MEN/2003 seperti:
a. Pemberian fasilitas makanan dan minuman bergizi, dimana makanan dan
minuman tersebut harus sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori dan diberikan
pada waktu istirahat antara jam kerja serta fasilitas makanan dan minuman bergizi
tersebut tidak boleh diganti dengan uang
b. Pemberian sarana transportasi atau angkutan antar jemput khususnya bagi
pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00
sampai dengan 05.00 dan sebagainya. Bila semua sarana/fasilitas tersebut telah
terpenuhi, maka akan berimplikasi baik bagi pemberian perlindungan kerja bagi
perempuan agar dapat berjalan secara efisien, efektif, dan maksimal.
4. Faktor Masyarakatnya Masyarakat merupakan wadah/tempat berlangsungnya
proses interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Peran masyarakat disini sangat
dibutuhkan terutama dalam memberikan kepedulian dan melihat sejauh mana tingkat
kesadaran mereka khususnya untuk ikut membela hak-hak pekerja perempuan
5. Faktor Kebudayaannya Yaitu terkait dengan pandangan masyarakat atau nilai-nilai
yang hidup/berakar ditengah masyarakat dalam menegakkan hukum sebagai pedoman
perilaku sehari-hari. Dalam hal ini peran budaya juga berperan amat penting dalam
perlindungan kerja bagi perempuan, dimana budaya yang dimaksud disini adalah
budaya patriarki. Keberadaan budaya patriarki tersebut pada akhirnya berimplikasi
negatif terhadap perlindungan kerja bagi perempuan, oleh karena masyarakat selalu
beranggapan bahwa „perempuan bukanlah pencari nafkah utama‟ melainkan „tugas
perempuan itu hanyalah mengurus rumah tangga‟. Dalam hal ini kaum perempuan
selalu dianggap sebagai makhluk yang dinomor duakan setelah kaum laki-laki

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengakhiri makalah tentang pekerja wanita, kita dapat merangkum


beberapa poin utama yang telah dibahas:
Pekerja wanita memainkan peran krusial dalam pembangunan ekonomi dan sosial.
Namun, mereka sering menghadapi tantangan dan risiko khusus di tempat kerja.
Kesetaraan gender, keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi, perlindungan
kesehatan reproduksi, dan pencegahan diskriminasi serta pelecehan seksual
merupakan aspek-aspek penting yang memerlukan perhatian serius.
Perlindungan terhadap pekerja wanita bukan hanya tanggung jawab etika, tetapi
juga investasi dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan
menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, adil, dan mendukung, kita dapat
membantu perempuan mencapai potensi penuh mereka. Kesetaraan gaji,
kesempatan, dan dukungan terhadap keseimbangan kehidupan dan pekerjaan
adalah langkah-langkah konkrit menuju menciptakan tempat kerja yang setara dan
berkelanjutan.
Melalui perlindungan yang cermat terhadap kesehatan, keamanan, dan
kesejahteraan psikologis pekerja wanita, kita dapat memastikan bahwa mereka
dapat berkembang secara profesional tanpa harus mengorbankan aspek penting
dari kehidupan pribadi mereka. Kesimpulan ini menggaris bawahi pentingnya
menghapuskan segala bentuk diskriminasi gender di tempat kerja dan mendorong
budaya perusahaan yang mendukung semua individu, tanpa memandang jenis
kelamin.

12
Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan dunia kerja yang
lebih adil, inklusif, dan berdaya guna bagi semua, memberikan kontribusi positif
terhadap perkembangan masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan.

3.2 Saran
1. Peningkatan sosialisasi tentang perlindungan pekerja wanita
2. Pemerintah memberikan pengawasan yang ketat terhadap perlindunga pekerja
wanita

DAFTAR PUSTAKA

56-Article Text-120-1-10-20200922.pdf
1266-2917-1-SM (2).pdf
Djakaria, Mulyani. "Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Wanita Untuk Memperoleh
Hak-Hak Pekerja Dikaitkan Dengan Kesehatan Reproduksi." Jurnal Bina Mulia
Hukum 3.1 (2018): 15-28.
DJAKARIA, Mulyani. Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Wanita Untuk Memperoleh
Hak-Hak Pekerja Dikaitkan Dengan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Bina Mulia
Hukum, 2018, 3.1: 15-28.

13

Anda mungkin juga menyukai