“PEKERJA PEREMPUAN”
DOSEN PENGAMPU: PUTI MAYANG SERUNI, S.H.,M.H.
DISUSUN OLEH :
ISMA DEYADI 221010014
LAKSMANA FRASTYAWAN 221010033
MUHAMMAD ILHAM 221010607
NOVAL SAPUTRA 221010082
RAHMAT PURWADIKSENO 221010098
FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Puti Mayang Seruni,
S.H.,M.H. sebagai dosen pengampu mata kuliah HUKUM KETERNAGAKERJAAN
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini,dengan judul “PEKERJA PEREMPUAN ”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
II
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
keluarganya. Namun karena secara kodrat perempuan kedudukannya lebih lemah,
maka dalam Undang-Undang diberikan perlakuan yang lebih khusus. Hal tersebut
nampak dalam Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM), yang menyatakan bahwa: “Wanita berhak untuk
mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya
berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.” Meskipun telah diatur dalam
berbagai Peraturan Perundang-undangan, namun perlindungan hukum bagi hak
pekerja/buruh perempuan masih belum sepenuhnya dapat direalisasikan. Dengan
melihat kenyataan kondisi bahwa pekerja perempuan yang sampai saat ini sulit
untuk memperoleh perlindungan hukum.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Kenapa pekerja perempuan harus dilindungi?
untuk mencegah praktik-praktik diskriminatif terhadap perempuan dan
memastikan agar perempuan mendapatkan haknya,baik hak ekonomi langsung
seperti upah yang layak sesuai dengan kebutuhan hidup para pekerja dan jenjang
karier maupun hak ekonomi.Dasar pemikiran yang melatar belakangi pengaturan
tersendiri bagi pekerja wanita adalah karena wanita memiliki
kekhususankekhususan tertentu, utamanya fisik biologis, psikis moral dan sosial
kesusilaan
4
g) Kesetaraan Peluang: Perlindungan diperlukan untuk memastikan bahwa
perempuan memiliki akses yang setara terhadap peluang pendidikan, pelatihan, dan
kenaikan jabatan. Ini akan membantu menciptakan lingkungan di mana mereka
dapat berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.
5
• Cuti yang dibayar
6
tentang Hak Asasi Manusia telah diatur secara spesifik lagi mengenai hak-hak dari
kaum “Wanita berhak atas perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaannya
atau perempuan/wanita khususnya dalam bidang ketenagakerjaan yang
menyatakan bahwa : profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam
keselamatan dan/atau kesehatannya yang berkenaan dengan fungsi reproduksi
wanita.”
7
b. Perlindungan Dari Segi Upah
Setiap tenaga kerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
Adapun terkait pengaturan tentang pengupahan ini telah diatur secara tegas
didalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang berbunyi:
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (Pasal 88 ayat 1)
2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. (Pasal 90
ayat 1 )
8
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. (Pasal 82
ayat 1)
(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran berhak memperoleh
istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai surat keterangan dokter kandungan
atau bidan. (Pasal 82 ayat 2)
(3) Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi
kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan
selama waktu kerja. (Pasal 83)
9
fisik yang lebih lemah, oleh karena itu perlu mendapatkan perlakuan khusus dari
pemerintah. Itulah yang dinamakan dengan istilah Affirmative Action (diskrimnasi
positif).
Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan erat, oleh karena merupakan esensi
dari penegakan hukum dan juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
penegakan hukum. Sehingga perlindungan dan penegakan hukum perempuan
khususnya yang menyangkut aspek perlindungan hukum bagi pekerja perempuan
juga dipengaruhi oleh faktorfaktor tersebut diatas yang secara spesifik dapat
penyusun uraikan sebagai berikut:
10
(pemangku kepentingan) yang bertanggung jawab atas berlangsungnya/terlaksananya
hukum dalam masyarakat. Khusus dalam bidang ketenagakerjaan, maka lembaga
yang memiliki peranan penting untuk mewujudkan perlindungan kerja bagiperempuan
adalah Disnaker, Dewan Pengupahan, serta PPK (Pegawai Pengawas
Ketenagakerjaan).
3.Faktor Sarana dan Fasilitas Hukumnya Khusus bagi pekerja perempuan pada
kenyataannya memang membutuhkan sarana dan fasilitas tertentu dalam mendukung
kelancaran pekerjaan yang mereka lakukan. Adapun sarana dan fasilitas yang wajib
diberikan bagi pekerja perempuan menurut KEP224/MEN/2003 seperti:
a. Pemberian fasilitas makanan dan minuman bergizi, dimana makanan dan
minuman tersebut harus sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori dan diberikan
pada waktu istirahat antara jam kerja serta fasilitas makanan dan minuman bergizi
tersebut tidak boleh diganti dengan uang
b. Pemberian sarana transportasi atau angkutan antar jemput khususnya bagi
pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00
sampai dengan 05.00 dan sebagainya. Bila semua sarana/fasilitas tersebut telah
terpenuhi, maka akan berimplikasi baik bagi pemberian perlindungan kerja bagi
perempuan agar dapat berjalan secara efisien, efektif, dan maksimal.
4. Faktor Masyarakatnya Masyarakat merupakan wadah/tempat berlangsungnya
proses interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Peran masyarakat disini sangat
dibutuhkan terutama dalam memberikan kepedulian dan melihat sejauh mana tingkat
kesadaran mereka khususnya untuk ikut membela hak-hak pekerja perempuan
5. Faktor Kebudayaannya Yaitu terkait dengan pandangan masyarakat atau nilai-nilai
yang hidup/berakar ditengah masyarakat dalam menegakkan hukum sebagai pedoman
perilaku sehari-hari. Dalam hal ini peran budaya juga berperan amat penting dalam
perlindungan kerja bagi perempuan, dimana budaya yang dimaksud disini adalah
budaya patriarki. Keberadaan budaya patriarki tersebut pada akhirnya berimplikasi
negatif terhadap perlindungan kerja bagi perempuan, oleh karena masyarakat selalu
beranggapan bahwa „perempuan bukanlah pencari nafkah utama‟ melainkan „tugas
perempuan itu hanyalah mengurus rumah tangga‟. Dalam hal ini kaum perempuan
selalu dianggap sebagai makhluk yang dinomor duakan setelah kaum laki-laki
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan dunia kerja yang
lebih adil, inklusif, dan berdaya guna bagi semua, memberikan kontribusi positif
terhadap perkembangan masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan.
3.2 Saran
1. Peningkatan sosialisasi tentang perlindungan pekerja wanita
2. Pemerintah memberikan pengawasan yang ketat terhadap perlindunga pekerja
wanita
DAFTAR PUSTAKA
56-Article Text-120-1-10-20200922.pdf
1266-2917-1-SM (2).pdf
Djakaria, Mulyani. "Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Wanita Untuk Memperoleh
Hak-Hak Pekerja Dikaitkan Dengan Kesehatan Reproduksi." Jurnal Bina Mulia
Hukum 3.1 (2018): 15-28.
DJAKARIA, Mulyani. Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Wanita Untuk Memperoleh
Hak-Hak Pekerja Dikaitkan Dengan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Bina Mulia
Hukum, 2018, 3.1: 15-28.
13