Anda di halaman 1dari 39

Makalah Praktik

Pekerjaan Sosial
“Penerimaan”

Intervensi Pada Wanita


Tuna Susila
di

Panti Sosial Bina Karya Wanita Tuna Susila


DKI Jakarta

Dosen : Dr. Fordolin Hasuguan, Msi

Mata Kuliah : Praktik Pekerjaan Sosial


Teori dan Keterampilan
2
0
2 Ade Syahrul Hidayah S.Tr. Sos
1 Nim : (2017112240)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN
POLITIK (STISIP) WIDURI JAKARTA
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 0
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dalam memberikan


kesehatan dan keselamatan kepada kita semua dalam era pandemi ini,
khususnya dalam menyelesaikan makalah ini dengan Mata Kuliah Praktik
Pekerjaan Sosial dengan Dosen Pengampu Dr. Fordolin Hasuguan, MSi. Penulis
berharap pengalaman yang didapatkan selama bekerja di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulia menjadi referensi dalam Praktik Pekerjaan Sosial :
Teori dan Praktik. Penulis berterimakasih kepada Dosen, ASN dan PJLP PSBKW
Harapan Mulia serta pihak lainnya dalam memberikan referensi Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Tak Ada Gading yang Tak Retak makalah ini
masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Penulis
menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
memohon maaf.
Demikian yang dapat Penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Jakarta 12 februari 2021


Penulis

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 1


DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................... 4
C. RUMUSAN MASALAH......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI WANITA TUNA SUSILA......................................................... 5
B. TEORI PENERIMAAN.......................................................................... 13
C. PROFIL PSBKW HARAPAN MULIA................................................. 16
D. PERMASALAHAN................................................................................. 18
E. INTERVENSI.......................................................................................... 24

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN........................................................................................ 33
B. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 33

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki peraturan dalam setiap
aktifitasnya, hal itu adalah amanat dari Undang- Undang Dasar 1945 bahwa
kesejahteraan merupakan hak dari setiap orang, Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
Pada kenyataanya adanya ketidakseimbangan antara kenyataan dan harapan/ketimpangan
das sein dan das solen yang memunculkan permasalahan sosial.
Masalah sosial muncul karena adanya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Individu, kelompok, maupun masyarakat yang
memiliki masalah disebut dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
yang diatur dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial .
Pada Permensos Nomor 08 Tahun 2012 disebutkan bahwa perseorangan, keluarga,
kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan,
tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan
hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial. Ada 26 Jenis PMKS yang ada dalam
peraturan ini, salah satunya adalah Wanita Tuna Susila. Wanita Tuna Susila merupakan
seorang wanita yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenis
secara berulang-ulang diluar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan.
Berdasarkan Permensos Nomor 8 tahun 2012 bahwa selain ada PMKS, terdapat
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) salah satunya yaitu Pekerja Sosial
yang merupakan sebuah profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial
yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.
Pekerja Sosial menjawab dalam keterlibatan membentuk masyarakat yang
berupaya keras untuk menjamin kualitas hidup dan keadilan sosial untuk semua anggota
masyarakat dalam Kesejahteraan Sosial salah satunya adalah menangani permasalahan
Wanita Tuna Susila, berdasarkan hal ini yaitu penanganan penulis bekerja dalam setting

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 3


Wanita Tuna Susila di lembaga/ institusi Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia.
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia merupakan Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulia merupakan Unit Pelayanan Teknis Daerah Dinas Sosial Provinsi
DKI Jakarta yang berdiri sejak tahun 2001. Panti yang menyelenggarakan rehabilitasi
sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya bagi Wanita Tuna
Susila. Pembinaan yang dilakukan meliputi identifikasi, asesmen, bimbingan dan
pelatihan serta penyaluran dan pembinaan lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Wanita Tuna Susila?
2. Bagaimana profil Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia?
3. Bagaimana Identifikasi masalah pada kasus Wanita Tuna Susila di PSBKW
Harapan Mulia?
4. Bagaimana rencana intervensi dan tahapannya serta peran masing-masing profesi?
5. Jelaskan bukti yang dilakukan dalam melaksanakan intervensi?

C. TUJUAN
Tujuan dari masalah ini adalah menjawab rumusan masalah yaitu
1. Memahami Konsep Wanita Tuna Susila
2. Mengetahui Profil Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia
3. Menjelaskan Identifikasi masalah pada kasus Wanita Tuna Susila di PSBKW
Harapan Mulia
4. Mengetahui rencana intervensi dan tahapannya serta peran masing-masing profesi
dalam menyelesaikan identifikasi masalah yang ada
5. Memberikan bukti yang dilakukan dalam melaksanakan intervensi?

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 4


BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI WANITA TUNA SUSILA


1. Definisi Wanita Tuna Susila

Kartono (2017) menyebutkan Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu


bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa
mengabaikan usaha pencegahan dan perbaikan. Pelacuran berasal dari Bahasa Latin
pro-stituere atau pro-stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan
persundalan, pencabulan dan pergenakan. Sedang prostitute adalah pelacur atau
sundal. Dikenal dengan istilah WTS atau sila. Tuna susila berarti adalah tidak susila
sebagai kurang beradab karena keroyalan korelasi seksualnya dalam bentuk
penyerahan diri pada para banyak laki-laki untuk pemuasan seksual dan mendapat
imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. Tuna Susila bisa juga diartikan sebagai
salah tingkah, tidak Susila atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila.
Bonger (dalam Kartono, 2017) menjelaskan prostitusi ialah gejala
kemasyarakatan di mana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual
sebagai mata pencaharian. Bonger juga menjelaskan bahwa ada beberapa unsur dalam
pelacuran, unsur pertama adalah motif ekonomis, dan unsur kedua pelacuran bersifat
mata pencaharian sehari-hari dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual. Sementara
Sarjana P.J. de Bruine van Amsel menyatakan bahwa prostitusi adalah penyerahan
diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran. Devinisi tersebut diatas
mengemukakan adanya unsur-unsusr ekonomis dan penyerahan diri wanita yang
dilakukan secara berulang-ulang atau terus menerus dengan banyak laki-laki.
Kartono (2017) juga mengemukakan definisi pelacuran sebagai berikut :
a. Prostitusi adalah bentuk penyimpangna seksual, dengan pola-pola organisasi
impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam bentuk
pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak orang (promiskuitas),
desertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya.
b. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan jalan
memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang
untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 5


c. Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan badannya
untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.

Buku Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan Odha Kemensos
RI (2016) menyebutkan tuna susila adalah seseorang yang melakukan hubungan
seksual dengan sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantan diluar
perkawinan yang syah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.
Sedangkan dalam Buku Standar pelayanan Minimal Pelayanan Rehabilitasi sosial
Tuna Susila Departemen RI (2007) menyebutkan definisi WTS adalah seorang wanita
yang melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis secara berganti-ganti pasangan
diluar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang materi atau
jasa.
Menurut peraturan menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial menyebutkan
bahwa tuna susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual; dengan
sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang
syah dengan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa. Kriterianya yaitu
menjajakan diri di tempat umum, dilokasi atau tempat pelacuran seperti rumah bordil,
dan terselubung seperti warung remang-remang, hotel, mall dan diskotik dan
memperoleh imbalan uang, materi atau jasa.
Soedjono (dalam Rahmadani at al.,2017) menjelaskan pengertian WTS atau
wanita pelacur ada;lah wanita yang menjual tubuhnya untuk memuaskan seksual
laki-laki siapapun yang menginginkannya, dimana wanita tersebut menerima
sejumlah uang atau barang (umumnya dengan uang dari laki-laki pemakainya.
2. Faktor Penyebab
Kartono (2017) menjelaskan penyebab timbulnya pelacuran yaitu :
a. Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, juga tidak adanya
larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebekum
pernikahan atau diluar pernikahan.
b. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks
khususnya diluar ikatan perkawinan.
c. Komersial dari seks, naik dari pihak wanita atau germo dan oknum tertentu
yang memanfaatkan pelayanan seks.

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 6


d. Dekandensi moral, merosotnya norma-nora Susila dan keagamaan pada saat -
saat orang mengenyam kesejahteraan hidup dan ada pemutarbalikan nilai-nilai
pernikahan sejati.
e. Semakin besarnya penghinaan orang terhadap martabat kamum wanita an
harkat manusia.
f. Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern ini, khususnya mengekploitasi
kaum lemah/wanita untuk tujuan-tujuan komersil.
g. Ekonomi laissez-faire menyebabkan timbulnya system harga berdasarkan
hukum jual dan permintaan.
h. Peperangan dan masa-masa kacau (dikacaukan oleh gerombolan -gerombolan
pemberontak) di dalam negeri meningkatkan jumlah pelacuran.
i. Adanya proyak-proyek pembangunan dan pembukaan daerah pertambangan
dengan konsentrasi kaum pria, sehingga mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan rasio wanita di daerah-daerah tersebut.
j. Perkembangan kota-kota, daerah pelabuhan dan industri yang sangat cepat dan
menyerap banyak tenaga buruh serta pegawai pria. Juga peristiwa urbanisasi
tanpa adanya jalan keluar untuk mendapatkan kesempatan kerja terkecuali
menjadi wanita pelacur bagi anak-anak gadis.
k. Bertemunya macam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan kebudayaan-
kebudayaan stempat. Di daerah-daerah perkotaan dan ibukota, mengakibatkan
perubahan- perubahan sosial yang cepat dan radikal, sehingga masyarakat
menjadi sangat instabil.
Buku Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna
Susila Departemen Sosial RI (2007), faktor penyebab timbulnya tuna susila adalah :
a. Faktor internal antara lain :
1) Ketidakstabilan jiwa yang rendah akibat ketidaktahuan atau
ketidakpahaman tentang dampak yang ditimbulkannya, hal ini antara lain
dapat disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan rendahnya pemahaman
pada nilai-nilai spiritual.
2) Pola hidup yang materialistik dan keinginan yang tinggi namun tidak
diimbangi oleh kemampuan dan potensi yang memadai.

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 7


3) Sikap hidup mencari jalan pintas menerabas dalam mewujudkan berbagai
keinginan terutama berorientasi pada materi dan keinginan duniawi atau
hedonisme.
4) Adanya dorongan seksual yang abnormal di mana merasa tidak puas
mengadakan hubungan seks dengan satu orang.
5) Kompensasi atas pelarian akibat pengalaman masa lalunya yang tidak
menyenangkan atau kecewa seperti korban pemerkosaan rumah tangga
yang berantakan atau broken home patah hati ketidaksiapan memasuki
masa perkawinan atau perkawinan usia dini dan sebagainya.
b. Faktor eksternal antara lain :
1) Rendah/lemahnya kontrol sosial baik yang diakibatkan oleh kurang
memadainya perundang-undangan dan tatanan norma yang ada di
masyarakat dalam mengontrol atau mengendalikan terhadap perilaku
seksual menyimpang sehingga masyarakat tidak lagi peduli terhadap
berbagai penyimpangan perilaku seks yang ada di sekitarnya.
2) Kehidupan modern yang cenderung mengeksploitasi wanita untuk tujuan
tujuan komersial seksual.
3) Himpitan atau tekanan kemiskinan dan terbatasnya lapangan pekerjaan
yang dapat menampung tenaga kerja dengan potensi dan kemampuan yang
minimal sehingga dapat mendorong seseorang menjadi tuna Susila.
4) Pengaruh pola hidup materialistik dan hedonistik atau keduniawian yang
sudah masuk dalam kehidupan sosial budaya masyarakat modern serta
cenderung menjadi budaya kontemporer.
5) Efek samping globalisasi dan derasnya arus informasi yang diserap secara
kurang selektif menyebabkan terjadinya kemerosotan moral atau dekadensi
moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan serta terjadinya
kemerosotan nilai-nilai perkawinan dalam kehidupan masyarakat.
6) Di organisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga yang dapat
menimbulkan sikap pemberontak mencari kompensasi dengan terjun
menjadi tuna susila.
7) Pengaruh lingkungan yang negatif antaranya tinggal di daerah kumuh yang
cenderung longgar dalam menerapkan norma, tinggal di dekat atau di
sekitar daerah rawan tuna susila lingkungan yang tidak peduli atau acuh tak

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 8


acuh terhadap penyimpangan seks, kondisi ini dapat menyebabkan
seseorang lepas kendali dan terjun ke dunia pelacuran bahkan bisa terjadi
karena ajakan desakan atau paksaan orang lain.
Kartono (2017) menuliskan motif-motif yang melatarbelakangi timbulnya
pelacuran pada wanita antara lain :
a. Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindari
diri dari kesulitan hidup dan mendapat kesenangan melalui jalan pendek.
Kurang pengertian, kurang Pendidikan dan buta huruf sehingga menghalalkan
pelacuran.
b. Adanya nafsu-nafsu sek yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian
dan keroyalan seks. Histeris dan hyperseks,sehingga tidak merasa puas
mengadakan relasi sek dngan satu pria/suami.
c. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, ada pertimbangan ekonomis untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya khususnya dalam usaha mendapatkan
situasi sosial yang lebih baik.
d. Aspirasi materil yang tinggi pada wanita dan kesenangan ketamakan terhadap
pakaian-pakaian indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup bermewah-mewah
namun malas bekerja.
e. Kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior. Jadi ada adjustment yang
negative , terutama sekali terjadi pada masa puber dan adolesens. Ada keinginan
untuk melebihi kakak, ibu sendiri, teman putri, tante-tante atau wanita-wanita
mondain lainnya.
f. Rasa melit dan ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada masalah
seks, yang kemudian tercebur dalam dunia pelacuran oleh bujukan-bujukan
bandit-bandit seks.
g. Anak-anak gadis memberontak terhadap otoritas orang tua yang menekankan
banyak tabu dan peraturan seks. Juga memberontak terhadap masyarakat dan
norma-norma susila yang dianggap terlalu mengekang diri anak-anak remaja
mereka lebih menyukai pola-pola seks bebas.
h. Pada masa kanak-kanak pernah melakukan relasi seks atau suka melakukan
hubungan seks sebelum perkawinan (premarital sexrelation) untuk sekedar
iseng atau untuk menikmati masa indah di kala muda. Atau sebagai simbol
keberanian dan kegagahan yang telah menjelajahi dunia seks secara nyata.

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 9


Selanjutnya gadis - gadis itu terbiasa melakukan banyak relasi seks secara bebas
dengan pemuda pemudi sebaya, lalu terperosoklah kedalam dunia pelacuran.
i. Gadis-gadis dari perkampungan melarat dan kotor dengan lingkungan yang
imoril yang sejak kecil selalu melihat persenggamaan orang-orang dewasa
secara kasar dan terbuka. Sehingga terkondisikan mentalnya dengan tindak-
tindak asusila. Lalu mengunakan mekanisme promiskuitas/pelacuran untuk
mempertahankan hidupnya.
j. Pekerjaan sebagai pelacur tidak membutuhkan ketrampilan/ skill, tidak
menggunakan inteligency.
k. Wanita yang kecanduan obat bius, banyak menjadi pelacur untuk mendapatkan
uang untuk membeli/ mendapatkan uang membeli obat-obatan.
l. Oleh pengalaman-pengalaman traumatis (luka jiwa) dan shock mental misalnya
gagal dalam bercinta atau perkawinan, dimadu, ditipu, sehingga muncul
kematangan seks yan terlalu dini dan abnormalitas seks.
m. Ajakan teman-teman sekampung/kota yang sudah terjun terlebih dahulu dalam
dunia pelacuran.
n. Adanya kebutuhan seks akan tetapi didak dipuaskan oleh suami. Misalnya
karena suami sakit dan impoten dan lain-lain,
3. Dampak Adanya Wanita Tuna Susila

Dampak yang ditimbulkan dengan adanya perbuatan tuna susila Menurut Buku
Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila
Departemen Sosial RI (2007) dengan adanya prostitusi adalah sebagai berikut:
a. Dampak internal antara lain :
1) Merendahkan harkat dan martabat dirinya sebagai seorang manusia yang
harusnya dijaga dan dihormati.
2) Merusak jiwa dan mental dirinya dan dapat mengganggu perkembangan
mental kejiwaannya serta kehidupan secara normal.
3) Merasa terasing (alienasi) dari lingkungannya akibat perbuatannya yang
dipandang kurang baik atau abnormal oleh masyarakat.
4) Menimbulkan penyakit khususnya penyakit seksual atau infeksi menular
seksual yang dapat merugikan kesehatan sendiri seperti sipilis ghonorhoe,
jengger ayam, rentan terjangkit HIV /AIDS dan sebagainya.

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
0
5) Dapat menimbulkan ketagihan dan sulit untuk disembuhkan untuk
menjalani kehidupan yang normal.
6) Rendahnya kemampuan diri (rendah diri) untuk melakukan adaptasi dengan
lingkungan sosialnya baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat.
b. Dampak Eksternal antara lain
1) Dapat menyebarluaskan penyakit terutama penyakit kulit dan kelamin atau
IMS kepada masyarakat luas.
2) Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga sehingga dapat berpengaruh terhadap
peran dan fungsi keluarga secara normal atau dapat menjadikan keluarga tidak
harmonis.
3) Merusak sendi-sendi moral susila hukum dan agama terutama sekali dapat
menggoyahkan norma perkawinan sehingga menyimpang dari kebiasaan.
4) Merusak tatanan sosial yang telah ada dimulai dari rusaknya tatanan keluarga
yang secara normatif dapat menjalankan peran dan fungsinya secara wajar
dalam masyarakat.
5) Dapat memberikan pengaruh kepada kemerosotan moral lingkungan dan etika
sosial khususnya anak-anak remaja
6) Dikucilkan oleh keluarga dan lingkungannya karena perbuatannya dinilai tidak
sesuai dengan kebiasaan umum atau normal dalam kehidupan masyarakat
sehingga hal ini akan mengganggu keberfungsian sosial nya dalam keluarga
maupun masyarakat.
7) Rendahnya lingkungan atau rendahnya penerimaan lingkungan
(keluarga atau masyarakat) dalam proses adaptasi kembali (readaptasi) reduksi
tuna susila dalam kehidupan masyarakat secara normal.
4. Rehabilitasi Sosial Wanita Tuna Susila di Panti
Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 mengenai Kesejahteraan Sosial
diatur mengenai rehabilitasi sosial sebagai penyelenggaraan kesejahteraan sosial,
adapun pengertian dari rehabilitasi sosial menurut Undang-Undang No. 11 Tahun
2009 adalah
“Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial yang dimaksud dapat dilaksanakan

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
1
secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti
sosial.” Rahmadani dkk (2017) menjelaskan pengertian rehabilitasi sosial
merupakan suatu upaya untuk mengembalikan atau memperbaiki keadaan dan
keberfungsian sosial seseorang. Sedangkan definisi rehabilitasi sosial menurut
Supiadi (dalam Rahmadhani: 2017) adalah :
“Rehabilitasi sosial adalah segenap upaya yang ditujukan untuk
mengintegrasikan kembali seseorang kedalam kehidupan masyarakat dengan cara
membantunya menyesuaikan diri dengan tuntutan keluarga, komunitas dan
pekerjaan sejalan dengan pengurangan setiap beban sosial dan ekonomi yang dapat
merintangi proses rehabilitasi.”
Berbeda dengan Supiadi, menurut Nitimihardja (dalam Rahmadhani, 2017) tentang
pengertian rehabilitasi sosial adalah :
“Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan
seseorang yang mengalami masalah sosial dalam kehidupan masyarakat dimana ia
berada. Pengintegrasian tersebut dapat dilakukan melalui upaya peningkatan
penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas, maupun pekerjanya. Adapun
proses rehabilitasi sosial yang seharusnya dilakukan oleh setiap panti menurut
Badiklit Kesos, 2004, meliputi (1) Tahap pendekatan awal, (2) Tahap Pengungkapan
dan Pemahaman masalah (Assesmen) , (3) Tahap perencanaan program pelayanan,
(4) Tahap pelaksanaan pelayanan, (5) Tahap pasca pelayanan rehabilitasi sosial.
Sedangkan rehabilitasi sosial menurut Buku Standar Pelayanan Departemen
Sosial RI (2007) adalah serangkaian kegiatan pemberian pelayanan sosial secara
terencana dan professional untuk memecahkan masalah klien dari lingkungan
sosialnya, memulihkan rasa percaya diri klien dan , meningkatkan status dan
perasaan sosial klen serta lingkungannya. Sedangkan dalam Buku Pedoman
Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan Odha (2016) menyebutkan
pengertian rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan
untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan masyarakat.
Buku Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila dan Odha juga
menjelaskan bahwa rehabilitasi sosial WTS di panti merupakan proses rehabilitasi
sosial bagi PMKS jenis WTS yang dilakukan didalam lembaga pemerintah baik itu
lembaga milik kementrian Sosial, Dinas Sosial dan masyarakat dan mengikuti

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
2
pelayanan dan rehabilitasi sosial dalam asrama (panti) dengan berbagai fasilitas,
meliputi pemberian bimbingan fisik, mental, sosial, intelektual serta ketrampilan dan
mengikuti persyaratan yang berlaku. Bimbingan mental adalah termasuk didalamnya
bimbingan spiritual atau keagamaan kepada WTS.
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang
Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Pasal 3 bahwa Standar nasional rehabilitasi
sosial bertujuan melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan rehabilitasi sosial di daerah, hal ini berarti bahwa pembinaan
merupakan salah satu bagian dari rehabilitasi sosial.
Menurut Haryanto (dalam Timoera &Martono, 2016) yang dimaksud dengan
pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur, dan
terarah untuk meningkatkan pengetahuan sikap, dan keterampilan generasi muda
dengan tindakan-tindakan antara lain pengarahan, bimbingan, penumbuhan
kembangan sikap dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang jelas seperti apa
yang diharapkan. Rehabilitasi yang diacu dalam Permensos Nomor 16 tahun 2019
bahwa Rehabilitasi Sosial Lanjut sebagaimana dimaksud dilakukan dalam bentuk
motivasi dan diagnosis psikososial;perawatan dan pengasuhan;pelatihan vokasional
dan pembinaan kewirausahaan; layanan akesesibilitas; bantuan dan asistensi sosial;
bimbingan resosialisasi; bimbingan lanjut; dan/atau rujukan.

B. TEORI PENERIMAAN
1. Pengertian
Penerimaan Diri Hurlock (1974) mendefinisikan self acceptance sebagai “the
degree to which an individual having considered his personal characteristics, is
able and willing to live with them” yaitu derajat dimana seseorang telah mem-
pertimbangkan karakteristik personalnya, merasa mampu serta bersedia hidup
dengan karakteristiknya tersebut.
Sedangkan Aderson (dalam Sugiarti, 2008, p.11) menyatakan bahwa
penerimaan diri berarti kita telah berhasil menerima kelebihan dan kekurangan diri
apa adanya. Menerima diri berarti kita telah menemukan karakter diri dan dasar
yang membentuk kerendahan hati dan intergritas.
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri
adalah derajat dimana seseorang telah mengetahui karakteristik personalnya baik

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
3
itu kelebihan maupun kekurangannya dan dapat menerima karakteristik tersebut
dalam kehidupannya sehingga membentuk integritas pribadinya.
2. Ciri-ciri penerimaan diri.
Secara rinci Jersild (dalam Hurlock, 1974), menyebutkan ciri-ciri penerimaan diri
adalah; Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap
keadaannya dan menghargai dirinya sendiri. Artinya orang tersebut mempunyai
harapan yang sesuai dengan kemampuannya.
Yakin akan standar-standar dan pengatahuan terhadap dirinya tanpa terpaku
pada pendapat orang lain. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan
tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional. Artinya orang tersebut
memahami menge-nai keterbatasannya namun tidak mengeneralisir bahwa dirinya
tidak ber-guna.
Menyadari asset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau
melakukan keinginannya. Menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri.
Orang yang menerima dirinya mengetahui apa saja yang menjadi kekurangan yang
ada dalam dirinya.
3. Faktor-faktor yang membentuk penerimaan diri.
Menurut Hurlock (2008) ada beberapa factor yang membentuk penerimaan
diri seseorang, yaitu;
a. Pemahaman diri (self understanding). Pemahaman diri merupakan persepsi
diri yang ditandai oleh genuiness, realita, dan kejujuran. Semakin seseorang
memahami dirinya, semakin baik penerimaan dirinya.
b. Harapan yang realistis. Ketika seseorang memiliki harapan yang realistis
dalam mencapai sesuatu, hal ini akan mempengaruhi kepuasan diri yang
merupakan esensi dari penerimaan diri. Harapan akan menjadi realistis jika
dibuat sendiri oleh diri sendiri.
c. Tidak adanya hambatan dari lingkungan (absence of environment obstacles).
Ketidakmampuan dalam mencapai tujuan yang realistis, dapat terjadi karena
hambatan dari lingkungan yang tidak mampu dikontrol oleh seseorang seperti
diskriminasi ras, jenis kelamin, atau agama. Apabila hambatan-hambatan itu
dapat dihilangkan dan jika keluarga, peer atau orang-orang yang berada
disekelilingnya memberikan motivasi dalam mencapai tujuan, maka seseorang
akan mampu memperoleh kepuasan terhadap pencapaiannya.

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
4
d. Sikap sosial yang positif. Jika seseorang telah memperoleh sikap social yang
positif, maka ia lebih mampu menerima dirinya. Tiga kondisi utama
menghasilkan evaluasi positif antara lain adalah tidak adanya prasangka
terhadap seseorang, adanya penghargaan terhadap kemampuan-kemampuan
sosial dan kesediaan individu mengikuti tradisi suatu kelompok sosial. Tidak
adanya stress yang berat. Tidak adanya stress atau tekanan emosional yang
berat membuat seseorang bekerja secara optimal dan lebih berorientasi
lingkungan daripada berorientasi diri dan lebih tenang dan bahagia. Pengaruh
keberhasilan. Pengalaman gagal dapat menyebabkan penolakan diri,
sedangkan meraih kesusksesan akan menghasilkan penerimaan diri.
Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik. Sikap ini
akan menghasilkan penilaian diri yang positif dan penerimaan diri. Proses
identifikasi yang paling kuat terjadi pada masa kanak-kanak. Perspektif diri
yang luas. Seseorang yang memandang dirinya sebagaimana orang lain
memandang dirinya akan mampu mengembangkan pemahaman diri daripada
seseorang yang perspektif dirinya sempit. Pola asuh yang baik pada masa
anakanak. Pendidikan di rumah dan sekolah sangat penting, penyesuaian
terhadap Psympathic, hidup, terbentuk pada masa kanak-kanak, karena itulah
pelatihan yang baik di rumah maupun sekolah pada masa kanak-kanak
sangatlah penting. Konsep diri yang stabil. Hanya konsep diri positif yang
mampu mengarahkan seseorang untuk melihat dirinya secara tidak konsisten.
4. Dampak penerimaan diri.
Hurlock (1974) membagi dampak penerimaan diri menjadi dua kategori:
A. Dalam penyesuaian diri. Mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya,
memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem), lebih
bisa menerima kritik, penerimaan diri yang disertai dengan rasa aman
memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistis
sehingga dapat meng-gunakan potensinya secara efektif.
B. Dalam penyesuaian social. Orang yang memiliki penerimaan diri akan
merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan perhatiannya pada
orang lain, menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan rasa
empati dan simpati.

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
5
C. PROFIL PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULIA
1. TUJUAN REHABILITASI DAN SASARAN
Tujuan Pelayanan Rehabilitasi di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulia, kelompok minoritas sebagai acuan pelaksanaan program kegiatan
penanganan bagi Wanita Tuna Susila agar mereka dapat berfungsi secara sosial,
sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mandiri.
Tujuan Pedoman Pelayanan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia
sebagai berikut :
a. Memperoleh persamaan pemahaman dalam melaksanakan pelayanan WBS di
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia.
b. Sebagai pedoman rehabilitasi sosial WBS bagi petugas di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulia terkait dalam pelaksanaan pelayanan di panti.
c. WBS dapat tertangani secara komprehensif, tepat, cepat dan berkesinambungan.
d. WBS dapat terlindungi untuk melakukan perubahan dan meminimalisir stigma
serta diskriminatif di masyarakat.
e. WBS dapat mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mandiri.
f. WBS dapat melakukan fungsi sosialnya di masyarakat
Sasaran dari Pedoman Pelayanan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulia adalah :
a. Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
b. Petugas PNS/Pegawai Negeri Sipil
c. Petugas PHL/Pegawai Harian Lepas
d. Psikolog
e. Instruktur
f. Masyarakat
Sasaran Garapan dari Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia yaitu:
Warga Binaan Sosial
a. Batas Usia 14 s.d 50 tahun
b. Wanita Tuna Susila
c. Pernah dan/atau bekerja sebagai penjual jasa seks
d. Berada di daerah lokasi dan lokalisasi prostitusi
e. Hasil rujukan dari pemerintah/lembaga atau dengan kesadaran sendiri datang ke
lembaga pelayanan sosial

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
6
f. Berasal dari keluarga yang rentan sosial ekonomi
g. Sehat jasmani dan rohani
h. Tidak memiliki penyakit menular/berbahaya
i. Mampu didik dan mampu latih
Keluarga/Masyarakat
a. Keluarga Warga Binaan Sosial penerima kegiatan Bimbingan Sosial dan
Konsultasi Keluarga
b. Masyarakat penerima kegiatan Resosialisasi penyaluran Warga Binaan Sosial
yang telah mendapatkan pembinaan di PSBKW Harapan Mulia
2. STATUS LEMBAGA
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 359 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulia.
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia merupakan Unit Pelayanan
Teknis Daerah Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Yang bertugas melakukan
pembinaan bagi WBS meliputi identifikasi, asesmen, bimbingan dan pelatihan serta
penyaluran dan pembinaan lanjut.
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia terbina dan berkembangnya
tata kehidupan dan penghidupan WBS meliputi pulihnya rasa harga diri,
kepercayaan diri, kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat secara baik.
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia merupakan panti yang
menyelenggarakan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
khususnya bagi wanita, wanita yang dimaksud disini adalah wanita yang melakukan
prostitusi atau wanita rawan sosial ekonomi. Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulia berlokasi di Jalan Puri Kembangan No. 3 Kelurahan Kedoya Selatan
Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, dengan nomor telepon /fax (021) 58357156
serta alamat email psbkwharapanmulia@yahoo.co.id.

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
7
3. VISI DAN MISI
Visi Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia adalah Terentasnya WBS ke
dalam kehidupan yang lebih layak manusiawi.
Misi Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia adalah :
a. Menyelenggarakan pelayanan resosialisasi WBS dalam rangka menumbuhkan
kemauan dan kemampuan WBS untuk kembali dalam kehidupan bermasyarakat
secara normatif
b. Menyelenggarakan bimbingan pelatihan keterampilan dalam rangka memulihkan
dan mewujudkan produktifitas menuju kemandirian dalam kehidupan
c. Menyelenggarakan penyaluran dan bina lanjut
d. Menjalin keterpaduan, koordinasi, kerjasama antar lintas sektoral dalam
pelayanan resosialisasi
D. PERMASALAHAN/ KASUS YANG DIHADAPI
Pada saat dahulu saya bekerja di PSBKW Harapan Mulia, kompleks
permasalahan dihadapi oleh warga binaan sosial, sebelumnya Alur untuk memasuki
dalam panti rehabilitasi ini, Wanita Tuna Susila ini di razia oleh Satpol PP dan Dinas
Sosial Provinsi DKI Jakarta, lalu setelah ditangkap akan dilakukan asesmen awal oleh
Pekerja Sosial di Panti penampungan yang bernama Panti Sosial Bina Insan (PSBI)
yang berada di Cipayung dan Kedoya. Selanjutnya warga binaan yang sudah
dilakukan asesmen maka akan di salurkan ke panti rehabilitasi sosial khusus Wanita
Tuna Susila yaitu Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia.
Pada saat mereka masuk ke dalam Panti Sosial Rehabilitasi sosial mereka akan
mengalami proses denial/ penolakan yang terjadi, biasanya mereka akan menangis
dan melakukan pemberontakan, sampai ada wanita tuna susila yang ingin kabur/
melarikan diri bahkan ada yang berniat untuk menyerang petugas.
Rencana intervensi sangat dibutuhkan dalam penanganan permasalahan ini,
namun sebelum kami melakukan rencana intervensi, kami harus melakukan asesmen
terlebih dahulu. Asesmen yang saya gunakan dengan menggunakan beberapa
teknologi Pekerja Sosial dengan menggunakan tools asesmen yaitu dengan memakai
Social Road life Map, Genogram, Ecomap untuk kasus individu, selanjutnya untuk
mendapatkan persetujuan dengan pimpinan, kami akan melakukan Study Kasus
melalui Case Conference dengan berbagai macam profesi yang diundang, baik pihak

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
8
internal panti maupun pihak eksternal seperti Dokter, Psikolog, Pekerja Sosial, Bidan,
Perawat, Pemuka Agama/ Ustadz/ Pendeta.
Peran Pekerja Sosial disini sebagai Case Manager yang menjadi leader untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada ketika warga binaan sosial di panti, selain itu
juga bertanggungjawab terhadap perkembangan perubahan warga binaan sosial.
Kasus yang dihadapi oleh Wanita Tuna Susila yang paling sering berkaitan dengan
“Penerimaan” Wanita Tuna Susila untuk berada di Panti pembinaan, mengapa?
Karena sebelumnya mereka bekerja mendapatkan uang dengan mudah, kini mereka
harus dipaksa untuk dibina selama 6 bulan untuk melakukan rehabilitasi sosial.
Permasalahan yang dihadapi oleh Warga Binaan Sosial dalam hal ini adalah Wanita
Tuna Susila, untuk memudahkan saya akan menuangkan dalam bentuk pohon
masalah/ Trees Problem.

1
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
9
Keyakinan Kebenaran
Ketaatan

Kembali kedalam
Kedekatan Masyarakat
dengan
Tuhan

Spiritual

Pembinaan di
Panti
Teman
Malas Kegiatan
Pergaulan
Lingkungan Baru
Aktivitas dalam Pembinaan

Kesehatan/
Penyakit

Penolakan

Kehilangan
Penyesuain Diri Penghasilan

Jauh dari Keluarga

Gambar 1. Melakukan Asesmen Permasalahan Wanita Tuna Susila ketika berada di


Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia dengan pohon masalah (tree digram)

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
0
Pada gambar pohon masalah diatas maka saya mecoba menggambarkan pada
akar permasalahan yaitu terkait masalah ekonomi karena kehilangan pekerjaan,
masalah kesehatan karena biasanya mereka terkena penyakit kelamin tidak
menggunakan alat pengaman, adanya permasalahan penolakan dan tidak mau
menerima berada di panti, mereka harus melakukan kegiatan pembinaan dengan
aturan yang ada.
Selanjutnya permasalahan mereka biasanya berkaitan dengan pertemanan,
karena mereka digabung dalam satu wisma, walaupun mereka berada dalam 1 wisma,
tidak menutup kemungkinan mereka akan bertengkar karena perbedaan suku, ras,
agama, pola pikir, dan kebiasaan lainnya, adapun mereka juga malas mengikuti
kegiatan pembinaan dan aktivitasnya selama kegiatan sehari-hari, mulai dari bangun
tidur sampai tidur kembali.
Permasalahan yang berada di tingkat atasnya lagi adalah ketika mereka
berkaitan dengan penyadaran kesalahan, dan berkaitan dengan spiritualitas, namun
tidak semua warga binaaan sosial Wanita Tuna Susila dapat mencapai hal ini, karena
belum banyak yang menyadari kesalaha mereka, adapun terkadang mereka menyesali
perbuatan mereka namun setelah selesai pembinaan di panti, banyak yang kembali ke
dalam dunia persilatan klub malam.
Fokus permasalahan yang saya ingin selesikan adalah proses penerimaan
warga binaan sosial Wanita Tuna Susila yang sudah memasuki gerbang pembinaan di
Panti, selanjutnya saya akan melakukan asesmen secara berkala dengan menggunakan
form asesmen :

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
1
Selanjutnya saya menggunakan tools asesment tambahan seperti Ecomap dan
Genogram

1. Identitas Klien dan Keluarga

a. Identitas Klien

1) Inisial : “IN”

2) Usia : 22 tahun

3) Jenis kelamin : Perempuan

4) Pendidikan : : SMP

5) Hobi : Menyanyi

6) Pekerjaan Terakhir : Penyanyi Karaoke

7) Status Perkawinan : Menikah

8) Asal Rujukan : PSBI Bina Insan 1

9) Tanggal masuk Panti : 20 Agustus 2018

b. Identitas Keluarga

Bagan Genogram

S M

ST IN HE

Sumber : Hasil wawancara dengan klien “IN”, Pekerja Sosial dan Dokumentasi Case
Record Klien “IN”
Keterangan :

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
2
Laki-laki Perempuan Cerai meninggal

Bagan ECOMAP

Orangtua
Kandung
Teman
KLIEN
“IN”

suami Saudara

Keterangan :

Hubungan sangat baik :

Hubungan baik :

Hubungan kurang baik :

Hubungan tidak baik (Konflik) :

Sumber : Hasil wawancara dengan dan Dokumentasi Case Record Klien “IN”

Rencana intervensi yang saya lakukan adalah dengan membuat program sebagai
Pekerja Sosial yang bekerja di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia

No Kegiatan Tujuan Keterangan

1. Membuat Pemetaan Permasalahan Mengfokuskan

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
3
WBS Penyelesaian
Masalah

2. Membuat Case Conference Mendapatkan solusi


dengan berbagai
profesi

3. Membuat Program Menyelesaikan


Masalah

4. Melaporkan Kegiatan Pimpinan


mengetahui
perkembangan
Pembinaan Wanita
Tuna Susila

5. Melakukan Evaluasi Mengetahui


Perkembangan Hasil
dari Program yang
dibuat

E. INTERVENSI YANG AKAN DILAKUKAN


1. Membuat Pemetaan Permasalahan Sosial
Pemetaan yang penulis maksudkan adalah dengan menyusun hasil dari Asesmen
yang telah diberikan yaitu dengan membuat fokus permasalahan yang harus
diselesaikan dan membuat list untuk penyelesaian masalah, selanjutnya juga
saya membuat timeline kegiatan untuk menyusun program kegiatan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan Warga Binaan Sosial Wanita Tuna
Susila (Timeline Kegiatan Terlampir di akhir makalah)
2. Membuat Case Conference

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
4
Gambar Case Conference dokumentasi : 2018

Case Conference saat pimpinan memberikan keputusan dokumentasi 2018


Pada saat melakukan case conference akan dilakukan pembahasan kasus untuk
menyelesaikan permasalahan
Adapun tugas dari setiap profesi berbeda antara satu dengan yang lainnya
a. Pekerja Sosial : Berperan sebagai manager kasus yang berhubungan
dengan perkembangan Biopsikososial spiritual Warga Binaan Sosial,
dan berperan sebagai penghubung dengan profesi lainnya
b. Psikolog : Berperan untuk menentukan perkembangan Psikologis
serta permasalahannya, lalu Psikolog juga dapat membuat terapi yang
digunakan untuk warga binaan sosial Wanita Tuna Susila

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
5
c. Dokter : Bertugas untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan dan pemberian obat
d. Bidan dan Perawat : Berperan untuk selalu mencatat perkembangan
kesehatan, merujuk kepada dokter jika tidak dapat ditangani,
menyelesaikan permasalahan kesehatan, karena bidan dan perawat selalu
standby di panti, tidak seperti dokter yang berada di luar panti, bidan dan
perawat juga harus memantau dalam konsumsi obat yang diberikan
kepada warga binaan sosial
e. Pimpinan Panti : Memberikan keputusan dari hasil Case Conference
f. Pemuka Agama : Melaporkan perkembangan spiritual Warga Binaan
Sosial/ Wanita Tuna Susila

Pemberian arahan dari Pimpinan

Pemeriksa Kesehatan oleh tenaga kesehatan perawat

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
6
Konsultasi oleh Psikolog

Bimbingan Rohani Agama Kristen dan Islam

3. Pembuatan Program
a. Program yang pertama yaitu Program “Morning Meeting” untuk
memberikan informasi kepada klien dan warga binaan sosial lainnya
terkait kegiatan pembinaan yang ada, klien yang masih belum
mengalami penerimaan berada di panti. Pada program ini saya ingin
menjelaskan kepada waga binaan sosial bahwa panti merupakan tempat
untuk belajar dan berubah, menjadi tempat untuk teguran dan berbeda
dengan penjara, disini saya juga akan mencari Warga Binaan Sosial
yang memiliki sikap baik yang sudah melalui proses pembelajaran
dengan baik, saya ingin dia memberikan kepada klien yang belum
menerima kehadirannya di panti, tidak lupa pada program ini saya
menjelaskan konsekuensi jika ada yang merusak atau menyerang
petugas akan dilaporkan kepada pihak yang berwajib

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
7
Kegiatan Program Morning Meeting pada intervensi yang dilakukan

Pemberian arahan dan tata tertib serta penguatan kepada klien “IN”
dan teman lainnya

Salah satu contoh warga binaan sosial menceritakan dan memberikan motivasi
kepada warga binaan yang lainnya, khususnya klien “IN”

b. Program Kedua yaitu pembuatan support system dalam kelompok dan


mendengarkan curahan hati (curhat) mereka terkait permasalahan yang
dihadapi, kegiatan tukar pikiran ini juga dimaksudkan untuk

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
8
memberikan solusi jika ada permasalahan yang dihadapi, klien “IN”
bersama teman-temannya harus saling mendukung

Pemberian penguatan kepada kelompok klien

c. Dinamika Kelompok
Program Kegiatan ini penulis yang langsung memimpin untuk membuat
kegiatan dinamika kelompok, agar mereka tetap aktif, dengan cara
membuat games, ice breaking, dan kegiatan pengembangan kelompok,
ini biasanya dilakukan di luar ruangan di dampingi oleh Peksos ASN

Kegiatan Dinamika kelompok

2
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
9
Ice Breaking

Games Kelompok
4. Pelaporan Kegiatan
Pelaporan kegiatan dilakukan oleh Pekerja Sosial kepada pimpinan

Membuat pelaporan kegiatan untuk dilaporkan kepada pimpinan dengan kegiattan


program yang dibuat okeh Tim Pekerja Sosial

Kegiatan melaporkan kepada pimpinan terkait program kegiatan dan permasalahan


Warga Binaan Sosial/ klien

4. Melakukan Evaluasi

3
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
0
Gambar Kegiatan Evaluasi

Ketika melakukan kegiatan intervensi, Klien mulai adanya penerimaan berada di panti,
dengan pemberian support dan melampiaskan kepada kegiatan yang positif yang ada di panti.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari program kegiatan yang ada

Hasil intervensi
Klien IN sudah dapat beradaptasi dengan baik, dengan dilakukannya support kepada klien,
selain itu pemberian motivasi dari teman-temannya, maka klien IN dapat melaksanakan tugas
yang diberikan selama pembinaan

Bukti lainnya Hasil Intervensi Klien “IN” dapat mengikuti Program Rutin yang ada di
PSBKW Harapan Mulia
Nama Kegiatan Dokumentasi

Teman-teman klien mengikuti


Keterampilan Tata Boga

Klien Mengikuti Keterampilan


Menjahit

3
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
1
Teman-teman klien mengikuti
Keterampilan Salon

Klien IN dapat memenangkan lomba


pada hari Kartini

Klien Mengikuti Keterampilan Rotan


dan Telor Asin

Klien Mengikuti Kegiatan Makan


Bersama

Klien Mengikuti Kegiatan Kerja Bakti

3
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
2
Klien Mengikuti Kegiatan Kesenian

Klien Mengikuti Kegiatan Penyuluhan


Sadar Hukum dari POLDA

Klien Mengikuti ibadah sholat

Gambar diatas merupakan Kegiatan yang dilakukan Klien “in” selama di Panti bersama
dengan teman-temannya.

3
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
3
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Profesi Pekerja Sosial merupakan profesi yang luar biasa dan menyenangkan,
belajar berkembang bersama klien, menghadapi dan menyelesaikan masalah bersama
klien, Pekerja Sosial bekerja bersama klien bukan bekerja sendiri, selain itu dengan
profesi lainnya, untuk dapat menyelesaikan permasalahan, hal yang harus dilakukan
pertama kali adalah dengan membangun trust/ kepercayaan . Proses pertolongan Pada
Pekerja Sosial harus sesuai dengan tahapan dimulai dari Engagement, Asesmen,
Rencana Intervensi, Intervensi dan Evaluasi.
Permasalahan Wanita Tuna Susila memang sangat kompleks, prostitusi
merupakan hal yang sangat sulit dihilangkan, sejak zaman dahulu prostitusi memang
sudah ada, Panti Sosial Wanita Harapan Mulia merupakan salah satu bentuk perhatian
dalam menangani permasalahan Wanita Tuna Susila dengan melakukan rehabilitasi
sosial. Proses penerimaan warga binaan sosial/klien merupakan hal yang harus
diperhatikan seperti kasus “in”, karena setiap individu itu unik, berbeda tidak sama
dengan lainnya.
Pekerja Sosial menjawab tantangan hal yang demikian, dengan menggunakan
teori dan praktik yang tepat diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang ada dengan menggunakan
skills, value, and knowledge.

B. DAFTAR PUSTAKA

1. Kartini Kartono, 2017, Patologi Sosial, Cetakan ke – 16, Depok : Rajawali


Pers PT Raja Grafindo Persada.
2. Titik Rahayu, “, Pertobatan Wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) di Majelis
Asy-Syifa: Studi Deskriptif Bimbingan Sosio-Spiritual , “ dalam jurnal Dakwah
dan Komunikasi, Volume 3, No. 1, Januari-Juni 2018,
ISSN:2527-5704 (P), ISSN: 2527-5682 (E), http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-
balagh

3
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
4
3. Lufiarna, “ Keberfungsian Spiritual Bagi Kehidupan Sosial Wanita Tuna
Susila , “ dalam Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Empati, Vol 7 No. 1, 1 Juni
2018, ISSN: 2301-4261 (print), ISSN : 2621-6418 (online) 2018
4. Dafid Fajar Hidayat, “ Konsep Bimbingan Agama Islam Terhadap Wanita
Tuna Susila di UPT Rehabilitasi Sosial Tuna Susila kediri,” dalam Jurnal
Inovativ, volume 4, no. 1 tahun 2018, ISSN 2598-3172
5. Joseph Bram, Linda Dharmawanti, Evi Liyanti, Juli Perdi W. Putra Hendra
Giri, Edy Siswoyo, “ Insani, Model Pembinaan Mantan Pekerja Seks Komersial
di Panti Sosial Bina Karya Wanita Kedoya,” dalam Journal Insani ,NO. 10,
2010, issn : 0216-0552.
6. Eks Wanita Tuna Susila , “ dalam Journal Psikologi Islam Al-Qalb,. jilid 8,
No.1, Maret 2016, e ISSN268-6326x , ISSN 2085-8567 – 8647
7. Ahmad Saefulloh, Nofriza, “ Upaya Rehablitasi Eks Pekerja Seks Komersial
(PSK) di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Andam Dewi Solok,” dalam Jurnal
Pelita, Vol 3, No. 2, Oktober 2018, ISSN (p) : 2527-3744, ISSN€: 2527-3752
8. Vera Permatasari, Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) pada Orang
yang Mengalami Skizofrenia” dalam Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol 3, No. 1, 2016
9. Buku Profil PSBKW Harapan Mulia
10. Permensos RI No 08 Tahun 20212 tentang PMKS dan PSKS

3
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
5
No Nama Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1
Time
2
Line Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Program Kegiatan Morning Meeting
2 Keterampilan Utama
3 Bimbingan Sosial
4 Keterampilan Utama
5 Case Conference
6 Senam
7 Kesenian
8 Kerja bakti
9 Program Kegiatan Morning Meeting
10 Keterampilan Utama
11 Bimbingan Sosial
12 Keterampilan Utama
13 Case Conference
14 Senam
15 Kesenian
16 Kerja bakti
17 Program Kegiatan Morning Meeting
18 Keterampilan Utama
19 Bimbingan Sosial
20 Keterampilan Utama
21 Case Conference
22 Senam
23 Kesenian
24 Kerja bakti
25 Program Kegiatan Morning Meeting
26 Keterampilan Utama
27 Bimbingan Sosial
28 Keterampilan Utama
29 Case Conference

UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 36


UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL 37
3
UAS PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
8

Anda mungkin juga menyukai