Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TUNA SOSIAL DAN PENYIMPANGAN PERILAKU


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Permasalahan
Rehabilitasi Sosial
Dosen Pengampu : Dra. Enung Huripah, M.Pd

Disusun oleh :
Akbar Adil Hakim I. 22.02.068
Gilang Permana 22.02.001
Gina Rizqia Salsabila 22.02.019
Tegar Yuda Pratama 21.02.092

PROGRAM STUDI REHABILITASI SOSIAL


PROGRAM SARJANA TERAPAN
POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga, makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran, tenaga
maupun materinya. Penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak atas penyusunan makalah ini, karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Permasalahan Rehabilitai
Sosial ibu Dra. Enung Huripah, M.Pd yang telah memberikan dukungan, dan kepercayaan
yang begitu besar.

Makalah Tuna Sosial dan Perilaku Penyimpangan disusun guna memenuhi tugas dari
ibu Dra. Enung Huripah, M.Pd pada mata kuliah Permasalahan Rehabilitasi Sosial di
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung. Selain itu, kami berharap makalah ini membantu
pembaca untuk menambah wawasan mengenai Tuna Sosila dan Perilaku Penyimpangan.
Makalah ini, karya penulis yang diambil dari bebagai sumber. Oleh karena itu, penulis
bertanggung jawab terhadap seluruh isi makalah.

Bandung, 19 Oktober 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1. Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan Makalah.........................................................................5
1.4. Manfaat Penulisan Makalah.......................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
2.1. Pengertian Menurut Ahli........................................................................7
A. Tuna Sosial...............................................................................................7
B. Penyimpangan Perilaku..........................................................................7
2.2. Perbedaan antara Tuna Sosial dan Penyimpangan Perilaku..............8
2.3. Faktor penyebab Tuna Sosial dan Penyimpangan Perilaku................8
2.4. Dampak Dari Perilaku Penyimpangan Terhadap Individu Dan Masyarakat 8
2.5. Sistem Hukum dan Pengaturan dalam Penanganan Tuna Sosial dan
Penyimpangan Perilaku.....................................................................................8
2.6. Solusi Dan Strategi Dalam Menghadapi Tuna Sosial Dan Perilaku
Penyimpangan Dalam Masyarakat...................................................................9
2.7. Contoh Permasalahan Tuna Sosial........................................................9
2.7.1. Faktor adanya Tuna Susila............................................................11
2.7.2. Jenis-Jenis Tuna Susila..................................................................12
2.7.3. PERMASALAHAN TERKAIT KEBUTUHAN HAK INDIVIDU
KELOMPOK DAN MASYARAKAT.........................................................13
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
3.1. Simpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuna Sosial adalah seseorang yang karena faktor tertentu, tidak atau kurang mampu untuk
melaksanakan kehidupan yang layak atau sesuai dengan norma agama, sosial atau hukum
serta secara sosial cenderung terisolasi dari kehidupan masyarakat seperti gelandangan,
pengemis, tuna susila, korban tindak perdagangan orang, bekas warga binaan
pemasyarakatan, dan orang dengan HIV/AIDS.
Dikarenakan tuna sosial ini didalamnya terdapat penyimpangan perilaku maka salah satu
faktor terdapatnya tuna sosial ini adalah penyimpangan perilaku, nah apa sih penyimpangan
perilaku ini tuh ?
Perilaku menyimpang sering dikaitkan dengan tindakan, perbuatan, atau pola perilaku
yang tidak sesuai norma atau aturan di masyarakat. Pada dasarnya, perilaku menyimpang
tidak selalu negatif. Apabila perilaku yang tidak sesuai norma tersebut ternyata di kemudian
hari membawa dampak positif, maka perilaku menyimpangnya bersifat positif.
Beberapa contoh perilaku menyimpang adalah penyalahgunaan narkotika dan obat-
obatan terlarang, penyimpangan seksual, tawuran, berjudi, bullying, balap liar, pencurian,
pembunuhan, pelanggaran lalu lintas, pemerkosaan, perampokan, dan penipuan.
Adanya tuna sosial dan penyimpangan perilaku dapat memiliki konsekuensi serius,
seperti gangguan sosial, peningkatan kriminalitas, ketidaksetaraan sosial, dan ketidakstabilan
komunitas. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang akar penyebab, faktor risiko,
serta upaya pencegahan dan rehabilitasi sangat penting dalam upaya mengatasi masalah ini.
Melalui makalah ini, kita akan menjelajahi faktor-faktor yang menyebabkan tuna sosial
dan penyimpangan perilaku, dampaknya terhadap individu dan masyarakat, serta berbagai
pendekatan dalam menangani dan mengurangi kasus-kasus ini. Upaya intervensi sosial,
kebijakan pencegahan, serta strategi rehabilitasi akan menjadi fokus utama dalam makalah
ini. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah ini, diharapkan masyarakat
dapat lebih efektif dalam mengatasi dan mengurangi dampak negatif dari tuna sosial dan
penyimpangan perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan tuna sosial dan penyimpangan perilaku, menurut para ahli ?
 Apa perbedaannya antara Tuna Sosial dan Penyimpangan perilaku ?
 Faktor Penyebab Tuna Sosial dan Penyimpangan Perilaku ?
 Bagaimana dampak dari perilaku penyimpangan terhadap individu dan masyarakat?
 Bagaimana sistem hukum dan peraturan berhubungan dengan penanganan tuna sosial
dan perilaku penyimpangan ?
 Apa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah atau lembaga sosial untuk mengatasi
masalah tuna sosial dan perilaku penyimpangan?
 Bagaimana solusi atau strategi yang dapat diusulkan untuk mengurangi tingkat tuna
sosial dan perilaku penyimpangan dalam masyarakat?

4
 Contoh dari Tuna Sosial salah satunya yaitu Tuna Susila, maka apa yang dimaksud
Tuna Susila ?
 Apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi tuna Susila ?
 Sebutkan Jenis-Jenis yang termasuk ke dalam Tuna Susila ?
 Sebutkan Permasalahan Terkait Kebutuhan Hak Individu Kelompok Dan Masyarakat ?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah dengan judul "Tuna Sosial dan Penyimpangan Perilaku"
adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep tuna sosial dan
penyimpangan perilaku, serta hubungan antara keduanya. Makalah ini dapat digunakan untuk
memberikan wawasan tentang bagaimana penyimpangan perilaku dapat terkait dengan
kondisi tuna sosial, serta untuk menggali solusi atau pendekatan yang tepat dalam menangani
masalah ini secara lebih efektif.

1.4. Manfaat Penulisan Makalah


Makalah yang berfokus pada rumusan masalah yang telah disebutkan memiliki
beberapa manfaat, antara lain:
 Pemahaman yang Mendalam: Menulis makalah dengan rumusan masalah tersebut
akan membantu kita memahami dengan lebih mendalam tentang konsep tuna sosial
dan perilaku penyimpangan.
 Identifikasi Faktor Penyebab: kita akan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku penyimpangan dan tuna sosial, yang pada gilirannya dapat
membantu dalam upaya pencegahan.
 Kesadaran Terhadap Dampak: Makalah ini memungkinkan Anda untuk menjelaskan
dampak sosial, ekonomi, dan psikologis dari perilaku penyimpangan dan tuna sosial,
meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya penanganan masalah ini.
 Perbandingan Budaya dan Sistem Hukum: Anda dapat mengeksplorasi perbedaan
dalam pandangan dan pendekatan terhadap tuna sosial dan penyimpangan perilaku di
berbagai budaya dan sistem hukum, memperluas pemahaman lintas budaya.
 Pemahaman Terhadap Solusi: Melalui analisis yang mendalam, kita dapat
mengusulkan solusi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah ini, baik melalui
pendidikan, perubahan kebijakan, atau program intervensi sosial.
 Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Makalah ini dapat berfungsi sebagai sarana
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah tuna sosial dan perilaku
penyimpangan, yang dapat mendorong tindakan positif.
 Kontribusi Ilmiah: Makalah ini juga berpotensi menjadi kontribusi ilmiah dalam
bidang sosiologi, kriminologi, atau bidang terkait lainnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Menurut Ahli
A. Tuna Sosial
Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 01 Tahun 2015
tentang standar lembaga penyelenggara rehabilitasi sosial tuna sosial menyatakan,
Tuna Sosial adalah seseorang yang karena faktor tertentu, tidak atau kurang mampu
untuk melaksanakan kehidupan yang layak atau sesuai dengan norma agama, sosial
atau hukum serta secara sosial cenderung terisolasi dari kehidupan masyarakat seperti
gelandangan, pengemis, tuna susila, korban tindak perdagangan orang, bekas warga
binaan pemasyarakatan, dan orang dengan HIV/AIDS.
Yang kali ini akan kita bahas adalah mengenai salah satu permasalahan yang
termasuk kedalam Tuna Sosial yaitu seperti gelandangan, pengemis,Tuna Susila,
korban traficking dan lain-lain.

B. Penyimpangan Perilaku
Penyimpangan perilaku menurut para ahli adalah perilaku yang tidak sesuai dengan
norma sosial yang ada di masyarakat atau di suatu kelompok, atau bahkan aturan yang
telah diinstitusikan Beberapa definisi penyimpangan perilaku menurut para ahli
adalah sebagai berikut:
 Menurut James W. Van der Zanden: Perilaku menyimpang adalah tindakan yang
dilakukan oleh sejumlah orang dan dianggap sebagai hal yang tercela.
 Menurut Bruce J. Cohen: Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.
 Menurut Ronald A Hordert: Penyimpangan sosial adalah setiap tindakan yang
melanggar keinginan-keinginan bersama sehingga dianggap menodai kepribadian
kelompok yang akhirnya pelaku dikenai sanksi. Menurut
 Robert M.Z. Lawang: Penyimpangan menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku tersebut.
 Menurut G. Kartasapoetra: Penyimpangan sosial adalah perilaku yang secara sadar
dan tidak sadar tidak menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat Perilaku menyimpang dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, seperti
penyimpangan campuran, penyimpangan kelompok, dan penyimpangan individual.
Penyebab perilaku menyimpang dapat disebabkan oleh adanya perubahan nilai
dan norma sosial, pengaruh orangtua, pengaruh teman sebaya, kualitas lingkungan
serta kondisi tempat tinggal, faktor sekolah, pemahaman diri yang salah, pemikiran
serta pandangan yang salah, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, dan
kurangnya pengendalian diri.
2.2. Perbedaan antara Tuna Sosial dan Penyimpangan Perilaku

6
Tuna sosial dan perilaku penyimpangan adalah dua hal yang berbeda. Tuna sosial
merujuk pada individu yang tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial karena
beberapa alasan seperti cacat fisik atau mental, kekurangan keterampilan sosial, atau
masalah kesehatan mental
Sementara itu, perilaku penyimpangan merujuk pada perilaku yang melanggar
norma sosial atau hukum, seperti kejahatan, narkoba, atau tindakan kekerasan
2.3. Faktor penyebab Tuna Sosial dan Penyimpangan Perilaku
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tuna sosial atau
terlibat dalam perilaku penyimpangan antara lain:
 Faktor individu: seperti cacat fisik atau mental, kekurangan keterampilan sosial, atau
masalah kesehatan mental
 Faktor lingkungan: seperti lingkungan keluarga yang tidak stabil, pergaulan yang
buruk, atau tekanan sosial
2.4. Dampak Dari Perilaku Penyimpangan Terhadap Individu Dan
Masyarakat
Perilaku penyimpangan dapat memiliki dampak yang merugikan bagi individu
dan masyarakat. Dampaknya dapat berupa kerugian finansial, kerusakan fisik atau
mental, atau bahkan kematian. Selain itu, perilaku penyimpangan juga dapat merusak
tatanan sosial dan mengancam keamanan masyarakat
2.5. Sistem Hukum dan Pengaturan dalam Penanganan Tuna Sosial dan
Penyimpangan Perilaku.
Sistem hukum dan peraturan berperan penting dalam penanganan tuna sosial
dan perilaku penyimpangan. Hukum dan peraturan dapat memberikan sanksi bagi
pelaku perilaku penyimpangan dan memberikan perlindungan bagi korban. Namun,
penanganan tuna sosial dan perilaku penyimpangan juga memerlukan pendekatan
yang holistik dan melibatkan berbagai pihak seperti keluarga, lembaga sosial, dan
masyarakat.
Pemerintah dan lembaga sosial telah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi masalah tuna sosial dan perilaku penyimpangan. Upaya tersebut meliputi
pencegahan, rehabilitasi, dan reintegrasi sosial. Pendidikan dan penyuluhan juga
berperan penting dalam mencegah perilaku penyimpangan dan membantu individu
yang mengalami tuna sosial.
Pandangan sosial terhadap tuna sosial dan perilaku penyimpangan dapat
berbeda-beda di berbagai budaya atau masyarakat. Namun, secara umum, perilaku
penyimpangan dianggap sebagai tindakan yang melanggar norma sosial atau hukum
dan dapat merusak tatanan sosial
2.6. Solusi Dan Strategi Dalam Menghadapi Tuna Sosial Dan Perilaku
Penyimpangan Dalam Masyarakat
Beberapa solusi atau strategi yang dapat diusulkan untuk mengurangi tingkat tuna
sosial dan perilaku penyimpangan dalam masyarakat antara lain:
 Pencegahan: melalui pendidikan dan penyuluhan, serta pembentukan lingkungan yang
sehat dan aman.

7
 Rehabilitasi: melalui program rehabilitasi sosial dan psikologis bagi individu yang
mengalami tuna sosial atau perilaku penyimpangan
 Penegakan hukum: melalui penegakan hukum yang tegas dan adil bagi pelaku
perilaku penyimpangan
 Keterlibatan masyarakat: melalui partisipasi aktif masyarakat dalam pencegahan dan
penanganan tuna sosial dan perilaku penyimpangan

2.7. Contoh Permasalahan Tuna Sosial


Salah satu contoh permasalahan di dalam Tuna Sosial yaitu Tuna Susila, Oleh
karena itu Penulis disini akan membahas salah satu permasalahan tuna sosial yang
salah satunya di dalamnya disebabkan oleh penyimpangan perilaku yaitu mengenai
tuna susila. Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan
sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang
sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.
Masalah tuna susila tumbuh berkembang seiring dengan lajunya
pembangunan dan pekembangan yang semakin pesat. Perkembangan masalah tuna
susila berkaitan erat dengan keadaan demografi, dimana adanya masalah kepadatan
penduduk dengan laju pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang tidak merata,
struktur usia yang tidak seimbang, kesempatan kerja yang terbatas, lowongan
pekerjaan yang sedikit dan kualitas manusia yang kurang memadai merupakan
tantangan yang harus mereka dihadapi di jaman yang semakin berkembang seperti
saat ini.
Jika dikaji mendalam secara realitas konsep tuna susila ini biasa berkaitan atau
dihubungkan dengan perempuan atau wanita. Dimana wanita yang melakukan hal-hal
yang disebutkan dalam pengertian tuna susila ini, ia lakukan dengan latar belakang
masalah pribadi masing-masing. Eks Wanita Tuna Susila adalah manusia yang
memiliki mental dan pikiran normal, sehingga setiap apa yang dilakukan senantiasa
atas kesadaran subyektifnya. Adapaun hasil riset ini bahwa eks wanita tuna susila atau
terdapat julukan lain disebut sebagai pelacur, mereka mereformulasi keberadaan diri
secara fisik, psikis dan sosialnya sebagai identitas baru pasca penangkapan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), Wanita Tuna Susila disebut juga
sebagai pelacuran. Pelacuran diartikan sebagai perihal menjual diri. Berdasarkan
maknanya, mereka yang melacurkan diri akan lebih jelas apabila disebut sebagai
pelacur. Pengertian pelacur menurut Mukhreji dan Hantrakul (dalam Lestari dan
Koentjoro, 2002) adalah perempuan yang menjual diri kepada banyak laki-laki
dengan sedikit atau tidak ada kesempatan untuk memilih pelanggannya. Dikutip dari
(http://www.bandung.go.id). Menurut Koentjoro dan Sugihastuti (dalam Lestari dan
Koentjoro, 2002) pelacur adalah orang yang melacurkan diri atau menjual diri. Istilah
pelacur dianggapnya lebih tepat dibandingkan dengan wanita tuna susila (WTS) dan
pekerja seks komersil (PSK), karena (1) istilah pelacur sudah bias gender, sehingga
dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan yang melacurkan diri; (2) arti pelacur
baik secara denotatif dan konotatif lebih lengkap dan spesifik dan dapat memberikan

8
makna ganda; (4) tidak semua pelacur adalah pekerja seks; (5) istilah pekerja seks
dapat diartikan sebagai pengakuan bahwa melacur merupakan pekerjaan.
Masalah tuna susila tumbuh berkembang seiring dengan lajunya
pembangunan dan pekembangan yang semakin pesat. Perkembangan masalah tuna
susila berkaitan erat dengan keadaan demografi, dimana adanya masalah kepadatan
penduduk dengan laju pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang tidak merata,
struktur usia yang tidak seimbang, kesempatan kerja yang terbatas, lowongan
pekerjaan yang sedikit dan kualitas manusia yang kurang memadai merupakan
tantangan yang harus mereka dihadapi di jaman yang semakin berkembang seperti
saat ini.
Adanya Wanita Tuna Susila ditengah masyarakat dianggap sebagai
permasalahan sosial dan sangat mengganggu masyarakat disekitarnya. Hal ini karena
perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tercela dan dilarang oleh agama
maupun norma-norma masyarakat luas yang mana perbuatan tersebut adalah dosa
besar.
Salah satunya adalah mereka yang bekerja sebagai Wanita Tuna Susila (WTS),
WTS atau PSK (Pekerja Seks Komersial) adalah salah satu bentuk perilaku yang
menyimpang di kalangan masyarakat yaitu perilaku yang tidak bisa menyesuaikan diri
dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
Masalah wanita tuna susila pada dasarnya merupakan bentuk pelanggaran atau
penyimpangan baik dalam norma keluarga, norma sosial, maupun norma agama

2.7.1. Faktor adanya Tuna Susila


Penyebab banyak Perempuan menjadi Wanita Tuna Susila menurut Mamahit
(1999) dipengaruhi tiga faktor yaitu interaksi sosial perempuan bersangkutan dengan
PSK yang lebih dulu bekerja, proses kognitif khususnya presepsi terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan PSK, dan keinginan untuk mencapai kebutuhan (ekonomi,
sosial, status, penghargan, dll) yang optimal melalui jalan pelacuran.
Sementara Koentjoro (2004) juga menggaris bawahi tingginya aspirasi
material sebagai faktor pendorong perilaku melacurkan diri.Faktor ekonomi menjadi
kesimpulan paling banyak disepakati.
Beberapa hal yang menyebabkan perempuan menjadi PSK menurut Koentjoro
adalah:
1. Orang setempat yang menjadi model pelacur yang sukses.
2. Sikap permisif dari lingkungannya.
3. Adanya peran instigator (penghasut).
4. Peran sosialisasi
5. Ketidakefektifan pendidikan dalam meningkatkan status sosial ekonomi
Sementara Albarda (2004) mengungkapkan faktor adanya PSK adalah:
1. Kemiskinan: Penyebab utama adalah kemiskinan struktural, yang miskin
semakin miskin dan yang kaya bertambah kaya. Kebutuhan yang semakin
banyak dan peluang kerja yang semakin sempit membuat wanita rela menjalani
pekerjaan yang haram.

9
2. Kekerasan seksual: Diantaranya karena perkosaan oleh orangtua dan orang
dekat lainnya.
3. Penipuan: Penipuan dan pemaksaan berkedok agen penyalur tenaga kerja.
4. Pornografi : Ketertarikan pada seks secara vulgar
5. Gaya hidup modern: Perempuan yang ingin tampil dengan keindahan tubuh dan
barang mewah namun terpojok kondisi keuangan. Mereka pun mengambil jalan
pintas.
6. Broken home: Kehidupan keluarga yang tidak harmonis dapat memaksa remaja
melakukan hal yang kurang baik di luar rumah dan dimanfaatkan orang tidak
bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK Kenangan masa
kecil yang buruk: Pelecehan yang terjadi sat kecil dapat memicu seseorang
menjadi PSK.

2.7.2. Jenis-Jenis Tuna Susila


Tuna susila merupakan perilaku seks bebas yang dilakukan secara tidak sah
menurut hukum dan agama yang terjadi didalam masyarakat. Selain itu, tuna susila
juga merupakan perilaku yang menyimpang, dimana perilaku ini melanggar norma,
kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Jika
dilihat dari pengertian tersebut, maka jenis-jenis tuna susila dapat dibedakan sebagai
berikut:

1) Wanita Tuna Susila (WTS)

Wanita Tuna Susila (WTS) atau biasa disebut dengan PSK menurut Soedjono D
(1997), merupakan wanita yang menjual tubuhnya untuk memuaskan laki-laki
siapapun yang menginginkannya, dimana wanita tersebut menerima sejumlah uang
atau barang.
2) Gigolo
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gigolo merupakan laki-laki bayaran
yang dipelihara seorang wanita sebagai kekasih. Selain itu, gigolo juga memiliki arti
sebagai laki-laki sewaan yang pekerjaannya menjadi pasangan berdansa. Dalam
kasus tuna susila ini gigolo dapat diartikan seorang laki-laki yang melakukan
hubungan seks secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah
serta dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan.
3) Gay
Mengutip dari (http://library.binus.ac.id) Gay merupakan laki-laki yang
mempunyai orientasi seksual terhadap sesama laki-laki (Duffy & Atwater, 2005).
Dimasa sekarang perilaku seks bebas bukan hanya dilakukan oleh lawan jenis saja
tetapi dapat dilakukan oleh sesama jenis. Dalam hal ini, bisa jadi seseorang yang gay
mempekerjakan dirinya sendiri untuk memuaskan sesama jenisnya agar ia
mendapatkan imbalan baik berupa uang maupun barangLesbian
Mengutip dari (http://repository.uma.ac.id) Menurut Aan Ferguso (dalam
Lasasti, 2011) lesbian adalah seorang perempuan yang memiliki ikatan emosional
10
dan yang melihat dirinya sebagai bagian dari sebuah komunitas lesbian serta
memiliki ikatan baik itu emosional ataupun seksual dengan perempuan. Seperti yang
sudah disebutkan pada poin sebelumnya, dalam hal ini bisa jadi seseorang yang
lesbian mempekerjakan dirinya untuk memuaskan hasrat sesama jenisnya agar ia
mendapatkan imbalan baik berupa uang maupun barang.
2.7.3. PERMASALAHAN TERKAIT KEBUTUHAN HAK INDIVIDU
KELOMPOK DAN MASYARAKAT
Tuna susila mengalami berbagai permasalahan terkait kebutuhan hak individu,
kelompok, dan masyarakat. Berikut adalah permasalahan tersebut:
1. Permasalahan terkait kebutuhan hak individu:
 Tuna susila seringkali mengalami pelanggaran hak asasi manusia, seperti hak
atas kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang layak
 Tuna susila seringkali menjadi sumber penyebaran penyakit kelamin
 Tuna susila membutuhkan dukungan sosial dan psikologis untuk membantu
mereka kembali ke masyarakat dan melaksanakan fungsi sosialnya dengan
baik
2. Permasalahan terkait kebutuhan hak kelompok:
 Kelompok tuna susila seringkali mengalami pelanggaran hak asasi manusia,
seperti hak atas perlindungan dari tindak kekerasan, penelantaran, eksploitasi,
dan diskriminasi.
 Kelompok tuna susila membutuhkan hak-hak seperti hak atas kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang memadai, hak atas pendidikan dan pelatihan
keterampilan, hak atas pekerjaan yang layak, hak atas tempat tinggal yang
layak, hak atas dukungan sosial dan psikologis, serta hak atas pemenuhan
kebutuhan spiritual
3. Permasalahan terkait kebutuhan hak masyarakat:
 Masyarakat seringkali memandang rendah dan mengucilkan tuna susila
 Keberadaan tuna susila di lingkungan masyarakat dapat meresahkan dan
mengganggu ketertiban umum
 Masyarakat seringkali salah mempersepsikan terhadap keberadaan tuna susila
 Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang hak asasi
manusia tuna susila dan memberikan dukungan untuk memenuhi hak-hak
terebut
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memenuhi hak-hak tersebut,
seperti program rehabilitasi sosial yang tepat dan berkesinambungan,
bimbingan sosial, pelatihan keterampilan, dukungan sosial dan psikologis,
serta perlindungan dari tindak kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan
diskriminasi.
Selain itu, pemerintah dan masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang hak asasi manusia kelompok tuna susila dan memberikan
dukungan untuk memenuhi hak-hak tersebut.
Masyarakat juga perlu mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap tuna
susila dan memberikan dukungan sosial dan psikologis untuk membantu mereka
11
kembali ke masyarakat dan melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Tuna susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama
atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah
dengan tujuan mendapatkan imbalan uang. Tuna susila seringkali mengalami
pelanggaran hak asasi manusia, seperti hak atas kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan
yang layak.
Tuna susila juga membutuhkan dukungan sosial dan psikologis untuk membantu
mereka kembali ke masyarakat dan melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik.
Kelompok tuna susila juga membutuhkan hak-hak seperti hak atas perlindungan dari
tindak kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan diskriminasi, hak atas kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang memadai, hak atas pendidikan dan pelatihan keterampilan,
hak atas pekerjaan yang layak, hak atas tempat tinggal yang layak, hak atas dukungan
sosial dan psikologis, serta hak atas pemenuhan kebutuhan spiritual.
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang hak asasi
manusia tuna susila dan memberikan dukungan untuk memenuhi hak-hak tersebut.
Selain itu, pemerintah dan masyarakat juga perlu meningkatkan upaya untuk
menangani masalah tuna susila, seperti program rehabilitasi sosial yang tepat dan
berkesinambungan, bimbingan sosial, pelatihan keterampilan, dukungan sosial dan
psikologis, serta perlindungan dari tindak kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan
diskriminasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bphn.go.id/data/documents/15pmsos001.pdf
http://repository.ubb.ac.id/3367/1/BAB%20I.pdf
https://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/download/3433/2917
https://dinsos.tasikmalayakota.go.id/rekomendasi-dan-rujukan-wanita-tuna-susila
https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230117112511-569-901368/pengertian-
dampak-dan-penyebab-penyimpangan-sosial-dalam-masyarakat
https://www.kompas.com/skola/read/2023/03/07/061500569/penyebab-terjadinya-
perilaku-menyimpang-
Utami, Rizki Nur. 2017. Pembinaan Sosial Wanita Tuna Susila (WTS) di Resosialisasi
Argorejo, Kota Semarang. (Skripsi. Universitas Negeri Semarang: Semarang)
Arryane Trinissa W. 2018. Konsep Diri Wanita Tuna Susila di Saritem Kota Bandung.
(Skripsi, Universitas Pasundan: Bandung)

13

Anda mungkin juga menyukai