PENGERTIAN DAN
PROSES MANAJEMEN
KASUS
DISKUSI KASUS
1. Silahkan bergabung dengan Lembaga masing-masing
2. Tuliskan 1 kasus yang pernah ditangani
3. Tuliskan langkah-langkah yang Bapak/Ibu lakukan untuk
menangani kasus tersebut
4. Sebutkan pihak-pihak yang dilibatkan dalam menangani
kasus tersebut
5. Presentasikan
2
Pihak-pihak Dilibatkan
1. Pekerja Sosial 12. Kejaksaan
2. Psikolog 13. Bapas
3. Pendamping 14. Advokat
4. Guru Agama 15. Rumah Aman/ P2TP2A
5. Sex Educator/ seksolog 16. Dokter
6. Dinas Pemakaman 17. UILS
7. Terapis
8. TKSK
9. Kepolisian
10.P3S
11. RT/RW
3
PENGERTIAN MANAJEMEN KASUS
5
PRINSIP-PRINSIP DALAM MANAJEMEN KASUS
Advokasi Memandang
Pemberdayaan Evaluasi
Orang scr
Holistik
6
TINGKATAN PERAN PEKERJA SOSIAL
DALAM MANAJEMEN KASUS
Manajer Kasus
Supervisor
7
PERANAN MANAJER KASUS
8
PERANAN SUPERVISOR
1. Mensupervisi para case worker / pendamping dalam aspek admistrasi
(pencatatan dan pelaporan), pengetahuan, skill dan nilai/etika (edukatif);
dan dukungan emosional (suportif) seperti mengatasi stress dan tekanan
.
2. Mensupport Case workers dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas
kerja, mendampingi untuk kegiatan tertentu, dan mewakili pekerja
sosial.
3. Mengembangkan sumber-sumber yang dibutuhkan dan membantu case
workers mengakses sumber-sumber yang tersedia.
4. Memfollow up kasus-kasus dengan rencana menyediakan pelayanan
untuk keluarga dan anggota masyarakat untuk pencegahan dan respon
yang lebih luas.
5. Memastikan recording dan reporting kasus tersedia baik untuk
kepentingan penanganan kasus, program maupun penelitian.
9
PERANAN CASE WORKER / PENDAMPING
1. Membangun relasi atau hubungan positif dengan klien, keluarga dan
sistem sumber yang ada di masyarakat.
2. Mengumpulkan informasi dan menilai situasi klien agar dapat
mengidentifikasi kebutuhan, masalah dan tujuan penanganan.
3. Memformulasikan suatu rencana pelayanan yang memungkinkan
untuk pemenuhan kebutuhan dan masalah anak.
4. Menempatkan dan menyediakan pelayanan, menyusun dan
menyampaikan pelayanan yang dibutuhkan bagi kien serta
mengkoordianasikan bantuan dari pelayanan-pelayanan tersebut.
5. Intervensi secara langsung terhadap klien untuk memperkuat
kemampuan dan kapasitas mereka dalam merawat diri sendiri
6. Memonitor dan mensupervisi keefektifan dari rencana pelayanan
dalam memenuhi kebutuhan anak.
7. Pembelaan bagi klien(Advokasi) terutama apabila pelayanan yang ada
menjadi sistem yang sulit dimanfaatkan atau diakses.
8. Mengevaluasi keefektifan hasil pelayanan dan pengaruhnya terhadap
keberfungsian anak
Supervisi vs Manajemen
kolaborasi
SUPERVISI
MANAJEMEN
Melakukan interaksi terencana Mengorganisasikan dan
dengan pendamping dalam mengkoordinasikan
suatu lingkungan yang aman kegiatan sesuai dengan
dan mendukung sehingga kebijakan tertentu untuk
tercipta suatu proses pencapaian tujuan yang sudah
pembelajaran dan analisis ditentukan
untuk menjamin kualitas
layanan
kolaborasi
11
Komponen Utama dalam Manajemen Kasus
Komponen yang dapat mendukung
praktik/proses manajemen kasus
1kebijakan, hukum, regulasi, dan/atau standar sebagai landasan
Komponen Sistem digunakannya pendekatan manajemen kasus; adanya struktur dan
tugas tim manajemen kasus; adanya sumber daya manusia yang
terampil; adanya praktik supervisi; adanya sumber finansial dan
material yang memadai; adanya keterlibatan anak dan keluarga
hingga adanya manajemen data dan proses monitoring evaluasi.
Komponen Proses
Komponen yang terkait pada aktivitas
langsung penanganan kasus yang
merujuk pada proses/tahapan
penanganan kasus2
2merujuk pada proses/tahapan manajemen kasus
itu sendiri mulai dari kontak awal dan identifikasi
kasus hingga terminasi
12
TAHAP-TAHAP MANAJEMEN KASUS
(Generik)
Rencana
Terminasi Intervensi
Review Pelaksanaan
Evaluasi Kasus Intervensi
15
PROSES AWAL DAN IDENTIFIKASI KASUS
Kegiatan-kegiatan
Menentukan
Bila masalah klien Bila klien
apakah calon klien
tidak sesuai, menyepakati,
sesuai/tidak dengan
lakukan rujukan lakukan kontrak
layanan/program
16
PROSES AWAL DAN IDENTIFIKASI KASUS
Tools / Alat yang Digunakan:
18
POIN-POIN PENTING
PROSES AWAL DAN IDENTIFIKASI KASUS
1. Ditandatanganinya kontrak/persetujuan anak maupun kontrak/persetujuan
keluarga untuk menjadi klien adalah hasil yang diharapkan dari proses ini;
2. Pelaksanaan manajemen kasus tidak dapat dilakukan tanpa adanya
kontrak/persetujuan anak maupun keluarga. Sekalipun anak yang tidak
memiliki keluarga, kontrak harus tetap dilakukan yakni kepada wali atau pihak
yang bertanggung jawab atas anak tersebut;
3. Terdapat perbedaan dalam melakukan kontrak dengan calon klien sukarela
(klien yang atas kesadaran sendiri merasa ingin/perlu didampingi) dengan calon
klien tidak sukarela (klien yang dirujuk oleh pihak lain). Hal ini dikarnekaan
klien tidak sukarela belum menganggap memiliki masalah meskipun orang lain
menganggap dirinya memiliki masalah yang harus segera ditangani.
19
PROSES ASESMEN
ASESMEN
Pengertian
21
ASESMEN
Pengertian
• Pengumpulan Informasi
• Analisis data dan Penilaian
–Motivasi
–Kapasitas
–Kesempatan
• Pengambilan Keputusan
22
PROSES ASESMEN
Kegiatan-kegiatan
Susun dan
dokumentasikan berbagai Gunakan tools / alat yang
Lakukan konferensi kasus
informasi yang diperoleh digunakan untuk asesmen
(pencatatan)
23
PROSES ASESMEN
Tools / Alat yang Digunakan
History Map
Genogram Ecomap Genomap
Mobility Map
Life Road Map
Makna garis :
• Garis tebal menunjukkan hubungan/koneksi
yang kuat
• Tiga garis menunjukkan koneksi yang sangat
kuat dan intensif
• Garis putus-putus menunjukkan relasi yang
lemah
• Garis zig-zag menunjukkan relasi yang penuh
stress dan konflik
HISTORY MAP: History map merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui
riwayat atau kronologi kasus yang dialami klien
33
KASUS AL
AL (P/9 tahun) merupakan salah seorang anak yang mengalami disabilitas
intelektual sedang (IQ. 60). AL sebelumnya sempat bersekolah di sekolah
umum hingga kelas 1 SD. Akan tetapi, karena AL mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri di sekolah termasuk mengikuti proses pembelajaran dan
berinteraksi dengan teman-temannya, AL memutuskan untuk berhenti
bersekolah di sekolah formal. Gurunya pun mengatakan bahwa kurikulum di
sekolahnya tersebut tidak cocok untuk AL dan tidak adanya guru yang dapat
mengajar Anak Disabilitas.
Ayah AL merupakan seorang petani sayur, dan Ibunya merupakan seorang ibu
rumah tangga. Diakui oleh kedua orangtuanya, bahwasanya mereka sering
merasa malu hingga frustasi karena memiliki seorang Anak Disabilitas. Alhasil,
orang tua AL sering memarahi AL disertai dengan cubitan hingga pukulan yang
membuat AL nampak murung. Orang tua AL biasanya mencubit AL dibagian
paha dan pipi. Sedangkan bagian tubuh AL yang sering dipukul yakni punggung
dan kepala.
34
KASUS AGUS
Agus (L/10 tahun) merupakan anak yang mengalami masalah pengasuhan. Agus
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Andi dan Ibu
Sari. Kakak pertamanya bernama Lili, kakak keduanya bernama Citra, dan adiknya
bernama Badru. Agus tidak terlalu dekat dengan kedua kakaknya dikarenakan
kedua kakak Agus tinggal diluar kota untuk bekerja dan kuliah, sehingga sehari-
hari Agus sangat dekat dengan adiknya. Agus membenci ayah dan ibunya
dikarenakan ayah dan ibunya telah berpisah dan memilih untuk menikah lagi.
Ayahnya menikah dengan Ibu Tini. Dari pernikahannya dengan Ibu Tini, Ayah
kandung Agus memiliki 3 orang anak bernama Dodi, Rita, dan Putri. Agus pun
tidak menyukai ketiga saudara tirinya tersebut. Sedangkan ibunya menikah
dengan Bapak Didi dan belum memiliki anak. Bapak Andi merupakan anak
pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Nenek Romlah dan Kakek Pulan. Kedua
orangtua Bapak Andi telah meninggal Dunia. Adik tertua Bapak Andi bernama
Toni, dan adiknya yang paling kecil bernama Lutfi, Agus sangat dekat dengan
pamannya Toni. Berbeda dengan keluarga Bapak Andi, keluarga Ibu Sari tidak
diketahui keberadaannya. Hal ini dikarenakan Ibu Sari dibesarkan di Panti Asuhan
sejak ia bayi.
35
KASUS JJ
36
KASUS RIAN
Rian merupakan anak perempuan berusia 12 tahun akan tetapi tumbuh kembangnya tidak
seperti anak seusianya. Secara fisik, Rian masih terlihat seperti anak usia 5-6 tahun. Selain
penampilan fisik, Rian pun memiliki masalah pendengaran. Rian lahir pada tanggal 8 agustus
2005. Saat memasuki usia 3 bulan, diketahui bahwa Rian mengalami sakit flek. Pada usia
1,5 tahun, ibu Rian menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan menitipkan Kakak Kandung
Rian kepada nenek dari pihak suami, dan menitipkan Rian dengan nenek dari pihaknya.
Sehingga, sejak usia 1.5 tahun Rian diasuh oleh nenek dari pihak ibunya. Pada usia 3 tahun,
Rian memiliki riwayat penyakit panas dan step. Pada tahun yang sama, Ibu Rian kembali ke
Indonesia dan mendapatkan tawaran kerja di Depok sehingga Rian masih diasuh oleh
nenek. Tahun 2010, ibu Rian dibantu majikannya dimana ia bekerja, melakukan
pemeriksaan pendengaran klien di Rumah Sakit. Rian dinyatakan putus pita suara dan
pendengarannya rusak sehingga sampai saat ini Rian memiliki masalah dalam hal
pendengaran. Pada tahun 2011, kedua orang tua Rian bercerai karena terdapat berbagai
latar belakang masalah keluarga sehingga kedua orang tua Rian memutuskan untuk
bercerai. Pada tahun 2016 Ibu RIan berhenti bekerja dan memutuskan untuk kembali ke
kampung halaman untuk merawat dan mengasuh Rian. Hingga saat ini Rian diasuh dan
dirawat oleh ibu kandungnya sejak 1 tahun yang lalu, dan saat ini ibu Rian dan Rian
memutuskan untuk pindah dan mengontrak rumah di daerah Cipanas agar akses ke
sekolah lebih mudah dan lebih dekat.
37
PERENCANAAN INTERVENSI
PROSES PERENCANAAN INTERVENSI
Pengertian
39
CONTOH TUJUAN INTERVENSI
41
KEGIATAN PERENCANAAN INTERVENSI
42
Kegiatan Perencanaan Lainnya
44
PELAKSANAAN INTERVENSI
PROSES PELAKSANAAN INTERVENSI
Pengertian
47
MONITORING DAN EVALUASI
PROSES MONITORING EVALUASI
Pengertian
49
Indikator Utama dalam Monitoring dan Evaluasi
Keselamatan Permanen
Kesejahteraan
Terminasi
50
TERMINASI
PROSES TERMINASI
Pengertian
52
PROSES TERMINASI
Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan
53
SIMULASI PELAKSANAAN
TERMINASI
1. Dipersilahkan kepada dua orang perwakilan Bapak/Ibu
untuk maju ke depan untuk mempraktekan proses
terminasi.
2. Satu orang memerankan sebagai Pekerja Sosial, dan satu
orang memerankan sebagai klien.
3. Mohon kepada peserta lain untuk memperhatikan dan
memberikan komentar di akhir praktik.
54
PROSES TERMINASI
Poin-poin Kunci
1. Terminasi dapat menghasilkan reaksi emosional pada klien karena relasi yang dekat
telah terjalin antara Peksos/Pendamping dengan klien. Reaksi tersebut dapat bersifat
positif atua negatif. Klien kemungkinan merasa senang atau puas atas kerjasama yang
berhasil. Sebaliknya, klien juga mungkin merasa tidak puas, tidak senang, sedih, atau
marah karena merasa akan ditinggalkan.
2. Untuk kasus-kasus tertentu dikenal dengan istilah terminasi sepihak, yakni terminasi
yang hanya dilakukan oleh Peksos/Pendamping atas persetujuan supervisor yang
dilakukan karena situasi-situasi tertentu seperti klien: meninggal dunia, tidak
diketahui keberadaannya, ataupun menolak untuk didampingi. Pada situasi ini,
Peksos/Pendamping harus membuat surat pernyataan ataupun justifikasi mengenai
alasannya dilakukan terminasi sepihak. Surat pernyataan ataupun justifikasi ini harus
atas persetujuan dan ditandatangani oleh supervisor.
55