Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“PERAN PEKSOS TERHADAP LANJUT USIA”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peksos dan Kesehatan

Oleh :
Eliza Ramadhani 50900121077
Revi Alfirayanti 50900121041
Ulfa Febrianti 50900121044

Dosen Pengajar :
Dr. Habibi, SKM., M.Kes

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI
UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan anu-
grah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Peksos terhadap
Lanjut Usia (Lansia)”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jun-
jungan nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam dan menjadi anugrah bagi seluruh
alam semesta.
Terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada Bapak Dr. Habibi, SKM., M.Kes
Selaku dosen mata kuliah Peksos dan Kesehatan yang telah memberikan tugas kelom-
pok ini untuk memperdalam ilmu dan wawasan kami, serta sebagai salah satu materi
pembelajaran dalam mata kuliah kami. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami da-
pat menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini
agar kedepaannya dapat kami perbaiki dan jadikan pelajaran, karena kami sadar
makalah yang kami buat ini belum sempurna dan memiliki banyak sekali kekurangan.

31 Maret 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1


B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Peksos dan Kesehatan........................................................................................4
B. Lanjut Usia (Lansia)........................................................................................10
C. Peran Peksos terhadap Lansia..........................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usia tua adalah paling akhir dalam kehidupan manusia di dunia. Realitas ini
sudah menjadi sunnatullah yang pasti dilalui oleh setiap orang jika dikaruniai usia
panjang. Dan berbagai perubahan kondisi pun akan dialami oleh setiap orang di masa
tuanya, baik secara biologis, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain akibat pertambahan usia. Karena itu, kesejahteraan dan kualitas kehidupan
manusia lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus agar dimungkinkan dapat hidup
secara produktif sesuai dengan kemampuannya.
Proses penuaan (aging process) dalam perjalanan hidup manusia merupakan
suatu hal yang wajar, dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur
panjang. Menurut teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak, remaja,
dewasa, tua dan akhirnya masuk pada fase usia lanjut dengan umur 60 tahun dan di
atas 60 tahun.1 Seiring berjalannya waktu, proses penuaan tersebut terjadi secara
natural. Masa penuaan inilah yang kemudian banyak terjadi penurunan-penurunan
dilihat dari aspek fisik dan psikologis.
Kesejahteraan sosial merupakan salah satu tujuan hidup pada setiap manusia.
Yang diperoleh dari terpenuhinya seluruh kebutuhan hidup dan suasana ketentraman
dalam kehidupan sekitar. Kesejahteraan sosial juga merupakan kegiatan-kegiatan
yang terorganisir yang bertujuan untuk membantu individu dan masyarakat guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras
dengan kepentingan keluarga dan masyarakat.
Adapun Permasalahan kesejahteraan sosial tersebut menunjukkan bahwa
terdapat warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara
layak karena belum memperoleh pelayanan dari negara. Padahal pembangunan
1
Mei Fitriani, ‘PROBLEM PSIKOSPIRITUAL LANSIA DAN SOLUSINYA DENGAN BIMBINGAN
PENYULUHAN ISLAM (Studi Kasus Balai Pelayanan Sosial Cepiring Kendal)’, Jurnal Ilmu Dakwah, 2017
h.4. <https://doi.org/10.21580/jid.v36.1.1626>.

1
kesejahteraan sosial pada dasarnya merupakan perwujudan dari upaya mencapai
tujuan bangsa yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kesejahteraan sosial menurut pasal 1 ayat Undang-
Undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial adalah kondisi ter-
penuhinya kebutuhan material, spiritual, dan warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Terda-
pat beberapa upaya untuk menanggulangi masalah kesejahteraan sosial, diantaranya
meliputi rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial dan jaminan
sosial.
Berbagai permasalahan lanjut usia sangat beragam, salah satunya adalah
keterlantaran. Menurut kemampuan secara fisik dan mental serta tidak terpenuhinya
kebutuhan, yang kondisinya diperparah dengan tidak mempunyai sanak saudara men-
gakibatkan mengalami berbagai permasalahan lainnya seperti keadaan fisik yang
lemah (sering sakit-sakitan) dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-se-
hari sehingga harus bergantung pada orang lain, yang pada akhirnya mengalami
kerentaan secara ekonomi.2
Pada sisi lain menjadi kendala tersendiri dalam menjadikan isu kesejahteraan
lansia menjadi salah satu isu prioritas karena tergantung dengan komitmen pemimpin
daerah. Atau yang terjadi adalah program terkait lansia tetap berjalan namun dengan
jangkauan wilayah dan keterlibatan lansia yang terbatas. Ditambah lagi dengan ter-
batasnya aksesibilitas pelayanan terhadap lansia, seperti tenaga kesehatan, dan tenaga
sosial dan penyuluh yang membantu lansia dalam upaya peningkatan kualitas hidup-
nya.3
Pekerja Sosial yang pada dasarnya memang menangani permasalahan social
dan cakupannya dalam kelompok pemerlu penanganan masalah social sangat

2
Liana Evitasari and Bagus Kisworo, ‘ANALISIS TUGAS PEKERJA SOSIAL DALAM MEMBER-
DAYAKAN LANJUT USIA DI WISMA LANSIA HUSNUL KHATIMAH SEMARANG’, Jendela PLS, 2021, 88–98
<https://doi.org/10.37058/jpls.v5i2.2706>.
3
Deshinta Vibriyanti and others, Lansia Sejahtera Tanggung Jawab Siapa? (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2019), h. 5.

2
berperan aktif dalam penanganan pada kelompok lanjut usia terlebih lagi pada lanjut
usia terlantar ataupun yang berada dalam Lembaga panti. Pelayanan social sendiri di-
lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan social manusia.
Pekerja social dalam melaksanakan pekerjaan sosial dituntut memiliki keter-
ampilan-keterampilan. Keterampilan pekerjaan sosial dapat diartikan sebagai kemam-
puan pekerja sosial untuk menerapkan kemampuannya secara efektif dalam praktik
pelayaan sosial kepada klien. Penguasaan keterampilan bagi pekerja sosial bersifat
meningkat, artinya dari tingkat yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi. Pekerja
sosial diharapkan menguasai lima keterampilan dasar pekerjaan sosial, yaitu: Keter-
ampilan memberikan pertolongan dasar (Basic helping skills), Keterampilan
melakukan perjanjian (Engagement skills), Keterampilan melakukan observasi (Ob-
servation skills), Keterampilan melakukan komunikasi (Communication skills), dan
Keterampilan berempati (Emphaty skills).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Peksos dan Kesehatan?
2. Apa itu Lanjut Usia?
3. Bagaimana Peran Peksos terhadap Lanjut Usia?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Peksos dan Kesehatan.
2. Untuk Mengetahui Definisi Lanjut Usia.
3. Untuk Mengetahui Peran Peksos terhadap Lanjut Usia.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Peksos dan Kesehatan


1) Definisi Pekerja Sosial
Pekerja Sosial menurut UU No.14 Tahun 2019 adalah seseorang yang memi-
liki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan social serta telah mendap-
atkan sertifikat kompetensis. Menurut International Federation of Social Workers
(IFSW), Pekerjaan social adalah profesi berbasis praktik dan disiplin akademis yang
mempromosikan perubahan dan pengembangan sosial, kohesi sosial, dan pember-
dayaan dan pembebasan orang. Prinsip-prinsip keadilan sosial, hak asasi manusia,
tanggung jawab kolektif, dan penghormatan terhadap perbedaan merupakan hal yang
sentral dalam pekerjaan social yang didukung oleh teori-teori pekerjaan sosial, ilmu
sosial, humaniora dan pengetahuan asli, pekerjaan sosial dan melibatkan orang-orang
dan struktur untuk mengatasi tantangan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan.
Pekerjaan Sosial menurut Max Siporin: pekerjaan sosial adalah suatu metode
institusi sosial untuk membantu orang mencegah dan memecahkan masalah mereka
serta untuk memperbaiki dan meningkatkan keber-fungsian sosial. Sedangkan Allan
Pincus: pekerjaan sosial berkepentingan dengan permasalahan interaksi antara orang
dengan lingkungan sosialnya, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas kehidu-
pan, mengurangi ketegangan, mewujudkan aspirasi dan nilai mereka.4
Dolgoff dan Feldstein sendiri menulis bahwa “Social Welfare is all social in-
terventions intended to enhance or maintain the social functioning of human beings.
Social work is a professional occupation that delivers social welfare services”.
Pekerjaan social lebih berkaitan dengan profesi pekerjaan dan kesejahteraan social
adalah ilmu yang membidanginya.5

4
Syamsuddin AB, Benang-Benang Merah Teori Kesejahteraan Sosial (Ponorogo: Penerbit
WADE, 2017), h. 24.
5
Pendidikan Dan Praktik Pekerjaan Sosial Di Indonesia & Malaysia, ed. by Edi Suharto,
Azlinda Azman, and Ismail Baba (Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru, 2011) , h. 4. <https://books.-
google.co.id/books?
id=xXaUEAAAQBAJ&pg=PA92&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiIvO67_YP-

4
Pekerja sosial merupakan seseorang yang membantu individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat dalam mengembalikan keberfungsian sosialnya secara wa-
jar atau baik. Pekerjaan sosial merupakan profesi yang relatif baru, sehingga banyak
kalangan/pihak yang belum mengetahui tujuan dan manfaat pelayanannya. 6 Orang
dinyatakan sebagai mahluk sosial (social being), karena manusia/orang selalu hidup
bersama-sama dengan orang lain dan tidak pernah lepas dari sesamanya. Orang satu
sama lain saling berinteraksi dan saling berhubungan dan saling tergantung. Oleh se-
bab itu, orang saling membantu, mendidik, mendewasakan dan membutuhkan. Den-
gan demikian bisa dikatakan bahwa orang akan selalu hidup dalam masyarakat.
Pekerja sosial adalah suatu pelayanan manusia (human services) yang
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan (human values) dan memfokuskan pada
fungsionalitas sosial orang (individu dan kolektivitas) dalam proses pertolongannya.
Pekerja sosial sebagai pelaku disiplin pertolongan kemanusiaan melaksanakan fungsi-
fungsi kinerja yaitu membantu mengentaskan, memecahkan dan kapabilitas melak-
sanakan peran kehidupannya.
Pekerja sosial juga adalah sebuah profesi yang mendorong perubahan sosial,
memecahkan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, memberdayakan
dan membebaskan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan
bertumpu pada teori-teori perilaku manusia dan system-sistem sosial intervensi yang
dilakukan pada titik dimana orang berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa definisi dapat kita lihat bahwa Pekerjaan Sosial meru-
pakan suatu profesi yang mencakup tentang Kesejahteraan social dengan focus ter-
hadap masalah social yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pekerja social juga
memiliki tugas untuk menyelesaikan berbagai persoalan social yang berkaitan dengan
banyak bidang lainnya.

AhVp1DgGHXVXBWEQ6AF6BAgJEAE#v=onepage&q=Peksos dan lansia&f=false>.


6
Harnianti Harnianti, Juhaepa Juhaepa, and Yoenita Jayadisastra, ‘Peranan Pekerja Sosial
Dalam Meningkatkan Keberfungsian Sosial Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari’, Jurnal Ke-
sejahteraan Dan Pelayanan Sosial, 1.2 (2020), 105 <https://doi.org/10.52423/jkps.v1i2.16101>.

5
Kemudian kesejahteraan sosial sendiri dapat diartikan sebagai suatu sistem
terorganisasi dari suatu pelayanan sosial serta institusi-institusi yang dibuat untuk
membantu individu, kelompok, masyarakat untuk mencapai standar kehidupan yang
sejahtera dengan cara membangun relasi-relasi personal dan relasi sosial yang positif
sehingga kelompok sosial nantinya dapat mengembangkan kemampuan yang mereka
miliki dan berdaya.
Namun kegamangan profesi pekerjaan sosial di tengah masyarakat tampak je-
las tatkala lulusan pendidikan pekerjaan sosial tidak mendapatkan pekerjaan yang
layak sesuai dengan ilmunya. Masalah ini sepertinya disebabkan mulai dari masih ku-
rang dipahaminya profesi pekerjaan sosial oleh masyarakat hingga keberadaan pen-
didikan pekerjaan sosial yang kurang jelas arahnya. Namun demikian, menjamurnya
pendidikan pekerjaan sosial di beberapa perguruan tinggi di Indonesia serta makin
banyaknya seminar-seminar tentang pekerjaan sosial patut untuk dirayakan Bersama-
sama.7

2) Peksos dan Kesehatan


Praktik pekerjaan sosial klinis dapat didefinisikan sebagai penerapan teori
pekerjaan sosial dan metode pengobatan dan pencegahan, disfungsi psikososial,
ketidakmampuan atau gangguan termasuk penyimpangan emosi dan mental bagi
individu, keluarga dan kelompok. Semua itu didasarkan atas penerapan teori
perkembangan manusia dalam konteks psikososial.8
Eksistensi Profesi Pekerjaan Sosial telah memasuki tahapan penting dan
strategis dalam rangka memperkuat perkembangan Pekerja Sosial di Indonesia,
antara lain: Pertama, semakin kuatnya pengaturan Pekerja Sosial Profesional dalam
Peraturan Perundang-undangan, seperti dalam UU No No 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial yang menyebutkan Pekerja Sosial sebagai “the primary
7
Siti Annisa Mulyaningsih and others, ‘Permasalahan Lansia Di Era 4.0 : Peran Keluarga Dan
Lansia’, Abdi Psikonomi, 1 (2020), 27–33 <https://doi.org/10.23917/psikonomi.v1i1.73>.
8
Albert R Robert and Gilbert J Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial (Social Workers’ Desk Ref-
erence), Jilid I (Jakarta: PT. BPK Gunung mulia, 2008). h. 295.

6
profession” dalam penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, UU No. 13 Tahun 2011
tentang Penanganan Fakir Miskin dan UU No.11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak. Hal ini menjadi landasan kuat untuk penyediaan Pekerja
Sosial profesional di Indonesia.
Kedua, Pekerja Sosial telah memasuki era baru yaitu Sertifikasi Kompetensi
Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial yang dicanangkan oleh Menteri
Sosial RI pada tanggal 29 November tahun 2012 di Jakarta. Sertifikasi difasilitasi
oleh pemerintah melalui Lembaga Sertifikasi Pekerjaan Sosial (LSPS) yang
merupakan pengakuan terhadap Pekerja Sosial dan pada gilirannya menerbitkan
lisensi. Demikian juga untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial yang akan di akreditasi
oleh badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS) hal ini dapat
memperkuat eksistensi profesi Pekerja Sosial.
Ketiga, kementerian Sosial memprakarsai penyusunan naskah Akademik dan
Rancangan Undang-Undang tentang Praktik Pekerjaan Sosial yang saat ini sudah di
bahas ditingkat panja Komisi VIII DPR RI yang merumuskan secara legal definisi
Pekerjaan Sosial dan praktik Pekerjaan Sosial, persyaratan menjadi Pekerja Sosial,
jenjang pendidikan, kedudukan, tugas dan fungsinya, sertifikasi, keberadaan asosiasi
profesi, asosiasi pendidikan dan kewajiban lembaga kesejahteraan pelayanan sosial
untuk menggunakan Pekerja Sosial bersertifikat dan berlisensi. sendiri. Pada akhirnya
para ahli hukum ternama juga memiliki pengaruh dalam pembuatan kebijakan.9
Saat ini kebutuhan tenaga profesional di bidang Pekerjaan Sosial masih
sangat besar mengingat estimasi jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) tahun 2013 sekitar 15,5 juta rumah tangga, sedangkan jumlah Pekerja Sosial
yang baru sekitar 15.522 orang. Begitu pula dibutuhkan Pekerja Sosial medis di
rumah sakit, Pekerja Sosial Industri, Pekerja Sosial Forensik di Lapas/Bapas, Pekerja
Sosial Klinis di Lembaga-Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

9
Lina Lisnawati, Santoso Tri Raharjo, and Muhammad Fedryansyah, ‘EKSISTENSI PROFESI
PEKERJAAN SOSIAL DI INDONESIA’, Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2015,
h.316. <https://doi.org/10.24198/jppm.v2i3.13545>.

7
Napza, Pekerja Sosial Spesialis Perlindungan anak, Pekerja Sosial Spesialis
Manajemen Bencana dan sebagainya. Konferensi ini diharapkan dapat memberikan
penguatan terhadap profesi Pekerjaan Sosial berupa Rencana Aksi Nasional atau
Roadmap Pengembangan Pekerjaan Sosial di Indonesia.
Pekerja sosial klinis yang terlatih sangat dibutuhkan di pusat layanan harian
orang lanjut usia. program kesehatan dan kegiatan rumah, pusat-pusat kesehatan jiwa
(rawat jalan dan rawat inap), rumah sakit, perumahan lansia, dan fasilitas bantuan
untuk kehidupan sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan orang lanjut usia yang
semakin meningkat jumlahnya. Terkhususnya dalam penanganan lansia semakin ke
depan peksos terhadap penanganan lansia akan selalu dibutuhkan.
Seperti dengan fakta dan yang ada di Amerika, satu di antara lima penduduk
Amerika akan berusia 65 tahun pada tahun 2050 dan 32% dari jumlah ini cenderung
berasal dari berbagai latar belakang etnik. Penduduk Amerika berusia 85 tahun ke
atas merupakan salah satu segmen pertumbuhan penduduk yang paling pesat di dunia.
Dua per tiga dari jumlah ini adalah orang lanjut usia yang cacat dan hanya 15% yang
tidak cacat pada usia 95 tahun.10 Secara global, ada 727 juta orang yang berusia 65
tahun atau lebih pada tahun 2020. Jumlah tersebut diproyeksikan akan berlipat ganda
menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050. Selain itu, pada tahun 2050 diprediksi akan ter-
dapat 33 negara yang jumlah lansianya mencapai lebih dari 10 juta orang, dimana 22
negara diantaranya merupakan negara-negara berkembang.11
Di Indonesia sendiri, ageing population dapat dilihat dari peningkatan jum-
lah penduduk saat ini. Data hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas)
menyatakan, bahwa di tahun 2018 jumlah penduduk lansia 24,49 juta atau 9,03 %
persen dari total penduduk Indonesia. Dilihat dari total 24 juta jiwa tersebut, di-
antaranya dua juta berkategori "tidak potensial". Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

10
Albert R Robert and Gilbert J Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial (Social Workers’ Desk Ref-
erence), Jilis II (Jakarta: PT. BPK Gunung mulia, 2009). h. 326.
11
Tiara Mairani Sintia, Nazhira Arifin, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi
Lansia Pada Kegiatan POSBINDU Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Bintang KabupatenAceh Tengah Tahun
2022’, Journal of Health and Medical Science, 1 (2022), 85–102.

8
(DTKS) dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Sosial RI per Juni 2019 juga
menyebutkan, bahwa jumlah lansia telantar mencapai 11.479 jiwa. 12 Yang dapat dis-
impulkan bahwa memang populasi lansia yang dapat ditingkatkan keberfungsiannya
memiliki jumlah yang banyak disemua negara dan bahkan dunia. Dimana Penduduk
usia lanjut merupakan bagian masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dlam kehidupan
kita. Siapapun pasti akan mengalami fase lansia tersebut. Penduduk lanjut usia terus
mengalami pebningkatan yang signifikan.13
Hal yang paling sering dihadapi oleh peksos adalah dalam menghadapi
masalah yaitu masalah trauma klien, jika contohnya klien tersebut adalah korban ben-
cana, korban pelecehan seksual, korban kekerasan dalam rumah tangga dan seba-
gainya, pekerja sosial bisa menggandeng psikolog dalam proses pemulihan psikologis
kliennya tersebut. Melalui pendekatan epidemiologi, pekerja sosial ini secara khusus
diperuntukkan untuk membantu pemerintah dalam mencegah, meminimalisir dan
memecahkan masalah yang berkenaan dengan kesehatan masyarakat.14
Sehingga peranan pekerja social dalam bidang Kesehatan tentu saja akan
sangat dibutuhkan di masa yang akan datang, salah satunya dalam Kesehatan. Pekerja
social sangat dimungkinkan bekerja sama dengan profesi lain dalam bidang
pelayanan kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan-tujuan sosialnya. Hal ini san-
gat dimungkinkan, apalagi profesi pekerja sosial kerapkali membutuhkan profesi lain-
nya untuk menyelesaikan permasalahan sosial yang sedang dihadapi.15
Kesehatan dalam aspek social menjadi satu hal yang saling terkait, termasuk
dalam masalah penanganan lanjut usia atau lansia. Yang dimana penanganan lansia

12
U B Yusamah, ‘Layanan Dukungan Psikososial Bagi Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna
Werdha DKI Jakarta (Studi Kasus Di PSTW Budi Mulya 3, DKI Jakarta)’, Jurnal Pembangunan Dan Ad-
ministrasi Publik, 2020. h.45.
13
Haikal Alpin, ‘Hubungan Fungsi Gerak Sendi Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 4.1
(2016), 43–49 <https://doi.org/10.35816/jiskh.v4i1.84>.
14
Rini Hardiyanti and Endang Tri Santi, ‘PERAN KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL DALAM PEGEN-
DALIAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN KESEHATAN MASYARAKAT’, DIALEKTIKA KOMUNIKA: Jurnal Ka-
jian Komunikasi Dan Pembangunan Daerah, 2020 <https://doi.org/10.33592/dk.v8i1.552>.
15
Suharto, Azman, and Baba.

9
untuk perawatan dan perilaku hidup bersih dan sehat seorang pekerja social harus
memiliki pengetahuan tentang Kesehatan walaupun hanya dasar. Karena bagaimana-
pun pekerja social Kesehatan tentu saja turun langsung dalam penanganan kliennya.

B. Lanjut Usia (Lansia)


1) Definisi Lansia
Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia) adalah
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Undang-undang No 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60
tahun keatas. Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas
60 tahun, tetapi defenisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial budaya, fi-
siologis dan kronologis.
Adapun Batasan usia lanjut menurut WHO sendiri meliputi :
a) Usia 45-59 tahun yaitu Middle age
b) Usia 60-74 tahun yaitu Elderly
c) Usia 75-90 tahun yaitu Old
d) Umur diatas 90 tahun yaitu Very old
Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan bilogis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu,
kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1).16
Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya bisa dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

16
Oka Suputra, ‘Definisi Lansia’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9 (2017),
1689–99.

10
alamiah, yang berarti seseorang akan melewati tiga tahap dalam kehidupannya yaitu
masa anak, dewasa dan juga tua.17
Setiap rentan kehidupan memiiki tugas-tugas perkembangan, fokus, minat,
hambatan dan perubahan yang berbeda disetiap tahapannya. Masa tua ditandai oleh
adanya perubahan jasmani dan mental.18 Pada seseorang yang sudah lanjut usia
banyak yang terjadi penurunan salah satunya kondisi fisik maupun biologis, dimana
kondisi psikologisnya serta perubahan kondisi sosial dimana dalam proses menua ini
memiliki arti yang artinya proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan ter-
hadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Hal ini
dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi
alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
Salah satu indikator utama tingkat Kesehatan masyarakat adalah meningkat-
nya usia harapan hidup, dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin
banyak penduduk Lanjut Usia.19 Dan usia tua adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari pe-
riode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh den-
gan manfaat. Oleh karena itu, bagaimanapun baiknya individu-individu berusaha
yang menyesuaikan diri hasilnya akan bergantung pada dasar-dasar yang ditanam
pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap
peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik, yang

17
Ni Made Indah Mustia Dewi, ‘Gambaran Kualitas Tidur Pada Lansia Di Desa Mambang Ke-
camatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan Tahun 2022’, Poltekkes Denpasar Repository, 2020,
10–21.
18
Fifi Nurmagfiroh and others, ‘Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha ( Pstw )’, 2014.
19
Fredy Akbar and others, ‘Pelatihan Dan Pendampingan Kader Posyandu Lansia Di Keca-
matan Wonomulyo’, Jurnal Abdidas, 2.2 (2021), 392–97 <https://doi.org/10.31004/
abdidas.v2i2.282>.

11
diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemudahan untuk menye-
suaikan diri terhadap berbagai peran baru atau harapan sosial usia muda.20
Berikut adalah ciri-ciri lansia :
a) Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka
akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang
memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih
lama terjadi.
b) Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif
c) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya
d) Perlakuan yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengem-
bangkan konsep diri yang buruk dan dapat membentuk perilaku yang buruk juga.
Contoh lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
20
Yudrik Jahja, PSIKOOGI PERKEMBANGAN, Jurnal JPP PAUD UNTIRTA, 2011.

12
memiliki harga diri yang rendah.21 Apalagi Masyarakat saat ini memandang para
lanjut usia sebagai orang--orang yang kurang produktif, kurang menarik, kurang
energik, mudah lupa, barangkali kurang bernilai dibandingkan dengan mereka
yang masih dalam keadaan prima.22

Dalam PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Lansia, Majelis


Umum PBB mengadopsi lima prinsip untuk lansia di bawah resolusi 46 tahun 1991.
Prinsip-prinsip ini dikembangkan dalam rangka memberikan penghargaan terhadap
kontribusi yang diberikan lansia kepada masyarakat sebagai upaya untuk mengakui
nilai lansia sebagai manusia yang martabat. Prinsip-prinsip ini disepakati oleh PBB
dengan harapan agar pemerintah menjadikan perlindungan dan penghargaan lansia
sebagai program prioritas pemerintah sehingga upaya untuk mempromosikan kema-
juan sosial dan standar yang lebih baik untuk lansia dapat tercapai. 23 Adapun kelima
prinsip tersebut adalah: Independence atau kemandirian, Participation atau partisi-
pasi, Care atau perawatan, Self-fulfilment atau pemenuhan diri, dan Dignity atau
martabat.
Dalam Peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia, setiap tahunnya
mengalami peningkatan, hal ini menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemiski-
nan, tindak kekerasan, pelanggaran hukum, terlantar sehingga lansia mengalami
ketergantungan terhadap orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pe-
menuhan kebutuhan lansia sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahter-
aan lansia, dan sebagai lembaga primer keluarga mempunyai peran penting untuk

21
Wiwik Widyawati and Diah Jerita Eka Sari, Keperawatan Genotik (Literasi Nusantara) h. 5
<https://books.google.co.id/books?
id=o98oEAAAQBAJ&pg=PA212&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjs46OfnYb-Ah-
WsS2wGHQP9D144HhDoAXoECAEQAQ#v=onepage&q=Peksos dan lansia&f=false>.
22
Sintha Wahjusaputri and Hermawan Saputra, ‘Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia’, Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social Re-
sponsibility (PKM-CSR), 1.4 (2018), 868–85.
23
Eka Afrina Djamhari, Kondisi Kesejahteraan Lansia Dan Perlindungan Sosial Lansia Di In-
donesia (Jakarta: Perkumpulan PRAKARSA, 2020). h. 16.

13
membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.24 Tetapi peningkatan jumlah
lansia tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan nasional Indonesia. Keberhasilan
itu dapat dilihat dari adanya peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan di
bidang teknologi Peningkatan kesejahteraan rakyat meliputi peningkatan status
ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.25
2) Masalah-Masalah Kesehatan yang dapat dialami oleh Lansia
Proses penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial,
ekonomi dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia,
fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun
penyakit. Proses penuaan merupakan proses alami yang dapat menyebabkan peruba-
han anatomis, fisiologis, dan biokimia pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi
fungsi, kemampuan tubuh dan jiwa. Bila seseorang bertambah tua maka kemampuan
fisik dan psikisnya perlahan- lahan akan mengalami penurunan.26
Sesuai dengan Teori Pakai-Rusak, dikatakan bahwa tubuh dan sel-selnya
rusak karena banyak dipakai. Jika dipakai berlebihan tentu akan lebih cepat rusak.
Organ-organ tubuh kita menjadi cepat rusak bila ada “racun” yang kita dapatkan
melalui makanan dan minuman. Dan dapat juga berasal dari lingkungan sekitar kita,
misalnya asap rokok.27 Teori ini berkaitan dengan fakta serta definisi lansia yang di-
mana semakin bertambahnya umur dan usia usia yang dilewati tentu saja telah
banyak sekali makanan minuman yang masuk dalam tubuh, serta telah lama juga po-
lusi dan paparan kimia masuk ditubuh sehingga tubuh dan sel-selnya sedikit demi
sedikit rusak dan terjadi penurunan Kesehatan.

24
Shinta Puji Triwanti, Ishartono Ishartono, and Arie Surya Gutama, ‘Peran Panti Sosial
Tresna Werdha Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Lansia’, Prosiding Penelitian Dan Pengab-
dian Kepada Masyarakat, 2.3 (2015), 411–17 <https://doi.org/10.24198/jppm.v2i3.13591>.
25
Sri Surini Pudjiastuti and Budi Utomo, Fisioterapi Pada Lansia (Jakarta: Penerbit Buku Ke-
dokteran, 2003). h.1.
26
Suputra.
27
Hanna Santoso and Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: PT. BPK Gunung
mulia, 2009).

14
Tahap perkembangan pada masa usia lanjut berkaitan dengan perubahan yang
diakibatkan oleh penurunan fungsi organ tubuh. Beberapa perubahan yang terjadi
pada lansia antara lain penyusutan berat badan dan peningkatan jumlah masa lemak
pada bagian tubuh yang kurus, berkurangnya jumlah air dalam tubuh, munculnya
keriput karena berkurangnya kekencangan kulit, penurunan kemampuan sistem Car-
diovascular mengurangi kemampuan hati untuk merespon stress, tulang keropos, sen-
sitivitas mata terhadap warna berkurang karena perkembangan lensa mata, penurunan
kemampuan pupil menyebabkan penglihatan menjadi kabur, persepsi pendengaran
terhadap frekwensi tinggi berkurang, penurunan performansi intelektual, psikomotor
menjadi lambat.28
Indonesia sendiri angka kematian meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Oleh karena itu, penting dilakukan pencegahan penularan melalui upaya pence-
gahan dan promosi lansia di tingkat keluarga, masyarakat dan fasilitas Kesehatan.29
Salah satu conto masalah Kesehatan pada lansia yaitu lansia yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Gangguan tidur pada lanjut usia merupakan
keadaan dimana seseorang mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas
pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau menganggu gaya hidup
yang diinginkan, lansia rentan terhadap gangguan tidur karena adanya tekanan pola
tidur.
Dan juga lansia dapat mengalami penurunan fungsi kognitif dimana kepeer-
cayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir.30 Perubahan
struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan kognitif (penurunan
jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami
gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. 31
Di antara contoh
penurunan kualitas kesehatan mental pada lansia adalah gangguan proses kognitif
28
Surastina, ‘Pengantar Semantik Dan Pragmatik’, Hubungan Kecerdasan Ruhaniah Dengan
Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia, 2011, 200. h.2.
29
Mahdi Mampa, Ribka Wowor, and A J M Rattu, ‘Analisis Penerapan Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia Di Puskesmas Pineleng Pada Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal KESMAS, 11.4 (2022), 7–13.
30
Dian Eka Putri, ‘Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia’, Jurnal Inovasi
Penelitian, Vol.2 No.4 (2021), 1147–51.

15
yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga; gangguan perasaan di-
antaranya ditandai dengan kelelahan, acuh tak acuh, mudah tersinggung; gangguan
perilaku ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmam-
puan merawat diri sendiri.Jika tidak ditangani dengan baik, lansia bisa kehilangan ke-
bermaknaan hidup.32
Dimana Proses kognitif pada lansia yang menunjukkan gejala kualitas hidup,
pertama individu yang mengalami kualitas hidup buruk, tidak mampu, merasa dirinya
tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang di-
alami, kedua lansia selalu pesimis dalam menghadapi masalah dan segala sesuatu
yang dijalaninya menjadi buruk, dan kepercayaan terhadap dirinya, ketiga memiliki
motivasi yang kurang dalam menjalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan selalu
melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha,
keempat membesar- besarkan masalah dan selalu pesimis menghadapi masalah. Ke-
lima proses berfikirnya menjadi lambat, keenam kurang motivasi dari keluarga.
Adapun lebih lanjut beberapa masalah Kesehatan pada usia lansia yaitu :
a) Sarkopenia.
Sarkopenia adalah konsekuensi sebagai proses akibat penuaan sering tidak men-
dapatkan perhatian. Kata sarcopenia belum banyak dikenal dikalangan klinisi
maupun masyarakat awam. Konsekuensi akibat penuaan selama ini lebih tercu-
rah pada terjadinya osteoporosis, impotensi penyakit degeneratif seperti diabetes,
hipertensi, osteoartritis, arteriosklerosis, atau bahkan risiko kanker dan infeksi
menjadi ditakuti. Gangguan pada otot akibat penuaan disebut sarkopenia luput
dari perhatian. Sarkopenia ditandai dengan penurunan massa otot disertai penu-

31
Dinka Anindya Putri, ‘Status Psikososial Lansia Di Pstw Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta
Tahun 2019’, Poltekkes Joga, 53.9 (2019), 1689–99.
32
Zurratul Muna and Liza Adyani, ‘Analisis Kesehatan Mental Pada Lansia (Memahami Keber-
syukuran Pada Lansia Muslim Di Aceh Utara)’, Jurnal Psikologi Terapan (JPT), 3.1 (2021), 7 <https://
doi.org/10.29103/jpt.v3i1.3636>.

16
runan kekuatan otot dan atau performanya sering dianggap sebagai perubahan fi-
siologi biasa akibat penuaan.33
b) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi adalah penyakit kronis yang umum di seluruh dunia dan faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular. Penyebab utama penyakit ini yaitu faktor
genetika, perilaku dan gaya hidup. Kesadaran yang rendah pada penanganan
hipertensi menjadi penyebab utama dalam terjadinya komplikasi stroke.34
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah seseorang lebih dari 140 mmHg
atau tekanan darah diastoliknya lebih dari 90 mmHg. Yang ditandai dengan ge-
jala seperti mudah marah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang.
Yang bisa dicegah salah satunya dengan mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung banyak garam.
c) Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus atau kencing manis merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan tingginya gula darah atau kerusakan sel beta pancreas (pabrik yang mem-
produksi insulin). Yang ditandai dengan gejala sering buang air kecil serta cepat
lapar/sering makan.
d) Penyakit Sendi (Artritis)
Merupakan penyakit autoimun yang mengakibatkan kerusakan sendi dan keca-
catan serta melakukan pengobatan dan control jangka Panjang. Dengan gejala
kaku atau nyeri pada persendian dan dapat disertai bengkak kemerahan pada
persendian.
e) Stroke

33
I Gusti Putu Suka Aryana, Sarkopenia Pada Lansia : Problem Diagnosis Dan Tatalaksana
(Bali: Panuduh Atma Waras, 2021). h.1
34
Emdat Suprayitno and Naily Huzaimah, ‘PENDAMPINGAN LANSIA DALAM PENCEGAHAN
KOMPLIKASI HIPERTENSI’, SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 2020 h. 518.
<https://doi.org/10.31764/jpmb.v4i1.3001>.

17
Stroke adalah penyakit yang terjadi akibat suplai oksigen dan nutrisi ke otak ter-
ganggu karena pembuluh darah tersumbat atau pecah. Gejalanya yaitu anggota
tubuh satu sisi melemah atau tidak dapat digerakkan secara tiba-tiba.
f) Penyakit paru-paru kronis
Adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
nafas, semakin lama semakin memburuk dan tidak sepenuhnya dapat Kembali
normal.35

Untuk dapat menghadapi lanjut usia yang dapat menikmati hidupnya dan tetap
terjaga baik kesehatan maupun kebugarannya maka lansia harus melakukan aktivitas
olahraga yang teratur, melakukan pola hidup yang sehat, istirahat tidak merokok dan
pemeriksaan kesehatan secara rutin. Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang
bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata.36
Aktivitas fisik juga perlu dilakukan oleh para lansia sebagai olahraga. Dimana
aktivitas fisik tersebut adalah keadaan manusia bergerak dimana usaha tersebut mem-
butuhkan energi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat pent-
ing bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.37 Latihan keseimbangan berpengaruh
terhadap kualitas hidup lansia. Kualitas hidup kelompok perlakuan lebih baik diband-
ingkan dengan kelompok kontrol setelah perlakuan. Kualitas hidup lansia meningkat
karena latihan keseimbangan memiliki pengaruh terhadap fungsi fisik, psikologik,
hubungan sosial dan lingkungan lansia. Peningkatan domain kualitas hidup yang tert-
inggi adalah kesehatan fisik dan te- rendah adalah lingkungan.38

35
Mahendro Prasetyo Kusumo, Buku Lansia (Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Publikasi dan
Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY, 2020).
36
Duwi Kuniano, ‘Menjaga Kesehatan Di Usia Lanjut’, Jurnal Olahraga Prestasi, 11.2 (2015),
19–30.
37
Heni Purnama and Tia Suhada, ‘Tingkat Aktivitas Fisik Pada Lansia Di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia’, Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal), 5.2 (2019), 102–6
<https://doi.org/10.33755/jkk.v5i2.145>.

18
Maka disinilah pekerja sosial klinis maupun peksos sebagai pendamping dapat
membantu mewujudkan hari tua seorang lansia menjadi lebih Bahagia dengan salah
satunya memberikan edukasi betapa pentingnya menjaga Kesehatan dan melakukan
pencegahan penyakit-penyakit di masa tua.
Namun tentu saja masalah yang dialami oleh lansia tidak hanya masalah kese-
hatan fisik saja melainkan lansia dapat mempunyai beberapa masalah seperti masalah
pada kejiwaan dan hubungan sosialnya. Lansia dapat memiliki beberapa masalah fisik
dan psikososial secara bersamaan. Dari banyaknya masalah yang dimiliki oleh lansia
ini disebut dengan multipatologi, yakni terserang berbagai penyakit. 39 Mathews men-
jelaskan bahwa masalah yang sering dialami lansia adalah kehilangan pasangan dan
teman-teman, hidup sendiri, atau (merasa) diasingkan oleh keluarga mereka.40

C. Peran Pekerja Sosial terhadap Lanjut Usia


Peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia penting dilakukan agar dapat
diberdayakan sehingga dapat berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan
kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharan taraf kesejahteraan sosial lanjut
usia. Tujuan dari pemberdayaan ini untuk memperpanjang usia harapan hidup dan
masa produktif para lansia. Sehingga terwujud kemandirian dan kesejahteraan para
lansia sehingga mereka tidak merasa terpuruk dengan keadaan mereka di masa tua.
Peran Pekerja Sosial dalam hal ini tentunya menjadi Langkah utama dalam
terwujudnya peningkatan kesejahteraan sosial pada lansia. Pekerja sosial perlu untuk
38
Stefanus Mendes Kiik, Junaiti Sahar, and Henny Permatasari, ‘Peningkatan Kualitas Hidup
Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan’, Jurnal Keperawatan Indonesia,
21.2 (2018), 109–16 <https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.584>.
39
N I M 16250025 HANI PUSPITA DEWI, ‘PREVENSI BURNOUT PADA PEKERJA SOSIAL LANSIA
(Studi Kasus Pekerja Sosial Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso)’, 2020, p.
176 <https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38859/>.
40
Toton Witono, ‘Mengenal Asesmen Dan Intervensi Berbasis Spiritual Dan Contoh Dari
Penanganan Kesehatan Mental Lansia’, Quantum: Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, 14.2 (2019),
141–56.

19
melaksanakan perannya memberdayakan dan menangani para lansia yang hidupnya
tidak teratur dan sejahtera.
Profesi Pekerja Sosial sudah saatnya mendapatkan tempat dan ruang yang
lebih besar di dalam penyelesaian permasalahan bangsa dengan meningkatkan keter-
ampilan, nilai-nilai, dan metode yang dimiliki. Pekerja sosial dalam melaksanakan
pendampingan sosial untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga,
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Pekerja sosial sebagai
pendamping dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan memerlukan organisasi
layanan sosial dan kinerja profesional dilaksanakan secara terpadu dan integratif.41
Khususnya dalam Penanganan Usaha Kesejahteraan Sosial lanjut usia
khususnya lanjut usia terlantar merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menangani
lanjut usia terlantar sesuai PP No.43 tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Pen-
ingkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia adalah melalui penyelenggaraan lembaga
yaitu Panti Sosial Tresna Werdha (panti jompo) yang memberikan jaminan hidup
berupa makan/minum, pakaian dan tempat tinggal serta pemeliharaan kesehatan,
bimbingan sosial, mental, agama dan keterampilan agar lansia terlantar dapat men-
jalani masa tuanya denga rasa aman dan tentram.42
1) Peran Peksos dalam Penanganan Lansia
Paradigma generalis dapat memberi petunjuk mengenai fungsi kegiatan-
kegiatan pembimbingan sosial serta menunjukkan peranan-peranan dan strategi-
strategi sesuai dengan fungsi tersebut. Menurut Parsons, Jorgensen dan Hernandez
(1994), ada beberapa peran pekerjaan sosial dalam pembimbingan sosial. Empat

41
Soetji Andari, ‘PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN SOSIAL’, Sosio Informa,
2020 <https://doi.org/10.33007/inf.v6i2.2200>.
42
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam, and Kalimantan Mab, ‘POLA KOMUNIKASI INTERPER-
SONAL ANTARA PEKERJA SOSIAL DENGAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA “ BUDI SE-
JAHTERA ” PROVINSI Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Adalah Melalui Seperti Panti Sosial Tresna Werdha Memiliki’, 2004. h. 2.

20
peran di bawah ini sangat relevan diketahui oleh para pekerja sosial yang akan
melakukan pembimbingan sosial.43
a) Peranan sebagai Fasilitator
Peranan fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang
memahami tujuan bersama dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai
tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi, upaya pencapaian tu-
juan dengan cara menyediakan atau memberikan pelayanan dan fasilitas yang diper-
lukan oleh penerima manfaat untuk melihat apa kebutuhan lansia, memenuhi kebe-
tuhannya apa yang kurang di kamarnya dan mengembangkan potensi yang dimi-
likinya. Adapun bentuk pelaksanaan peranan fasilitator yang dilaksanakan oleh
pekerja sosial yaitu ketika lansia masuk dipanti, pekerja sosial melakukan pemerik-
saan data administrasi melalui assesmen untuk mencari tahu latar belakangnya dan
penempatan lansia diwisma juga sangat penting pada saat lansia masuk dipanti tidak
langsung main simpan saja lansianya tapi pekerja sosial mengetahui setelah
melakukan assesmen untuk mengetahui karakter lansia, hobi dan bakatnya. Pekerja
sosial juga melakukan observasi untuk menentukan intervensi yang lebih tepat kemu-
dian memperkenalkan mereka pada kakek/nenek yang sudah ada duluan, dan juga
memperkenalkan jenis progran serta pelayanan yang ada di panti serta fasilitas yang
diberikan oleh pekerja sosial kepada lansia ialah mulai dari lansia masuk dipanti sam-
pai lansia meninggal semua difasilitasi.
b) Peranan sebagai Mediator
Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang men-
colok dan mengarah pada konflik antar berbagai pihak. Penempatan lansia ditiap-tiap
wisma bertujuan agar kondisi yang mendorong perkembangan kehidupan psikososial
penerima pelayanan (lansia), dan juga sebagai tempat dari kegiatan-kegiatan perkem-
bangan fisik, mental dan sosial.
c) Peranan sebagai Broker

43
Laode Harjudin, ‘Jurnal Kesejahteraan Dan Pelayanan Sosial ’:, Jurnal Kesejahteraan Dan
Pelayanan Sosial, 1.1 (2020), 90–97.

21
Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan
sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan
kliennya memperoleh “keuntungan” maksimal dalam hal ini berkaitan dengan pangan
dan sandang. Pangan dan sandang merupakan bagian dari kebutuhan pokok manusia,
disamping kebutuhan lain seperti tempat tinggal, tempat pergaulan, kesehatan dan
lain sebagainya. Dalam pemenuhan kebutuhan sandang pangan lanjut usia antara lain
meliputi; kebutuhan makan dan pakaian, serta kebutuhan kesehatan. Lansia yang
tinggal dipanti, kebutuhan yang mereka lebih utamakan adalah makan yang cukup,
pakaian, perawatan kesehatan, berhubungan sosial dengan orang lain. Kebutuhan
yang lain seperti bimbingan agama dan keterampilan itu paling-paling diikuti oleh
lansia yang fisiknya masih mampu, jadi peranan pekerja sosial memanfaatkan sistem
sumber yang ada dan menjadi penghubung bagi lansia.
d) Peranan sebagai Advocator
Pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individ-
ual, maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausal terjadi manakala
klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota
masyarakat. Dalam pergaulan sehari-hari para lansia tentunya mempunyai permasala-
han dalam arti konflik dengan sesama klien atau dengan para petugas panti, mulai
dari saling mengejek sampai dengan terjadinya perkelahian. Bimbingan sosial di-
lakukan bila ada permasalahan yang harus segera diselesaikan. Misalnya konflik antar
sesama lansia. Dalam penyelesaian konflik tersebut penyelesaianya dengan mengam-
bil satu per satu lansia tersebut dan ditanya tentang pokok permasalahannya, setelah
keterangan didapat dari keduannya kemudian pekerja sosial mendamaikan mereka
(lansia yang berselisih). Bila pekerja sosial tak dapat menyelesaikan masalah ini
sendiri, maka ia melakukan koordinasi dengan beberapa petugas panti lain untuk
mencari jalan keluar dari permasalahan ini dengan mengadakan Case Conference ke-
cil. Case Conference kecil ini biasanya beraggotakan dua sampai tiga orang pekerja
sosial dan petugas panti lain. Tujuannya untuk menggali sebab terjadinya konflik an-
tar lansia, kemudian dicari pemecahannya dengan jalan mendamaikannya.

22
e) Pembela
Pekerja sosial menyampaikan informasi yang kaitannya dengan kebutuhan
penerima manfaat lanjut usia, juga sebagai pemutus tindakan dalam memberikan
pelayanan yang terbaik kepada penerima manfaat lanjut usia, dengan sumber
pelayanan yang ada seperti pelayanan bimbingan fisik, mental/spiritual, bimbingan
sosial, maupun bimbingan keterampilan baik itu sifatnya positif maupun tidak guna
kenyamanan penerima manfaat lanjut usia.
f) Pelindung
Pekerja sosial dengan memenuhi kebutuhan lanjut usia seperti kebutuhan
pokok (makan, sandang, papan), kebutuhan sosial (rekreasi, hiburan), kebutuhan spir-
itual melalui pelayanan bimbingan, dimana dalam memberikan perawatan sama hal-
nya dengan memberikan perlindungan bagi penerima manfaat lanjut usia.44
Dalam meningkatkan keberfungsiannya sendiri peksos dapat menggunakan
dua model atau bentuk yang sering digunakan dalam intervensi di berbagai lapangan.
Intervensi adalah Tindakan spesifik oleh seorang pekerja sosial dalam kaitannya den-
gan system atau proses manusia dalam rangka menimbulkan perubahan. Dimana
model tersebut yaitu model praktek langsung (direct practice) dan praktek tidak lang-
sung (indirect practice). Hal ini sejalan dengan teori Johnson bahwa dalam pelak-
sanaannya, intervensi dibagi dalam dua bentuk yaitu direct practice (praktek lang-
sung) dan indirect practice (praktek tidak langsung).45
a) Praktek langsung. Yaitu intervensi yang langsung bersangkutan dengan para
individu, keluarga-keluarga, dan kelompok- kelompok kecil yang mem-
fokuskan pada perubahan baik transaksi dalam keluarga, sistem kelompok ke-
cil atau individu dan fungsi kelompok-kelompok kecil dalam hubungan den-
gan orang-orang dan institusi kemasyarakatan dalam lingkungan mereka.

44
Indrawati and Tri Joko Raharjo, ‘Peranan Pekerja Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahter-
aan Sosial Lanjut Usia (Lansia) Di Unit Rehabilitasi Sosial Purbo Yuwono Brebes’, Journal of Non For-
mal Education and Community Empowerment, 3.2 (2014), 22–28 <http://journal.unnes.ac.id/sju/in-
dex.php/jnfc>.
45
Harnianti, Juhaepa, and Jayadisastra.

23
Dalam praktek langsung, intervensi pekerja sosial dilakukan secara langsung
bersama-sama dengan lanjut usia dalam suatu kegiatan untuk membantu lan-
sia meningkatkan keberfungsian sosialnya. Adapun kegiatan yang dilakukan
dalam bentuk praktek langsung pekerja sosial diantaranya: Melakukan assess-
ment, bimbingan fisik, bimbingan keterampilan, bimbingan sosial.
b) Praktek tidak langsung. Yaitu bentuk intervensi yang dilakukan pekerja sosial
dengan berkolaborasi dengan pihak lembaga ataupun profesi lain dan semata-
mata untuk menolong klien. Intervensi pekerja sosial dalam bentuk praktek
tidak langsung kepada lansia dalam pelaksanaannya dilakukan untuk meno-
long lansia yang membutuhkan penanganan oleh profesi lain maupun lembaga
yang dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan. Kegiatan-kegiatan yang di-
lakukan pekerja sosial dalam bentuk praktek tidak langsung diantaranya :
Menghubungkan lansia dengan system sumber yang dibutuhkan, memfasili-
tasi lansia, mengalihkan/merujuk lansia, dan mendampingi lansia.

2) Pelayanan yang dapat diberikan kepada Lansia


Angka populasi lansia yang semakin meningkat membuat pemerintah perlu
merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lan-
sia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi
masyarakat. Agar lansia dapat mencapai keberfungsian sosialnya diperlukan peran
pekerja sosial dalam memberikan pelayanannya. Yang dimana kegiatan pendampin-
gan dan pendamping pada posisi yang tepat yaitu sebagai agen dari perubahan.46
Kesejahteraan sosial lanjut usia merupakan suatu tindakan dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan bagi masyarakat yang tidak dapat menjalankan
fungsi sosialnya yaitu dengan jalan memberikan pelayanan bantuan dan penyantu-
nan.47 Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah bertujuan untuk
46
Agus Niamilah, Bekerja Bersama Masyarakat Pengalaman Pendampingan Para Pihal (Yo-
gyakarta: Deepublish Publisher, 2021). h. 11.
47
Narma Simbolon and Gusti Pirandy, ‘Pentingnya Komunikasi Keluarga Yang Baik Terhadap
Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia)’, Literasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Dan Inovasi, 3.1 (2023),

24
meningkatkan kualitas hidup lansia, sehingga lansia dapat hidup sehat dan bahagia di-
hari tuanya. Kebijakan dan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup
lansia di antaranya tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2004 ten-
tang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia yang antara lain
meliputi:
1. Pelayanan keagamaan dan mental spriritual seperti pembangunan sarana
ibadah dengan pelayanan aksebilitas bagi lanjut usia.
2. Pelayanan kesehatan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif),
diperluas pada bidang pelayanan geriatric/gerontogik.
3. Pelayanan untuk umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggu-
naan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan per-
jalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
4. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan admin-
istrasi pemerintah (kartu tanda penduduk seumur hidup), pelayanan kese-
hatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan
biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak,
pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan
loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut
usia.
Berdasarkan Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di In-
donesia, penanganan permasalahan lanjut usia yang berkembang selama ini dikenal
dengan melalui dua cara, yaitu pelayanan dalam panti dan luar panti. 48 Pelayanan
dalam Panti Sosial Tresna Werdha meliputi pemberian pangan, sandang, papan,
pemeliharaan kesehatan, dan pelayanan bimbingan mental keagamaaan, serta
pengisian waktu luang termasuk didalamnya rekreasi, olahraga dan keterampilan.

56–62 <https://doi.org/10.58466/literasi.v3i1.882>.
48
Githa Muthia, Hetty Krisnani, and Lenny Meilany, ‘Peran Pekerja Sosial Dalam
Meningkatkan Keberfungsian Sosial Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi’, Pro-
siding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 3.3 (2016), 343 <https://doi.org/10.24198/
jppm.v3i3.13776>.

25
Sedangkan pada pelayanan di luar panti para lanjut usia tetap berada di lingkungan
keluarganya dengan diberikan bantuan makanan dan pemberdayaan di Bidang Usaha
Ekonomis Produktif (UEP) melalui pendekatan kelembagaan sebagai investasi sosial
dan merupakan bantuan yang diberikan kepada lanjut usia potensial yang kurang
mampu.
Pelayanan yang lain dalam memberikan pelayanan kepada lansia ada juga
yang disebut dengan pelayanan Home care service yaitu bentuk pelayanan pen-
dampingan dan perawatan sosial lansia dirumah sebagai wujud perhatian terhadap
lansia dengan mengutamakan masyarakat berbasis keluarga.49 Yang dimana bentuk
pendampingan lansia dari aspek fisik, sosial, mental dan spiritual. Dan bertujuan agar
keluarga juga dapat menjadi pendamping lansia yang didasarkan pada kasih sayang
dan tanggung jawab terhadap orang tua. Wawancara yang dilakukan kepada keluarga
sebagai pendamping lansia, diperoleh temuan bahwa keluarga menyadari betapa pent-
ingnya peran keluarga dalam memberikan pendampingan kepada lansia. Pendamping
menyadari bahwa mendampingi lansia merupakan suatu kewajiban yang harus di-
lakukan kepada lansia, apalagi lansia itu sendiri merupakan orang tua bagi pendamp-
ing, sehingga tujuan pendampingan lansia didasarkan atas balas budi dan kasih
sayang. Jadi pekerja sosial dalam pelayanan ini menjadi pendamping keluarga dalam
melakukan home care services. Pengasuhan dalam keluarga bagi lansia dikenal juga
dengan istilah grand-parenting yang dimana adalah proses merawat, mengurus, dan
memenuhi segala kebutuhan lansia yang menjadi kwajiban keluarga.50
Kehadiran fasilitas day care atau home care lansia ini juga bermanfaat dalam
mencegah lansia untuk dirawat di panti jompo. Penelitian yang dilakukan oleh Cho et
al, menunjukkan bahwa lansia yang dirawat di suatu day care ternyata mengakibatkan
anak lansia tersebut untuk lebih jarang memasukkan lansia ke panti jompo diband-
49
Nenden Rani Rinekasari and Yoyoh Jubaedah, ‘Model Pendampingan Lanjut Usia Berbasis
Home Care Dalam Implementasi Pendidikan Vokasional’, 5.2 (2017), 74–86.
50
Wiwin Hendriani, Dinamika Perkembangan Usia Lanjut Menjadi Lansia Yang Sehat Dan Ba-
hagia (Yogyakarta: CV Bintang Semesta Media, 2022) h.361 <https://books.google.co.id/books?
id=MlatEAAAQBAJ&pg=PA65&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiIvO67_YP-
AhVp1DgGHXVXBWEQ6AF6BAgGEAE#v=onepage&q=Peksos dan lansia&f=false>.

26
ingkan dengan lansia yang tidak mengikuti day care Hal ini ditemukan berhubungan
dengan penurunan stres keluarga serta lansia yang lebih menikmati hidup diband-
ingkan dengan sebelumnya.51
Pelayanan selanjutnya pada lansia yaitu dengan membentuk suatu posyandu
atau panti lansia yang akan memeriksa secara rutin apa saja perkembangan padaa lan-
sia dan memantau Kesehatan dan perawatan yang diperlukan.
Posyandu Lansia merupakan perwujudan dan pelaksanaan program pengem-
bangan dari kebijakan Pemerintah melalaui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai
suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga,
tokoh masyarakat, dan organisasi sosial dalam penyelenggaraan, dalam upaya pen-
ingkatan tingkat kesehatan secara optmal. Untuk dapat menghadapi lanjut usia yang
dapat menikmat hidupnya dan tetap terjaga baik kesehatan maupun kebugarannya
maka lansia harus melakukan aktvitas olahraga yang teratur, melakukan pola hidup
yang sehat, istirahat tidak merokok dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.52
Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan adanya panti bagi lansia
yang mendapati keterabaian tentu saja dilandaskan dengan adanya pekerja sosial. Up-
aya untuk memberikan kualitas pelayanan yang baik membutuhkan peran pekerja
sosial untuk mewujudkan kehidupan lansia yang lebih baik. Pekerja sosial di sini
menjadi tim terpenting akan tujuan yang sudah direncanakan dan ingin dicapai oleh
panti tersebut..53

51
Sri Sunarti and Mirza Zaka Pratama, Serba-Serbi Pelayanan Day Care Untuk Lanjut Usia
(Malang: UB Press, 2022) h. 35. <https://books.google.co.id/books?
id=uLWeEAAAQBAJ&pg=PT53&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwinv46A_oP-AhVk-
T2wGHWUKC0M4ChDoAXoECAMQAQ#v=onepage&q=Peksos dan lansia&f=false>.
52
Bayu Afdhal Masril, Nila Puspita Sari, and Jihan Natassa, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keaktifan Lansia (Active Aging) Di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru’, Jurnal Kese-
hatan Komunitas, 8.2 (2022), 333–43 <https://doi.org/10.25311/keskom.vol8.iss2.1034>.
53
‘Peran Pekerja Sosial Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Terhadap Lansia Terlantar
Era Pandemi Covid-19 Di Upt Rplut Budhi Dharma Yogyakarta’, 2022. h. 5

27
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia penting dilakukan agar dapat
diberdayakan sehingga dapat berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan
kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharan taraf kesejahteraan sosial lanjut
usia. Tujuan dari pemberdayaan ini untuk memperpanjang usia harapan hidup dan
masa produktif para lansia. Sehingga terwujud kemandirian dan kesejahteraan para
lansia sehingga mereka tidak merasa terpuruk dengan keadaan mereka di masa tua.
Kesehatan dalam aspek social menjadi satu hal yang saling terkait, termasuk
dalam masalah penanganan lanjut usia atau lansia. Yang dimana penanganan lansia
untuk perawatan dan perilaku hidup bersih dan sehat seorang pekerja social harus
memiliki pengetahuan tentang Kesehatan walaupun hanya dasar. Karena bagaimana-

28
pun pekerja social Kesehatan tentu saja turun langsung dalam penanganan klien-
nya.Peran Pekerja Sosial dalam hal ini tentunya menjadi Langkah utama dalam ter-
wujudnya peningkatan kesejahteraan sosial pada lansia. Pekerja sosial perlu untuk
melaksanakan perannya memberdayakan dan menangani para lansia yang hidupnya
tidak teratur dan sejahtera. Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun atau lebih yang mengalami masa penuaan.54
Dalam meningkatkan keberfungsiannya sendiri peksos dapat menggunakan
dua model atau bentuk yang sering digunakan dalam intervensi di berbagai lapangan.
Intervensi adalah Tindakan spesifik oleh seorang pekerja sosial dalam kaitannya den-
gan system atau proses manusia dalam rangka menimbulkan perubahan.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Jurnal dan Buku
AB, Syamsuddin, Benang-Benang Merah Teori Kesejahteraan Sosial (Ponorogo:
Penerbit WADE, 2017)
Akbar, Fredy, Darmiati Darmiati, Farmin Arfan, and Andi Ainun Zanzadila Putri,
‘Pelatihan Dan Pendampingan Kader Posyandu Lansia Di Kecamatan Wonomu-
lyo’, Jurnal Abdidas, 2.2 (2021), 392–97 <https://doi.org/10.31004/abdi-
das.v2i2.282>
Alpin, Haikal, ‘Hubungan Fungsi Gerak Sendi Dengan Tingkat Kemandirian Lansia
Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa’, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 4.1 (2016), 43–49 <https://doi.org/10.35816/
jiskh.v4i1.84>
Andari, Soetji, ‘PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN
SOSIAL’, Sosio Informa, 2020 <https://doi.org/10.33007/inf.v6i2.2200>
Aryana, I Gusti Putu Suka, Sarkopenia Pada Lansia : Problem Diagnosis Dan Tata-
laksana (Bali: Panuduh Atma Waras, 2021)
Dewi, Ni Made Indah Mustia, ‘Gambaran Kualitas Tidur Pada Lansia Di Desa Mam-
54
Kornelia Romana Dkk Iwa, Keperawatan Gerontik (Bandung: Penerbit Media Sains Indone-
sia, 2022) <https://books.google.co.id/books?
id=yTVxEAAAQBAJ&pg=PA65&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjtm6vF_oP-
AhWt4zgGHWizDks4FBDoAXoECAgQAQ#v=onepage&q=Peksos dan lansia&f=false>.

29
bang Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan Tahun 2022’, Poltekkes
Denpasar Repository, 2020, 10–21
Djamhari, Eka Afrina, Kondisi Kesejahteraan Lansia Dan Perlindungan Sosial Lan-
sia Di Indonesia (Jakarta: Perkumpulan PRAKARSA, 2020)
Evitasari, Liana, and Bagus Kisworo, ‘ANALISIS TUGAS PEKERJA SOSIAL
DALAM MEMBERDAYAKAN LANJUT USIA DI WISMA LANSIA HUS-
NUL KHATIMAH SEMARANG’, Jendela PLS, 2021, 88–98 <https://doi.org/
10.37058/jpls.v5i2.2706>
Fitriani, Mei, ‘PROBLEM PSIKOSPIRITUAL LANSIA DAN SOLUSINYA DEN-
GAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (Studi Kasus Balai Pelayanan
Sosial Cepiring Kendal)’, Jurnal Ilmu Dakwah, 2017 <https://doi.org/10.21580/
jid.v36.1.1626>
HANI PUSPITA DEWI, N I M 16250025, ‘PREVENSI BURNOUT PADA
PEKERJA SOSIAL LANSIA (Studi Kasus Pekerja Sosial Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso)’, 2020, p. 176 <https://dig-
ilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38859/>
Hardiyanti, Rini, and Endang Tri Santi, ‘PERAN KOMUNIKASI PEKERJA
SOSIAL DALAM PEGENDALIAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN KESE-
HATAN MASYARAKAT’, DIALEKTIKA KOMUNIKA: Jurnal Kajian Komu-
nikasi Dan Pembangunan Daerah, 2020 <https://doi.org/10.33592/dk.v8i1.552>
Harjudin, Laode, ‘Jurnal Kesejahteraan Dan Pelayanan Sosial ’:, Jurnal Kesejahter-
aan Dan Pelayanan Sosial, 1.1 (2020), 90–97
Harnianti, Harnianti, Juhaepa Juhaepa, and Yoenita Jayadisastra, ‘Peranan Pekerja
Sosial Dalam Meningkatkan Keberfungsian Sosial Di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari’, Jurnal Kesejahteraan Dan Pelayanan Sosial, 1.2
(2020), 105 <https://doi.org/10.52423/jkps.v1i2.16101>
Hendriani, Wiwin, Dinamika Perkembangan Usia Lanjut Menjadi Lansia Yang Sehat
Dan Bahagia (Yogyakarta: CV Bintang Semesta Media, 2022) <https://books.-
google.co.id/books?
id=MlatEAAAQBAJ&pg=PA65&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=2
ahUKEwiIvO67_YP-
AhVp1DgGHXVXBWEQ6AF6BAgGEAE#v=onepage&q=Peksos dan
lansia&f=false>
Indrawati, and Tri Joko Raharjo, ‘Peranan Pekerja Sosial Dalam Meningkatkan Kese-
jahteraan Sosial Lanjut Usia (Lansia) Di Unit Rehabilitasi Sosial Purbo Yuwono
Brebes’, Journal of Non Formal Education and Community Empowerment, 3.2
(2014), 22–28 <http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc>

30
Iwa, Kornelia Romana Dkk, Keperawatan Gerontik (Bandung: Penerbit Media Sains
Indonesia, 2022) <https://books.google.co.id/books?
id=yTVxEAAAQBAJ&pg=PA65&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=
2ahUKEwjtm6vF_oP-
AhWt4zgGHWizDks4FBDoAXoECAgQAQ#v=onepage&q=Peksos dan lan-
sia&f=false>
Jahja, Yudrik, PSIKOOGI PERKEMBANGAN, Jurnal JPP PAUD UNTIRTA, 2011
Kiik, Stefanus Mendes, Junaiti Sahar, and Henny Permatasari, ‘Peningkatan Kualitas
Hidup Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan’, Ju-
rnal Keperawatan Indonesia, 21.2 (2018), 109–16 <https://doi.org/10.7454/jk-
i.v21i2.584>
Komunikasi, Ilmu, Universitas Islam, and Kalimantan Mab, ‘POLA KOMUNIKASI
INTERPERSONAL ANTARA PEKERJA SOSIAL DENGAN LANSIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA “ BUDI SEJAHTERA ” PROVINSI Ten-
tang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Adalah
Melalui Seperti Panti Sosial Tresna Werdha Memiliki’, 2004
Kuniano, Duwi, ‘Menjaga Kesehatan Di Usia Lanjut’, Jurnal Olahraga Prestasi, 11.2
(2015), 19–30
Kusumo, Mahendro Prasetyo, Buku Lansia (Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Pub-
likasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY, 2020)
Lisnawati, Lina, Santoso Tri Raharjo, and Muhammad Fedryansyah, ‘EKSISTENSI
PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DI INDONESIA’, Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2015 <https://doi.org/10.24198/jpp-
m.v2i3.13545>
Mampa, Mahdi, Ribka Wowor, and A J M Rattu, ‘Analisis Penerapan Pelayanan Ke-
sehatan Lanjut Usia Di Puskesmas Pineleng Pada Masa Pandemi Covid-19’, Ju-
rnal KESMAS, 11.4 (2022), 7–13
Masril, Bayu Afdhal, Nila Puspita Sari, and Jihan Natassa, ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keaktifan Lansia (Active Aging) Di Puskesmas Payung
Sekaki Kota Pekanbaru’, Jurnal Kesehatan Komunitas, 8.2 (2022), 333–43
<https://doi.org/10.25311/keskom.vol8.iss2.1034>
Mulyaningsih, Siti Annisa, Indah Cahya Pamungkas, Aniza Ramadhany, and Santi
Sulandari, ‘Permasalahan Lansia Di Era 4.0 : Peran Keluarga Dan Lansia’, Abdi
Psikonomi, 1 (2020), 27–33 <https://doi.org/10.23917/psikonomi.v1i1.73>
Muna, Zurratul, and Liza Adyani, ‘Analisis Kesehatan Mental Pada Lansia (Mema-
hami Kebersyukuran Pada Lansia Muslim Di Aceh Utara)’, Jurnal Psikologi
Terapan (JPT), 3.1 (2021), 7 <https://doi.org/10.29103/jpt.v3i1.3636>

31
Muthia, Githa, Hetty Krisnani, and Lenny Meilany, ‘Peran Pekerja Sosial Dalam
Meningkatkan Keberfungsian Sosial Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budhi Dharma Bekasi’, Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 3.3 (2016), 343 <https://doi.org/10.24198/jppm.v3i3.13776>
Niamilah, Agus, Bekerja Bersama Masyarakat Pengalaman Pendampingan Para Pi-
hal (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2021)
Nurmagfiroh, Fifi, Program Studi, Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah, D A N
Ilmu, Universitas Islam, and others, ‘Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha
( Pstw )’, 2014
‘Peran Pekerja Sosial Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Terhadap Lansia Ter-
lantar Era Pandemi Covid-19 Di Upt Rplut Budhi Dharma Yogyakarta’, 2022
Pudjiastuti, Sri Surini, and Budi Utomo, Fisioterapi Pada Lansia (Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, 2003)
Purnama, Heni, and Tia Suhada, ‘Tingkat Aktivitas Fisik Pada Lansia Di Provinsi
Jawa Barat, Indonesia’, Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive
Nursing Journal), 5.2 (2019), 102–6 <https://doi.org/10.33755/jkk.v5i2.145>
Putri, Dian Eka, ‘Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia’, Jurnal
Inovasi Penelitian, Vol.2 No.4 (2021), 1147–51
Putri, Dinka Anindya, ‘Status Psikososial Lansia Di Pstw Abiyoso Pakem Sleman
Yogyakarta Tahun 2019’, Poltekkes Joga, 53.9 (2019), 1689–99
Rinekasari, Nenden Rani, and Yoyoh Jubaedah, ‘Model Pendampingan Lanjut Usia
Berbasis Home Care Dalam Implementasi Pendidikan Vokasional’, 5.2 (2017),
74–86
Robert, Albert R, and Gilbert J Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial (Social Workers’
Desk Reference), Jilid I (Jakarta: PT. BPK Gunung mulia, 2008)
———, Buku Pintar Pekerja Sosial (Social Workers’ Desk Reference), Jilis II
(Jakarta: PT. BPK Gunung mulia, 2009)
Santoso, Hanna, and Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: PT. BPK
Gunung mulia, 2009)
Simbolon, Narma, and Gusti Pirandy, ‘Pentingnya Komunikasi Keluarga Yang Baik
Terhadap Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia)’, Literasi: Jurnal Pengabdian
Masyarakat Dan Inovasi, 3.1 (2023), 56–62 <https://doi.org/10.58466/lit-
erasi.v3i1.882>
Sintia, Nazhira Arifin, Tiara Mairani, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Par-
tisipasi Lansia Pada Kegiatan POSBINDU Di Wilayah Kerja PUSKESMAS

32
Bintang KabupatenAceh Tengah Tahun 2022’, Journal of Health and Medical
Science, 1 (2022), 85–102
Suharto, Edi, Azlinda Azman, and Ismail Baba, eds., Pendidikan Dan Praktik Peker-
jaan Sosial Di Indonesia & Malaysia (Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru,
2011) <https://books.google.co.id/books?
id=xXaUEAAAQBAJ&pg=PA92&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=
2ahUKEwiIvO67_YP-
AhVp1DgGHXVXBWEQ6AF6BAgJEAE#v=onepage&q=Peksos dan
lansia&f=false>
Sunarti, Sri, and Mirza Zaka Pratama, Serba-Serbi Pelayanan Day Care Untuk Lanjut
Usia (Malang: UB Press, 2022) <https://books.google.co.id/books?id=uL-
WeEAAAQBAJ&pg=PT53&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahU
KEwinv46A_oP-
AhVkT2wGHWUKC0M4ChDoAXoECAMQAQ#v=onepage&q=Peksos dan
lansia&f=false>
Suprayitno, Emdat, and Naily Huzaimah, ‘PENDAMPINGAN LANSIA DALAM
PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI’, SELAPARANG Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 2020 <https://doi.org/10.31764/jpm-
b.v4i1.3001>
Suputra, Oka, ‘Definisi Lansia’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9
(2017), 1689–99
Surastina, ‘Pengantar Semantik Dan Pragmatik’, Hubungan Kecerdasan Ruhaniah
Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia, 2011, 200
Triwanti, Shinta Puji, Ishartono Ishartono, and Arie Surya Gutama, ‘Peran Panti
Sosial Tresna Werdha Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Lansia’, Pro-
siding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2.3 (2015), 411–17
<https://doi.org/10.24198/jppm.v2i3.13591>
Vibriyanti, Deshinta, Dewi Harfina S, Sari Seftiani, and Marya Yenita Sitohang, Lan-
sia Sejahtera Tanggung Jawab Siapa? (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indone-
sia, 2019)
Wahjusaputri, Sintha, and Hermawan Saputra, ‘Penguatan Sistem Pelayanan Kese-
hatan Lanjut Usia’, Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 1.4 (2018), 868–
85
Widyawati, Wiwik, and Diah Jerita Eka Sari, Keperawatan Genotik (Literasi Nusan-
tara) <https://books.google.co.id/books?
id=o98oEAAAQBAJ&pg=PA212&dq=Peksos+dan+lansia&hl=id&sa=X&ved=

33
2ahUKEwjs46OfnYb-
AhWsS2wGHQP9D144HhDoAXoECAEQAQ#v=onepage&q=Peksos dan lan-
sia&f=false>
Witono, Toton, ‘Mengenal Asesmen Dan Intervensi Berbasis Spiritual Dan Contoh
Dari Penanganan Kesehatan Mental Lansia’, Quantum: Jurnal Ilmiah Kese-
jahteraan Sosial, 14.2 (2019), 141–56
Yusamah, U B, ‘Layanan Dukungan Psikososial Bagi Lanjut Usia Di Panti Sosial
Tresna Werdha DKI Jakarta (Studi Kasus Di PSTW Budi Mulya 3, DKI
Jakarta)’, Jurnal Pembangunan Dan Administrasi Publik, 2020

34

Anda mungkin juga menyukai