Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN FISIK TERHADAP

KELOMPOK RENTAN

DI SUSUN OLEH :

PERAWATI LISU LAYUK

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA

T.A 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang “Kebutuhan

Khusus Pada Permasalahan Fisik Terhadap Kelompok Rentan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurlaela,S.ST.,M.Kes selaku dosen mata
kuliah yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan
kemudahan bagi kita semua.

Paniai, 04 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................... 4

C. Tujuan ......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelompok Rentan ..................................... 5

B. Macam – Macam Kelompok Rentan .......................... 5

C. Kebutuhan Kelompok Rentan ..................................... 9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................. 11

B. Saran ........................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia selain sebagai mahkluk individu, juga sebagai mahkluk sosial. Artinya bahwa
selain manusia itu sebagai mahkluk yang mempunyai kebutuhan dan/atau kepentingan akan
pribadinya sendiri, manusia juga memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain, selanjutnya interaksi ini berbentuk
kelompok. Kemampuan dan kebiasaan manusia berkelompok ini disebut juga zoon politicon
(istilah ini dikemukakan oleh seorang Filsuf Yunani, Aristoteles). Seiring dengan pesatnya
perkembang- an zaman, manusia sebagai suatu pribadi yang utuh turut berkembang.
Perkembangan yang diharapkan dapat diiringi, disertai, dikawal, dengan peningkatan moral dan
akhlak manusia secara mendasar, namun apa yang terjadi justru sebaliknya. Masalah yang
dihadapi manusia dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat seolah-olah tidak
berujung. Manusia dikelilingi oleh masalah yang dibuat oleh dirinya sendiri atau oleh orang-
orang di sekelilingnya. Manusia mempunyai ambisi, keinginan, dan tuntutan yang dibalut
nafsu, tetapi karena keinginan diri yang berlebihan menjadi gagal dikendalikan dan dididik, ini
mengakibatkan masalah yang dihadapinya makin banyak dan beragam.

Hakikat dan keberadaan manusia telah dijamin oleh HAM dan dilindungi secara hukum
oleh berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Konsep
dari negara hukum yang dianut oleh negara Indonesia sendiri adalah berdasarkan asas Pancasila
(Wijaya, 2015), yang mana hukum di dalamnya sangat menjunjung tinggi tiga prinsip mendasar
seperti penegakan kesetaraan, kebebasan setiap individu, dan hak-hak asasi manusia (Wijaya,
2015).

Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan dalam siklus kehidupan manusia.
Menurut (Azizah, 2017) Lansia merupakan individu yang telah mencapai usia 60 tahun dan
telah mengalami perubahan baik fisik, mental maupun sosial (Putri, 2021). Lanjut usia menurut
UU Nomor 13 tahun 1998 merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas,
dengan batasan lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia
(60-69 tahun), dan lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun) dengan masalah kesehatan
(Kemenkes RI, 2019; PERMENKES RI, 2016).

1
Secara global, menurut World Health Organization (WHO) menjelaskan penduduk usia
60 tahun ke atas akan terus meningkat dua kali lipat sebesar 2,1 miliar pada tahun 2050 (WHO,
2018). Negara Singapura (9%) dan Thailand (7%) merupakan negara terbesar di ASEAN.
Sementara populasi Indonesia diperkirakan lebih tinggi dari pada wilayah Asia dan global 1
setelah tahun 2050 (Kemenkes RI, 2019).

Populasi lansia di Indonesia yaitu sekitar 27 juta jiwa (9,9%) pada tahun 2020, (14,6%)
pada tahun 2030, (16,6%) pada tahun 2035, dan (18,3%) pada tahun 2040. Indonesia termasuk
Aging Population ditandai dengan presentase lansia yang mencapai (19,9%) pada tahun 2045
(BPS, 2021; Kemenkes RI, 2019).

Anak merupakan individu yang rentang pertumbuhan perkembangannya dimulai dari bayi
hingga dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh latar belakang anak,
seperti faktor genetik dan faktor lingkungan. Gangguan pada tahapan perkembangan anak
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan kedepannya. Salah satu gangguan pada pertumbuhan
perkembangan anak yaitu disabilitas (Hidayat, 2009).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mendefinisikan disabilitas sebagai cacat atau
ketidakmampuan. Anak yang dinyatakan disabilitas atau anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang memiliki kekurangan fisik dari fungsi tubuh, struktur kelengkapan tubuh dan ukuran
tubuh, ciri ini bisa disebut juga dalam kategori cacat fisik. Ciri lain bisa dilihat dari keterbatasan
aktivitas atau gerakan yang dilakukan serta kurangnya partisipasi anak dalam berhubungan
sosial disekolah (UNICEF 2012).

Terkait dengan pemenuhan hak yang merupakan pemberian dari hukum, ternyata belum
semua orang dapat merasakan haknya secara utuh. Salah satunya adalah kelompok anak-anak.
Terlebih lagi, anak-anak ini belum bisa memperjuangkan haknya sendiri karena usianya yang
masih sangat belia dan mayoritas belum mengerti akan aturan-aturan hukum yang berlaku.

Sedangkan Kehamilan merupakan bagian dari daur siklus seorang wanita dimana proses
dari kehamilan akan menyebabkan wanita terjadi beberapa perubahan dalam dirinya.
Perubahan tersebut meliputi fisik, mental dan sosial. Kebutuhan dasar ibu hamil secara fisik
perlu dipenuhi agar ibu dalam menjalani kehamilannya terjaga kesehatannya. Kebutuhan
tersebut meliputi oksigenasi, nutrisi, personal hiegine, pakaian, eliminasi, seksual,
mobilisasi/body mekanik, istirahat/tidur. Kebutuhan dasar ibu hamil sangat memengaruhi
kesehatan ibu maupun janin selama masa kehamilan. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar ibu
hamil, akan berdampak pada kesehatan ibu selama kehamilan dan juga secara langsung
mempengaruhi proses persalinan kelak. Pengetahuan seorang ibu hamil akan sangat

2
mempengaruhi pada keputusan dan perilakunya. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang pemenuhan kebutuhan dasar kehamilan, maka ia akan memiliki kesadaran dan
memiliki sikap yang baik dalam menjalani kehamilannya (Ersila, Zuhana, & Suparni, 2019).

Hal - hal tersebut akan membutuhkan kesiapan terhadap ibu yang mengandung baik secara
mental maupun fisik karena setiap bulan kebulan akan berbeda - beda keluhan yang dirasanya.
Perubahan kondisi fisik dan tentu saja psikis ini membutuhkan adaptasi terhadap penyesuaian
pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Pada dasarnya keluhan yang dirasa secara
fisik seperti mual (morning sicknes), merasa lelah, kram perut sedangkan secara psikis merasa
benci dengan kehamilannya.

Hal tersebut terjadi pada trimester 1 (dari konsepsi sampai 3 bulan). Pada saat ini, tubuh
ibu yang hamil mulai belajar beradaptasi terhadap berbagai perubahan. Trimester 2 (bulan ke-
4 sampai 6 bulan). Trimester ini merupakan periode yang jarang dikeluhkan oleh ibu hamil
akan tetapi ada perubahan yang dirasa secara fisik yaitu rasa panas diperut sedangkan secara
psikisnya sudah terbiasa dengan kehamilanya, hubungan sosial menjadi meningkat kepada
orang lain yang baru menjadi ibu. Sedangkan di trimester 3 (bulan ke-7 sampai 9 bulan) ada
perubahan secara psikisnya yaitu merasa takut dan merasa sedih. Trimester ketiga merupakan
periode sebelum proses persalinan berlangsung. Secara solusi pada kehamilan ada aturan-
aturan yang bisa diterapkan oleh ibu hamil baik secara aturan medis, kepercayaan mitos dan
kepercayaan pandangan agama Islam. Masalah kehamilan terhadap ibu hamil adalah hal ilmiah
yang dirasakan, akan tetapi apabila tidak diperhatikan secara serius akan berdampak buruk
pada ibu dan janinnya (Ersila, Zuhana, & Suparni, 2019).

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap
keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara
ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) (Kementerian kesehatan RI, 2014).

Salah satu resiko paling tinggi didalam masyarakat yang perlu dikelola adalah kelompok
rentan. Saat terjadi bencana, perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,
pelayanan kesehatan dan psikososial (UU No.24 Tahun 2007). Menurut Undang-undang
Nomor 8 tahun 2016 menyebutkan bahwa kelompok rentan dalam masyarakat yang memiliki
hak dan kesempatan yang sama menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri dan tanpa
diskriminasi adalah kelompok disabilitas.

3
Secara medis, disabilitas dikelompokkan menurut jenis kekurangan yang dialami yaitu:
fisik, pendengaran dan kejiwaan (mental) (Sari & Satria, 2018). Kelompok disabilitas
merupakan kelompok minoritas terbesar didunia (ILO, 2011). Sekitar 15 persen dari jumlah
penduduk dunia atau lebih dari satu miliar orang adalah penyandang disabilitas (The World
Bank, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kelompok rentan?
2. Apa saja macam – macam kelompok rentan?
3. Apa saja kebutuhan kelompok rentan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kelompok rentan
2. Mengetahui apa saja macam – macam kelompok rentan
3. Mengetahui kebutuhan kelompok rentan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelompok Rentan


Kelompok rentan menurut Dapertemen Hukun Dan Hak Asasi Manusia adalah semua
orang yang menhadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan yang
layak. Kelompok rentan berhak mendapatkan perlakuan khusus untuk dapat memenuhi
kebutuhan sehari – hari.
Menurut Oliver Serrat, kerentanan merupakan perasaan tidak aman di kehidupan individu,
keluarga, dan komunitas ketika menghadapi perubahan diluar lingkungannya. Kerentanan dan
dikatakan sebagai kondisi yang ditentukan oleh faktor fisik, sosial ekonomi, dan lingkungan
atau atau suatu proses yang meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap dampak bahaya.
Kerentanan biasanya dirasakan oleh individua tau kelompok yang tinggal di wilayah
tertentu yang dapat membahayakan jiwadan asset yang dimilikinya. Kerentanan dapat
digambarkan sebagai situasi perubahan yang membingkai kehidupan manusia baik individu,
keluarga, atau masyarakat. (Humaedi, 2018)
Konteks kerentanan merujuk pada situasi yang rentan yang dapat mempengaruhi atau dapat
membuat suatu perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Pengaruh dari adanya
kerentanan biasanya dapat merugikan kehidupan baik individu, maupun masyarakat, walaupun
tidak menutup kemungkinan bahwa situasi rentan tersebut dapat memberikan dampak yang
positif bagi masyarakat.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kerentanan merupakan situasi yang dapat
mempengaruhi atau menciptakan suatu perubahan di kehidupan individu, kelompok maupun
masyarakat. Suatu perubahan yang diciptakan oleh adanya kerentanan dapat dikatakan sebagai
ancaman bagi mereka yang merasakan dampak positif maupun dampak negative (Humaedi,
2018)

B. Macam – Macam Kelompok Rentan


Kelompok rentan merupakan lapisan masyarakat yang paling mendesak yang
membutuhkan perhatian lebih untuk memperbaiki kondisi kehidupannya. Kelompok rentan
tersebut adalah kelompok masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri yang
dapat mengakibatkan permasalahan kerana ketidakmampuannya tersebut. (Humaedi, 2018)

5
Pada dasarnya kondisi rentan dapat disebebkan karena kurangnya asset (apa yang dimiliki),
akses (geografis), dan sistemik (system sumber yang dimiliki oleh golongan tertentu).
Kelompok rentan tersebut anatara lain:
1. Anak Yatim/Piatu
Kelompok rentan anak yatim/piatu biasanya disebabkan karena kematian orang tua baik
kematian ayah, ibu ataupun keduanya. Anak yang tergolong yatim/piatu biasanya tinggal
bersama salah satu orang tuanya yang masih hidup, bersama kakek neneknya ataupun tinggal
bersama saudaranya. Dikatakan rentan karena kebutuhan hidup anak yatim/piatu sebagian
besat tidak terpenuhi dengan baik. Kebutuhan tersebut bukan hanya secara materi tetapi
kebutuhan akan kasih sayang dan pengasuhan juga tidak dapat terpenuhi karena orang tua
yang tidak lengkap. Banyak dari mereka juga yang tidak mendapatkan akses terhadap
pendidikan maupun pendidikan yang layak dikarenakan kurangnya kebutuhan secara materi.
2. Lansia
Lansia adalah salah satu kelompok rentan yang berusia lanjut. Lansia dinyatakan
sebagai kelompok rentan karena memiliki keterbatasan fisik karena usia yang sudah lanjut
yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhannya. Karena memiliki
usia yang sudah lanjut, lansia mudah sekali terjangkit penyakit-penyakit yang dapat
mempengaruhi aktivitas kesehariannya. Di Desa Sukalilah, sebagian besar lansia tinggal
bersama anggota keluarganya akan tetapi tidak jarang juga menemukan lansia yang tinggal
sebatangkara tanpa ditemani oleh siapapun. Bahkan beberapa lansia juga tinggal di rumah
yang tidak layak huni.
Hal tersebut mengakibatkan beberapa lansia terlantar atau tidak terurus. Penelantaran
lansia tersebut disebabkan karena kurang kepedulian dari anggota keluarga lansia dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia. Lansia menjadi kelompok rentan karena tidak
memiliki aset untuk memenuhi kebutuhan dasarnya karena ketidakmampuan mereka untuk
bekerja atau mendapatkan penghasilan. Kurangnya akses untuk mendapatkan fasilitas
kesehatan seperti jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah juga menjadi salah satu
faktor lansia termasuk ke dalam kelompok rentan. Mereka juga tidak memiliki kartu
keluarga ataupun kartu tanda penduduk yang dapat menjadi syarat dalam memperoleh
jaminan kesehatan dari pemerintah oleh karena itu, lansia menjadi kelompok rentan yang
perlu diperhatikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Faktor Miskin atau Masyarakat Kurang Mampu
Fakir miskin atau masyarakat yang kurang mampu termasuk ke dalam golongan
kelompok rentan karena sebagian besar mereka tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan
pekerja serabutan. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, fakir miskin atau masyarakat

6
yang kurang mampu biasanya tidak memiliki banyak keterampilan yang dikuasai yang dapat
mendukung dalam pekerjaan. Sehingga mereka memiliki penghasilan yang rendah dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dikatakan rentan karena mereka tidak memiliki aset
seperti tabungan, modal usaha atau lahan yang dapat menunjang peningkatkan kualitas
hidup. Karena memiliki pendapatan yang rendah, mereka juga tidak memiliki akses
kesehatan.
4. Anak Putus Sekolah
Banyak anak yang putus sekolah yang disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang menyebabkan banyaknya anak yang putus
sekolah adalah karena kurangnya kesadaran diri anak untuk bersekolah dan mereka lebih
memilih bekerja untuk membantu perekonomian orang tuanya. Sedangkan faktor eksternal
anak yang putus sekolah adalah orang tua yang mendukung anaknya untuk tidak bersekolah
dan membantu mereka bekerja di kebun ataupun di sawah untuk memenuhi kebutuhan
sehari-sehari.
Hal tersebut membuat anak semakin yakin untuk memilih membantu orang tuanya
bekerja dibandingkan menimba ilmu di sekolah. Kebanyakan anak laki-laki yang membantu
orang tuanya bekerja dan anak perempuan biasanya membantu pekerjaan rumah tangga dan
tidak jarang diantaranya dinikahkan di usia dini dibandingkan untuk bersekolah. Faktor
eksternal lainnya adalah karena perekonomian orang tua yang rendah sehingga tidak mampu
untuk membiayai anaknya untuk sekolah. Ketidakmampuan tersebut menjadi salah satu
faktor banyaknya anak yang putus sekolah. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi
anak untuk berhenti sekolah atau bahkan tidak bersekolah. Baik anakanak maupun orang tua
yang melihat bahwa di lingkungan mereka banyak anak yang putus sekolah dan lebih
memilih untuk bekerja memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadikan anak dan orang tua
berpikiran serupa.
Hal tersebut mengakibatkan banyaknya anak yang putus sekolah dan memilih bekerja
untuk mendapatkan uang baik untuk membantu perekonomian keluarganya maupun
memenuhi kebutuhan sehari-harinya sendiri seperti membeli handphone ataupun motor.
Dikatakan rentan, karena anak yang putus sekolah tidak memiliki aset berupa ijazah
pendidikan formal yang menjadi syarat untuk memperoleh masa depan yang lebih baik.
Selain itu juga, karena akses sekolah yang tidak memadai mengakibatkan anak yang putus
sekolah harus mendapatkan perhatian khusus.
5. Penyandang Disabilitas dan Masyarakat yang Menderita Penyakit Berat
Penyandang disabilias dan masyarakat yang menderita penyakit berat yang ada biasanya
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor kelahiran, terkena penyakit, tekanan pikiran

7
serta malpraktik. Penyandang disabilitas tidak mendapatkan hak-hak sebagai disabilitas
karena kurangnya saran dan prasaran yang ada untuk memenuhi kebutuhannya. Hal itu juga
berlaku pada masyarakat yang menderita penyakit berat yang kurang terpenehui secara
maksimal. Pemahaman yang kurang akan disabilitas dan penyakitpenyakit berat
mengakibatkan banyaknya akses yang tidak terpenuhi seperti pendidikan sekolah luar biasa
dan sekolah inklusi.
Sehingga perlakuan terhadap penyandang disabilitas dan masyarakat yang menderita
penyakit berat tidak disesuaikan dengan kebutuhan yang mereka butuhkan. Hal ini
mengakibatkan penyandang disabilitas dan masyarakat yang menderita penyakit berat
memiliki keterbatasan dalam memiliki aset karena mereka tidak dapat bekerja untuk
pengobatan yang layak.
6. Masyarakat yang Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni
Rumah tidak layak huni dapat artikan sebagai rumah yang sudah tua atau tidak terawatt
yang mengakibatkan rumah menjadi rusak dan tidak layak untuk dihuni. Ketidakmampuan
seseorang juga mempengaruhi keadaan rumah yang mengakibatkan mereka tidak mampu
untuk merawat dan memperbaiki bagian rumah yang rusak. Masyarakat yang memiliki atau
tinggal di rumah yang tidak layak huni berhak mendapatkan aset berupa tempat tinggal yang
layak.
7. Masyarakat Rawan Bencana
Masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana dianggap rentan karena bencana
yang akan terjadi tidak dapat diprediksi datangnya. Oleh karena itu, diperlukan penanganan
lebih lanjut mengenai kondisi wilayah yang rawan bencana agar tidak memakan korban.
Dampak setelah terjadinya bencana dapat merugikan masyarakat dan mempengaruhi
perekonomian mereka. sendiri bencana yang sering terjadi adalah longsor yang disebabkan
oleh kondisi alam yaitu tanah yang curam serta tidak adanya tanaman keras di lahan curam
tersebut untuk menopang rumah-rumah warga yang ada disekitar lahan tersebut. Selain
longsor, bencana banjir juga sering terjadi akibat aliran sungai yang terhambat oleh
tumpukan sampah dan hutan yang gundul mengakibatkan terjadinya banjir bandang.
Masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana menjadi rentan karena mereka tidak
memiliki aset yang aman untuk menjamin keselamatan mereka. Kurangnya akses yang ada
juga mengakibatkan kerentanan karena wilayah rawan bencana ini sulit untuk dijangkau.
Sehingga masyarakat rawan bencana sulit untuk mendapatkan berbagai fasilitas umum.

8
Walaupun tidak secara implisit undang – undang ini menegaskan bahwa wanita sebagai salah
satu kelompok rentan, tetapi secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa wanita sebagai
kelompok rentan.
Memperkuat kesimpulan diatas, dalam Human Rights Reference menyebutkan bahwa yang
tergolong dalam kelompok rentan adalah pengungsi (Refugees), pengungsi internal (Intenally
Displaced Person/IDPs), minoritas nasional (National Minonties), pekerja migran (Migrant
Workers), penduduk asli (Indigenous Peoples), anak – anak (Children), dan Wanita (Women).
Menurut Oliver Serrat terdapat tiga jenis kerentanan, yaitu :
1. Kejutan/kaget/guncangan (shocks) yang dapat meliputi konflik, penyakit, banjir, badai,
kekeringan, dan hama pada tumbuhan.
2. Perubahan musiman (seasonalities) meliputi penetapan harga dan kesempatan bekerja.
3. Kecenderungan (critical trends), yaitu kependudukan, lingkungan, ekonomi, pemerintah,
dan kecenderungan teknologi.

C. Kebutuhan Kelompok Rentan


1. Anak Yatim/Piatu
Kebutuhan bagi anak yatim atau piatu adalah jaminan sosial agar dapat terpenuhinya
kebutuhan dasar anak yatim/piatu. Selain itu dibutuhkan jaminan kesehatan yang berupa
layanan kesehatan yang layak. Kebutuhan lain yang dibutuhkan untuk anak yatim/piatu
adalah jaminan pendidikan. Jaminan pendidikan ini diberikan agar anak yatim/piatu dapat
setara dengan anak-anak lainnya yang dapat menempuh pendidikan untuk menggapai cita-
citanya.
2. Kelompok Lanjut Usia
Kebutuhan bagi lansia adalah jaminan sosial dan kesehatan. Seperti yang telah dijelaskan
diatas bahwa beberapa lansia yang ada tinggal sendiri tanpa adanya anggota keluarga yang
menemani sehingga lansia membutuhkan jaminan sosial dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari serta jaminan kesehatan yang dapat membantu lansia yang terlantar karena tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Fakir Miskin atau Masyarakat yang Kurang Mampu
Kebutuhan fakir miskin atau masyarakat yang kurang mampu adalah kebutuhan yang berupa
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti santuan yang berupa uang ataupun
kebutuhuan pokok sembako yang biasanya dilaksanakan pada hari-hari besar. Selain itu,
kebutuhan mereka dapat berupa pelatihan kerja untuk meningkatkan perekonomian mereka.
Pelatihan kerja ini dapat dilaksanakan dengan adanya binaan dari para ahli agar dapat
berjalan dengan baik.

9
4. Anak Putus Sekolah
Kebutuhan anak yang putus sekolah adalah dengan diberikannya jaminan pendidikan dan
sosialisasi mengenai pendidikan kepada masyarakat. Jaminan pendidikan diberikan agar
anak yang kurang mampu dapat bersekolah tanpa memikirkan tanggungan biaya yang nanti
dikeluarkan oleh orang tua. Dengan adanya sosialisasi, masyarakat khususnya orang tua
dapat memahami bahwa pendidikan bagi anaknya sangat penting untuk kehidupan masa
depannya.
5. Penyandang Disabilitas dan Masyarakat yang Menderita Penyakit Berat
Kebutuhan penyandang disabilitias dan masyarakat yang menderita penyakit berat adalah
dengan dibangunnya sarana dan prasarana untuk memenuhi hak-hak mereka. Karena
masyarakat kurang memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap penyandang disabilitas dan
masyarakat yang menderita penyakit berat, oleh karena itu dibutuhkannya sarana dan
prasarana serta bantuan pengobatan dan alat-alat kesehatan.
6. Masyarakat yang Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni
Kebutuhan masyarakat yang tinggal di rumah tidak layak huni adalah berupa perbaikan
rumah agar dapat dihuni dengan layak. Bantuan ini dapat dilakukan dengan bekerja sama
dan adanya partisipasi dari berbagai pihak mulai dari pemilik rumah, masyarakat sekitar,
pemerintah desa dan lain-lain.
7. Masyarakat Rawan Bencana
Dalam mengatasi permasalahan masyarakat rawan bencana dibutuhkan adanya upaya dalam
mencegah bencana itu terjadi. Di Desa Sukalilah, bencana yang sering terjadi adalah banjir
dan longsor. Untuk banjir yang diakibatkan karena penumpukan sampah di beberapa tempat
dan hutan yang gundul, dapat diatasi dengan cara mereboisasi hutan yang gundul dan
mencegah masyarakat membuang sampah sembarangan dengan membuat bank sampah atau
tempat pembuangan akhir.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pemetaan yang telah dijelaskan mengenai kelompok rentan yang ada
di Desa Sukalilah Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut Jawa Barat terdapat anak
yatim/piatu, lansia, fakir miskin atau masyarakat yang kurang mampu, anak yang putus sekolah,
disabilitas atau masyarakat penderita penyakit berat, masyarakat yang tinggal di rumah tidak
layak huni dan masyarakat rawan bencana. Sebelumnya telah dijelaskan mengenai kerentanan
dan kebutuhan kelompok rentan dan dapat disimpulkan bahwa:
1. Anak Yatim/Piatu Anak yatim menjadi kelompok rentan karena kondisi yang menyebabkan
kebutuhan yang tidak bisa terpenuhi secara optimal baik secara materi maupun kebutuhan
akan pengasuhan yang baik karena tidak ada sosok orang tua yang lengkap. Banyak dari
mereka juga yang tidak mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, anak
yatim/piatu harus diberikan jaminan sosial, pendidikan dan kesehatan.
2. Kelompok Lansia
Lansia menjadi kelompok rentan karena adanya keterbatasan kemampuan fisik yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena fisik yang
lemah, lansia sering terkena penyakit yang menyebabkan lansia tidak dapat beraktivitas dan
mengurus dirinya sendiri. Oleh karena itu, lansia membutuhkan jaminan kesehatan dan
jaminan sosial yang dapat menunjang kehidupannya.
3. Fakir Miskin atau Masyarakat Kurang Mampu
Fakir miskin atau masyarakat yang kurang mampu menjadi kelompok rentan karena
sebagian dari mereka tidak memiliki pekerjaan atau hanya pekerja serabutan. Pendidikan
yang rendah merupakan salah satu faktor fakir miskin kurang memiliki keterampilan kerja
sehingga perekonomiannya rendah. Oleh karena itu, fakir miskin membutuhkan jaminan
kesehatan serta diberikan pelatihan kerja untuk mengasah keterampilan bekerja untuk
meningkatkan perekonomiannya.
4. Anak Putus Sekolah Anak putus sekolah menjadi kelompok rentan karena mereka tidak
memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan. Mereka lebih memilih untuk bekerja
menghasilkan uang dan membantu perekonomian orang tuanya dibandingkan bersekolah.
Oleh karena itu, kebutuhan anak yang putus sekolah adalah dengan berikan jaminan
pendidikan. Karena faktor kebanyakan anak putus sekolah adalah faktor ekonomi.

11
5. Disabilitas atau Masyarakat Penderita Penyakit Berat
Disabilitas atau masyarakat yang menderita penyakit berat menjadi kelompok rentan karena
hak-hak manusia khususnya disabilitas tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu, kebutuhan
kelompok rentan disabilitas atau masyarakat yang menderita penyakit berat adalah dengan
diberikannya jaminan kesehatan serta sarana dan prasarana yang layak.
6. Masyarakat yang Tinggal Di Rumah Tidak Layak Huni
Masyarakat yang tinggal di rumah tidak layak huni masuk ke dalam kelompok rentan dan
membutuhkan aset rumah yang layak untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
7. Masyarakat Rawan Bencana
Masyarakat rawan bencana masuk ke dalam kelompok rentan karena keselamatan hidup
mereka terancam dan dapat merugikan mereka baik secara materi maupun aset. Kebutuhan
masyarakat rawan bencana adalah dengan dilaksanakannya reboisasi atau bank sampah
untuk mengurangi sampah.

B. Saran
Setiap kelompok rentan memiliki kebutuhan masing-masing baik itu jaminan sosial,
kesehatan dan pendidikan. Tujuannya agar kelompok rentan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan layak dan dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensinya masing-
masing.
Kebutuhan yang diberikan kepada kelompok rentan dapat berupa dana dan fasilitas yang
akan dilakukan secara berkala. Untuk anak yatim/piatu bantuan yang dapat diberikan berupa
pemenuhan kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Sementara bantuan yang dapat diberikan
untuk lansia adalah jaminan sosial, jaminan kesehatan. Sedangkan untuk fakir miskin dapat
berupa bantuan uang dan sembako.
Kelompok rentan disabilitas dan penderita penyakit berat diberikan bantuan berupa biaya
pengobatan serta sarana dan prasara seperti kursi roda. Sedangkan, masyarakat yang tinggal di
rumah tidak layak huni dapat diberikan bantuan untuk perbaikan rumah. Dan kelompok rentan
rawan bencana dapat diberikan edukasi mengenai bahaya bencana alam serta bantuan,
dilakukan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah dan diberikan bibit tanaman untuk
penghijauan lingkungan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/573941760/makalah-kelompok-rentan

http://scholar.unand.ac.id/118210/4/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf

http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/2288/3/BAB%20II.pdf

http://repository.radenintan.ac.id/1169/3/BAB_II.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/28568/5.%20BAB%20I.pdf?sequence=5
&isAllowed=y

http://repository.unj.ac.id/8574/2/BAB%201.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/206/2/1HK10112.pdf

https://repo.poltekkesbandung.ac.id/598/5/BAB%20I%20PDF.pdf

Anda mungkin juga menyukai