Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN FISIKA

REVIEW JURNAL PENELITIAN EKSPLORASI


Dosen Pengampu Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan


(Studi Perilaku Sosial Anak Jalanan Di Provinsi Banten)

Disusun Oleh:

1. Afifah Shafa S. (S081808001)


2. Lis Tyas (S081808004)
3. Yushinta Amalia (S081808010)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
REVIEW JURNAL PENELITIAN EKSPLORASI
Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak
Judul Jalanan
(Studi Perilaku Sosial Anak Jalanan Di Provinsi Banten)
No ISSN 2541-1462
Volume, Nomor, Edisi Volume 1, Nomor 1, Halaman 19-31
Tahun 2016
Penulis Ahmad Fauzi

A. Latar Belakang
Munculnya masalah anak jalanan berkaitan dengan meningkatnya pertumbuhan kota
yang dimana dalam hal ini merupakan suatu daya tarik yang mendorong anak-anak untuk
mencari nafkah yang dilakukan dengan cara me-ngemis, mengamen, atau bahkan sampai
memalak di jalanan. Bahkan tempat-tempat objek wisata seperti tempat penziarahan
makam di Banten, dan kerajaan Banten lama menjadi salah satu lokasi anak jalanan untuk
mengais rezeki dengan cara meminta - minta sedekah kepada para pengunjung di
dalamnya.
Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Surbakti dkk. eds :
1997) : Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan yang
kuat dengan orang tua mereka untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi
keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat
diselesaikan oleh kedua orang tuanya. Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang
berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah,
baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual (Irwanto, 1995). Ketiga, children from
families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.
Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi
hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala
resikonya (Blanc & Associates, 1990 ; Irwanto dkk, 1995 ; Taylor & Veale, 1996).
Untuk menangani masalah mengenai anak jalanan butuh dukungan dan partisipasi
dari seluruh komponen lapisan masyarakat. Serangkaian program yang dilakukan oleh
pemerintah, LSM, dan komunitas bergulir dan berusaha supaya anak–anak keluar dari
posisi anak jalanan. Banten melalui Dinas Sosial setiap tahunnya melakukan upaya
program pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan kegiatan di bidang sosial
perlindungan anak, yang bertujuan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
kesejahteraan anak maupun keluarga. Usaha transformasi untuk merumahkan anak jalanan
melalui pembelajaran transformatif sangat diperlukan, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003,
Pasal 26 ayat dijelaskan bahwa Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap Pendidikan Formal dalam rangka mendukung pendidikan se-panjang
hayat. Pada ayat 2 dijelaskan Pendidikan Nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan.
Keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian. Callaway dalam
breemback (Marzuki, 2010:99) menjelaskan bahwa: Pendidikan Luar Sekolah sebagai
suatu bentuk kegiatan belajar yang berlangsung di luar sekolah dan universitas‟.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat secara spesifik tentang penanganan anak
jalanan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah Banten melalui Dinas Sosial dalam
mengangani anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan. Dan mencari tahu kondisi
objektif, menganalisis program lembaga, sistem yang dibangun serta upaya edukatif dalam
merumahkan anak jalanan, sehingga dimungkinkan menjadi rekomendasi untuk dapat
menangani masalah kasus anak jalanan secara menyeluruh dan sinergis di Provinsi Banten.
B. Metode
Desain dalam penelitian, peneliti menggunakan pendekatan lualitatif dengan metode
penelitian studi kasus. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Laporan berupa kutipan-kutipan data untuk menggambarkan penyajian
laporan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan instrumen wawancara,
observasi dan studi kasus/literatur. Teknik pengumpulan data menggunakan triangulasi
data yaitu observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Observasi digunakan
untuk melihat dan mengamati sejauh mana aktivitas dan lingkungan dimana anak jalanan
berada. Wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak struktur.

Gambar 1.1 Triangulasi Data


Menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria
yang sesuai dengan metode penelitian inkuiri alamiah yaitu kriteria derajat kepercayaan.
Data hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan yang
terperinci dan terekam yang akan dapat dianalisa secara kualitatif.
Gambar 1.2 Langkah-langkah Analisis Data
Kualitatif

C. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan pemaparan data setiap wilayah di Provinsi Banten yang terdiri dari
empat kabupaten (Serang, Pendeglang, Lebak, Tangerang) dan empat kota ( Serang,
Cilegon, Tangerang dan Tangerang Selatan). Data penyandang masalah kesejahteraan
sosial yang diambil melalui Dinas Sosial Provinsi Banten pada akhir tahun 2013
memberikan gambaran sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Anak Jalanan di Kabupaten Provinsi Banten
Anak Jalanan
Kabupaten Jumlah
Lak-laki Perempuan
Pandeglang 33 0 33
Lebak 148 64 212
Tangerang 108 38 146
Serang 3 0 3

Tabel 1.2 Jumlah Anak Jalanan di Kota Provinsi Banten


Anak Jalanan
Kota Jumlah
Lak-laki Perempuan
Tangerang 109 109
Cilegon 33 1 34
Serang 378 15 393
Tangerang
94 52 146
Selatan

Sejalan dengan hal tersebut pada pemaparan data di atas berdasarkan Analisa yang
dilakukan peneliti di lapangan berdasarkan hasil wawancara kepada instansi Dinas Sosial
Provinsi Banten melalui staff nya yang diwakilkan melalui Bidang Rehabilisasi Sosial.
Dimana dalam wawancara tersebut beliau menjelaskan bahwa keberadaan anak jalanan
setiap tahunnya meningkat dan menurun tidak menentu.
Tabel 1.3 Jumlah Anak Jalan Tahun 2011 – 2013
Tahun 2011 2012 2013
Jumlah 1.628 754 1.076

Kenaikan pada tahun 2013 ini dikarenakan oleh faktor x dimana anak jalanan yang
dimaksud adalah anak jalanan yang tergolong baru, dan hal tersebut di dominasi akibat
faktor lain seperti adanya faktor kemiskinan. Dalam penelitian ini peneliti menemukan
secara umum tugas Pemerintah dalam Pembangunan Nasional melalui Dinas Sosial adalah
meningkatkan kesejahteraan sosial. Salah satu implementasi dari meningkatkan
kesejahteraan sosial adalah dengan program pembangunan perekonomian wilayah secara
berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan
merata.
Untuk menangani dan menanggulangi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial,
pemerintah memberdayakan dan mengembangkan potensi dan sumber kesejahteraan sosial
yang terdiri dari Pekerja Sosial Profesional (PSP); Pekerja Sosial Masya-rakat (PSM);
Karang Taruna (KT); Dunia Usaha (DU); Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat (WKSBM); Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK); Taruna Siaga
Bencana (TAGANA) dan sebagainya.
Peran Dinas Sosial dalam merumahkan anak jalanan menjadi hal penting
sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, ini merupakan sebagai langkah nyata
dalam menangani dan menanggulangi permasalahan kesejahteraan sosial dalam hal ini
yaitu anak jalanan sebagai objek vital permasalahan sosial yang ada di kalangan
masyarakat. Berkaitan dengan rumah singgah sebagai upaya peran aktif dalam menangani
masalah anak jalanan, jajaran Dinas Sosial di Provinsi Banten memiliki Program Rumah
Singgah yang bertujuan untuk memonitoring dan memberikan pelatihan serta bimbingan
untuk bisa mengarahkan anak jalanan menjadi anak yang lebih baik
Mengetahui lebih jauh tentang manfaat dari Rumah Singgah milik pemerintah ,
ternyata anak-anak yang ditampung di Rumah Singgah ini adalah mereka yang sering
banyak menghabiskan waktunya di jalanan, dan yang menjadi perhatian peneliti adalah
anak jalanan yang di tampung pada rumah singgah adalah anak-anak yang berasal dari
kalangan menengah ke bawah, dimana dalam hal ini anak-anak yang ada pada rumah
singgah di daerah cilegon ini adalah hasil dari proses pendampingan sosial yang dilakukan
oleh pekerja sosial dari Dinas Sosial Kota Cilegon, karena tidak mudah melakukan
pemberdayaan anak jalanan tanpa adanya proses pendampingan sosial terlebih dahulu.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang usaha transformasi anak jalanan melalui usaha
merumahkan anak jalanan baik yang dilakukan dapat disim-pulkan:
1. Kondisi objektif anak jalanan di wilayah Provinsi Banten berjumlah 1.076 anak
jalanan, yang diperoleh dari data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
pada akhir tahun 2013. Kota Serang memilki jumlah yang cukup besar di bandingkan
dengan wilayah lainnya, Kota Serang memiliki kondisi objektif anak jalanan
berdasarkan data Dinas Sosial terdiri dari 378 laki-laki dan 15 perempuan, jumlah
kese-luruhan sebesar 393 anak jalanan di Kota Serang.
2. Hasil analisis pada program lembaga melalui Dinas Sosial Provinsi Banten terdapat
upaya yang signifikan dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui rumah singgah
dan prog-ram lainnya yang terintegrasi dengan Dinas Sosial lintas kota dan kabupaten.
3. Upaya yang bersifat edukatif dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui rumah
singgah yang berfungsi sebagai tempat singgah sementara dan tempat pemberian
pelatihan serta keterampilan kepada anak jalanan, baik yang dilakukan oleh pe-
merintah ataupun pihak swasta. Keduanya mengarahkan anak-anak jalanan,
memberikan motivasi dan membekali dengan pelatihan keterampilan untuk bekal
hidup anak-anak jalanan sehingga tidak kembali ke jalanan seperti sebelumnya atau
kembali menjadi anak jalanan.
4. Sistem yang mengikat dalam proses usaha transformasi anak jalanan yang tertuang
dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2010. Kewenangan Provinsi
Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial diartikan sebagai Tanggung jawab.
Provinsi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial sehingga jelas dalam hal ini Dinas
Sosial Provinsi Banten terikat dengan aturan atau sistem dalam menyelesaikan
masalah kesejahteraan sosial.
E. Kekurangan dan Kelebihan
1. Kekurangan
a. Tidak ada penyajian data dalam bentuk tabel maupun grafik, sehingga pembaca
harus membaca keseluruhan dan beresiko salah dalam pembacaan.
b. Terlalu banyak dalam menggunakan kalimat-kalimat untuk menjelaskan data
statistik membuat pembaca harus menginerprestasikan sendiri.
c. Data wawancara pada pembahasan disebutkan dalam kolom tetapi ditulisan dalam
bentuk paragraf.
2. Kelebihan
a. Isi pembahasan sudah sesuai dengan tujuan penelitian dan dibahas dengan sangat
rinci.
b. Di dalam pembahasannya disertakan saran yang membangun sesuai dengan
pembahsannya.

Anda mungkin juga menyukai