PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
SINDY MAYORA
NIM : 0204182127
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................7
E. Kerangka Teoritis........................................................................8
F. Batasan Istilah.............................................................................11
G. Kajian Terdahulu.........................................................................13
H. Hipotesis......................................................................................14
I. Kerangka Pemikiran....................................................................15
J. Metode Penelitian........................................................................16
K. Sistematika Pembahasan.............................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Suhartoyo,(2019) „Perlindungan Hukum Bagi Buruh Dalam Sistem Hukum Ketenagakerjaan Nasional‟,
Administrative Law and Governance Journal, 2.2 h. 26–36
iii
sekolah dan mengurus rumah tangga.2Pada era perdagangan bebas banyak negara
berkembang tidak memberikan perlindungan terhadap hak-hak pekerjanya, tetapi
yang terjadi banyak pelanggaran terhadap hak-hak pekerja perempuan. Meskipun
yang dikenal luas yaitu bahwa pekerjaan perempuan adalah domestic job (mengurus
rumah tangga, memasak, mencuci, merawat anak dan lain-lain kegiatan di sekitar
rumah). Sedangkan pekerjaan di luar rumah untuk mencari nafkah dianggap sebagai
dunia kaum laki-laki, tapi dalam kenyataan banyak dijumpai tenaga kerja perempuan
yang keluar dari pekerjaan domestiknya.
Produk kebijakan untuk meningkatkan akses perempuan dalam peluang kerja
dicerminkan dalam perumusan kriteria seleksi yang sama bagi laki-laki dan
perempuan dengan jaminan bahwa perempuan dapat bebas memilih pekerjaan.
Ketentuan-ketentuan untuk mencegah buruh perempuan dari PHK karena pernikahan,
kehamilan atau kebutuhan penitipan anak juga merupakan instrumen untuk menjamin
kesetaraan gender di pasar kerja. Peraturan yang berkaitan dengan istirahat haid,
perlindungan melahirkan dan menyusui dapat juga diakui sebagai kebijakan yang
ditujukan untuk membolehkan peluang dalam mencapai kesetaraan antara buruh
perempuan dan laki-laki. Kebijakan yang ada menunjukkan bahwa kondisi tersebut
membedakan laki-laki dan perempuan karena fungsi reproduksi perempuan
memerlukan perhatian khusus. Aturan-aturan tersebut, sering dianggap sebagai
diskriminasi terhadap laki-laki. Hal tersebut tidak benar, karena diskriminasi merujuk
kepada perlakuan yang berbeda dalam kondisi yang sama. Dalam hal ini fungsi
reproduksi perempuan berbeda dan ditentukan secara biologis. Oleh karena itu
melalui Undang-Undang, peraturan dan ketentuan, pemerintah mendukung
perempuan bekerja untuk berperan ganda, sesuai dengan fungsi reproduksi dan fungsi
sosial termasuk mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi, dan mendorong mereka
untuk memanfaaatkan peluang kesempatan kerja yang ada.
Pemerintah secara umum telah melaksanakan komitmen untuk menerapkan
dan mengikuti aturan-aturan pokok dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan dan
memberi perhatian serius pada kondisi tenaga kerja perempuan. Perhatian terutama
ditujukan pada isu-isu upah minimum, hubungan kerja, dan serikat pekerja. Walau
demikian, masih ada beberapa isu khusus yang masih belum mendapat perhatian
2
Sedjun H, Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT. Asdi
Mahastya), h. 3
iv
secara penuh seperti cuti melahirkan dengan tunjangan, dan cuti dalam masa haid
yang masih belum ditegakkan secara benar.
Pada prakteknya masih banyak terjadi kasus di mana perusahaan tidak
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini menunjukkan
pengawasan yang dilakukan pemerintah perlu diperkuat. Misalnya, perusahaan
memecat buruh perempuan karena mereka hamil, ada juga perusahaan yang secara
tidak langsung menolak eksistensi buruh perempuan karena mereka menikah. Kasus
lain berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yaitu jaminan kerja dan
penyelesaian hubungan industrial yang tidak dilaksanakan dengan baik. Di mana
buruh perempuan rentan terhadap PHK. Hak-hak perempuan yang bekerja pada
malam hari juga sering terjadi pelanggaran seperti tidak disediakannya angkutan antar
jemput oleh pihak pengusaha dan tidak diberikannya makanan dan minuman yang
bergizi. Kelalaian untuk mematuhi peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
yang diatur pemerintah dapat merupakan kendala bagi perempuan untuk berpartisipasi
secara setara dan aktif di pasar kerja. Bukankah hubungan kerja pada dasarnya
menggambarkan hak dan kewajiban kedua belah pihak yaitu buruh dan majikan.
Hubungan antara buruh dengan majikan adalah secara yuridis buruh adalah memang
bebas, oleh karena prinsip negara kita ialah bahwa tidak seorangpun boleh diperbudak
atau diperhamba. Secara sosiologis, buruh adalah tidak bebas, sebab sebagai orang
yang tidak mempunyai bekal hidup selain dari pada tenaganya itu, ia terpaksa bekerja
pada orang lain. Majikanlah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja telah
jelas bahwa tujuan pokok dari hukum perburuhan adalah pelaksanaan keadilan sosial
dalam perburuhan pelaksanaannya diselenggarakan dengan jalan melindungi buruh
terhadap kekuasaaan yang tidak terbatas dari pihak majikan. Menempatkan buruh
pada kedudukan yang terlindungi terhadap kekuasaan majikan, berarti menetapkan
peraturan-peraturan yang memaksa majikan bertindak lebih baik dan menghormati
hak-hak buruh.
Di Indonesia setiap warga negara sama kedudukannya di dalam pemerintahan,
sehingga segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pekerja perempuan
baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan
kesempatan yang sama dengan pria. Meningkatnya perkembangan industrialisasi,
teknologi dan peralatan kerja yang semakin canggih, pekerja perempuan tidak
mengalami hambatan melakukan pekerjaan di segala bidang. Undang-Undang No.13
v
Tahun 2003 mengakui persamaan hak tanpa diskriminasi antara tenaga kerja laki-laki
dan perempuan di pasar kerja (Pasal 5,6). Selain itu buruh perempuan dirasa perlu
lebih mendapat perlindungan hak-haknya sesuai dengan kodrat, harkat dan
martabatnya, dikarenakan selain kelebihannya perempuan juga punya keterbatasan.
Perlindungan terhadap pekerja perempuan dalam bidang ketenagakerjaan di Indonesia
telah diatur dalam pasal 76 Undang-Undang Ketenagakerjaan antara lain: 3buruh
perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00 (pasal 76 ayat 1). Selanjutnya disebutkan
pengusaha dilarang mempekerjakan buruh perempuan hamil yang menurut keterangan
dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya
apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pengusaha yang
memperkerjakan buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00
wajib pertama memberikan makanan dan minuman bergizi kemudian menjaga
kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan
angkutan antar jemput bagi buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja
antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00 (pasal 76 ayat 4).
Menurut pandangan Islam Allah telah menciptakan pria dan wanita sama,
ditinjau dari sisi insaniahnya (kemanusiaannya). Akan tetapi bila suatu hukum
ditetapkan khusus untuk jenis manusia tertentu (pria saja atau wanita saja), maka akan
terjadi pembebanan hukum yang berbeda antara pria dan wanita. Misalnya kewajiban
mencari nafkah (bekerja) hanya dibebankan kepada pria, karena hal ini berkaitan
dengan fungsinya sebagai kepala rumah tangga. Islam telah menetapkan bahwa
kepala rumah tangga adalah tugas pokok dan tanggung jawab pria. Sekalipun wanita
telah dijamin nafkahnya melalui pihak lain (suami atau wali), bukan berarti Islam
tidak membolehkan wanita bekerja untuk mendapatkan harta/ uang. Islam
membolehkan wanita untuk memiliki harta sendiri. Bahkan wanita pun boleh
berusaha mengembangkan hartanya agar semakin bertambah. Allah SWT berfirman
Quran surat An-Nisa ayat 32 :
ۗ ٖضلِه
ْ َب مِّمَّا ا ْكتَ َسنْب َ ۗ َو ْسـَٔلُوا ال ٰلّهَ ِم ْن ف ِ ِ صيب مِّمَّا ا ْكتَسبوا ۗ ولِلنِ ِ ِ ٍ ض ُكم ع ٰلى بع ٰ واَل َتتمنَّوا ما فَض
ٌ ِّساۤء نَصْي
َ َ َُْ ٌ ْ َض ۗ ل ِّلر َجال ن ْ َ َ ْ َ َّل اللّهُ بِهٖ َب ْع
َ َ ْ ََ َ
اِ َّن ال ٰلّهَ َكا َن بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِْي ًما
3
Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, H. 26.
vi
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-
laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun)
ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.4
Hanya saja wanita harus tetap terikat dengan ketentuan Allah (hukum syara’)
yang lain ketika ia bekerja. Artinya wanita tidak boleh menghalalkan segala cara dan
segala kondisi dalam bekerja. Wanita juga tidak boleh meninggalkan kewajiban
apapun yang dibebankan kepadanya dengan alasan waktunya sudah habis untuk
bekerja atau dia sudah capek bekerja sehingga tidak mampu lagi untuk mengerjakan
yang lain. Justru wanita harus lebih memprioritaskan pelaksanaan seluruh
kewajibannya daripada bekerja, karena hukum bekerja bagi wanita adalah mubah.
Fenomena praktek dan pelanggaran yang dilakukan pihak pengusaha terhadap
pekerja perempuan di beberapa tempat usaha masih sering terjadi meskipun telah
diatur dalam perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menjadi perhatian baik
pemerintah maupun masyarakat dalam upaya mengurangi serta menanggulangi
praktek pelanggaran tersebut.
Atas dasar latar belakang penjelasan diatas Maka penulis dengan ini
melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul: PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA PADA SHIFT MALAM
HARI PERSPEKTIF MAQASHID SYARIAH (Studi Kasus Cafe Black Area,
Kota Medan)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka
1. Bagaimana kondisi tenaga kerja wanita yang bekerja pada shift malam di Cafe
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja pada
4
Departemen Agama RI, Alqur’an dan terjemahannya (Jakarta: 2019), hal. 347.
vii
3. Bagaimana penjelasan mengenai perlindungan hukum terhadap tenaga kerja
C. Tujuan Penelitian
maka secara umum tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi tenaga kerja wanita yang bekerja pada shift
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
perlindungan hukum bagi tenaga kerja wanita yang bekerja dishift malam
proses pengkajian akan terus berlangsung dan akan memperoleh hasil yang
maksimal.
2. Kegunaan Praktis
viii
Diharapkan dapat memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan
mengenai perlindungan hukum terhadap wanita yang bekerja pada shift malam.
E. Kerangka Teoritis
landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain untuk
tenaga kerja wanita dalam pandangan Maqashid Syariah Islam memandang hak
sebagai aturan-aturan yang ditetapkan oleh syara dan mengandung nilai moral dalam
pengusung gagasan ini, tujuan-tujuan ini dapat ditemukan atau disarikan dari sumber
utama hukum Islam dan harus senantiasa dijaga saat memutuskan perkara hukum.6
menyebutkan ada lima maqashid syariah, yaitu memelihara agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Namun tidak menyebutkan definisinya, namun belum mencakup
a. Ibnu Asyur
5
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 1987), h.
316.
6
Khairul umam, 2001, Ushul Fiqih, Jakarta: logos Wacana Ilmu, h.125
ix
Di antara ulama modern adalah Ibnu Asyur (w. 1393 H). Maqashid syariah
beliau di definisikan ada dua macam, yaitu umum dan khusus. Definisi Maqashid
“Sejumlah makna dan hikmah yang disimpulkan bagi pembuat syariah pada semua
manusia yang bermanfaat, atau untuk memlihara kemaslahatan umum mereka dalam
b. Wahbah Az-zuhaili
pada kebanyakannya, atau tujuan dari syariat serta rahasia-rahasia yang ditetapkan
syariah itu adalah rahasia-rahasia dan tujuan akhir yang hendak diwujudkan oleh
Syar‟i dalam setiap hukum yang ditetapkanNya. Dengan demikian, maqashid al-
syariah itu merupakan tujuan dan kiblat dari hukum syara‟, dimana semua mujtahid
dalam maqashid al-syariah adalah mengambil jalan tengah dan tidak berlebih-lebihan
dari kesepakatan mayoritas ulama dan mujtahid (ijma‟). Dari sisi ijma‟ dapat dilihat
ulama-ulama salaf dan khalaf, dari dahulu sampai sekarang, menyepakati bahwa
syariat islam itu mengandung kemudahan dan meniadakan taklif yang tidak
x
tujuan-tujuan Allah SWT dalam menetapkan hukum, mesti mendapatkan perhatian
yang besar. Dari sisi logika berpikir, ketika tujuan-tujuan tersebut diketahui oleh
mujtahid, atas dasar itulah dilakukan pemahaman hukum islam dan untuk selanjutnya
hukum islam yang baru. Hal ini mengingat terbatas dalildalil hukum yang terdapat
dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi SAW, sedangkan permasalahan yang dihadapi
dan dikhawatirkan penetapan hukum tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan
oleh Allah SWT, dan lebih lanjut tidak akan mempunyai nilai yang digariskan dalam
F. Batasan Istilah
Penulis akan menjelaskan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini
agar tidak terdapat perbedaan penafsiran atau perbedaan dalam menginterprestasikan. Juga
memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dan untuk memberikan
pengertian kepada pembaca mengenai apa yang hendak dicapai dalam penelitian. Judul yang
digunakan dalam skripsi ini adalah PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA
KERJA WANITA PADA SHIFT MALAM HARI PERSPEKTIF MAQASHID
SYARIAH
1. Perlindungan Hukum Secara terminologi, dapat diartikan dari gabungan dua definisi,
yakni “perlindungan” dan “hukum”. KBBI mengartikan perlindungan sebagai hal atau
perbuatan yang melindungi. Lalu, hukum dapat diartikan sebagai peraturan atau adat
yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
8
Busyro, Maqashid al- Syariah,Pengetahuan mendasar memahami maslahah (Jakarta,Kencana 2019)
h. 13.
xi
Merujuk definisi tersebut, perlindungan hukum dapat diartikan dengan upaya melindungi
yang dilakukan pemerintah atau penguasa dengan sejumlah peraturan yang ada.
Singkatnya, perlindungan hukum adalah fungsi dari hukum itu sendiri; memberikan
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat. Peraturan ini dibuat
Ketenagakerjaan. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Konsep tenaga kerja adalah: “Bagian penduduk yang mampu
penduduk usia 15-64 tahun sebagai tenaga kerja. Indonesia menggolongkan penduduk
usia 10 tahun keatas sebagai tenaga kerja, dengan alasan terdapat banyak penduduk usia
3. Secara bahasa, kata maqashid sendiri berasal dari kata maqshad yang berarti tujuan atau
target. Berangkat dari arti tersebut, beberapa ulama memiliki pengertian atau definisi
syariah merupakan tujuan atau rahasia Allah yang ada dalam setiap hukum syariat.
Sedangkan ar-Risuni berpendapat bahwa maqashid syariah adalah tujuan yang ingin
dicapai oleh syariat agar kemashlahatan manusia bisa terwujud. Secara umum, maqashid
syariah memiliki tujuan untuk kebaikan atau kemashlahatan umat manusia. Tujuan ini
sejalan dengan tujuan dari hukum Allah yaitu kebaikan. Kemashlahatan yang dimaksud
dalam hal ini mencakup segala hal dalam kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya
9
Ananta, Aris. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. (Jakarta : Lembaga. Demografi LPFEUI)
xii
rezeki manusia, kebutuhan dasar hidup, dan juga kebutuhan lain yang diperlukan
G. Kajian Terdahulu
mengangkat tema yang sama seperti penulis yaitu mengenai perlindungan hukum bagi
tenaga kerja wanita. Adapun penelitian yang menyangkut dengan penelitian ini, yaitu:
adapun yang menjadi titik point pembahasan penelitian ini ialah bagaimana
H. Hipotesis
tenaga kerja wanita dalam hal ini haruslah mendaptkan perhatian khusus yang
berakibat terhadap perlindungan yang akan didapatkan terlebih pada pekerja wanita di
malam hari, Sebab dalam pandangan islam yang menjadi perhatian tertinggi ialah
xiii
keselamatan sesorang dan dalam Maqashid Syariah menjaga jiwa ialah kewajiban
bagi setiap insan manusia. Untuk membuktikan hipotesis ini benar atau tidak maka
I. Kerangka Pemikiran
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting.10
permasalahan dalam hak yg tidak terpenuhi atas perlindungan hukum bagi tenaga kerja
wanita yang bekerja dimalam hari dimana dalam lokasi penelitian penulis menganggap
melakukan penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk memberi data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya. Metode deskriptif ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data
seteliti mungkin tentang objek yang diteliti. Berdasarkan permasalahan yang muncul
dimana banyak nya terjadi penyelewengan hak hak dan hal yang dapat membahayakan
Oleh karena itu peneliti akan meneliti permasalahan ini lebih lanjut dengan
mempertimbangkan kajian yang relevan mengenai hal ini dan mengaitkannya dengan
kerangka teoritis yang telah dijabarkan sebelumnya. Sehingga akan dihasilkan pernyataan
J. Metode Penelitian
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), h. 60.
xiv
Metode penelitian adalah sebagai seatu kegiatan ilmiah yang terencana,
terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis untuk
pengumpulan data dan informasi atau bahan yang diperlukan, penulis menggunakan
Dalam kajian penelitian hukum, penelitian ini termasuk tipe penelitian hukum
empiris yaitu sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum
dalam artian yang nyata atau dapat dikatakan melihat dan meneliti bagaimana
Library Research dan Field Research. Adapun peneliti menggunakan metode Library
sumber kepustakaan berbentuk buku ataupun jurnal untuk memperoleh data dan
ialah karena peneliti mengumpulkan data dan informaasi yang diperoleh langsung dari
2. Pendekatan Masalah
empiris, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan socio- legal. Pendekatan
ini memerlukan berbagai disiplin ilmu sosial dan hukum untuk mengkaji keberadaan
11
Conny R. Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2010), h. 5.
12
Jonaedi Efendi dan Johny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Emprisi (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 150.
13
Ibid, h. 153
xv
3. Bahan Hukum
Sumber data primer yaitu sumber data pokok yang diperoleh langsung
dari sumber pertama. Dalam penelitian ini penulis menambil sumber data
primer dari kitab Al Syariah Al islamiyyah karangan Ibnu Asyur dan Metode
pihak yang diwawancarai adalah tenaga kerja wanita, dan pengusaha dagang
ini.
sebagai pendukung data pokok atau dapat pula didefinisikan sebagai sumber
yang dapat memberikan informasi atau data yang dapat memperkuat data
pokok. Adapun data ini diperoleh dari beberapa media antara lain adalah
Syariah.
atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Bahan hukum tersier berupa jurnal hukum maupun non hukum sepanjang
a. Observasi
xvi
media pengamatan. Observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan
langsung mendatangi tempat penelitian dalam hal ini yaitu wilayah kota
Medan.
b. Wawancara
c. Studi Dokumen
bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber
Bahan hukum yang diperoleh dalam studi lapangan akan dianalisis dan
diambil kesimpulan dari data yang telah terkumpul. Kesemuanya adalah untuk
menyimpulkan data yang berkaitan dengan topik penelitian, penulis uraikan dan
xvii
guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Bahwa cara pengolahan
bahan hukum dilakukan secara kualitatif, yakni menarik kesimpulan dari suatu
berpikir deduktif yaitu proses penalaran dari satu atau lebih pernyataan umum
K. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan skripsi ini dan dapat dipahami
BAB I: Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
BAB II:. Pada bab ini membahas mengenai tentang Bagaimana kondisi tenaga
kerja wanita yang bekerja pada shift malam di cafe Black Area, kota medan
BAB III: Pada bab ini membahas mengenai Bagaimana perlindungan hukum
terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja pada shift malam menurut maqashid
syariah
BAB IV: Pada bab ini membahas mengenai Bagaimana penjelasan tentang
perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita dalam perspektif hukum nasional
di Indonesia
BAB V: Pada bab ini berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
xviii
rumusan masalah. Pada bagian saran memaparkan beberapa saran akademik, baik
DAFTAR PUSTAKA
Aris.Ananta. Ekonomi Sumber Daya Manusia. (Jakarta : Lembaga. Demografi LPFEUI) 1990
(Jakarta,Kencana ), 2019
Efendi, Jonaedi dan Ibrahim, Johny, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Emprisi
Mahastya)
S. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
1987).
xix
Suhartoyo,Perlindungan Hukum Bagi Buruh Dalam Sistem Hukum Ketenagakerjaan
xx