Setiap orang memiliki keinginan atau cita-cita di dalam hidup ini. Tidak ada orang yang pasrah saja menerima nasib atau tanpa berbuat apa-apa atas kondisi yang menimpanya. Khususnya jika kondisi yang kurang menguntungkan dalam hidupnya. Cita-cita terhadap suatu kemajuan merupakan harapan mulia yang melekat dalam diri setiap orang yang hidup bermasyarakat dan bernegara. Harapan terhadap kemajuan adalah keinginan atas perubahan yang lebih baik dari realitas yang terjadi sebelumnya. Harapan yang lebih baik ini merupakan bentuk keinginan untuk keluar dari problem yang menghimpitnya. Dalam kehidupan bernegara, cita-cita dalam bernegara adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, untuk mewujudkannya maka kita perlu melaksanakan pembangunan. Melalui pembangunan kita bermaksud meningkatkan kemakmuran masyarakat secara bertahap dan berkesinambungan yaitu dengan cara meningkatkan konsumsinya. Karena peningkatan konsumsi sangat tergantung pada peningkatan pendapatan dan pendapatan tergantung pada peningkatan produksi, maka seluruh masyarakat hendaknya turut serta dalam proses pembangunan. Bila semua ikut maka akan terwujud masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ekonomi memberikan potensi yang lebih besar bagi suatu masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Potensi untuk peningkatan kualitas hidupnya pasti ada pada diri setiap manusia normal. Dengan motivasi tersebut maka untuk membangkitkan kembali tidaklah seberapa susah tetapi tentunya tidak dengan teori dan rumusan kata saja. Semua itu harus dilakukan dengan tindakan nyata yang konstrukstif. Namun tidak sedikit yang berani melakukan tindakan konstruktif dan tidak bernai memperbarui sikap dan prinsip hidup. Kemiskinan merupakan salah satu bentuk penyakit dan gambaran mentalitas rakyat Indonesia yang disebabkan kurang memiliki etos kerja tinggi atau malas. Karena hal inilah yang mengakibatkan sulitnya kehidupan rakyat bisa berubah menjadi lebih baik atau sejahtera disamping adanya perlakuan yang kurang adil dari pihak lain yang mengakibatkan kondisi ini bisa terjadi. Manusia memenuhi kebutuhan hidup untuk kelangsungan hidupnya di dunia. Untuk itu manusia perlu bekerja sebab dengan bekerja manusia akan memanusiakan dirinya sebgai mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bekerja merupakan hak setiap manusia dewasa sebagai upaya menjaga derajat kemanusiaan dan memenuhi kebutuhan hidup. Negara dan masyarakat harus menjamin hak setiap manusia untuk bekerja dan tidak membedakan hak tersebut satu dengan yang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa hidup manusia membutuhkan pekerjaan. Dengan pekerjaan dilakukan manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena dengan pekerjaan tersebut manusia mendapat penghasilan , sebagai hak manusia maka pekerjaan dapat menentukan penghasilan, sedangkan penghasilan ini juga menjadi hak yang harus dimilikinya setelah menjalankan perkerjaanya. Begitu pentingnya bekerja atau pekerjaan bagi kehidupan manusia hingga kompetisi untuk mendapatkannya sangat ketat, bahkan tidak sedikit diantaranya yang terpaksa ditempuh dengan cara yang melanggar norma agama dan hukum yang berlaku, misalnya dengan cara menyuap atau menjual harga diri. Vitalnya persoalan pekerjaan itu dapat dikaitkan dengan tanggung jawab pekerja yang tidak hanya untuk kepentingan dirinya namun juga untuk kepentingan atau kelangsungan hidup orang banyak seperti anak, istri dan orang lain yang menjadi tanggung jawabnya dan mengharapkan peran secara ekonomi. Lingkungan dan kondisi yang menyenangkan bagi tenaga kerja merupakan salah satu kebutuhan vitalnya. Tenaga kerja akan bisa menjalankan pekerjaanya dengan baik jika didukung oleh lingkungan kerja yang baik pula. Ketika kondisi lingkungan pekerjaanya tidak menyenangkan apalagi rawan dengan ancaman yang membahayakan kesehatan, apalagi keselamatannya maka hal ini dapat dinilai sebagai kondisi yang tidak mendukung. Fenomena di seputar ketenagakerjaan dewasa ini adalah masih banyaknya lingkungan kerja, termasuk didalamnya manajemen kerja yang mengandung potensi kerawanan yang membahayakan atau menimbulkan berbagai bentuk kecelakaan kerja. Tidak sedikit perusahaan yang mempunyai manajemen kerja yang mengabaikan keselamatan kerja. Kondisi ini layak untuk disikapi dalam perspektif HAM mengingat problem HAM telah atau menjadi alasan utama untuk memperjuangkan nasib tenaga kerja di Indonesia. Dalam Pasal 28 E UUD 1945 disebutkan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. Ketentuan konstitusi tersebut menunjukan bahwa salah satu HAM adalah hak untuk mencari, mendapatkan dan memilih pekerjaan yang sesuai keinginan atau bidang keilmuan dan keahliannya serta ketrampilannya. Jenis pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dapat memberikan manfaat secara ekonomi bagi seseorang. Melalui aspek ekonomi yang didapatkan dari pekerjaan yang dilakukannya ini, seseorang dapat meningkatkan taraf kehidupannya seperti membebaskan diri dari kehidupan yang serba kesulitan atau kemiskinan. Dengan kedudukan sebagai hak asasi, maka setiap manusia Indonesia menjadi tergantung terhadap pekerjaan itu, bahkan disebut pula salah satu tolak ukur kesuksesan seseorang dalam hidup ini terutama bidang ekonomi adalah terletak pada jenis pekerjaan apa yang sedang dilakukan. Berawal dari pekerjaan seseorang dapat menikmati dan mebuahkan kekayaan. Seseorang bukan hanya dapat menjadi orang yang terpandang namun juga dapat berbuat banyak untuk kepentingan daerah, lingkungan alam dan sesama manusia yang membutuhkan manfaat dari pekerjaanya. Meski kedudukan pekerjaan itu demikian strategis namun dalam kenyataanya hak kerja atau perlindungan atas hak kerja dan implikasinya sering kali kurang mendapatkan perhatian atau perlindungan yang memadai. Setelah orde baru berakahir aksi kaum buruh turun kembali ke jalan untuk memperingati hari buruh setiap 1 Mei kembali marak di berbagai kota di Indonesia. Tujuannya hanya satu menuntut perbaikan nasib kaum buruh menjadi lebih layak dalam menutupi kebutuhan hidup sehari hari. Sebab hampir sepanjang sejarah kehidupan dunia juga sejarah di Indonesia nasib kaum buruh selalu mengenaskan. Kaum buruh dijadikan alat penarik kepentingan modal asing dan investasi asing demi meraih keuntungan sepihak yaitu penguasa dan pengusaha. Jika dilihat dengan seksama aksi tersebut tidaklah berlebihan mengingat kondisi kaum buruh di negeri ini masih terpinggirkan, tertindas dan gampang dibohongi. Buruh juga sering menjadi objek kepentingan politik penguasa dan pengusaha serta posisi buruh selama ini sekedar penjual tenaga kerja. Sementara pengusaha adalah pembeli tenaga kerja yang bebas memilih dan menggunakan sekaligus mengawasi jalannya proses produksi. Disini kaum buruh tidak ditempatkan sebagai pelaku ekonomi yang memiliki hak yang sama dengan upah minim dibanding pemodal yang bisa leluasa mengeruk untung yang sebesar-besarnya. Apalagi sebagian besar buruh Indonesia bisa dikatakan adalah mereka yang mencari nafkah dengan cara mengandalkan fisiknya, mengingat tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini yang menjadikan posisi buruh menjadi lemah di Indonesia sehingga membuka peluang bagi pemilik modal untuk berbuat semena-mena, bukan hanya menyangkut upah yang rendah, tetapi juga hak-hak normatif lainnya, jaminan sosial, jaminan kesehatan juga diabaikan. Di Indonesia buruh tidak hanya miskin dan tingkat kesejahteraan mereka kian menurun seiring kenaikan harga BBM dan melambungnya harga kebutuhan sehari-hari. Hal ini jelas mempengaruhi tingkat daya beli kaum buruh terhadap kebutuhan pokok, termasuk kemampuan memberikan pendidikan dan kesejahteraan kepada anak dan keluarga mereka. Jauh dari kesan pekerjaan dan penghidupan yang layak sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi kita. Dengan kata lain perjuangan buruh untuk memperbaiki kesejahteraan selama ini memang jelas-jelas menunjukan betapa upah minimum tenaga kerja kita sangat tidak kompetitif dan jauh dari mencukupi. Relasi yang selama ini dibangunmasih menempatkan buruh pada posisi subordinatif terhadap majikan (pengusaha) sehingga yang terjadi adalah lingkaran setan dan tumbuhnya militansi kaum buruh sebagai wujud dari ketidak percayaan kaum buruh terhadap pengusaha dan pemerintah.
B. Pembangunan di Bidang Ketenagakerjaan
Pembangunan di bidang ketenagakerjaan adalah merupakan bagian dari pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang diamantkan oleh Pancasila dan UUD 1945 pembangunan tersebut adalah untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil makmur dan merata baik secara materiil dan spiritual. Penyelenggaraan negara yang menyangkut hak warga negara adalah mengupayakan agar tiap warga negara mendapatkan pekerjaan dan oenghidupan yang layak bagi kemanusiaan, seperti yang diamanatkan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945. Untuk dapat melaksanakan amanat tersebut maka diperlukan penyelenggaraan negara atau pemerintahan yang baik (Good Govermance) wujud tersebut adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab serta efektif dan efisien. UU no.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 4 menegaskan bahwa: pembangunan Ketenagakerjaan bertujuan: a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan mnusiawi; b. Mewujudkan pemerataan kesempatankerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah; c. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan dan; d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Kondisi tenaga kerja khususnya perempuan yang ada sekarang ini cenderung tidak seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi Indonesia yang saat ini semalin merosot dan belum ada tanda akan mengalami perbaikan. Dalam kondisi seperti ini dunia usaha sebagai penyedia lapangan kerja semakin sulit untuk menghidupi dirinya sendiri apalagi mengembangkannya. Kondisi seperti ini mempengaruhi perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan pekerja (Karyawan) sesuai dengan haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan terutama dalam upah dan gaji. Di pihak lain karena kondisi ekonomi yang terpuruk mengakibatkan harga-harga kebutuhan hidup menjadi naik sehingga tenaga kerja memerlukan penghasilan yang besar untuk dapat memenuhinya. Dalam pelaksanaanya di perusahaan-perusahaan banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi khususnya terhadap tenaga kerja perempuan baik ditinjau dari segi yurudis maupun sosial budaya dan aspek kodrati (alami). Dari aspek Yuridis tenaga kerja perempuan memiliki hak yang sama untuk mendapat perlindungan dengan tenaga kerja laki-laki meliputi perlindungan sosial yang menyangkut gaji/upah serta jaminan sosial tenaga kerja serta perlindungan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja. Dari aspek sosial budaya bahwa budaya politik seperti dalam hukum adat setempat serta pranata sosial tradisional akan berposisi saling mendukung secara timbal balik dengan budaya sosial dan ekonomi daerah setempat. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa tenaga kerja perempuan dalam konteks kehidupan masyarakat maka akan terpengaruh dengan hukum adat yang berlaku di masyarakat. Dari aspek hidup alami (kodrati) sebagai perempuan tenaga kerja perempuan masih dipandang belum sejajar dengan tenaga kerja laki-laki dalam beberapa bidang pekerjaan tertentu. Disamping itu tenaga kerja perempuan juga tidak dapat meninggalkan hidup kodratinya sebagai perempuan. Mengingat pentingnya tenaga kerja agar kegiatan perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan menjamin tersedianya kebutuhan masyarakat. Maka perangkat hukum yang mengatur tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan harus dipenuhi. Beberapa ketentuan hukum yang tersedia secara mendasar mempunyai tujuan dan sasaran tertentu yaitu untuk menjaga agar tetap terjaminya keseimbangan kepentingan dalam masyarakat.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu