Anda di halaman 1dari 12

Nama : Dini Maulida

NIM : 222350029
Kelas : Manajemen B

MAKALAH
PERAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM

A. Pendahuluan

Krisis yang melanda Indonesia sejak tahun 1996 telah berdampak tidak hanya pada dunia
usaha tetapi juga pada kesejahteraan seluruh masyarakat. Dunia kerja semakin kecil dan semakin
kecil, sementara pada saat yang sama jumlah orang yang membutuhkan pekerjaan semakin
meningkat. Terakhir, pengangguran yang disebabkan oleh pengangguran juga menjadi beban
masyarakat. Pengangguran ini disebabkan semakin sulitnya mencari pekerjaan, terutama di kota-
kota besar. Masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan seringkali mengharapkan pekerjaan formal
kantoran, sementara kesempatan kerja sektor formal sangat terbatas. Tuntutan kualitas sumber daya
manusia semakin meningkat dan membutuhkan kualitas khusus yang semakin sulit untuk dipenuhi.
Kesempatan kerja yang terbatas membuat orang mencari cara untuk bertahan hidup untuk hidup
layak. Dengan latar belakang tersebut, sektor informal menjadi salah satu pilihan yang dapat
membantu menekan angka pengangguran. Kewirausahaan merupakan salah satu alternatif solusi
terbaik.

Wirausahawan adalah orang yang memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat. Pengusaha juga didefinisikan sebagai orang yang memiliki ide dan yang
mengelola serta menerapkannya. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menggerakkan orang
dan berbagai sumber daya untuk menciptakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan solusi
dari berbagai masalah untuk menciptakan makna dan memenuhi kebutuhan manusia. Berdasarkan
situasi di atas, kehadiran dan peran pengusaha tentu akan mempengaruhi perkembangan ekonomi
dan perbaikan situasi ekonomi Indonesia saat ini. Menjadi wirausaha berarti mampu menemukan
dan mengevaluasi peluang untuk mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan merebut
peluang tersebut. Dengan meningkatnya kewirausahaan, diharapkan perekonomian Indonesia juga
akan tumbuh.  

B. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menggerakkan orang dan berbagai sumber daya
untuk menciptakan, mengembangkan, dan menerapkan solusi atas berbagai masalah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat dengan pemikiran kewirausahaan orang mampu
bereaksi terhadap perubahan kebutuhan dan realitas. Jiwa wirausaha ini tercermin dalam keinginan
untuk mengambil inisiatif dan kreatif serta inovatif dalam pengelolaan orang dan sumber daya
untuk mencapai hasil yang memuaskan. Pengusaha adalah agen perubahan sosial, politik dan
ekonomi. Secara umum, kewirausahaan dikaitkan dengan perusahaan perintis di sektor keuangan.
Padahal, kewirausahaan dapat tumbuh dan berkembang di sektor atau organisasi non ekonomi
seperti: organisasi masyarakat baru, pusat rehabilitasi baru, atau lembaga kesenian baru. Keunikan
kewirausahaan terletak pada memulai dan membangun sesuatu yang baru dan lebih efektif daripada
melanjutkan apa yang sudah ada.

Dalam beberapa dekade terakhir, proses globalisasi telah menyebabkan perubahan sosial
dan ekonomi yang sangat cepat di berbagai bidang. Di sisi lain, ada juga kekhawatiran tentang
inflasi, pengangguran, dan dilema ekologis untuk mencapai tujuan ekologis serta kelangsungan dan
keseimbangan ekonomi di planet ini. Hal ini membutuhkan kepemimpinan yang kreatif dalam
memecahkan masalah yang kompleks. Generasi saat ini dan masa depan membutuhkan
keterampilan dan pendidikan untuk menghadapi ini dan berbagai perubahan sosial dan kebutuhan
manusia.

Di negara yang mengalami resesi di berbagai wilayah, seperti Indonesia saat ini, kekurangan
pangan dan kelaparan, serta tragedi kemanusiaan, adalah hal biasa. Kondisi seperti itu
menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap kemampuan dan kemampuan seseorang untuk
mengendalikan masa depan. Fakta-fakta tentang kehidupan bisnis yang buruk di atas menunjukkan
betapa pentingnya kewirausahaan dapat memberikan solusi bagi masalah ekonomi, lingkungan,
sosial dan kemanusiaan. Kewirausahaan memegang peranan yang sangat penting dalam segala
bidang kehidupan. Komunitas yang dibangun kembali mendapatkan vitalitas dan energi melalui
kewirausahaan.

Pertumbuhan kewirausahaan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi karena


terciptanya lapangan kerja, pendapatan masyarakat meningkat, daya beli meningkat, barang dan
jasa yang dihasilkan oleh industri dijual dan roda perekonomian berputar. Pengusaha selalu
berorientasi pada tindakan, tidak suka berteori tetapi lebih praktis, lebih banyak bekerja daripada
berbicara. Pengusaha tidak malu, mereka tidak takut untuk mengungkapkan impian mereka, dan
impian besar itu adalah sumber energi untuk menciptakan motivasi dan visi. Terkadang seorang
pengusaha bisa memiliki ide-ide gila. Itu tidak masuk akal, tetapi berkat kegigihannya dalam
memperjuangkan ide itu, itu menjadi kenyataan. 

Upaya sistem Islam sangat mementingkan setiap umat, anjuran untuk merebut peluang
hidup di dunia ini melalui usaha dan kerja aktif serta tidak lupa untuk mendapatkan imbalan di
dunia dan akhirat, karena setiap usaha dan amal itu didasarkan oleh Allah, Sebagaimana firman-
Nya, Dalam (QS. At-Taubah: 9:105.)

Terjemahannya :

Dan katakanlah: “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang- orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan di kembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan. (At-Taubah:105)

Di sisi lain, Rasulullah SAW menekankan kepada seluruh umatnya agar tidak menjadi umat
malas yang suka mengemis. Pekerjaan apa pun, meskipun tampak tidak bergengsi di mata banyak
orang, jauh lebih baik dan lebih mulia daripada kekayaan yang diperoleh dengan mengemis atau
kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal. Dalam hal ini dijelaskan secara terus untuk
mengeksplorasi kehidupan manusia dalam kewirausahaan, daya saing dan kekuatan bisnis, dan
kualitas sumber daya manusia. Tuhan menciptakan bumi ini agar manusia dapat menemukan
kehidupan yang memuaskan dengan mengekstraksi sumber daya alam dari permukaan bumi. 

C. Keterkaitan antara Perkembangan Kewirausahaan dengan Perekonomian

Dalam dua tahun terakhir, negara Indonesia belum menunjukkan perubahan yang signifikan
di berbagai bidang. Kebijakan pemerintah masih simpang siur, undang-undang semakin tidak jelas,
bencana terjadi di mana-mana, dan kondisi sosial semakin tidak aman. Tidak ada perubahan ke arah
yang lebih baik di sektor keuangan. PHK terus berlanjut karena banyak pengusaha tidak lagi tertarik
untuk memulai atau mengembangkan usahanya dan banyak investor asing yang memutuskan untuk
merelokasi usahanya ke negara lain yang lebih menjanjikan.
Di sisi lain, seluruh penduduk usia kerja tidak bisa begitu saja menganggur. Hidup harus
terus berjalan dan pendapatan yang stabil harus diupayakan untuk menutupi biaya hidup yang
semakin mahal. Berbagai ide bisnis dihasilkan dan didiskusikan dalam berbagai forum pertemuan
formal dan informal. Beberapa dari gagasan ini hanyalah "mimpi indah", yang lain disambut
dengan sangat antusias. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita merasa sangat termotivasi
dalam menghadapi krisis yang sedang berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat David Fagin
(dalam buku Crouch tahun 2002) yang mengatakan bahwa sebagian besar tantangan dapat diatasi
melalui kreativitas. Tanpa kreativitas, masalah jarang menjadi peluang.

Kontribusi kewirausahaan terhadap pembangunan ekonomi negara tidak diragukan lagi.


Agar suatu negara dapat sejahtera dan berkembang idealnya, harus memiliki pengusaha yang
merupakan 2% dari jumlah penduduk (PBB). Mereka adalah wirausahawan yang memenuhi kriteria
kompetensi profesional, jiwa wirausaha yang kuat, motivasi berprestasi tinggi (McClelland) dan
inovasi (Printer), serta kemampuan untuk bergabung atau membentuk aliansi.    

D. Pengaruh Positif Kewirausahaan

Dampak sosial ekonomi yang positif dari kewirausahaan antara lain menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan kualitas hidup, memperbaiki distribusi pendapatan, memanfaatkan dan
menggerakkan sumber daya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi nasional, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program pemerintah seperti pajak dan lain-lain.
Hendra Esmara mempresentasikan gagasan pengukuran pembangunan Indonesia yang terdiri dari
tiga bagian. Tiga komponen tersebut adalah populasi dan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi,
serta kesetaraan dan kesejahteraan sosial. Berdasarkan pemikiran tersebut, kewirausahaan dapat
memajukan pembangunan Indonesia, karena kewirausahaan dapat menciptakan lapangan kerja
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Michael P Sumber pembangunan ekonomi Todaro dapat berupa faktor yang berbeda-beda,
namun secara umum dapat dikatakan bahwa sumber utama pertumbuhan ekonomi adalah investasi
yang mampu meningkatkan kualitas modal atau sumber daya manusia dan fisik, yang pada
gilirannya menyebabkan peningkatan modal. lead. untuk jumlah dan yang dapat meningkatkan
produktivitas semua sumber daya melalui penemuan baru, inovasi dan perkembangan teknologi.

Berdasarkan persepsi tersebut, kewirausahaan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi


suatu negara. Karena dampak positif kewirausahaan, para pencari kerja yang sebelumnya hanya
tertarik pada sektor formal diharapkan berubah pikiran dan beralih ke sektor informal. Menurut
Stephen R. Covey, perubahan seringkali merupakan proses yang menyakitkan. Itu adalah perubahan
yang harus dimotivasi oleh tujuan yang lebih tinggi, keinginan untuk menundukkan apa yang
menurut Anda Anda inginkan sekarang daripada apa yang Anda inginkan nanti.   

E. Manfaat kewirausahaan terhadap Sosial

Kewirausahaan memiliki empat manfaat sosial; memperkuat pertumbuhan


ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk dan jasa baru,
serta mengubah dan meremajakan pasar.

1. Pertumbuhan ekonomi. Kewirausahaan dapat menciptakan lapangan kerja baru


bagi masyarakat. Misalnya, lebih banyak pekerjaan akan tercipta di industri
elektronik yang telah berdiri kurang dari 5 tahun daripada di perusahaan yang
telah berdiri lebih dari 20 tahun. Dengan meningkatkan peluang atau
menciptakan lapangan kerja baru, hal itu mempercepat pertumbuhan ekonomi
negara. 
2. Produktivitas. Ini adalah kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang
dan jasa dengan lebih sedikit tenaga kerja dan input lainnya. Misi operasi bisnis
adalah menggunakan aset organisasi untuk pengembangan, pengujian, dan
produksi produk baru. 
3. Teknologi, produk, dan layanan baru. Kewirausahaan memainkan peran penting dalam
mendorong perubahan teknologi dan produk serta layanan inovatif. Contoh proyek
inovatif yang dihasilkan dari kewirausahaan adalah: Penemuan radio FM, penisilin,
mesin fotokopi, pena, dan lainnya. Kewirausahaan juga menciptakan Revolusi Industri
pada abad ke-18, yaitu industri penenunan di Inggris dari kain katun yang awalnya
diimpor dari India. Karena kapasitas mesin yang terbatas, jumlah kain yang dihasilkan
tidak maksimal. Proses menenun yang panjang akhirnya menciptakan mesin pemintal
yang meningkatkan kapasitas produksi.
4. Perubahan pasar. Globalisasi menciptakan pasar baru yang sebelumnya tidak menjadi
fokus pengusaha lain. Misalnya, di pasar komputer yang semula dikuasai IBM,
Microsoft dan Apple Computer menjadi pesaingnya.  
F. Resiko Wirausahawan dalam Pengembangan Bisnis

Dengan perkembangan bisnis yang biasanya disertai dengan perubahan gaya


manajemen, pengusaha menghadapi berbagai risiko sekaligus. Pada dasarnya
pengusaha menghadapi dua risiko ketika diberi kesempatan untuk mengembangkan
usahanya. Kedua risiko ini adalah risiko nyata, yaitu risiko yang dapat dilihat,
dihitung, diprediksi dan dihindari, dan risiko psikologis, yaitu. risiko tidak terlihat,
tidak dapat dihitung, dapat diprediksi tetapi belum tentu dapat dihindari. 

1. Resiko Riil, adalah resiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi dan
bisa dihindari. Termasuk dalam risiko ini adalah:
a. Kehilangan modal baik yang sudah ditanam dan akan ditanamkan
ke dalam perusahaan
b. Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, di masa
sekarang ataupun masa depan
c. Kehilangan mata pencaharian untuk menutupi kebutuhan sehari-hari
d. Kehilangan kendali atas kekuasaan yang selama ini dimilikinya
(decision-making) karena ada pengalihan gaya bisnis keluarga
menjadi gaya bisnis profesional
2. Resiko Psikologis, adalah resiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa
diantisipasi, tetapi belum tentu bisa dihindarkan. Termasuk dalam risiko ini
adalah:

a. Kehilangan reputasi (hilang muka, nama besar, citra, dsb) dan risiko
menanggung malu

b. Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain (Menjadi
paranoid atau blind-dependency)

c. Kehilangan perasaan mampu yang akan menyebabkan hilangnya rasa


percaya diri

d. Kehilangan jati diri (terutama bagi mereka yang sudah menganggap


keberadaan perusahaan sebagai keberadaan dirinya sendiri)

e. Kehilangan motivasi untuk berjuang

Dari empat risiko nyata yang dihadapi pengusaha di atas, risiko terakhir
adalah risiko yang sering diabaikan dan sangat diabaikan, yaitu hilangnya kendali
atau kekuasaan akibat peralihan dari gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis
profesional. Banyak pengusaha merasa bahwa risiko ini tidak perlu
dipertimbangkan dan masih bersikeras mempertahankan cara lama berbisnis di
perusahaan mereka. Nyatanya, gaya ini seringkali tidak bertahan lama dan bisa
menimbulkan kerugian lebih lanjut (kehilangan peluang). Di sisi lain, menerapkan
gaya bisnis ini mengakibatkan para profesional tidak mampu melakukan yang
terbaik.

Efek terbesar mengabaikan risiko ini adalah lambatnya perkembangan


perusahaan dan ketidakefektifan sumber daya yang tersedia. Meskipun perputaran
perusahaan konstan, biayanya lebih tinggi karena investasi baru dan ini
menyebabkan penurunan hasil. Selain itu, karyawan menjadi bingung karena
banyak keputusan bersifat dikotomis dan tidak memiliki arah yang jelas, yang
sesuai dengan kebingungan dan ketidakjelasan sikap pengusaha. Ibarat perusahaan
menjadi mobil mewah dengan kapasitas 4000cc dan harga beli miliaran, tapi
hanya bisa dipakai beberapa kali saat liburan karena biaya operasional di Jakarta
setelah berjam-jam jauh dari kantor. Curah hujan sangat tinggi.

Alhasil, pemilik mengencangkan ikat pinggangnya dan berusaha


mengurangi pengeluaran lain, biasanya pengeluaran variabel seperti gaji, fasilitas
dan logistik, demi menjaga arus kasnya. Keuntungan berubah menjadi kerugian
dan pemiliknya membakar lebih banyak lagi hanya untuk menutupi biaya yang
meningkat. Menurut Walter Wriston (dalam buku Chouch, 2002), kondisi di atas
seharusnya tidak terjadi jika pengusaha telah menyiapkan infrastruktur manusia
setelah keputusan untuk mengembangkan bisnis. Pada kenyataannya, perencanaan
tenaga kerja jarang dilakukan oleh pengusaha dan sering dilupakan.

Penempatan profesional di perusahaan menjadi proses yang tidak teratur


yang sering mengarah pada peretasan profesional, meskipun tidak ada kepastian
bahwa profesional peretasan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan oleh karena
itu kekecewaan di kalangan pengusaha tidak jarang terjadi. . Menurut Douglas
McGregor (dalam Sadarachmat, 2001) ada dua jenis teori yang menunjukkan sifat
manusia bekerja, yaitu Teori X dan Teori Y. Teori X menganggap bahwa manusia
pada dasarnya malas dan selalu berusaha sesedikit mungkin. tidak punya ambisi,
tidak mau berinisiatif, mereka hanya ingin rasa aman, mereka tidak punya
tanggung jawab. Pada saat yang sama, Teori Y mengasumsikan bahwa orang pada
dasarnya tidak menolak kebutuhan akan organisasi dan menganggap pekerjaan
sebagai aktivitas atau kebutuhan alami, seperti makan, tidur, istirahat, dll.
Seseorang selalu siap dan mau bertanggung jawab. Berdasarkan teori ini, kita
dapat membayangkan betapa sulit dan sulitnya mengelola suatu organisasi ketika
asumsi Teori X ada di sekitar kita. Hal ini menghambat perkembangan
kewirausahaan.  
G. Kendala dalam Berwirausaha

Mengapa begitu sulit bagi seorang pengusaha untuk menyerahkan kendali perusahaan
kepada para profesionalnya? Jawabannya adalah banyak dari mereka yang frustasi dengan para
profesional yang seringkali bersikap angkuh dan tidak ada kaitannya dengan kebutuhan, visi dan
misi pengusaha. Rasa frustrasi pemilik kemudian diterjemahkan ke dalam keluhan bahwa sangat
sulit menemukan manajer atau orang yang tepat, apalagi profesionalisme tingkat tinggi. Berikut
adalah beberapa contoh kendala yang sering dikeluhkan oleh para pengusaha:

1. Kita bukannya tidak mau memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada para
profesional tetapi tolonglah carikan orang yang tepat. Kita sering kecewa dengan para
manager.
2. Kita sulit untuk berbisnis besar di Indonesia karena kualitas sumberdaya manusianya begitu
rendah sehingga tidak mungkin produktivitas itu tinggi
3. Yang paling susah punya bisnis di Indonesia adalah urusan ketenaga-kerjaan; susah sekali
mengatur orang, sudah malas, bodoh, tidak mau mengerti, bisahanya menuntut, dan harus
diatur dengan keras karena seringkali diberi hati malah minta ampela.

Keluhan seperti di atas seharusnya tidak muncul jika para pengusaha sudah menyiapkan
infrastruktur manusia setelah keputusan untuk mengembangkan usaha. Sama halnya dengan
perencanaan keuangan, sumber daya ini harus dirinci dan diselaraskan dengan jelas dengan rencana
pengembangan perusahaan. Yang perlu diperhatikan adalah arah pengembangan perusahaan, skala
dan fungsi departemen sumber daya manusia yang dibutuhkan (manajer lini atau manajer senior),
kualitas sesuai dengan visi dan keadaan perusahaan, serta wewenang dan tanggung jawab yang akan
diberikan kepada itu, yang sesuai dengan perusahaan dan kepribadian wirausaha, dll

Pada kenyataannya, perencanaan tenaga kerja jarang dilakukan oleh pengusaha dan sering
dilupakan. Lebih sering karyawan baru dicari dan dipekerjakan ketika kebutuhan mendesak. Dalam
hal ini, proses lamaran profesional seringkali tidak efektif karena dilakukan dengan tergesa-gesa
dan tanpa perencanaan yang matang. Penempatan spesialis di perusahaan menjadi tambal sulam.
Oleh karena itu, sering terjadi peretasan oleh tenaga profesional, meskipun belum tentu seorang
peretas profesional dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam kondisi dan iklim kerja yang
berbeda. Pengusaha seringkali kecewa pada akhirnya, apalagi biaya perekrutan biasanya cukup
tinggi. Idealnya, proses rekrutmen dan seleksi harus melalui beberapa tahapan, antara lain
perencanaan dan standar kualitas staf yang detail, sehingga perusahaan mendapatkan tenaga
profesional yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 
H. Kesimpulan

Kehadiran dan peran pengusaha mempengaruhi pembangunan ekonomi dan memperbaiki


keadaan ekonomi Indonesia saat ini karena pengusaha dapat menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan distribusi pendapatan, memanfaatkan dan
memobilisasi sumber daya untuk meningkatkan produktivitas negara dan meningkatkan
produktivitas negara. kesejahteraan negara . Dengan demikian, peningkatan pengembangan
kewirausahaan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Kewirausahaan memainkan peran
penting dalam pengembangan ekonomi Islam. Kewirausahaan meningkatkan kesejahteraan umat
Islam secara keseluruhan dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi,
mengembangkan infrastruktur, mengurangi kemiskinan, memperkuat ekonomi dan menerapkan
nilai-nilai Islam dalam bisnis. Kewirausahaan membantu mengurangi pengangguran, merangsang
pertumbuhan ekonomi dan membangun infrastruktur ekonomi yang diperlukan. Selain itu,
kewirausahaan juga berperan dalam pengentasan kemiskinan, penguatan masyarakat dan penerapan
nilai-nilai Islam dalam bisnis. Kewirausahaan karena itu memiliki dampak positif dalam
membangun ekonomi yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi umat Islam dan masyarakat pada
umumnya.  

I. Daftar Pustaka

Fajri, A. (2021). Peran kewirausahaan dalam pembangunan ekonomi. Iqtishodiyah: Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam, 7(2), 104-112.

Darojah, Z., Quro’i, M. D., & Dewi, D. K. (2018). Peran Kewirausahaan Dalam Pertumbuhan
Ekonomi Islam Di Indonesia. Maliyah: Jurnal Hukum Bisnis Islam, 8(2), 218-253.

Chrysnaputra, R. D., & Pangestoeti, W. (2021). Peran dan Fungsi Kewirausahaan Islam dalam
Pembangunan Ekonomi Indonesia. Al-Iqtishod: Jurnal Ekonomi Syariah, 3(1), 28-48.

Mulyani, S., & Asnawi, N. (2022). Peran Strategis Kewirausahaan dalam Pembangunan (Tinjauan
Pendekatan Ekonomi Islam). Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(3), 2958-2965.

Sari, I. (2022). Peran Kewirausahaan Dalam Pertumbuhan Ekonomi. OSF Preprints. May, 23.

Sara, K. D., & Fitryani, F. (2020). Peran Kewirausahaan Dan E-Commerce Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Dalam Perspektif Islam.
Jurnal EMA, 5(2), 66-76.
HAVI, I. F. (2022). PERAN WIRAUSAHA DALAM MENGATASI EKONOMI BANGSA.
PERAN WIRAUSAHA DALAM MENGATASI EKONOMI BANGSA.

Effendy, Y., Andriawan, A., Rawati, M., Hawari, R., & Al-Amin, A. A. (2023). Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Islam Di Sumatera Barat. Jurnal Ilmiah
Ekonomi, Manajemen Dan Syariah (JIEMAS), 2(2), 121-128.

Mutiarasari, A. (2018). Peran entrepreneur meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi


tingkat pengangguran. Dinar: Jurnal Prodi Ekonomi Syariah, 1(2), 51-75.

Salsabila, S., & Rohman, A. (2023). IDENTIFIKASI MINAT DALAM MEMILIH KARIER
WIRAUSAHA PADA MAHASISWA EKONOMI SYARIAH FAKULTAS
KEISLAMAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA. Jurnal Ilmiah Manajemen,
Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 7(2), 191-207.

Hossain, M. M., et al. (2021). The Role of Entrepreneurship in Economic Development: Evidence
from Islamic Banks in Bangladesh. Journal of Islamic Accounting and Business Research,
12(2), 327-342.

Hossain, M. M., et al. (2022). The Role of Entrepreneurship in Economic Development: Evidence
from Islamic Banks in Malaysia. Journal of Islamic Business and Management, 12(1), 92-
107.

Huda, N., & Amin, H. (2019). The Role of Entrepreneurship in Islamic Economic Development:
Evidence from Muslim Countries. Journal of Entrepreneurship in Emerging Economies,
11(1), 70-94.

Ibrahim, F., et al. (2020). The Role of Islamic Microfinance in Promoting Entrepreneurship and
Economic Development: A Case Study of Indonesia. Journal of Islamic Marketing, 11(6),
1484-1499.

Ishaq, M., et al. (2021). Entrepreneurship and Economic Development: The Role of Islamic Finance
in Pakistan. Journal of Islamic Banking and Finance, 8(2), 1-15.

Ishaq, M., et al. (2022). Entrepreneurship and Economic Development: A Comparative Analysis of
Islamic and Conventional Microfinance Institutions in Pakistan. Journal of Islamic
Accounting and Business Research, 13(1), 135-150.
Khan, M. R., et al. (2022). Entrepreneurship and Economic Development: A Comparative Analysis
of Muslim and Non-Muslim Countries. Journal of Islamic Marketing, 13(3), 581-596.

Khan, M. S., et al. (2021). Entrepreneurship and Economic Development: The Role of Islamic
Microfinance in Pakistan. Journal of Islamic Business and Management, 11(2), 115-131.

Mohammad, N. A., et al. (2021). The Role of Entrepreneurship in Economic Development:


Evidence from Islamic Microfinance Institutions in Bangladesh. Journal of Islamic
Marketing, 12(4), 919-933.

Mohd Noor, N. M., & Ramli, R. (2020). Entrepreneurship and Economic Development: The Role
of Islamic Banks in Malaysia. Journal of Islamic Marketing, 11(2), 562-577.

Rahman, M. H., et al. (2022). The Role of Entrepreneurship in Economic Development: Evidence
from Islamic Microfinance Institutions in Malaysia. Journal of Islamic Marketing, 13(1),
107-122.

Rahman, R. A., & Ramli, R. (2020). Entrepreneurship Education and Economic Development: A
Study of Islamic Higher Education Institutions in Malaysia. Journal of Education and
Entrepreneurship, 7(1), 16-26.

Rahman, R. A., et al. (2022). Entrepreneurship and Economic Development: The Role of Islamic
Microfinance in Bangladesh. Journal of Islamic Marketing, 13(2), 405-420.

Saidi, N. F. S. M., & Ahmad, R. (2019). Entrepreneurship and Economic Development: A Case
Study of Islamic Microfinance Institutions. International Journal of Islamic Business, 4(1),
37-51.

Sarker, M. A. R., et al. (2022). Entrepreneurship and Economic Development: A Comparative


Analysis of Islamic and Conventional Banks in Bangladesh. Journal of Islamic Accounting
and Business Research, 13(2), 368-383.

Sulong, S. Z., et al. (2020). Entrepreneurship and Economic Development: The Role of Islamic
Microfinance in Malaysia. Journal of Islamic Accounting and Business Research, 11(6),
1303-1320.

Tariq, A., et al. (2021). Entrepreneurship and Economic Development: The Role of Islamic Banking
in Pakistan. Journal of Islamic Business and Management, 11(1), 40-55.
Youssef, M. A., et al. (2021). Entrepreneurship and Economic Development: A Comparative Study
of Muslim and Non-Muslim Countries. Journal of Islamic Marketing, 12(2), 437-452.

Zahid, M. H., et al. (2021). Entrepreneurship and Economic Development: The Role of Zakat-based
Microfinance Institutions in Pakistan. Journal of Islamic Accounting and Business
Research, 12(3), 643-658.

Zahid, M. H., et al. (2022). Entrepreneurship and Economic Development: The Role of Islamic
Microfinance in Indonesia. Journal of Islamic Accounting and Business Research, 13(4),
824-839.

Anda mungkin juga menyukai