Anda di halaman 1dari 11

Nama : Dini Maulida

NIM : 222350029
Kelas : Manajemen B

SISTEM EKONOMI BERBASIS TUHAN

A. Latar Belakang Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan


Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada ketuhanan dan etika. Itu
berasal dari etika Islam. Allah SWT sengaja menurunkan Islam kepada seluruh umat manusia.
Sehingga ekonomi Islam bekerja dengan segenap kekuatannya untuk memampukan manusia hidup
dengan baik dan sukses. Namun, ini bukanlah tujuan akhir, seperti di negara lain. Ekonomi Islam
dimulai dengan Allah sebagai satu-satunya tuhan dan juga memiliki tujuan akhir pada Allah (Allah
Kaghoyatul Ghoyyah). Aspek yang sangat luar biasa dari ekonomi Islam adalah bahwa proses
pembagian kekayaan dan berbagai urusan kegiatan ekonomi ini dijiwai dengan perasaan bahwa
setiap kegiatan ekonomi selalu di bawah kendali Allah (muraqabatullah) dan selalu di bawah
kendali Allah (ma iyatullah).
Sistem ekonomi berdasarkan Ketuhanan adalah pendekatan manajemen ekonomi yang
menekankan prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai spiritual sebagai dasar utama untuk mengelola
kehidupan ekonomi. Sistem ini menggabungkan prinsip-prinsip agama dengan prinsip-prinsip
ekonomi untuk menciptakan kerangka kerja yang adil, berkelanjutan dan manusiawi. Dalam bab ini
kita membahas konsep, prinsip, dan implikasi dari sistem ekonomi berbasis Tuhan. Manusia bisa
melakukan apa saja, yang terpenting jangan sampai melampaui batas yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT. Ia dapat terlibat dalam kegiatan produktif seperti bertani, perkebunan, pengolahan
makanan dan minuman. Dia juga dapat terlibat dalam kegiatan distribusi seperti bisnis atau di
sektor jasa seperti transportasi, kesehatan, dll. 
Manufaktur adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa yang kemudian digunakan
oleh konsumen. Distribusi memungkinkan produk Anda menjangkau pengguna akhir dengan biaya
serendah mungkin tanpa mengorbankan kepuasan pelanggan. Sebuah perusahaan memproduksi atau
memproduksi barang dan jasa dan kemudian berusaha untuk menjualnya sebagai bagian dari
operasi bisnisnya. Orang mengkonsumsi barang dan jasa ini dengan membelinya sesuai dengan
daya beli atau permintaan efektif.
Dalam sebuah perusahaan, karyawan ibarat produsen yang menyediakan jasa, dan konsumen
adalah orang yang menggunakan jasa tersebut. Untuk menghasilkan barang dan jasa, suatu
perusahaan membutuhkan karyawan, dan karyawan dengan etika profesi yang baik. Etika
didefinisikan sebagai kegiatan (standar perilaku) yang memandu individu dalam mengambil
keputusan. Etika mempelajari tindakan benar dan salah dan pilihan moral seseorang. Jadi, perilaku
etis adalah perilaku yang mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.  Dalam Islam,
banyak dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Hadis tentang cara berbuat baik kepada sesama muslim
antaranya adalah sabda Nabi SAW yang berbunyi :

Artinya: ” Bertakwalah engaku kepada Allah dimana pun engkau berada. Ikutilah (perbuatan)
yang buruk dengan (perbuatan) yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu akan
menghapus perbuatan yang buruk dan, gaulilah manusia dengan budi pekerti yang baik.”
Secara sederhana, pelayanan dapat diartikan sebagai “melakukan sesuatu untuk orang lain”.
Namun, tidak mudah menemukan kata yang cocok dalam bahasa Indonesia yang cocok untuk istilah
ini. Setidaknya ada tiga kata yang dapat dikaitkan dengan istilah ini, yaitu pelayanan, pelayanan dan
pelayanan. Karena jasa biasanya mencerminkan produk tidak berwujud atau industri tertentu seperti
pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, transportasi, asuransi, perbankan, perhotelan, konstruksi,
ritel, umpan balik, dll. 
Di dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan atau konsumen, karyawan harus bekerja
secara profesional dan terampil. Sifat professional digambarkan dalam Al- Qur’an Surat Al- Isra’
(17): 84

Artinya: Katakanlah: masing-masing bekerja menurut bentuknya (bakatnya), Tuhanmu lebih


mengetahui orang yang mendapat jalan yang terlebih baik”. (QS.Al-Isra’: 84)
Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap orang yang bekerja itu sesuai dengan kemampuannya.
Artinya seseorang harus bekerja dengan penuh ketekunan dan mencurahkan semua keahliannya.
Maka apa saja yang dilakukan seseorang dalam bekerja yang sesuai dengan keahliannya maka akan
menghasilkan hal-hal yang optimal. Di samping memberikan pelayanan yang baik, para karyawan
juga dituntut untuk memiliki sikap ramah dan mudah tersenyum. Dengan tersenyum maka akan
melahirkan cinta, kasih sayang dan orang lain akan merasa lebih dihargai.
Untuk meningkatkan pelayanan yang baik, perusahaan memerlukan sumber daya untuk
melaksanakan proses-proses perusahaan, yang tidak bisa dianggap sebagai bagian yang berdiri
sendiri, melainkan sebagai satu kesatuan yang kuat yang menciptakan sinergi. Dalam hal ini, peran
SDM sangat menentukan. Sumber daya manusia adalah satu-satunya sumber daya yang memiliki
perasaan, keinginan, pengetahuan, motivasi, kekuatan dan karya (hubungan, rasa dan tujuan).
Semua peluang SDM ini memengaruhi upaya organisasi untuk menetapkan tujuan.
Dalam dunia yang kompetitif, perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang kuat.
Persaingan akan semakin banyak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus
mampu meningkatkan sumber daya manusianya. Dalam pengelolaan SDM, karyawan merupakan
sumber daya (aset) terpenting perusahaan dan karenanya harus dijaga dengan baik. Manajemen
sumber daya manusia adalah masalah terbesar perusahaan karena melalui departemen sumber daya
manusia sumber daya perusahaan lainnya dapat berfungsi dengan baik.  
B. Sejarah Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan
Ekonomi berbasis Tuhan memiliki akar sejarah yang kuat dalam berbagai agama dan
kepercayaan spiritual di seluruh dunia. Meski detailnya berbeda-beda, gagasan menggabungkan
prinsip agama dengan prinsip ekonomi sudah ada sejak zaman kuno. Dalam agama Hindu ada
konsep "Dharma" yang mencakup prinsip-prinsip moral dan etika dalam kehidupan. Dharma
mencakup tanggung jawab individu untuk kehidupan sehari-hari, termasuk masalah keuangan.
Konsep ini menekankan pentingnya berbisnis secara etis, adil dan berbakti kepada Tuhan. Dalam
agama Buddha, terdapat konsep "Jalan Mulia Beruas Delapan", yang mencakup prinsip-prinsip
etika kehidupan, termasuk ekonomi.
Konsep ini mencakup praktik-praktik seperti The Right Livelihood, yang menekankan
pentingnya memilih pekerjaan yang jujur, bermanfaat, dan tidak berbahaya. Saat ini terdapat sistem
ekonomi dalam Islam yang dikenal dengan “Ekonomi Islam” atau “Ekonomi Syariah”. Sistem itu
didasarkan pada prinsip-prinsip Alquran dan Hadits, yang meliputi larangan riba (bunga), larangan
spekulasi yang berlebihan, dan distribusi sumber daya yang adil. Prinsip-prinsip ini mengarah pada
sistem keuangan berdasarkan prinsip bagi hasil dan keadilan sosial. Pada abad ke-16, Reformasi
mempengaruhi perkembangan sistem ekonomi di Eropa. Tokoh-tokoh seperti Martin Luther dan
John Calvin mengajarkan nilai-nilai seperti kerja keras, kejujuran, berhemat dan tanggung jawab
sosial. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar etika Protestan yang kemudian mempengaruhi
perkembangan sistem kapitalis di Eropa.
Selain pengaruh agama, pemikir seperti Mahatma Gandhi dan E.F. Schumacher
mengembangkan konsep ekonomi yang lebih luas berdasarkan ketuhanan. Mereka menekankan
pentingnya menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebaikan bersama di atas pertumbuhan
ekonomi tanpa batas. Penting untuk dicatat bahwa sistem ekonomi berbasis Tuhan berkembang dan
berubah dari waktu ke waktu. Perkembangan ini mencerminkan perubahan sosial, politik dan
budaya masyarakat serta perbedaan interpretasi terhadap agama dan nilai-nilai spiritual. 
C. Karakteristik Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan
Sistem ekonomi berbasis Tuhan memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan sistem
ekonomi tradisional. Ciri mendasar dari sistem ekonomi berbasis Tuhan adalah berpusat pada
Tuhan atau nilai-nilai spiritual. Sistem ini didasarkan pada prinsip-prinsip agama atau keyakinan
spiritual yang memandu tindakan dan keputusan ekonomi. Ketuhanan menjadi landasan moral dan
etika dalam semua aspek kegiatan ekonomi.
Sistem ekonomi yang berdasarkan Tuhan juga menekankan pentingnya keadilan dan kesetaraan
dalam distribusi sumber daya. Prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, solidaritas, dan kepedulian
terhadap yang terpinggirkan dan rentan adalah yang terpenting. Tujuan utama mereka adalah untuk
mencapai keseimbangan sosial dan memastikan keadilan bagi semua anggota masyarakat.
Keberlanjutan dan perlindungan lingkungan juga merupakan fitur penting dari sistem ekonomi
berbasis Tuhan. Konsep ini mempromosikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan,
pengurangan limbah dan penggunaan energi terbarukan. Lingkungan hidup dianggap sebagai titah
Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan demi kelangsungan hidup manusia. Sistem ekonomi yang
berlandaskan Tuhan menekankan pentingnya etika dan kejujuran dalam segala aspek kegiatan
ekonomi. Nilai ditempatkan pada praktik bisnis yang jujur, transparan, dan bertanggung jawab.
Pelaku ekonomi diharapkan untuk mempertimbangkan implikasi sosial, moral dan spiritual dari
keputusan dan tindakan mereka.
Kemudian dijelaskan bahwa sistem ekonomi berbasis Tuhan mendorong pemberdayaan
masyarakat dan partisipasi dalam pengambilan keputusan ekonomi. Masyarakat dipandang sebagai
mitra dalam mencapai tujuan ekonomi yang lebih luas. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
ekonomi dan pengambilan keputusan dihargai dan didorong. Pada saat yang sama, sistem ekonomi
berbasis ketuhanan mengakui keragaman nilai-nilai spiritual dan kepercayaan suatu masyarakat. Ini
mencerminkan fakta bahwa ada berbagai agama, kepercayaan, dan tradisi spiritual di dunia. Sistem
ini menghormati dan mengakomodasi perbedaan tersebut untuk menciptakan persatuan dan
perdamaian. Perlu dicatat bahwa karakteristik sistem ekonomi berbasis Tuhan dapat bervariasi
tergantung pada agama yang mendasari atau kepercayaan spiritual, budaya dan konteks sosial-
politik masyarakat masing-masing. 
D. Konsep Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan
Konsep sistem ekonomi berbasis ketuhanan menekankan pentingnya mengintegrasikan
prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai spiritual ke dalam kerangka kerja ekonomi. Berikut adalah
beberapa aspek inti yang melandasi konsep tersebut:
1. Tujuan dan Makna Ekonomi
Sistem ekonomi berbasis Tuhan melihat ekonomi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi dalam kehidupan manusia. Tujuan-tujuan ini termasuk mencapai kesejahteraan
material dan spiritual, melayani orang lain, dan mencapai keadilan sosial. Ekonomi
dipandang sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan, perkembangan pribadi dan
keseimbangan dalam hidup. 
2. Keadilan dan Kesetaraan
Prinsip keadilan merupakan landasan terpenting dalam sistem ekonomi berbasis Tuhan. Ini
membutuhkan distribusi sumber daya dan kekayaan yang adil dan perlakuan yang sama
terhadap semua individu dan kelompok dalam masyarakat. Keadilan ekonomi mencakup
perlindungan hak asasi manusia, pemberantasan kemiskinan, penghapusan ketidaksetaraan
ekonomi, dan penggunaan kesempatan dan sumber daya yang setara. 
3. Etika dan Nilai-nilai
Sistem ini menekankan pentingnya etika dan nilai-nilai dalam semua bidang kegiatan
ekonomi. Etika bisnis berdasarkan prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai moral memandu
pengambilan keputusan keuangan. Prinsip-prinsip seperti kejujuran, integritas, kepercayaan,
tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap kebaikan bersama adalah yang terpenting. 
4. Keberlanjutan dan Lingkungan
Sistem ekonomi yang berlandaskan Tuhan mengakui ketergantungan manusia pada
lingkungan alam dan pentingnya menjaga keseimbangan ekologis. Penggunaan sumber daya
alam yang bertanggung jawab dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan menjadi
perhatian penting. Sistem ini mempromosikan prinsip-prinsip seperti kelestarian lingkungan,
pengurangan gas rumah kaca, penggunaan energi terbarukan dan konservasi alam. 
5. Solidaritas dan Ketergantungan Sosial
Sistem ekonomi yang berdasarkan Tuhan mendorong solidaritas sosial dan saling
ketergantungan antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Merawat orang lain,
bekerja sama dan berbagi sumber daya adalah prinsip penting. Sistem ini mendorong
berkembangnya masyarakat yang inklusif di mana kepentingan bersama dan kebaikan
bersama lebih diprioritaskan daripada kepentingan individu. 
Dalam prakteknya, konsep sistem ekonomi berbasis ketuhanan akan berbeda-beda tergantung pada
agama, budaya, dan konteks sosial yang dominan. Setiap agama mungkin memiliki ajaran dan nilai-
nilai yang khas dalam hubungannya dengan ekonomi.
E. Implikasi Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan
Sistem ekonomi berbasis ketuhanan memiliki beberapa implikasi yang relevan dalam
konteks ekonomi dan masyarakat. Berikut adalah beberapa implikasi yang dapat timbul dari
penerapan sistem ekonomi berbasis ketuhanan:
1. Etika Bisnis
Dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Ketuhanan, etika bisnis yang berlandaskan
prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai moral sangatlah penting. Ini berarti bahwa perusahaan
berkomitmen pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas, tanggung jawab sosial, dan
kepedulian terhadap kebaikan bersama. Oleh karena itu, praktik-praktik tidak etis seperti
penipuan, korupsi, eksploitasi karyawan, dan praktik bisnis yang merusak lingkungan harus
dihindari. 
2. Pembangunan Berkelanjutan
Sistem ekonomi berbasis Tuhan menekankan pentingnya keberlanjutan yang meliputi aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi harus memperhitungkan
efek jangka panjang dan mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan manusia, dan perlindungan lingkungan alam. Ini mungkin termasuk
penggunaan energi terbarukan, praktik pertanian berkelanjutan, pengurangan limbah dan
perlindungan ekosistem. 
3. Keadilan Sosial
Suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Tuhan memiliki keadilan sosial sebagai tujuan
utamanya. Ini berarti bahwa sistem ekonomi harus memperhitungkan dan mengurangi
perbedaan ekonomi dan sosial antara individu dan kelompok. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan kebijakan ekonomi yang mendukung pemerataan kesempatan, pemerataan
sumber daya, perlindungan hak asasi manusia dan pengentasan kemiskinan. Prinsip ini
mendorong kepedulian terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan rentan dalam
masyarakat. 
4. Pemberdayaan Masyarakat
Sistem ekonomi berbasis Tuhan mendorong pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari
proses pembangunan ekonomi. Hal ini membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pengambilan keputusan keuangan, pengembangan usaha mikro dan kecil serta membangun
masyarakat yang inklusif. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendorong
kemandirian ekonomi masyarakat, pendidikan, dan akses yang sama terhadap sumber daya
dan kesempatan. 
5. Pencapaian Tujuan Spiritual
Sistem ekonomi yang berlandaskan Tuhan mengakui pentingnya pencapaian tujuan spiritual
dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ekonomi yang tidak
hanya berfokus pada perolehan materi, tetapi juga pada kesejahteraan spiritual, pelayanan
kepada orang lain, dan pertumbuhan pribadi. 
F. Perkembangan Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan
Perkembangan sistem ekonomi berbasis Tuhan melewati beberapa fase dan perubahan
sepanjang sejarah. Pada zaman dahulu, konsep sistem ekonomi berbasis Tuhan dapat ditelusuri
kembali ke zaman kuno di berbagai peradaban. Misalnya, Mesopotamia kuno memiliki praktik
ekonomi yang berpusat pada kuil-kuil religius dan kepercayaan akan perlindungan ilahi atas
aktivitas ekonomi. Kuil-kuil ini berfungsi sebagai pusat redistribusi sumber daya komunitas dan
layanan sosial.
Era feodalisme, di mana pada Abad Pertengahan, sistem ekonomi berbasis Tuhan
mencerminkan struktur sosial feodal berdasarkan konsep agama Kristen. Feodalisme didasarkan
pada hubungan antara tuan feodal dan rakyatnya, diatur oleh norma agama dan konvensi sosial.
Gereja juga memainkan peran penting dalam mengatur ekonomi dan distribusi sumber daya.
Setelah itu, ekonomi Islam memiliki sejarah yang kaya dan berkembang di era berikutnya,
sejak awal Islam. Antara abad ke-8 dan ke-14, beberapa negara Muslim, seperti Kekhalifahan
Abbasiyah dan Kesultanan Utsmaniyah, mengembangkan sistem ekonomi berdasarkan prinsip-
prinsip Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
larangan riba (bunga), larangan spekulasi dan adanya mekanisme redistribusi sosial. Melanjutkan
gerakan sosial dan etika abad 19 dan 20, muncul gerakan sosial dan etika yang menekankan
pentingnya nilai spiritual dalam bisnis. Misalnya, Mahatma Gandhi mempromosikan konsep
Swadesh yang menekankan kemandirian ekonomi, produksi lokal, dan distribusi yang adil
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. E.F. Schumacher juga mengembangkan konsep
"ekonomi kecil" atau "ekonomi manusia", yang lebih mengutamakan keseimbangan, keberlanjutan,
dan keadilan sosial.
Dalam beberapa dekade terakhir, kesadaran lingkungan dengan perkembangan sistem
ekonomi berbasis Tuhan, semakin mempengaruhi kesadaran akan masalah lingkungan. Gerakan dan
tanggung jawab lingkungan telah mengarah pada pendekatan ekonomi yang menekankan
konservasi alam, penggunaan energi terbarukan dan perlindungan ekosistem. Perkembangan sistem
ekonomi berketuhanan terus berlangsung sesuai dengan perubahan sosial, budaya dan agama dalam
masyarakat. Dalam konteks global saat ini, upaya dilakukan untuk menghubungkan prinsip-prinsip
ketuhanan dan nilai-nilai spiritual dengan masalah ekonomi yang kompleks seperti globalisasi,
ketidaksetaraan sosial, dan perubahan iklim.  
G. Dampak dari Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan di Indonesia
Dalam konteks Indonesia, penerapan sistem ekonomi berbasis ketuhanan dapat memiliki
beberapa dampak yang signifikan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Keadilan Sosial
Sistem ekonomi berbasis ketuhanan dapat mendorong pemerintah dan lembaga ekonomi
untuk mengadopsi kebijakan yang lebih berpihak kepada keadilan sosial. Hal ini meliputi
upaya untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara kelompok yang berkekurangan dan
kelompok yang lebih mampu. Dampaknya adalah munculnya kebijakan redistribusi yang
bertujuan untuk mendorong inklusivitas dan kesejahteraan bersama.
2. Perlindungan Lingkungan
Prinsip-prinsip ekologi dan keberlanjutan yang mendasari sistem ekonomi berbasis
ketuhanan dapat mempengaruhi perlindungan lingkungan di Indonesia. Pemerintah dan
pelaku ekonomi mungkin akan lebih memperhatikan dampak kegiatan ekonomi terhadap
lingkungan, dan berusaha untuk mengembangkan praktik-produksi yang ramah lingkungan
serta pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Dampaknya adalah perlindungan yang
lebih baik terhadap alam dan lingkungan hidup di Indonesia.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Sistem ekonomi berbasis ketuhanan juga dapat mendorong pemberdayaan masyarakat dalam
proses pembangunan ekonomi. Pemerintah dan pelaku ekonomi dapat memperkuat
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ekonomi, memfasilitasi
pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah, serta meningkatkan akses masyarakat
terhadap sumber daya dan peluang ekonomi. Dampaknya adalah munculnya kesempatan
ekonomi yang lebih merata dan penguatan ekonomi lokal.
4. Etika Bisnis
Penerapan sistem ekonomi berbasis ketuhanan dapat mempengaruhi praktik bisnis di
Indonesia. Prinsip-prinsip etika bisnis yang didasarkan pada nilai-nilai agama dan moral
dapat menjadi panduan dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini dapat mendorong
praktik bisnis yang lebih jujur, transparan, bertanggung jawab, dan berorientasi pada
kesejahteraan umum. Dampaknya adalah terciptanya lingkungan bisnis yang lebih etis dan
adil.
5. Pencapaian Tujuan Spiritual
Sistem ekonomi berbasis ketuhanan dapat memberikan ruang bagi individu dan masyarakat
Indonesia untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam kegiatan ekonomi. Dengan
mengutamakan pencapaian tujuan spiritual dan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan
keadilan, dampaknya adalah terciptanya masyarakat yang lebih berorientasi pada
keseimbangan antara kepentingan materi dan kehidupan spiritual.
Penting untuk dicatat bahwa implementasi sistem ekonomi berbasis ketuhanan di Indonesia akan
melibatkan berbagai faktor, termasuk dukungan pemerintah, perubahan kebijakan, kesadaran
masyarakat, dan integrasi nilai-nilai agama dalam praktek ekonomi.
H. Dampak dari Sistem Ekonomi Berbasis Ketuhanan di Dunia
Penerapan sistem ekonomi berbasis ketuhanan di seluruh dunia dapat memiliki dampak
yang luas dan bervariasi. Dalam etika bisnis dapat dijelaskan bahwa sistem ekonomi berbasis
ketuhanan dapat memberikan landasan etis yang kuat bagi praktik bisnis. Hal ini dapat
menghasilkan perubahan dalam praktik bisnis yang lebih adil, transparan, dan bertanggung jawab.
Prinsip-prinsip seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sosial dapat mempengaruhi cara
perusahaan beroperasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Dampaknya adalah terciptanya
lingkungan bisnis yang lebih beretika dan berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Kesejahteraan Sosial dalam sistem ekonomi berbasis ketuhanan juga dapat mendorong
pemerintah dan lembaga ekonomi untuk memprioritaskan kesejahteraan sosial sebagai tujuan
utama. Ini berarti adanya upaya untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, meningkatkan
akses terhadap pendidikan, perumahan, perawatan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Dampaknya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konteks keberlanjutan lingkungan, prinsip-prinsip keberlanjutan yang ditekankan
dalam sistem ekonomi berbasis ketuhanan dapat memiliki dampak positif pada perlindungan
lingkungan. Lebih banyak perhatian diberikan pada penggunaan sumber daya yang berkelanjutan,
pengurangan emisi gas rumah kaca, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan pelestarian ekosistem.
Dampaknya adalah terciptanya lingkungan yang lebih seimbang dan lestari bagi generasi
mendatang.
Adapaun munculnya keadilan global dimana sistem ekonomi berbasis ketuhanan juga dapat
mempromosikan keadilan global. Prinsip-prinsip seperti perdagangan yang adil, pengurangan
kemiskinan, dan kerja sama internasional dapat diperkuat. Hal ini dapat membantu mengatasi
ketimpangan ekonomi antar negara dan mendorong solidaritas global. Dampaknya adalah
terciptanya sistem ekonomi yang lebih inklusif dan berkeadilan di tingkat internasional.
Pencapaian Tujuan Spiritual dalam sistem ekonomi berbasis ketuhanan mengakui
pentingnya pencapaian tujuan spiritual dalam kehidupan manusia. Dampaknya adalah
mempromosikan kesadaran akan nilai-nilai non-materi dalam ekonomi, seperti pelayanan kepada
sesama, empati, belas kasih, dan pencarian makna hidup yang lebih dalam. Hal ini dapat membawa
kebahagiaan dan kepuasan yang lebih holistik bagi individu dan masyarakat.
Pengaruh sistem ekonomi berbasis ketuhanan di dunia akan bervariasi tergantung pada
implementasinya di masing-masing negara, kondisi sosial-politik, budaya, dan agama yang
dominan. Faktor-faktor tersebut akan berperan dalam menentukan sejauh mana dampak-dampak ini
dapat direalisasikan.

Daftar Pustaka
Ali, H., Asutay, M., & Rehman, S. (Eds.). (2020). Islamic Finance and the Socially Responsible
Investment Movement: Aligning Shared Values. Springer.
Andini (2022). Pengaruh Penerapan Sistem Ekonomi Syariah Di Kalangan Remaja. Vol. 3 No. 2
(2022): Eco-Iqtishodi : Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Keuangan Syariah.
https://doi.org/10.32670/ecoiqtishodi.v3i2.853
Ayuningsih Purbasari, Verbena (2022) Implementasi Sistem Ekonomi Pancasila dalam Kebijakan
Pemerintah Indonesia. Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN:
2808-1102) Vol. 2, No. 1 (2022), pp;27-42.
Badruzaman, Dudi. (2019).IMPLEMENTASI HUKUM EKONOMI SYARI’AH PADA
LEMBAGA KEUANGAN SYARI`AH. Maro: Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis 2(2), 81-
95
Choudhury, M. A. (2021). Ethical Economics: Islamic Perspectives on Markets, State and Welfare.
Routledge.
El-Gamal, M. A. (2021). Islamic Finance: Law, Economics, and Practice. Cambridge University
Press.
El-Gari, M. A. (2020). Islamic Economics: Theory and Practice. Palgrave Macmillan.
Fadilah, N. (2019). Tantangan dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Journal Of Digital Education, Communication, And Arts (Deca), Vol. 2. No. 2,
66-78.
Farid Wadji, Suhrawardi K. Lubis,. (2020) Hukum Ekonomi Islam, Ediisi Refisi, Cet, ke.1,
(Jakarta: Sinar Grafika.
Gaol, Jonner Lumban (2019) Rekonstruksi Sistem Pembayaran Non Tunai Dalam Sistem Ekonomi
Di Indonesia Berbasis Nilai Keadilan. Doctoral thesis, Universitas Islam Sultan Agung.
Goodhart, C. A. (2021). Spiritualizing Economics: The Catholic Tradition and Economic Theory.
Oxford University Press.
https://id.scribd.com/document/453514242/Makalah-SISTEM-EKONOMI-SYARIAH
Huda, N., & Abdullah, N. (Eds.). (2020). Islamic Economics and Economic Justice: Issues and
Challenges. Routledge.
Iqbal, M. (2020). Islamic Finance and Economic Development: Risk, Regulation, and Corporate
Governance. Palgrave Macmillan.
Jamil, I., & Ullah, I. (Eds.). (2020). Islamic Economics and Finance: A Contemporary Analysis.
Springer.
Kamali, M. H. (2021). Ethical Underpinnings of Islamic Economics and Finance. IBFIM.
Mahfudhoh, Zuhrotul,. & Santoso, Lukman. (2020). Analisis Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Jual Beli Melalui Media Online Di Kalangan Mahasiswa. SERAMBI: Jurnal
Ekonomi Manajemen dan Bisnis Islam 2(1), 29-40
Mannan, M. A. (2020). Islamic Economics and Finance: An Introduction. Routledge.
Mirakhor, A., & Askari, H. (Eds.). (2021). Ethics and Economics in Islam: Critical Perspectives on
Islamic Banking and Financial Institutions. Springer.
Ramadani, V., Dana, L. P., & Ratten, V. (2021). Religion and Spirituality in Management and
Business: Emerging Perspectives in Entrepreneurship, Leadership, and HRM. Springer.
Riyanti, R., & Harnantio, M. E. (2022). KONSEP EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS
HUKUM TRANSENDENTAL. Jurnal Kelola: Jurnal Ilmu Sosial, 5(1), 13-22.
https://doi.org/10.54783/jk.v5i1.490
Salim, A. (2019). Ekonomi Pancasila Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Ekonomi. Penkomi:
Kajian Pendidikan Dan Ekonomi, Vol.2 No.1, 16-30.
Shafique, S., & Hassan, A. (2021). Islamic Banking and Economic Development: Risk, Regulation,
and Governance. Palgrave Macmillan.
Siddiqi, M. N. (2021). Islamic Banking and Finance: What It Is and What It Could Be. Islamic
Research and Training Institute.
Sipra, N. A. (2020). Islamic Economics and Finance: A Primer for the Humanities and Social
Sciences. Routledge.
Syamsul Effendi Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma, Rbandingan Sistem Ekonomi Islam
Dengan Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sosialis (JRAM) Vol.6, No.2, Desember 2020
Syarif, Fitrianur.(2019).Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. p-ISSN: 2301-
7686 ,e-ISSN: 2684-8449 9(2), 1-1
Warsi, N. A., Aziz, Z. A., & Masih, M. (2020). Islamic Finance and Economy: A Primer. Oxford
University Press.
Farid, dkk (2022). Buku Perekonomian Indonesia. Kota Bandung, Jawa Barat. CV. Media Sains
Indonesia
Hanum, F. (2019). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Industri 4.0. Journal of Chemical
Information and Modeling, 19(1), 30–42.

Anda mungkin juga menyukai