Anda di halaman 1dari 5

LIMA DIMENSI BISNIS

A. DIMENSI EKONOMI
Dari sudut pandang ini, bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Bisnis merupakan tulang punggung kegiatan ekonomi, tanpa bisnis tidak ada
kegiatan ekonomi. Keuntungan diperoleh dari rumus yaitu penjualan dikurangi harga pokok
penjualan dan beban-beban. Menurut akuntan harga pokok penjualan dan beban-beban
merupakaan harta yang dikorbankan. Harta adalah sumber daya ekonomomis yang
dimanfaatkan untuk penjualan periode mendatang. Para ekomonom lebih senang menggunakan
istilah faktor-faktor produksi daripada harta dalam dunia bisnin dan akuntansi. Faktor-faktor
produksi dari sudut ekonomi terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal, dan wiraushawan. Pemilik
tanah memperoleh sewa tanah; tenaga kerja memperoleh upah dan gaji; pemilik modal
memperoleh pendapatan bunga; dan wirausahawan memperoleh keuntungan. Beragam Teknik
dalam memperoleh keuntungan optimal mengajarkan satu cara, yaitu untuk meningkatkan
penjualan sampai sampai tingkat maksimum di satu sisi, sedangkan pada sisi lain lebih menekan
harga pokok penjualan dan beban-beban pada tingkat minimum.
B. DIMENSI ETIS
Pengertian bisnis dilihat dari dimensi ini masih menimbulkan berbagai macam pro dan kontra.
Hal ini dikarenakan semua pihak mempunyai pemahaman yang sama tentang pengertian etika
dan ukuran yang tepat untuk menilai etis-tidaknya suatu tindakan bisnis. Acuan pokok dalam
memperoleh pemahaman tentang definisi etika dan kriteria untuk menentukan suatu tindakan
etis yaitu :
a. Definisi etika adalah tinjauan kritis tentang baik-tidaknya suatu tindakan.
b. Ukuran penilaian menggunakan 3 kesadaran : kesadaran hewani, kesadaran manusiawi,
kesadaran spiritual.
Menurut sudut pandang kesadaran hewani menilai bahwa tindakan dianggap etis jika tindakan
itu menguntukan bagi diri individu dan masyakrat, dan dianggap tidak etis bila merugikan
individu. Sudut pandang kesadaran manusiawi menilai bahwa suatu tindakan dianggap etis jika
bermanfaat bagi masyakarat dan tidak etis bilang merugikan masyarakat. Sudut pandang
kesadaran spiritual suatu tindakan dinilai etis jika bermanfaat bagi individu, masyarakat, dan
alam sesuai dengan ajaran agama. Tidak etis jika menyalahi ajaran agama. Membahas bisnis
dari dimensi etis.
Pertama, kegiatan bisnsi adalah tindakan produktif, artinya kegiatan menghasilkan dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Manusia di dunia ini
membutuhkan sandang, pangan, dan papan untuk bertahan hidup. Namum dalam era modern
ini manusia membutuhkan jenis barang dan jasa lain untuk hidup sejahtera. Aktivitas bisnis
mendukung produksi untuk meningkatkan kemakmuran manusia secara duniawi. Dari sudut
pemahaman ini jelas bahwa tindakan bisnis itu sejalan dan tidak bertentangan dengan ajaran
agama baik ditinjau dari tingkat kesadaran.
Kedua, bila dilihat dari pihak yang memperoleh manfaat dari keuntungan suatu kegiatan dan
tindakan bisnis, isu etika muncul untuk memberikan penilaian atas dampak negatif bagi
masyrakat dan alam. Persoalan etika berhubungan dengan isu keadilan dan dampaknya bagi
masyarakat dan alam. Kegiatan bisnis bisa saja menguntungkan dan bisa saja tidak bila
keuntungan itu tidak adil serta merugikan pihak lain dan menimbulkan kerusakan alam.
Memang tidak mudah menilai suatu tindakan itu etis atau tidak karena ada urukan objektif untuk
menulai ketidakadilan. Serta tidak mudah menghitung nilai kerugian masyarakat atau dampak
kerusakan lingkungan.
C. DIMENSI HUKUM
Hukum dan etika mempunyai hubungan yang erat karena keduanya mengatur perilaku
manusia. De George membedakan dua macam pandangan tentang status perusahaan yaitu legal
creator dan legal recognition. Dari sudut pandang legal creator, perusahaan diciptakan secara
legal oleh negara sehingga perusahaan mempunyai hak dan kewajiban hukum sebagaimana
layaknya hukum yang dimiliki manusia. Dan legal recognition dimana perusahaan bukan
diciptakan atau didirikan oleh negara, melainkan oleh orang yang mempunyai kepentingan
untuk memperoleh keuntungan. Peranan negara dalam hal in hanya mendaftarkan,
mengesahkan, dan memberi izin secara hukum atas keberadaan perusahaan tersebut.
Setiap peraturan hukum yang baik meamang harus dijiwai oleh moralitas. Namum tidak
semua peraturan hukum berkaitan dengan moral. Ada anggapan bila ditinjau dari aspek moral
dianggap kurang etis misalnya Undang-Undang Lalu Lintas.
D. DIMENSI SOSIAL
Perusahaan saat ini sudah berkembang menjadi suatu sistem terbuka yang sangat kompleks.
Sebagai suatu sistem, berarti di dalam organisasi perusahaan terdapat berbagai elemen, unsur,
orang, dan jaringan yang saling terhubung, saling berinteraksi, saling bergantung, dan saling
berkepentingan. Berbagai siste terbuka terdapat faktor internal seperti faktor sumber daya
manusia dan sumber daya non-manusia lalu ada faktor eksternal yang terdiri atas elemen
manusia dan non-manusia. Faktor eksternal inilah yang pada hakikatnya diciptakan karena
sebagai kunci keberhasilan kinerja perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberadaan suatu
perusahaan sebenarnya ditentukan oleh manusia atau orang baik yang ada di dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan yang semuanya memiliki kepentingan dan kekuatan untuk
mendukung atau menghambat keberadaan dan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, bila
perusahaan dilihat dari dimensi social, tujuan pokok perusahaan adalah untuk menciptakan
barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat, sedangkan keuntugan akan dating dengan
sendirinya. Pandangan ini selanjutnya akan melahirkan paradigma dan konsep stakeholder
dalam pengelolaan perusaahan.
E. DIMENSI SPIRITUAL
Keberadaan perusahaan diperlukan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Sepanjang
masyarkat membutuhkan produk perusahaan, maka perusahaan akan tetap exist. Kegiatan
bisnis dalam pandangan Barat tidak pernah dikaitkan dengan agama (kepercayaan), padahal
dalam ajaran agama yang dipercayai oleh manusia ada ketentuan yang sangat jelas tentang
melakukan kegiatan bisnis. Dalam dimensi spiritual, para pengusaha yang ada di dalam
perusahaan memaknai pengelolaan perusahaan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan,
menjadikan perusahaan yang dikelola menjai sejahtera, sekaligus menjaga dan memelihara
kelestarian alam. Namun dalam kenyataannya, masih terdapat banyak pelaku bisnis dan oknum
stakeholder yang belum sepenuhnya mengikuti ajaran agama dalam menjalankan praktek
bisnisnya.
Kegiatan bisnis yang spiritual tumbuh berdasarkan paradigma sebagai berikut :
 Pengelola dan pemangku kepentingan (stakeholders) menyadari bahwa kegiatan bisnis adalah
bagian dari ibadah (God devotion)
 Tujuan bisnis adalah untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku kepentingan atau
masyarakat (prosperous society)
 Dalam menjalankan aktivitas bisnis bisnis, pengelola mampu menjamin kelestarian alam
(planet conservation)

Kegiatan Bisnis Spiritual

Ibadah (God Devotion)

Alam Lestari Masyarat sejahtera


(Planet Consevation) (Prosperous Society)
ETIKA BISNIS DAN PROFESI
HAKIKAT EKONOMI DAN BISNIS

Dosen Pengampu :
Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto M.

Nama Mahasiswa :
Indah Gita Cahyani (172114059)
Melinda Meisih Halim (172114079)
Anastasia Dian Roedijono (172114081)
Isidorus Cahyo Nugroho (172114088)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UVIRESISITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai