Anda di halaman 1dari 6

BAB 7

A. Etika bisnis korporate


Program CSR (Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang Perseroan
Terbatas (UUPT) yang baru. Ide yang mendasari Corporate Social Responsibility (CSR),
sering dianggap sebagai inti dari etika, kewajiban bisnis perusahaan di samping tugas
hukum dan ekonomi, adalah untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan
masyarakat. CSR memandang perusahaan sebagai agen moral dengan parameter
keberhasilan perusahaan mengutamakan prinsip-prinsip moral dan etika yang akan
memberikan manfaat paling besar untuk masyarakat. Tanggung jawab perusahaan terdiri
dari : Tanggung jawab Filantropis, Tanggung Jawab Etis, Tanggung Jawab Hukum dan
Tanggung Jawab Ekonomi. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab
sosial adalah untuk mengambil tanggung jawab secara komprehensif melalui lima pilar,
yaitu, (1) berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dukungan sumber
daya manusia yang kompeten. (2) terkait dengan kepentingan pelanggan. (3) terkait dengan
investor dan kreditur. (4) berkaitan dengan lingkungan alam. (5) untuk mendukung
kesejahteraan masyarakat umum. Pelaksanaan program CSR yang hanya didasarkan pada
proses pencitraan perusahaan dan asas taat pada peraturan pemerintah menurut Kant tidak
memenuhi syarat moral. Dalam pandangan Kant, pelaksanaan CSR yang memenuhi syarat
etis adalah Perusahaan yang melaksanakan CSR nya tidak dilandasi oleh tendensi-tendensi
tertentu, mereka hanya bertindak demi untuk kewajibannya semata-mata. Tindakan yang
semata-mata karena kewajiban inilah yang menurut Kant dikatakan sebagai Imperatif
Kategoris, disini kehendak dan hukum adalah satu. Inilah yang disebut Kant sebagai “budi
praktis yang murni” (reine praktische vernunft). Disini tidak diperlukan alasan atau syarat
apapun bagi pelaksanaannya. Imperatif kategoris inilah yang dipandang Kant sebagai azas
kesusilaan yang transcendental. Keharusan yang transcendental dan amat kokoh ini
mewujudkan inti segala persoalan etis. Keharusan ini bersifat mutlak, tidak memperhatikan
selera suka-tidak suka, menguntungkan atau tidak menguntungkan
Untuk mendapatkan yang lebih baik mengenai makna Corporate Social Responsibility (CSR)
sebaiknya dikaji terlebih dahulu persoalan etika bisnis, karena pada dasarnya CSR diderivasi dari
etika bisnis (Khairandy, 2008) Etika bermaksud untuk membantu manusia secara bebas tetapi
dapat dipertanggungjawabkan. Keraf (1998) mengungkapkan bahwa etika berasal dari bahasa
Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (la etha) berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”.
Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan nilai-nilai,
tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain.
Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai suatu
kebiasaan. Secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari ambruknya tatanan moral di
lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang
baik dan buruk tidak lagi dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar
bagi kelakukan manusia. Situasi itu juga berlaku pada zaman sekarang. Etika bukan suatu
sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral (Magnis-Suseno, 2001).
Dalam konteks yang umum, hubungan bisnis sebenarnya adalah hubungan antar manusia. Bisnis
adalah suatu interaksi yang terjadi akibat adanya kebutuhan yang tidak dapat diperoleh sendiri
oleh individu. Ini menunjukkan bahwa meskipun manusia dikaruniai banyak kelebihan (akal,
perasaan dan naluri), dalam kenyataannya banyak memiliki kekurangan. Kekurangan itu makin
dirasakan justru ketika akal, perasaan, dan naluri menuntut peningkatan kebutuhan-kebutuhan.
Akibatnya, kebutuhan manusia kian berkembang dan kompleks sehingga tak terbatas. Melalui
interaksi bisnis inilah manusia saling melengkapi pemenuhan kebutuhan satu sama lain (Panuju
dalam Khairandy, 2008). Etika harus dibedakan antara etika dalam bisnis (ethics in business) dan
etika bisnis (ethics of business). Kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Etika
dalam bisnis terkait dengan etika yang bersinggungan dengan bisnis sedangkan etika bisnis
terkait dengan etika pada umumnya. Dalam dunia perbankan misalnya, etika dalam bisnis harus
dinilai sesuai dengan perspektif profit maximization sebagai filosofi yang mendasari perbankan
tanpa memperhatikan apakah etika tersebut sesuai dengan etika umum (Khairandy, 2008). Nilai-
nilai dasar yang menjadi tolak ukur etika bisnis adalah tingkah laku para pengusaha dalam
menjalankan usahanya. Apakah dalam usahanya mengambil keuntungan dari masyarakat
konsumen dilakukan melalui persaingan usaha yang fair (jujur), transparent (terbuka), dan ethic
(etis). Perbuatan yang termasuk dalam kategori unethical conduct misalnya memberikan
informasi yang tidak benar mengenai bahan mentah, karakteristik/ciri dan mutu suatu produk,
menyembunyikan harta kekayaan perusahaan yang sebenarnya untuk menghindari atau
mengurangi pajak, membayar upah karyawan di bawah UMR, melakukan persekongkolan
tender, dan melakukan persaingan tidak sehat. Dalam kenyataannya, sangatlah tidak mungkin
ada suatu ethical code dalam bisnis. Di satu pihak kita telah terbiasa secara keliru menganggap
bahwa kegiatan bisnis sebagai permainan tipu menipu, tetapi di lain pihak para pelaku usaha itu
sendiri sering menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak baik. Karena itu, sebenarnya
secara tanpa sadar kita semua mengakui secara diam-diam bahwa perlu ada suatu etika bisnis.

Etika bisnis adalah kode etik yang diterapkan dalam perusahaan untuk
melakukan kegiatan bisnisnya. Etika bisnis sangat penting diterapkan dalam
perusahaan agar perusahaan memiliki pondasi yang kuat dan menciptakan value
yang tinggi. Setiap perushaan memiliki tanggung jawab sosial yang merupakan
bagian dari dari etika bisnis, yaitu adanya kesadaran perusahaan bahwa
keputusan bisnisnya dapat mempengaruhi masyarakat. Tanggung sosial
perusahaan adalah bentuk wujud kepedulian, kepekaan terhadap masyarakat
serta memberi manfaat kepada masyarakat dimana perusahaan tersebut berada.
Apa hubungan antara etika bisnis (bussines ethic) dengan CSR (Corporate Social
Responsibility)?. Sebagian orang mungkin menganggap keduanya tidak memiliki
hubungan, namun dalam kenyataannya keduanya itu saling berhubungan.
Hubungan antara etika bisnis (bussines ethic) dengan CSR (Corporate Social
Responsibility) yaitu bisa diibaratkan etika bisnis itu adalah sebagai dasar atau
jiwa dari pelaksanaan suatu unit usaha, dan CSR merupakan manifestasinya.
Artinya, “Etika bisnis berbicara mengenai nilai, apakah sebuah perusahaan
tersebut menganut nilai yang baik atau buruk. Kalau memang memiliki nilai
yang baik dalam berbisnis, maka perusahaan tersebut akan menjalankan CSR
yang memang menjadi tanggung jawab suatu perusahaan”. Etika bisnis itu lebih
melekat kepada individu yang melakukan etika bisnis, sedangkan CSR yaitu
sebagai kebijakan dari perusahaan tersebut.

Adapun alasan pentingnya mengapa sebuah perusahaan harus melakukan CSR


(Corporate Social Responsibility), yaitu untuk mendapatkan keuntungan sosial,
mencegah konflik dan persaingan yang terjadi, kesenambungan usaha atau bisnis,
penegelolaan sumber daya alam serta pemberdayaan masyarakat. Jadi
implementasi CSR (Corporate Social Responsibility), tidak hanya mendapatkan
keuntungan ekonomi, akan tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam bagi
berkelanjutan perusahan tersebut hingga mencegah adanya konflik.

Dalam menentukan etika binis ada beberapa hal yang harus perlu diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:

1. Pengendalian diri
Artinya setiap dari pelaku bisnis yang terkait harus mampu mengendalikan
dirinya mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun, dari siapapun
dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak diperbolehkan
mendapat keuntungan dengan cara main curang, tetapi penggunannya juga harus
memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya.

1. Pengembangan tanggung jawab sosial (Social Responsibility)


Artinya disini pelaku bisnis itu dituntut agar peduli kepada keadaan masyarakat
dimana perusahaan tersebut berada. Maksudnya bukan hanya dengan memberi
sumbangan berupa uang tetapi bisa juga dengan memberi perhatian yang lebih
kompleks lagi, misalnya dngan memberi bantuan seperti membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitar perusahaan tersebut.

1. Menumbukhan sikap saling percaya


Dalam menjalankan suatu usaha perlu adanya rasa saling percaya, sehingga dapat
tercipta suasana yang aman, nyaman, dan damai. Adanya rasa saling percaya
antar golongan yang kuat dan golongan yang lemah ini dapat saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak karena adanya timbal balik yang baik
dan berjalan lancar.

Kepedulian kepada masyarakat dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat
dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam
sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi
dan komunitas. CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal saja, namun CSR itu
mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan
sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku
kepetingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini
mengaharuskan untuk perusahaan membuat keseimbangan kepentingan
pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
Manfaat etika bisnis dan dan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu sebagai
berikut:

1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial mendapat rasa hormat dari
stekholder.
2. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial akan mendapat kepercayaan
dari konsumen maupun masyarakat sekitar.
3. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial membantu dalam pembangunan
daerah sekitar perusahaan.
4. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial secara tidak langsung membantu
dalam promosi perusahaan.
5. Suatu perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial akan terhindar dari
seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi.
Perkembangan yang semakin maju menuntut para pebisnis untuk meningkatkan
daya saingnya apalagi setelah dibebaskannya pasar bebas yang mengakibatkan
laju pertumbuhan perekonomian dunia semakin cepat, dan jarak antar negara
semakin menghilang karena diberlakukannya sistem ini, tidak hanya itu akibat
dari pasar bebas juga membuat perusahaan atau pengusaha yang memilki bisnis
harus mampu bersaing dengan para pengusaha asing. Hal itu juga akan
mendorong beberapa instansi atau orang untuk menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan kentungan sehingga bisa merugikan pihak yang lainnya. Dalam hal
ini adanya etika bisnis islam dapat mengendalikan penyimpangan itu terjadi
sehingga tidak ada pihak yamg merasa dirugikan. Dalam perkembangan bisnis,
sekarang apalagi sudah memasuki era globalisasi di mana batas negara bukan
halangan lagi untuk mengembangkan bisnis, indonesia sebagai negara
berkembang harus mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar
mampu menghadapi kompetisi persaingan yang semakin kompetitif. Etika bisnis
dan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kunci keberlanjutan
perusahaan dalam jangka panjang. Keduanya merupakan dua hal yang sama
pentingnya dilakukan oleh perusahaan apapun bisnisnya.

B. Tanggung jawab investasi pada shareholder


C. Tanggung jawab pada regulasi

Anda mungkin juga menyukai