Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum mendalami mengenai persoalan-persoalan etika dan tanggung
jawab sosial, yang perlu diperhatikan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya,
ada baiknya apabila terlebih dahulu memahami arti etika dan tanggung jawab
sosial.
Etika berasal dari kata yunani, yaitu ethos, yang berarti karakter atau sifat-
sifat individu yang baik. Pada dasarnya etika dapat didefinisikan  sebagai prinsip-
prinsip moral dalam hidup manusia yang akan menentukan tingkah laku yang
benar yang harus dijalankan, dan tingkah laku yang salah yang harus dihindari.
Setiap orang ingin mempunyai uang yang banyak supaya hidup dengan
sejahtera. Untuk memperolehnya dapat digunakan berbagai cara seperti bekerja
keras, mencuri atau korupsi.
Kita dapat menentukan sendiri cara mana yang secara etika merupakan tindakan
yang dapat atau tidak dapat dilakukan dalam usaha untuk memperoleh banyak
yang uang.
Menyadari tentang pentingnya memperhatikan isu etika dan tanggung
jawab sosial dalam mengelola perusahaan, para pengkaji menejemen telah
mendorong untuk mengembangkan pemikiran dalam persoalan tersebut. Beberapa
aspek dari pemikiran tersebut akan diterangkan dalam makalah ini. Isu-isu
tersebut dikenal sebagai etika perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Tujuan dari mengembangkan pemikiran ini bukanlah untuk membatasi kegiatan
usaha dan menghukum usaha, tetapi untuk mendorong mereka mengelola
perusahaannya dengan lebih dinamis dan bertanggung jawab. Tujuan akhirnya
adalah untuk meningkatkan perkembangan kegiatan perusahaan serta dunia bisnis
dan pada waktu yang sama meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2

1.2 Rumusan Masalah


Agar tidak menyimpang lebih jauh dari materi pembahasan, kami hanya
membatasi pada “Etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan”
Berdasarkan pembatasan tersebut, kami dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa fungsi perusahaan dalam etika bisnis?
2. Faktor apa saja yang mendorong timbulnya masalah etika bisnis?
3. Teori apa saja yang menjadi dasar pemikiran etis?
4. Apa saja tanggung jawab sosial perusahaan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah
2. Untuk mengetahui teori dan fungsi perusahaan dalam etika bisnis
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong timbulnya masalah
etika bisnis
4. Agar mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Landasan Teori
Kata “Etika” berasal dari dari kata Yunani yaitu ‘Ethos,’ yang artinya adat
istiadat. Etika bisa dibilang sebagai kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika itu punya kaitan sama nilai-nilai,
tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan termasuk juga semua
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain, atau dari satu
generasi ke generasi yang lain. Seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
berikut ini:

1. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam


berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Sidi Gajalba: etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia
dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
4. Griffin and Ebert (1999): Etika Bisnis (business ethics) merupakan
penerapan etika secara umum terhadap perilaku bisnis. Secara lebih khusus
lagi makna etika bisnis menunjukkan perilaku etis maupun tidak etis yang
dilakukan manajer dan karyawan dari suatu organisasi perusahaan.
5. Epstein (1989): menyatakan etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang
dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan
(organisasi) untuk menilai suatu isu, dimana penilaian ini merupakan pilihan
terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Melalui pilihan nilai
tersebut, individu atau organisasi akan memberikan penilaian apakah sesuatu
yang dilakukan itu benar atau salah, adil atau tidak serta memiliki kegunaan
(utilitas) atau tidak.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.


Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
4

mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
Etika  dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai:

1. Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik
sebagai manusia.
2. Masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan
norma moral yang umum diterima

2.1.1 Beberapa Prinsip Etika


1. Prinsip Otonomi (Sadar sendiri tentang kebaikan)
2. Prinsip Kejujuran
3. Prinsip Keadilan
4. Prinsip Saling Menguntungkan

2.1.2 Jangkauan Etika Bisnis


1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas prinsip, kondisi dan masalah
praktek etis. 
2. Etika bisnis berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis agar
berbisnis secara baik dan etis.
3. Etika bisnis sebagai acuan bagi pebisnis agar berbisnis tidak merugikan
konsumen, tenaga kerja dan masyarakat luas. 

2.1.3  Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Menciptakan Etika Bisnis:


1. Pengendalian Diri (Tidak menerima apapun)
2. Pengembangan tanggung jawab social
5

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh


pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha kebawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang
telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum
positif yang berupa peraturan perundang-undangan

2.1.4  Masalah etika dalam bisnis


1. Suap (Bribery)
2. Paksaan (Coercion)
3. Penipuan (Deception)
4. Pencurian (Theft)
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)

2.1.4  Pengertian Bisnis
Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua
aktifitas dan institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan sehari-
hari.
“Bisnis sebagai suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan masyarakat” (bussinessis then simply a system that
produces goods and service to satisfy the needs of our society) [Huat, T
Chwee,1990].
6

“Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan”[Griffin & Ebert]
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah kegiatan yang
dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan
nilai (create value)  melalui penciptaan barang dan jasa (create of good and
service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan
melalui transaksi.

2.1.5  Aspek - Aspek Bisnis


1. Kegiatan individu dan kelompok
2. Penciptaan nilai
3. Penciptaan barang dan jasa
4. Keuntungan melalui transaksi

2.1.6  Fungsi Bisnis
Fungsi bisnis dilihat dari kepentingan mikro ekonomi dan makroekonomi

1. Fungsi Mikro Bisnis yaitu Kontribusi terhadap pihakyang berperan


langsung
a) Pekerja/ Karyawan
Pekerja menginginkan gaji yang layak dari hasil kerjanya sementara
manajer menginginkan kinerja yang tinggi yang ditunjukkan besarnya
omzet penjualan dan laba.
b) Dewan Komisaris
Memantau kegiatan dan mengawasi manajemen, memastikan kegiatan
akan berjalan mencapai tujuan.
c) Pemegang Saham
Pemegang saham memiliki kepentingan dan tanggung jawab tertentu
terhadap perusahaan.
7

2. Fungsi Makro Bisnis yaitu kontribusi terhadap pihak yang terlibat


secara tidak langsung
a) Masyarakat sekitar perusahaan
Memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk
tanggung jawab perusahaan
b) Bangsa dan Negara
Tanggung jawab kepada bangsa dan negara yang diwujudkan dalam
bentuk kewajiban membayar pajak.

2.2 Etika Bisnis Pada Berbagai Fungsi Perusahaan


Permasalahan etika yang terjadi diperusahaan bervariasi antara fungsi
perusahaan yang satu dengan fungsi perusahaan lainnya. hal ini terjadi karena
operasionalisasi perusahaan sangat terspesialisasi kedalam berbagai bidang
profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah-masalah
tersendiri.
Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan etika yang terjadi
dibeberapa bidang fungsional perusahaan, yaitu etika dibidang akuntansi
(accounting ethics), keuangan (finance ethict), produksi dan pemasaran
(production and marketing athics), sumber daya manusia (human resources
ethics), dan teknologi informasi (information technology ethics).

2.2.1 Etika dibidang akuntansi (accounting ethics)


Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi
perusahaan. Para manajer perusahaan, investor luar, pemerintah, instansi pajak,
dan serikat pekerja membutuhkan data-data akuntansi untuk membuat berbagai
keputusan penting. Dengan demikian kejujuran, integritas dan akurasi dalam
melakukan kegiatan akuntansi merupakan syarat mutlak yang harus ditetapkan
oleh fungsi akuntansi.
Salah satu praktik akuntansi yang dianggap tidak etis, misalnya
penyusunan laporan keuangan yang berbeda untuk berbagai pihak yang berbeda
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan keuangan seperti
8

itu. Dalam realita kegiatan bisnis sering kali ditemukan perusahaan yang
menyusun laporan keuangan yang berbeda untuk pihak-pihak yang berbeda. Ada
laporan keuangan intern perusahaan, laporan keuangan untuk bank, dan laporan
keuangan untuk kantor pajak. Dengan melakukan praktik ini, bagian akuntansi
perusahaan secara sengaja memanipulasi data-data akuntansi dengan tujuan
memperoleh manfaat atau keuntungan finansial dari penyusun laporan palsu
tersebut.
2.2.2 Etika dibidang keuangan ( financial ethics )
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi secara tidak etis
telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran etika dalam
bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik windaw dressing terhadap
laporan  keuangan perusahan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui
praktik ini seolah-olah perusahaan memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat
sehingga layak untuk mendapat kucuran kredit.  Padahal sebenarnya kondisi
keuangan perusahaan tidak sesehat seperti yang dilaporkan dalam laporan
keuangan yang telah dipercantik. Contoh lain pelanggaran etika keuangan
misalnya melalui penggelembungan nilai agunan perusahaan, sehingga
perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi nilai agunan kredit yang
sesungguhnya.

2.2.3 Etika dibidang produksi dan pemasaran ( production and marketing


ethics ) 
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat
menimbulkan berbagai permasalahan etika dibidang produksi dan pemasaran.
Untuk melindungi konsumen dari pelakuan yang tidak etis yang mungkin
dilakukan oleh perusahaan, pemerintah Indonesia telah memberlakukan undang-
undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Undang-undang
ini  menjelaskan berbagai perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha,
antara lain pelaku usaha dilarang memproduksi dan memperdagangkan barang
dan jasa yang:
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
9

b.  Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam tabel atau etiket barang
tersebut.
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya.
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etika, atau keterangan barang dan
jasa tersebut.

2.2.4 Etika  dibidang teknologi informasi ( Information technology ethics )


Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika paling besar
diera 1990-an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal
yang dapat memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi serangan
terhadap wilayah privasi seseorang; pengumpulan, penyimpanan, dan akses
terhadap informasi usaha terutama melalui transaksi e-commerce; perlindungan
hak cipta yang menyangkut pembuatan software, music, dan hak keyakinan
intelektual ( Spinello, 1997 ).

2.3. Faktor-Faktor Yang Mendorong Timbunya Masalah Etika Bisnis


Berbagai permasalahan etika diperusahaan dapat muncul dalam berbagai
bentuk. Identifikasi terhadap berbagai faktor yang umum ditemui sebagai
penyebab munculnya permasalahan etika diperusahaan, merupakan suatu langkah
penting untuk meminimalisasi pengaruh masalah etika bisnis terhadap kinerja
perusahaan.
Post, et al., (2002: 112-113) menguraikan empat faktor yang pada
umumnya menjadi penyebab timbulnya masalah etika bisnis diperusahaan, yaitu:

1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi (personal gaint and selfish


interest)
Ambisi mengejar keuntungan untuk diri sendiri, bahkan sikap
serakah, dapat mengakibatkan masalah etika. Perusahaan kadang-kadang
mempekerjakan pekerja yang memiliki nilai-nilai pribadi tidak layak. Para
10

pekerja ini akan menempatkan kepentingannya untuk memperoleh


kekayaan melebihi kepentingan lainnya meskipun di dalam melakukan
akumulasi kekayaan tersebut dia merugikan pekerja lainnya, perusahaan,
dan masyarakat.

2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan (competitive pressure on


profits)
Perusahaan berada dalam situasi persaingan yang sangat  keras,
perusahaan sering kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak
etis untuk melindungi tingkat profitabilitas mereka. Berbagai perusahaan
makanan dan minuman di Indonesia ditengarai menggunakan bahan
pewarna makanan dan minuman yang tidak aman untuk dikonsumsi
manusia tetapi haranya murah, agar mereka dapat menekan biaya produksi
dan mendapatkan harga jual produk yang rendah. Bahkan, industry
makanan berani menggunakan formalin yang merupakan bahan untuk
pengawet mayat sebagai bahan pengawet makanan.

3. Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan (business


goals vs personal values)
Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan hendak
mencapai tujuan-tujuan tertentu atau menggunakan metode-metode baru
yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya. Sebagai contoh, kegiatan
restrukturisasi perusahaan dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kinerja perusahaan dapat menimbulkan penurunan moral
karyawan yang sangat hebat, sebagaimana yang terjadi diperusahaan
nynex (micklethwait dan Wooldridge, 1996: 12)

4. Pertentangan etika lintas budaya (cross-cultiral contradiction)


Berbagai permasalahan etika sering kali muncul pada saat
perusahaan melakukan kegiatan usahanya diberbagai Negara dimana
standar etika Negara luar berbeda dengan standar etika di Negara asal
11

perusahaan. Hal ini timbul karena adanya relativisme etis (ethical


relativism), yaitu ketidaksamaan cara pandang terhadap suatu perbuatan
etis atau tidak etis yang terjadi antara masyarakat suatu Negara dengan
Negara lainnya atau antara satu agama dengan agama lainnya.[2]

2.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


2.4.1 Jenis- jenis Tanggung Jawab Perusahaan
Menurut Stephen R. Covey kata rensposibility (tanggung jawab) terdiri dari dua
kata yaitu response (tanggapan) dan ability (kemampuan). Jadi pada dasarnya
tanggung jawab menunjukkan kemampuan yang harus dimiliki seseorang atau
sebuah organisasi perusahaan untuk memberikan tanggapan terhadap berbagai hal
yang diminta tanggapannya oleh pihak lain.
Dalam konteks aktivitas perusahaan, saat ini perusahaan dihadapkan
kepada tiga jenis tanggung jawab, yaitu:

1. Tanggung Jawab Ekonomi (Economic Rensposibility)

Diantara para pemegang saham (stockholders/shareholders) dalam bentuk


pengelolaan perusahaan yang menghasilkan laba, dimana laba tersebut sebagian
diantaranya akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk deviden
dan sebagian laba lainnya merupakan laba ditahan (retained earning) yang akan
meningkatkan nilai dari suatu perusahaan

2. Tanggung Jawab Hukum (Legal Rensposibility)

Perusahaan didirikan untuk menghasilkan laba tetapi dalam melaksanakan


operasinya perusahaan operasinya perusahaan koorporasi harus mematuhi
berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bentuk tanggung
jawab perusahaan.

3. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility-CSR)

Kotler Lee (2005) mendefinisikan bahwa kegiatan tanggung jawab social


perusahaan semata mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk
turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas
12

bisnis yang diwajibkan oleh hokum perundang-undangan seperti kewajiban untuk


membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang- undang
ketenagakerjaan.

2.4.2 Berbagai Perspektif Mengenai Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan

a. Pandangan Milton Friedman Mengenai Tanggung Jawab Perusahaan

Menurut Milton Friedman tanggung jawab social perusahaan adalah menjalankan


bisnis dengan keinginan pemilik perusahaan (owners) biasanya dalam bentuk
menghasilkan uang sebanyak mungkin, sementara pada saat yang sama
mengindahkan aturan dasar digariskan dalam suatu masyarakat sebagaimana
diatur oleh hokum perundang- undangan.

b. Pandangan The Business Roundtable Mengenai Tanggung Jawab


Perusahaan

Menurut pandangan The Business Roundtable, keberadaan perusahaan sangat


bergantung kepada dukungan masyarakat secara luas. Perusahaan juga
memperoleh berbagai perlakuan/ hak istimewa (privileges) seperti kewajiban
terbatas (unlimited liabilities), umur kegiatan usaha tidak terbatas (indefinite life)
dan perlakuan pajak khusus. Oleh sebab itu perusahaan memiliki tanggung jawab
terhadap masyarakat luas sebagai salah satu bagian dari konstituen, karena
masyarakat dan para konstituen telah memungkinkan perusahaan memperoleh
berbagai perlakuan istimewa tersebut.
13

2.4.3 Tahap- tahap Perkembangan Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan

Robbins dan Coulter menggambarkan perkembangan tahap tanggung jawab social


perusahaan ke dalam empat tahap sebagaimana dapat dilihat dalam gambar diatas

Tahap 1

Pada tahap 1 pemimpin perusahaan akan mengedepankan para pemegang saham,


yakni melalui berbagai upaya untuk meminimalisasi biaya dan melakukan
maksimilisasi laba.

Tahap 2

Para pemimpin perusahaan mengembangkan tanggung jawab mereka tidak


sebatas upaua-upaya maksimilisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan
perhatian besar pada sumber daya manusia.

Tahap 3

Para pemimpin perusahaan mengembangkan tanggung jawab sosialnya kepada


pemangku kepentingan (stakeholders) yang lain selain pemegang saham
(stockholders) dan para karyawan (employees)
14

Tahap 4

Pemimpin perusahaan memiliki tanggung jawab sosisal perusahaan kepada


masyarakat. Mereka memandang bisnis mereka sebagai suatu bagian dari entitas
public dan mereka merasa bertanggung jawab untuk melakukan kebijakan
terhadap public.

2.4.4 Dimensi Dimensi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Caroll (Solihin, 2008) menjelaskan komponen- komponen tanggung jawab social


perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu

1. Economic Responsibilities

Tanggung jawab social utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi karena
lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa
bagi masyarakat secara menguntungkan.

2. Legal Responsibilities

Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan menaati hokum dan peraturan yang
berlaku dimana hokum dan peraturan tersebut pada hakikatnya dibuat oleh
masyarakat melalui lembaga legislatif. Contoh : ketaatan perusahaan dalam
membayar pajak, menaati UU ketenagakerjaan, dll.

3. Ethical Responsibilities

Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Menurut Epstein,


etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara
perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu isu
dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam
suatu masyarakat.

4. Disrectionary Responsibilities
15

Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat


bagi mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui
berbagai program yang bersifat filantropis.

PENUTUP

KESIMPULAN

Kata “Etika” berasal dari dari kata Yunani yaitu ‘Ethos,’ yang artinya adat
istiadat. Etika bisa dibilang sebagai kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika itu punya kaitan sama nilai-nilai,
tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan termasuk juga semua
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain, atau dari satu
generasi ke generasi yang lain. Etika dalam perkembangannya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana
ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Menurut Stephen R. Covey
kata rensposibility (tanggung jawab) terdiri dari dua kata yaitu response
(tanggapan) dan ability (kemampuan). Jadi pada dasarnya tanggung jawab
menunjukkan kemampuan yang harus dimiliki seseorang atau sebuah organisasi
perusahaan untuk memberikan tanggapan terhadap berbagai hal yang diminta
tanggapannya oleh pihak lain.
16

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agustian,Bemby. 2012. Etika dalam Berbisnis. diakses dari google

Indonesia:

http://bembyagus.blogspot.com/2012/04/etika-dalam-

berbisnis.html.

[2] Solihin, Ismail. 2014. Pengantar Bisnis. Penerbit Erlangga

[3] Sukirno Sadono, 2006. Pengantar Bisnis. Jl. Lele I No.7 Rawamangun-


Jakarta 13220:
Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai