Anda di halaman 1dari 4

Hakikat bisnis

Bisnis pada hakikatnya adalah organisasi yang bekerja ditengah-tengah masyarakat atau
merupakan sebuah komunitas yang berada ditengah-tengah komunitas lainnya. Menurut Sutrisna
Dewi (2010:47) bisnis merupakan realitas yang sangat kompleks. Kompleksitas bisnis berkaitan
langsung dengan kompleksitas masyarakat. Menurut Bartens (buku Sutrisna Dewi, 2010:49)
bisnis sebagai kegiatan sosial pada hakikatnya dapat dipandang dari tiga sudut yang berbeda,
yaitu sudut pandang ekonomi, moral, dan hukum.
Sudut Pandang Ekonomi
Bisnis adalah salah satu kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar
menukar, memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, dan interaksi manusiawi lainnya
dengan maksud memperoleh untung. Bisnis selalu bertujuan memperoleh keuntungan dan
perusahaan dapat disebut sebagai organisasi yang didirikan untuk memperoleh keuntungan.
Keuntungan atau profit hanya muncul dalam kegiatan ekonomi yang memakai sistem keuangan.
Profit yang dihasilkan dalam kegiatan bisnis bukan diperoleh secara kebetulan, tetapi melalui
upaya-upaya khusus. Teori ekonomi menjelaskan bagaimana dalam sistem ekonomi pasar bebas
para pengusaha memanfaatkan sumber daya yang langka untuk menghasilkan barang dan jasa
yang berguna bagi masyarakat. Para pemilik perusahaan mengharapkan laba yang bisa dipakai
untuk ekspansi atau tujuan lainnya. Hasil maksimal akan dicapai dengan pengeluaran minimal
atau dengan kata lain efisiensi merupakan kata kunci dalam bisnis. Maksimisasi keuntungan
sangat ditekankan dalam bisnis.
Dipandang dari sudut ekonomis, good business atau bisnis yang baik adalah bisnis yang
membawa banyak untung. Oleh karena itu dapatlah dimengerti apabila pertimbangan ekonomis
menjadi satu-satunya alasan dalam berbagai pengambilan keputusan bisnis.
Sudut Pandang Moral
Dengan tetap mengakui peran sentral dari sudut pandang ekonomis dalam bisnis, perlu
ditambahkan sudut pandang lain dalam bisnis, yaitu moral. Menurut Sutrisna Dewi (2010:49)
mengejar keuntungan dlah hal yang wajar, asalkan tidak mengorbankan atau merugikan pihak
lain. Kepentingan dan hak orang lain harus diperhatikan demi kepentingan bisnis itu sendri. Dari
sudut pandang moral, bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, melainkan juga
bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam bisnis merupakan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma moral.
Sudut Pandang Hukum
Seperti halnya moral, hukum merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Peraturan hukum merupakan kristalisasi atau pengendapan dari
keyakinan moral. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul dari kegiatan bisnis. Jika
perilaku bisnis itu legal, maka dari sudut moral juga dipandang baik. Bisnis harus menaati
peraturan yang berlaku. Bisnis yang baik berarti bisnis yang patuh pada hukum.
Dari sudut pandang hukum, indikatornya juga cukup jelas, yaitu bahwa bisnis yang baik adalah
bisnis yang tidak melanggar hukum. Menurut Bartens (dalam buku Sutrisna Dewi, 2010:50)
terdapat tiga tolak ukur yang dapat digunakan sebagai indikator dilihat dari sudut pandang moral:
1. Hati Nurani.
Suatu perbuatan dikatakan baik juka dilakukan sesuai dengan hati nurani. Tindakan yang
bertentangan dengan hati nurani dapat menghancurkan integritas pribadi. Hati nurani
merupakan norma moral yang penting tetapi sifatnya sangat subjektif, sehingga tidak
terbuka bagi orang lain. Hati nurani hanya bisa dijadikan pegangan kalua terbentuk
dengan baik. Tidak semua yang dikatakan hati nurani bisa diandalkan dari segi moral.
Oleh karena itu, penilaian tidak dapat hanya dilakukan dari sudut hati nurani saja,
melainkan harus dilakukan bersamaan dengan norma-norma lain.
2. Kaidah Emas.
Cara yang lebih objektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah kaidah emas
yang secara positif berbunyi: “Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaiana Anda
sendiri ingin diperlakukan. ” Atau bila dirumuskan secara negatif akan menjadi:
“Janganlah lakukan terhadap orang lain apa yang Anda sendiri tidak ingin dilakukan
orang lain terhadap Anda.” Misalnya, kalau tidak ingin ditipu, janganlah menipu orang
lain.
3. Penilaian Masyarakat.
Cara lain yang paling ampuh digunakan untuk menilai perilaku moral adalah dengan
menyerahkannya kepada masyarakat umum untuk dinilai. Cara ini disebut juga audit
sosial. Audit sosial menuntut adanya keterbukaan atau transparansi. Perilaku yang kurang
etis biasanya sengaja disembunyikan. Tingkah laku yang baik secara moral, tidak akan
takut dengan transparasi.

Karakteristik Profesi Bisnis

Profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk nafkah hidup dengan menggunakan
keahlian dan ketrampilan dengan melibatkan komitmen pribadi dalam melakukan pekerjaan
tersebut (Satyanugraha, 2003:10). Bisnis modern mensyaratkan dan menuntut para pelaku bisnis
untuk menjadi orang yang profesional. Semakin tajam persaingan, semakin dituntut sikap
profesional untuk membangun citra bisnis yang baik melalui pelayanan kepada masyarakat.
Bisnis merupakan kegiatan menjual citra kepada masyarakat dengan cara memenuhi kebutuhan
mereka secara prima, baik, dan jujur melalui penawaran barang dan jasa yang bermutu dan harga
yang wajar. Oleh karena itu, perlu dibangun citra bisnis sebagai suau profesi yang diperlukan dan
dihargai.

Profesionalisme akhirnya menjadi keharusan dalam bisnis. Orang-orang yang profesional selalu
berarti orang-orang yang mempunyai komitmen pribadi yang tinggi, yang serius dalam
pekerjaannya, yang bertanggung jawab atas pekerjaannya agar tidak sampai merugikan orang
lain.
Menurut Keraf (dalam buku sutrisna dewi, 2010:51) suatu profesi yang diperlukan dan dihargai
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Seseorang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan khusus yang ia peroleh
melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang membentuk profesinya, yang
membedakannya dengan orang lainnya. Barang atau jasa yang bermutu dan dengan harga
yang kompetitif hanya dapat dihasilkan oleh profesionalisme.
2. Terdapat kaidah dan standar moral. Pada setiap profesi selalu ada peraturan yang
menentukan bagaimana profesi itu dijalankan. Peraturan yang biasa disebut kode etik ini
sekaligus menunjukkan tanggung jawab profesional dalam melakukan pekerjaan, seperti
kode etik dokter, wartawan, pengacara, akuntan, dan sebagainya. Untuk menjaga
kemurnian dan ketetapan pelaksanaan kode etik ini, dibentuklah organisasi profesi.
Organisasi profesi ini berkewajiban menjaga nama baik organisasi, melakukan seleksi
anggota baru dan bila perlu memberikan sanksi kepada anggota yang melanggar kode
etik profesi.
3. Seseorang perlu memiliki izin khusus atau lisensi untuk bisa menjalankan suatu profesi.
Hal ini dimaksudkan untuk melindungi profesi tersebut dari orang-orang yang tidak
profesional. Tergantung dari jenis profesi, setelah seseorang memenuhi persyaratan yang
ditentukan dan telah melalui pengujian dan pemeriksaan yang seksama sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, ia akan diberi lisensi oleh pemerintah atau organisasi profesi.
4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat. Keuntungan harus dibayar sebagai akibat
logis dari pelayanan kepada masyarakat, bahkan keikutsertaan dalam menyejahterakan
masyarakat, adalah citra perusahaan yang baik.
PENDAHULUAN
Etika bisnis merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan bisnis
yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan ataupun
masyarakat. Atau bisa juga diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal
secara ekonomi maupun sosial. Etika dapat juga dikatakan sebagai suatu pedoman nilai yang
digunakan untuk membedakan baik atau buruk, benar atau salah.
Etika dapat menjadi “self-control” dimana segala sesuatu dibuat, ditetapkan, dan diterapkan
untuk kepentingan kelompok, misalnya suatu profesi tertentu. Etika memiliki peranan penting
dalam melegitimasi segala perbuatan dan tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas
yang telah disepakati oleh masyarakat. Etika bisnis terdiri dari teori-teori etika yang sangat
berkaitan erat dengan profesi bisnis. Dalam profesi bisnis, terdapat kode-kode etik yang berasal
dari teori-teori etika tersebut. Tanpa kode etik, maka profesi bisnis yang dijalankan akan
menurunkan integritas dari pelaku bisnis tersebut. Karena itu penting, maka akan dibahas:
1. Etika Normatif
a. Teori Deontologi
b. Teori Teleologi
2. Hakikat Bisnis
3. Karakteristik Profesi Bisnis
4. Pergeseran paradigm dari pendekatan stackholder ke pendekatan stakeholder
5. Tanggungjawab moral & sosial bisnis.

Anda mungkin juga menyukai