Anda di halaman 1dari 8

BAB 8 MERINTIS BISNIS BARU ATAU MEMBELI BISNIS YANG SUDAH ADA

A. Mengenali dan mengevaluasi peluang investasi

Beberapa pertanyaan untuk mengenali peluang investasi yang baik, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Apakah mudah atau tidak untuk menjalankan produk dan/atau jasa (mulai dari pengadaan
bahan baku, proses pembuatan, distribusi, pemasaran, dan yang terkait dalam
pengelolaan)?
2. Apakah di sana ada kebutuhan pasar yang dapat di tetapkan dengan jelas dan tepat waktu
?
3. Apakah bisnis yang diusulkan dapat mencapai/tahan lama atau memiliki keunggulan
bersaing secara berkelanjutan?
4. Apakah usaha tersebut menguntungkan secara finansial dan apakah memiliki keuntungan
yang signifikan dan sanggup bertumbuh ?
5. Apakah ide pendirian usaha tersebut merupakan peluang investasi yang bagus ?
6. Apakah tingkat pengembalian investasi lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku
bunga deposito ?
7. Apakah usaha tersebut sehat atau layak dan peluang sukses yang tinggi ?
8. Apakah mungkin ada cacat fatal dalam usaha yang membuat ketidaksuksesan bisnis ?

B. Dua Jalan Menuju Kewirausahaan


1. Menciptakan bisnis baru mulai dari nol atau awal. Hal yang perlu dipertimbangkan : Usaha
yang menyenangkan, Usaha yang memang bisa dijalani, usaha / investasi dengan risiko
kecil). Sebenarnya kita dapat memilih minimal 5 cara untuk memulai usaha, yaitu :
 memulai usaha dari nol
 Memulai usaha dengan mendompleng perkembangan bisnis atau teknologi yang ada
 Memulai usaha dengan membeli usaha yang sudah bangkrut atau akan mati
 Memulai usaha dengan cara magang terlebih dahulu
 Memulai usaha dengan membeli bisnis yang sudah ada dengan format franchising.
2. Membeli bisnis yang sudah ada.

C. Alasan Memulai Bisnis Baru


Alasan wirausahawan merintis bisnis baru sangat beragam. Koratko dan Hodgetts (2007)
mengungkapkan, salah satu studi menemukan bahwa ada tujuh alasan seorang wirausaha
melakukan usaha baru, yakni
1. Kebutuhan akan pengakuan diri
2. Kebutuhan untuk kebebasan
3. Kebutuhan pengembangan diri dan kepribadian
4. Keamanan dan pengembangan asset (philanthropic)
5. Persepsi kemakmuran (perception of wealth)
6. Pengurangan pajak
7. Mengikuti mental model
Sedangkan menurut Kasmir (2006), ada lima penyebab seseorang memulai usaha, yaitu:

1. Faktor keluarga pengusaha


Seseorang memulai usaha karena faktor keluarga (baik secara vertikal maupun horizontal).
Misalnya melanjutkan bisnis orangtuanya, saudara-saudaranya, atau keluarga lainnya.
Umumnya, keluarga menganjurkan untuk membuka usaha sendiri. Bahkan, keluarga dekat
telah mengkader anggota keluarganya untuk meneruskan usaha, membuka cabang atau usaha
baru. Mulai dari modal, suplai bahan baku, sampai manajemen pengusaha pemula tersebut
tinggal mengikuti yang sudah ada.

2. Sengaja terjun menjadi pengusaha


Seseorang yang dengan sengaja mendirikan usaha, dapat dimulai dari hobi atau belajar dari
kesuksesan orang lain. Dapat mencontoh dari pengusaha yang ada dengan mencari modal atau
bermitra dengan orang lain. Model ini umumnya dilakukan oleh mereka yang bestatus
pegawai, namun sebenarnya memiliki naluri bisnis yang kuat. Kesuksesan dan kegagalan
orang lain menjadi panutan dan pedoman pengusaha tersebut dalam menjalankan usahanya.

3. Kerja sampingan
Usaha ini dilakukan di luar pekerjaan atau kegiatan utamanya, sebagai langkah untuk
mencari kegiatan atau pendapatan tambahan. Biasanya, dengan skala usaha yang kecil sekadar
untuk mengisi waktu luang. Tidak jarang dari yang tadinya iseng, justru menjadi kegiatan
yang memberikan hasil yang luar biasanya.

4. Coba-coba
Cara ini banyak dilakukan dan banyak juga yang akhirnya menuai kesuksesan. Umumnya
dilakukan oleh mereka yang belum memiliki pengalaman, mereka yang kesulitan mencari
pekerjaan, atau mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tidak sedikit orang
yang memulai usaha dengan cara coba-coba akhirnya mencapai sukses yang besar.

5. Terpaksa
Cara ini memang jarang terjadi, namun, ternyata ada beberapa usahawan yang dapat
berhasil karena keterpaksaan. Cara ini dilakukan oleh mereka yang telah lama menganggur,
mulai dari sejak lulus sekolah atau kuliah, atau oleh seseorang yang telah berkali-kali melamar
pekerjaan, tetapi tidak ada satu pun yang menerima. Akhirnya, langkah untuk menjadi
pengusaha dilakukan dengan setengah hati. Namun, ada beberapa dari mereka yang sukses
dan usahanya memberikan hasil yang lumayan dalam waktu singkat. Hal inilah yang
menguatkan motivasi mereka untuk memajukan usahanya.
D. KRITERIA EVALUASI UNTUK MEMULAI BISNIS BARU

Ada bebereapa kriteria atau hal yang harus diperhatikan oleh calon pembisnis sebagai
evaluasi untuk memulai suatu bisnis baru yang disajikan sebagai berikut

1. Faktor Pemasaran
 Kebutuhan produk, dikenali atau tidak fokus.
 Para pelanggan, terjangkau atau tidak, loyal pada merek tertentu atau belum.
 Menciptakan nilai untuk pelanggan, penting atau tidak penting.
 Masa atau daur hidup produk, pemulihan biaya oleh pelanggan.

2. Struktur Pasar
 Baru muncul atau telah dewasa.
 Ukuran pasar (diketahui / tidak).
 Pertumbuhan pasar (seberapa cepat).

3. Keunggulan Bersaing, Struktur Biaya


 Tingkat pengendalian atas harga, biaya, dan saluran pemasok.
 Kendala-kendala untu masuk, antar alin proteksi peraturan, keunggulan cepat
merespons atau memimpin waktu, hukum, koneksi, dan jaringan.

4. Ekonomi Dari Sisi Pengembalian Investasi


 Persyaratan-persyaratan investasi.
 Titik pulang pokok (TPP).

5. Kemampuan Manajemen
Bermacam-macam keterampilan atau entrepreneur tunggal dengan tanpa
pengetahuan yang relevan.

6. Kesalahan-Kesalahan Fatal Yang Dapat Dicatat Atau Dikenali


Kesalahan-kesalahan apakan yang dapat dicatat atau dikenali, sehingga pebisnis
dapat menghindari kesalahan yang sama dikemudian hari.

E. PERTANYAAN DASAR UNTUK MEMULAI USAHA

Beberapa pertanyaan dasar yang harus dicari jawabannya oleh seseorang sebelum memulai
usaha, antara lain sebagai berikut,
1. Apa sajakah perbedaan tipe – tipe atau kategori usaha untuk memulai suatu usaha baru
yang mungkin menjadi pertimbangan utama anda ?
2. Dari manakah sumber – sumber ide untuk memulai usaha baru ?
3. Bagaimana anda dapat mengenali peluang asli yang menciptakan nilai, baik untuk
perusahaan maupun pemilik perusahaan?
4. Bagaimana anda dapat menyaring ide – ide anda ?
5. Apa yang mungkin anda kerjakan untuk meningkatkan kesempatan – kesempatan bahwa
bisnis anda mungkin akan sukses ?
6. Apakah produk dan/jasa mulai dari pengadaan bahan baku, proses pembuatan, pemasaran,
distribusi, dan yang terkait dalam manajemen pengelolaan usaha digolongkan mudah atau
rumit ?
7. Apakah disana ada kebutuhan pasar yang dapat ditetapkan dengan jelas dan tepat waktu
untuk jangka panjang ?
8. Apakah bisnis yang di konsep dapat bertahan lama atau memiliki keunggulan bersaing
secara berkelanjutan ?
9. Apakah usaha yang akan dan mulai menguntungkan secara finansial dan apakah memiliki
keuntungan yang signifikan serta sanggup bertumbuh dalam jangka pendek, sedang,
maupun panjang?
10. Apakah suatu ide usaha tersebut merupakan peluang investasi yang baik ? Apakah tingkat
pengembalian investasi cepat atau lambat ?
11. Apakah usaha itu sehat atau layak dan membawa kebajikan bagi wirausahawan dan
peluang suksesnya besar ?
12. Apakah mungkin terjadi cacat fatal dalam usaha yang mengandung ketidaksuksesan bisnis
di kemudian hari ?

F. BERBAGAI TIPE IDE DAN SUMBER IDE MEMULAI USAHA

1. Berbagai Tipe Ide


Setidaknya terdapat beberapa tipe ide dalam memulai suatu usaha atau bisnis, yaitu:

a. Tipe A
Ide-ide untuk memulai usaha usaha difokuskan di sekitar penyediaan pelanggan
dengan produk-produk dan atau jasa yang tidak tersedia di pasaran.

b. Tipe B
Ide-ide untuk memulai suatu usaha akan melibatkan ide baru dan teknologi baru
yang berpusat di sekitar pelanggan yang sudah ada dengan produk yang sama sekali
baru.

c. Tipe C
Ide-ide untuk memulai suatu usaha difokuskan di sekitar pelanggan yang ada
dengan produk-produk yang diperbaiki atau ditingkatkan mutunya atau manfaatnya
atas produk yang telah ada sebelumnya.

2. Berbagai Sumber Ide Untuk Memulai Suatu Usaha

Berbagai sumber ide untuk memulai suatu usaha berdasarkan hasil penelitian di Amerika
Serikat menurut Longenecker (2005), yaitu:[4]

a. Pengalaman pekerjaan utama, ± 45 persen.


b. Kesenangan atau hobi, ± 16 persen.
c. Kesempatan yang berubah, ± 11 persen.
d. Saran-saran dari pihak lain (konsultan dan lainnya), ± 7 persen.
e. Pendidikan atau kursus-kursus, ± 6 persen.
f. Bisnis atau usaha keluarga, ± 6 persen.
g. Teman atau kerabat, ± 5 persen.
h. Lain-lain, ± 4 persen.

Mengapa pengalaman dari pekerjaan utama menjadi sumber ide dalam memulai suatu
usaha mencapai 45 persen? Hal ini tidak terlepas dari kedisiplinan seseorang untuk
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung guna dipakai sebagai modal usaha.
Dengan berbagai kemungkinan dan pertimbangan bahwa peluang-peluang untuk menjadi
kaya hanya dapat dicapai apabila sesorang berani mengambil risiko untuk melakukan
pembaruan. Selain itu, berani pula untuk mengubah pola pikir dari seorang pegawai gajian
menjadi seorang usahawan.
Di AS, kesenangan atau hobi menjadi sumber ide dalam memulai usaha menduduki urutan
kedua, yaitu 16 persen. Berdasarkan hobi, usaha seseorang dapat sukses karena saat
menjalankan pekerjaan atau usahanya, ia tidak merasa tertekan dan tidak merasa bosan.
Karena ia menganggap kegiatan usahanya sebagai sebuah kesenangan semata. Dengan
menjalankan kegiatan usahanya sebagai sebuah hobi yang perlu digeluti dan
dikembangkannya tanpa keterpaksaan sedikit pun, biasanya jauh lebih berhasil dibandingkan
dengan memilih atau menjalankan usaha karena alasan di luar hobi.

G. ALASAN MEMBELI BISNIS ATAU MENJUAL SUATU BISNIS

1. Alasan Membeli Bisnis


Kita dapat membeli suatu bisnis dengan cara pembelian secara total atau
pembeliaan dengan sistem franchise (waralaba). Berbagai alasan untuk membeli bisnis
yang sudah ada atau sudah berjalan, antara lain sebagai berikut:
a. Untuk mengurangi ketidakpastian dan ketidaktahuan yang mungkin harus dihadapi
ketika memulai bisnis dari awal atau dari nol.
b. Untuk memperoleh suatu bisnis dengan operasi-operasi yang terus-menerus dan
hubungan yang tidak dapat dipungkiri dengan para konsumen dan pemasok.
c. Untuk memperoleh bisnis yang telah mapan dengan harga murah atau menekan biaya
untuk memulai suatu bisnis.

2. Alasan Menjual Bisnis

Setidaknya terdapat berbagai alasan secara umum untuk menjual suatu bisnis antara
lain sebagai berikut:

a. Pemiliknya telah lanjut usia atau sakit-sakitan, sedangkan anaknya bimbang untuk
melanjutkan usahanya.
b. Bermaksud memindahkan di tempat yang berbeda dalam satu negara atau beda
propinsi atau kota besar lainnya.
c. Keputusan menerima suatu jabatan atau posisi di perusahaan lain.
d. Bisnis sudah tidak menguntungkan bagi pemiliknya.
e. Ingin menjual bisnis dengan pola waralaba.
f. Kedewasaan industri dan ketiadaan potensi pertumbuhan.
g. Generasi penerus atau anak-anaknya menolak untuk melanjutkannya.

H. MENGANALISIS KESEMPATAN SUATU BISNIS


Untuk menganalisis kesempatan suatu bisnis, setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yakni:

1. Aset dan kewajiban


Perlu diketahui daftar atau data secara akurat tentang setiap aset (harta) dan semua
kewajiban (liabilitas) yang akan diambil alih. Keakuratan data tersebutjika memungkinkan
harus dinyatakan oleh akuntan publik yang bersertifikat. Buatlah kontrak jual beli secara
final tentang aset yang dibeli dan semua kewajiban yang akan diambil alih nantinya.

2. Piutang usaha
Sebelum membeli suatu bisnis, mintalah data umur piutang usaha dan jika
mungkin, termasuk masalah penagihan yang dihadapi perusahaan sebelumnya selama ini.
Mintalah juga bukti mengenai berapa persen bisnis itu mampu ditagih dalam kurun waktu
tertentu dan apakah piutang dapat tertagih sesuai nilai ekonomis.

3. Lokasi usaha
Apakah letak atau lokasi usaha yang akan dibeli cukup strategis menurut penilaian
Anda. Jika tidak strategis, maka berapa besar biayanya apabila bisnis tersebut
kemungkinan akan dipindahkan ke lokasi lain atau relokasi ke tempat yang lebih strategis
terutama dari sudut pasar, bahan baku, dan tenaga kerja.

4. Harga beli
Ketahuilah harga beli bisnis yang sesungguhnya dari bisnis itu. Dalam banyak
kasus, ada beberapa pilihan harga yang perlu dipertimbangkan, misalnya suatu usaha dibeli
total secara tunai dan berbagai pertimbangan antara lain berapa lama return of invesment-
nya atau pengembalian modalnya jika dibandingkan dengan jumlah uang yang sama
ditabung dalam bentuk deposito.

5. Kemampuan ekonomi
Harus dilihat bagaimana kinerja bisnis perusahaan yang akan dibeli sepanjang
kurun waktu fluktuasi ekonomi. Misalnya, apa yang terjadi terhadap penjualan ketika suku
bunga tinggi (47,7 persen sampai dengan 70 persen). Kita juga perlu melihat apakah
dengan tingkat pengangguran dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang tinggi (seperti
pada 1998 atau 2009) memengaruhi bisnis tersebut? Apakah nilai tukar rupiah yang sangat
merosot terhadap bebrapa valuta asing (valas) beberapa waktu lalu juga memengaruhi
bisnis tersebut. Apakah bisnis juga dipengaruhi oleh adanya perubahan musiman dan
peristiwa-peristiwa ekonomi atau peristiwa lainnya (seperti pemilihan penggantian
presiden dan wakil presiden).

6. Persyaratan istimewa
Apakah ada persyaratan istimewa, misalnya lisensi, izin khusus, dan persyaratan
hukum lainnya untuk bisnis tersebut. Apakah persyaratan tersebut juga termasuk dalam
pembelian bisnis atau dengan kata lain, apakah persyaratan istimewa tersebut juga
dialihkan kepada Anda sebagai calon pemilik baru.

7. Sertifikasi
Apakah laporan keuangan atas bisnis yang akan dibeli disiapkan oleh seoran
akuntan publik yang telah memiliki sertifikat yang sah dan memilik reputasi yang
dipersyaratkan.

8. Sejarah penjualan
Dapatkah pihak penjual bisnis menunjukkan kepada Anda bagaimana kinerja
penjualan produk bulanan selama paling tidak 2 tahun terakhir. Dapatkah kinerja penjualan
perusahaan tersebut diserahkan kepada akuntan bisnis Anda. Apakah kinerja penjualan
tumbuh pesat secara beangsur-angsur.

9. Pangsa pasar
Apakah pangsa pasar tumbuh dengan pesat untuk tingkat lokal, domestik, nasional,
regional, bahkan internasional. Strategi apakah yang telah diambil oleh perusahaan
sebelumnya untuk meningkatkan pangsa pasar tersebut.

10. Hubungan perbankan


Bank-bank apa saja yang menjadi mitra kerja atau memiliki hubungan bisnis
dengan bisnis yang akan Anda beli, bank ternama tentu yang dipertimbangkan. Periksalah
kebenaran tentang hubungan tersebut melalui pejabat-pejabat bank yang dimaksud. Jika
Anda dicegah atau dihalangi, maka ada isyarat bahwa kemitraan tersebut mungkin palsu
atau ada masalah dengan hubungan kemitraan tersebut.

11. Pengendaliaan persediaan


Kajilah apakah nilai persediaan tersebut sebagai suatu yang terpisah dalam
kesepakatan harga beli. Pastikan bahwa Anda memiliki daftar lengkap tentang pos
persediaan (nilai dan jumlah persediaan aset sebelum penjualan bisnis) yang merupakan
bagian dari harga penjualan, dan Anda menyetujui dengan jumlah satuan total dan nilai
persediaan tersebut.

12. Kontrak
Apakah bisnis tersebut terikat dengan kontrak-kontrak yang akan dialihkan kepada
Anda. Semua isi kontrak tersebut (secara legal dan praktis) yang akan diwarisi harus
dipahami betul. Dapatkah semua kontrak yang ada dipindahtangankan kepada Anda,
terutama kontrak-kontrak yang belum jatuh tempo.

13. Persaingan
Apakah para perusahaan penting terdekat telah dirumuskan dan diketahui secara
pasti oleh pihak penjual bisnis tersebut, terutama kekuatan dan kelemahannya masing-
masing. Jika tidak diketahui, Anda perlu mengadakan suatu dialog dengan pihak penjual
mengenai masalah persaingan sebelum Anda memutuskan untuk membeli bisnis tersebut.

14. Hak kelola (franchise)


Jika anda ingin membeli bisnis dengan cara pola atau sistem hak kelola (franchise),
pastikan bahwa Anda memahami dan puas dengan syarat-syarat (kondisi) pengalihan hak
kelola tersebut. Perhitungkan setiap kemungkinan beban biaya yang harus Anda tanggung
sebelum Anda memutuskan untuk membeli bisnis tersebut dengan pola itu.

15. Kepegawaian / SDM


Apakah setiap karyawan kunci (pegawai senior) yang akan Anda miliki dapat
diandalkan. Kenalilah berapa lama mereka telah bekerja pada bisnis itu dan apa yang akan
terjadi seandainya mereka mendadak berhenti pada saat bisnis tersebut Anda beli. Anda
harus sudah sudah memiliki jawaban alternatif darurat apabila hal itu betul-betul terjadi.
16. Pemasok
Kenalilah dengan baik siapa saja para pemasok Anda dan apakah bisnis tersebut
memiliki hubungan baik dengan para pemasoknya. Harus dikaji juga tentang syarat-syarat
dan kondisi pembayaran dari pemasok utama Anda. Mintalah izin kepada pihak penjual
untuk mengecek kebenaran data dan kondisi saat ini dari pemasok tersebut.

17. Kepemilikan
Harus Anda ketahui secara tarnsparan siapakah pemilik bisnis tersebut, apakah jika
terjadi masalah pada bisnis tersebut, ia masih dapat dan bersedia untuk dihubungi. Jika
memungkinkan, harus diketahui secara jelas dan pasti tentang sejarah kepemilikan bisnis
yang akan Anda beli.

18. Kesediaan penjual membiayai


Seberapa besar pihak penjual memberikan pinjaman kepada bisnis tersebut? Jika
pihak penjual tidak bersedia membiayai sebagian dari bisnis tersebut, maka Anda harus
mengetahui alasan-alasannya. Mendapat bantuan pembiayaan dari pihak penjual
merupakan cara yang baik untuk memastikan bahwa penjual ingin mempertahankan suatu
minat yang aktif dalam bisnis tersebut setelah Anda ambil alih.

Anda mungkin juga menyukai