Anda di halaman 1dari 5

Nama : Meta Novita

NIM : 1803073
KELAS : NR X IKM
Tugas Individu Dasar Kespro

1. Berdasarkan slide materi 1 mengenai antenatal care uraikan pendapat anda terhadap masalah
ANC yang paling banyak terjadi saat ini.
Ketidak patuhan dalam pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak dapat diketahui berbagai
komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara
berkembang yang terjadi saat ini. Jika di spesifikasikan hal itu terjadi salah satunya adalah
karena kurangnya kunjugan ANC. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk tidak
melaksanakan pemeriksaan antenatal care (ANC), salah satunya adalah sosial budaya. Jika ibu
hamil tidak melakukan pemeriksaan secara teratur maka kondisi ibu dan janin tidak akan
terpantau dengan baik, komplikasi dan penyakit yang menyertai kehamilan pun sulit diprediksi
sehingga hal tersebut menyebabkan masalah pada ibu hamil tsb seringkali diketahui saat kondisi
sudah sangat memburuk.

Menurut saya, hal yang paling mempengaruhi seorang ibu hamil melakukan ANC secara rutin
adalah dukungan social. Masa kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu
karena itu ibu hamil sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama suami agar
dapat menjalani proses kehamilan sampai dengan proses melahirkan dengan aman dan nyaman.
Salah satu dukungan yang dapat diberikan pada ibu hamil yaitu dukungan sosial, ini bisa
diwujudkan dalam bentuk materi misalnya kesiapan finansial, dukungan informasi dengan
mencari tau informasi tentang kehamilan. dukungan sosial dari orang tua dan keluarga sangat
berpengaruh terhadap psikis ibu hamil. Jika kehamilan disertai dengan dukungan penuh dari
suami, orang tua dan keluarga maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara
tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang di kandungnya.

2. “Saya sudah bilang ke HRD, saya punya riwayat endometriosis jadi tidak bisa melakukan
pekerjaan kasar seperti mengangkat barang dengan beban berat,” Itulah pengakuan salah satu
buruh perempuan yang bekerja pada perusahaan produsen es krim PT. Alpen Food Industry
(AFI) atau Aice, Elitha Tri Novianty. Perempuan berusia 25 tahun ini sudah berusaha
mengajukan pemindahan divisi kerja karena penyakit endometriosis nya kambuh. Tapi apa
daya, perusahaan justru mengancam akan menghentikannya dari pekerjaan. Elitha terdesak dan
tidak punya pilihan lain selain terus bekerja. Akhirnya, dia pun mengalami pendarahan hebat
akibat bobot pekerjaannya yang berlebihan. Elitha terpaksa melakukan operasi kuret pada
Februari lalu, yang berarti jaringan dari dalam rahimnya diangkat.
Berdasarkan studi kasus diatas :
a) Apa pendapat anda mengenai isu kesetaraan gender pada kasus tersebut
Perkembangan perindustrian di Indonesia tidak lepas dari peran para buruh
perempuan, tetapi pihak petinggi industri kurang mengedepankan kepentingan hak-hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh buruh perempuan tersebut salah satunya adalah PT. Alpen
Food Industry (AFI) atau Aice ini. Perusahaan telah mengabaikan hak-hak buruh perempuan
seperti yang dialami oleh Elitha.
Kasus tersebut menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh
faktor-faktor tertentu yang menyangkut persepsi masyarakat mengenai seorang perempuan.
Ketidaksetaraan gender dapat disebabkan oleh stigma dari budaya patriarki atau adanya
marginalisasi dalam perkerjaan, yang mengungkapkan bahwa perempuan lebih lemah
ketimpang laki-laki. Hal tersebut merupakan hal yang menjadi alasan sebuah perusahaan
untuk memperkerjakan seorang perempuan. Perempuan dianggap lebih rentan sehingga
perusahaan harus memberikan keringanan pekerjaan, seperti cuti haid, cuti kehamilan dan
peringanan beban pekerjaan lainnya. Perempuan pun hanya dianggap sebagai pelenggap
kaum laki-laki, sehingga perempuan diperlakukan secara semena-mena.
Kasus ketidaksetaraan gender yang terjadi pada buruh perempuan di perusahaan Aice
ini, menunjukkan bahwa perusahaan telah lalai dalam mematuhi peraturan-peraturan terkait
hak asasi manusia dan ketenagakerjaan perempuan.

b) Apa hal yang harus dilakukan Perusahaan terhadap karyawan tersebut?


Manajemen perusahaan harus bertanggung jawab terhadap hal yang dialami oleh
pegawainya tsb salah satunya adalah dengan mengusut tuntas kasus tersebut, Perusahaan
sebaiknya membentuk tim khusus untuk menggali apakah ada oknum oknum yang sengaja
melakukan eksploitasi terhadap karyawan,dan mengkaji kembali apakah perusahaan sudah
menjalankan kewajiban dan memenuhi hak-hak karyawan sesuai perundangan-undangan.
Jika terbukti memang ada kelalaian dari pihak perusahaan maka perusahaan harus
menerima sangsi dan membayar kerugian serta bertanggung jawab atas kerugian yang
dialami oleh karyawan tersebut.
Ketidaksetaraan gender yang dialami oleh buruh perempuan merupakan hal yang
harus diatasi. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan dua tindakan yaitu tindakan protektif
dan tindakan afirmatif.
Tindakan protektif dilakukan untuk melindungi pekerja perempuan yang dianggap
rentan serta perempuan yang sedang hamil dan menyusui dengan memperketat peraturan
atau kebijakan. Sedangkan tindakan afirmatif merupakan tindakan khusus yang dirancang
untuk mengatasi dampak diskriminasi di masa lalu atau masa kini dengan dilakukannya
pembaharuan peraturan secara berkala.

c) Apa hal yang harus dilakukan karyawan untuk mengatasi/menyelsaikan masalah seperti
pada kasus?
Agar tidak terjadi lagi kasus tsb, karyawan dapat lebih memaksimalkan produktivitas serta
inovasi. Sehingga perusahaan dapat menempatkan posisi karyawan sesuai dengan
kompetensinya.
Karyawan harus memahami hak dan kewajibanya sebagai seorang tenaga kerja, sehingga
jika terdapat pelanggaran dan ketidakadilan yang dilakukan oleh perusahaan maka
karyawan sebaiknya melaporkan hal tersebut sesuai dengan jenjang dan sistem yag berlaku.

d) Hubungkanlah kasus tersebut dengan kebijakan yang ada di Indonesia


Pada kasus ini buruh perempuan dipersulit untuk mendapatkan hak dan perusahaan
juga lalai menjamin keselamatan buruh perempuan yang sebenarnya sudah dilindungi
dalam Undang-Undang (UU) Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003.
UU Ketenagakerjaan Indonesia sebenarnya sudah cukup melindungi hak pekerja dan buruh
perempuan Indonesia.
Aturan tersebut dengan jelas mengatur jam kerja dan fasilitas untuk tenaga kerja
perempuan serta menetapkan sanksi pidana dan denda bagi perusahaan yang tidak
mengabulkan hak ini. Namun sayangnya, minimnya pengawasan dari pemerintah terkait
perlindungan tenaga kerja perempuan membuat perusahaan melaksanakan peraturan ini
dengan seenaknya.
3. Berdasarkan jurnal :
http://ojs.uho.ac.id/index.php/holrev/article/view/8744/6325
a) Buatlah resume 5 W + 1H mengenai jurnal tersebut
Jurnal ini mengkaji tentang pengaturan hukum pidana terhadap pelanggaran atau
kejahatan terhadap hak reproduksi perempuan. Kajian ini menggunakan pendekatan
normatif, fokus pembahasan adalah pengaturan undang-undang pidana nasional (KUHP
dan UU pidana di luar KUHP) terhadap kejahatan hak reproduksi perempuan. Hasil kajian
menunjukkan bahwa pengaturan kejahatan terhadap hak reproduksi perempuan ada di
KUHP khususnya tentang kejahatan terhadap kesusilaan. UU No. 23/2002 tentang
Perlindungan Anak dengan beberapa perubahannya, UU No. 23/2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU No. 21/2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh negara pertama,
reformulasi tentang pengaturan zina, dan/atau perkosaan. Kedua, perumusan formulasi
baru tentang pelecehan seksual agar jelas dan tegas.
Kebijakan dan masalah yang dikaji adalah yang ada di Indonesia dengan kajian
terhadap kasus yang tercatat pada tahun 2017 dan 2018.
Hukum pidana substantif/atau hukum pidana materiil, yang selanjutnya disebut
dengan istilah hukum pidana saja, mempunyai tujuan dan fungsi. Tujuan hukum pidana
adalah (1) untuk melindungi kepentingan individu dari kesewenang-wenangan penguasa;
(2) melindungi masyarakat dari kejahatan.
Perbuatan yang melanggar atau menyerang hak reproduksi perempuan lazim di
masyarakat disebut dengan kekerasan seksual. Ini karena hak reproduksi berkaitan dengan
masalah seksual, yang sebenarnya hak reproduksi lebih luas daripada hak seksual.
Fenomena yang terjadi bahwa kekerasan seksual tidak hanya terjadi di ruang
publik, melainkan juga terjadi ruang privat atau personal. Kekerasan seksual di ruang
publik maksudnya bahwa kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal,
sedangkan kekerasan seksual di ranah personal, yaitu kekerasan seksual yang dilakukan
orang terdekat seperti ayah kandung, tiri, tetangga, pacar atau saudara. Angka kekerasan
seksual yang berhasil dicatat oleh KOMNAS Perempuan dalam dua tahun terakhir masih
cukup tinggi
Hal-hal yang dibahas pada jurnal ini adalah:
a. Pengaturan Kejahatan terhadap Hak Reproduksi Perempuan dalam Kitab
UndangUndang Hukum Pidana
Pengaturan perbuatan penyerangan terhadap hak reproduksi perempuan yang dapat
dikategorikan sebagai kejahatan dalam KUHP adalah (a) zina; (b) perkosaan; (c) cabul;
(d) perdagangan orang; dan (e) pengguguran kandungan. Pengaturan yang demikian ini
dalam perkembangannya belum bisa mengakomodasi perkembangan kejahatan
terhadap hak reproduksi perempuan.
b. Pengaturan Kejahatan terhadap Hak Reproduksi Perempuan di luar KUHP
Perbuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai kejahatan yang dirumuskan di luar
KUHP disebut sebagai tindak pidana khusus. Adapun kejahatan-kejahatan itu antara
lain meliputi kejahatan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga, kejahatan terhadap
anak baik yang terjadi di lingkup rumah tangga maupun di lingkup komunitas.
Kejahatan tentang perdagangan perempuan dan anak, yang pengaturannya bersifat
umum yaitu dengan sebutan undang-undang tindak pidana perdagangan orang.
undang-undang tersebut yang terkait dengan masalah kejahatan terhadap hak
reproduksi perempuan yaitu
i. UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak
ii. UU No. 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU
PKDRT)
iii. UU No. 21/2017 tentang Pemberantasan Tindak Perdagangan Orang (UU
Pemberantasan TPPO)

b) Bandingkanlah isi jurnal dengan kondisi real saat ini di Indonesia atau di tempat tinggal
anda!
Saat ini kelemahan atau kekurangan dalam mengatur kejahatan terhadap hak reproduksi
perempuan masih juga ada, terutama yang ada dalam KUHP.
i. pengaturan masalah perbuatan zina, sering dijempui adanya zina yang terjadi tidak
sesuai denga isi jurnal ini terutama pada orang yang memiliki ekonomi golongan
atas, seringkali istri sah menjadi korban.
ii. memperluas atau menambahkan rumusan perkosaan tidak hanya dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan tetapi dengan kesepakatan, karena ada janji janji tertentu
pun harus bisa dikategorikan sebagai perkosaan. Korban pemerkosaan saat ini
masih belum mendapatkan perlindungan sebagaimanan mestinya, hal ini. Adanya
ketidakpedulian masyarakat untuk tidak mau ikut campur membuat pengusutan
kasus pemerkosaan semakin sulit.
iii. penegasan pengaturan tentang pelecehan seksual, terutama di tempat kerja.
Beberapa hal Ini perlu mendapatkan perhatian pemerintah untuk melakukan
reformulasi terhadap hukum pidana nasional.

c) Menurut pandangan personal, apakah sejauh ini hak – hak perempuan sudah terpenuhi ?
Jika sudah apa contohnya? Dan jika belum, apa alasannya?
Menurut saya sejauh ini hak-hak perempuan sudah mulai terpenuhi, namun dalam
praktiknya masih ada saja ditemukan orang-orang yang melenceng dan lalai dalam
menjamin hak-hak perempuan.

Contoh terkecil adalah pas struktur keluarga, masih ada saja suami yang menunjukkan kan
Superioritas laki-laki, hal ini karena pola piker yang masih tradisional, contohnya adalah
dengan melarang istri bekerja karena alas an perempuan harus di rumah tidak boleh
kemana-mana.
Selain itu,kasus yang sering terjadi adalah Tentang TKW pada saat ini ada 2 masalah, yaitu:
1. Mereka sering menjadi bulan-bulanan penyiksaan para majikan.
2. Mereka belum diberikan perlindungan dalam bentuk peraturan-peraturan mengenai
pekerjaan.

Hal ini disebabkan karena kebanyakan pekerja wanita yang ada berpendidikan rendah dan
kurang memiliki pengalaman kerja, karena pendidikan yang rendah dan masih lugu
sehingga pekerja wanita tidak mendapatkan informasi yang memadai, dan karena
pendidikan serta kurangnya pengalaman banyak wanita tidak pernah dipromosikan ke
jenjang pekerjaan yang lebih tinggi.

Kekerasan tersebut dapat datang dari kelompok laki-laki dalam berbagai hal. Oleh
masyarakat hal tersebut dianggap sebagai kelompok yang lebih kuat dan dianggap
memiliki kekuasaan lebih atas kelompok perempuan. Tetapi tidak hanya laki-laki yang
berpotensi melakukan kekerasan terhadap perempuan, namun juga negara dan masyarakat
yang tidak dapat dikategorikan jenis kelaminnya. Namun, kekerasan terhadap perempuan
tidak dapat dilepaskan dari pandangan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam suatu
masyarakat. Kekerasan ini banyak yang tidak ter ekspos karena adanya kekuasaan pada
laki-laki tersebut, karena banyak uang laki-laki tersebut dapat ‘membeli’ hukum agar kasus
nya tidak dilanjutkan,

Anda mungkin juga menyukai