Anda di halaman 1dari 2

Perlakuan Hak Asasi Manusia serta Kesejahteraan Sosial pada Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Malang

Nisrina Asmawati
225040100111005, Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Indobesia merupakan negara berkembang serta jumlah penduduk terbanyak keempat di


dunia sebanyak 278 juta jiwa. Adanya pertumbuhan jumlah penduduk memiliki keterkaitan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan yang bisa dikendalikan akan membawa
hidup menjadi sejahtera, sebaliknya jika pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan
pertambahan jumlah tenaga kerja akan menimbulkan permasalahan kesejahteraan hidup bagi
manusia. Masalah kesejahteraan yang sering terjadi pada kehudipun seringkali diidentikkan
denghan masalah kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial meliputi aspek perumahan,
hubungan sosial, administrasi, keamanan, keterlibatan sosial, kebudayaan, keseahtan,
lingkungan dan keluarga Masalah kesejahteraan sosial ini merupakan masalah yang dialami
karena beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor budaya, faktor
lingkungan sosial. Adanya masalah ini berhubungan dengan Hak Asasi Manusia yang saling
terikat pada diri seseorang, kelompok maupun masyarakat luas, serta adanya tumpang tindih
dalam pemenuhan dan perlindungan HAM. Orang yang mengalami permasalahan
kesejahteraan sosial ini disebut dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
PMKS terdiri dari anak terlantar, penyandang distabilitas, gelandangan, pengemis, pemulung,
fakir miskin, kelompok minoritas, dan lain lain. HAM tidak hanya berbicara tentang norma
atau instrumen hukum, melainkan bagian kesejahteraan sebagai tujuan kehidupan bangsa.
Refleksi ini terbentuk selama kegiatan tugas Project Based Learning (PBL) yang kami lakukan.
Beberapa pengalaman yang didapatkan saat berproses memlalui tugas kuliah ini yaitu
mendapatkan tantangan dan pengalaman baru saat mengerjakan tugas di dalam sebuah
kelompok yang beranggotakan lima orang. Di sini, saya mendapatkan tantangan bagaimana
cara melakukan wawancara kepada narasumber yaitu pengemis sesuai tema yang dibahas serta
menulis artikel artikel dengan waktu yang tebatas dengan baik. Namun ada hal yang menjadi
kendala saat mengerjakan tugas projek ini yaitu tidak sempat untuk melakukan wawancara
kepada narasumber yaitu salah pegawai Dinas Sosial karena keterbatasan waktu. Dalam
pengamatan ini, kami menggunakan metode kualitatif dengan melalui wawancara dengan
beberapa narasumber, melakukan dokumentasi, serta observasi. Observasi yang dilakukan
merupakan pengamatan secara langsung kepada subjek penelitian dan pengisian kuisioner
untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang keberadaan PMKS seperti pengemis di Kota
Malang.
Fenomena Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan sebuah
permasalah sosial yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. PMKS ini terdiri dari
perseorangan, kelompok atau masyarakat karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan
tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya
baik secara jasmani, rohani maupun sosial secara memadai dan wajar. Hambatan ini merupakan
sebuah kerentanan yang dihadapi oleh para PMKS karena adanya sebuah ketimpangan yang
terjadi di kehidupan sosial mereka. Setiap kelompok masyarakat yang rentan berhak
memperoleh perlakuan baik serta perlindungan tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Hak Asasi
Manusia (HAM) merupakan suatu hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan dan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia, sejak lahir. Pada studi kasus yang dilakukan oleh kelompok kami yaitu
menyorot tentang keberadaan pengemis. Memberi dan meminta adalah Hak Asasi Manusia
(HAM) yang dimiliki oleh setiap orang. Dari studi kasus, saya bisa melihat bahwa PMKS
seperti pengemis masih beranggapan bahwa pemerintah bertindak kurang adil kepada pihak
yang rentan serta orang yang ekonomi rendah. Perilaku masyarakat masih beberapa melakukan
hal yang tidak menunjukkan sikap menghargai dan menghormati sesama manusia. Serta
perilaku beberapa pengemis mengulurkan tangan dengan cara memaksa orang, sehingga orang-
orang terganggu atas keberadaannya. Keberadaan inilah yang menjadi masalah bagaimana
perilaku yang dilakukan ketika bertemunya peminta dan pemberi. Ada haknya kita untuk
memberi dan ada haknya para meminta untuk menerima. Di sisi lain jika terjadi terus menerus
maka peminta akan saling bergantungan kepada pemberi. Pada pasal 34 ayat (1) menyatakan
bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara serta ayat (2) menyatakan bahwa
negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Sebagaimana
pada nilai Pancasila yaitu sila ke lima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Raykat Indonesia”, setiap
orang berhak atas perlindungan HAM tanpa adanya diskriminasi, hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal yang layak, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta memperoleh pelayanan yang baik walaupun berbeda dari aspek pendidikan, sosial maupun
ekonominya karena didalam nilai-nilai HAM sendiri menyebutkan tentang kesamaan,
kebebasan serta kebersamaan. Nilai-nilai universal HAM tersebut merupakan tujuan utama
penegakan HAM. Hak Asasi Manusia mererapkan tentang kesetaraan, pelarangan adanya
diskriminasi dan kewajiban positif yang dipertanggungjawabkan kepada setiap negara untuk
melindungi hak-hak. Negara atau bahkan setiap orang tidak berhak mencabut hak yang melekat
pada manusia tersebut. Dengan jumlah PMKS yang tidak sedikit karena masalah tentang
kesejahteraan sosial menandakan antara pemerintah belum dapat mengatasi sepenuhnya dan
PMKS belum dapat diatasi. Dari hasilpengamatan yang dilakukan ini berfokus pada
permasalahan di atas. Permasalahan ini terkait dengan bagaimana tanggung jawab pemerintah
dalam penganganan pengemis di Malang dan faktor pendukung serta hambatan yang dialami
oleh pemerintah dalam penanganan kesejahteraan sosial dan keutuhan Hak Asasi Manusia oleh
para PMKS. Sampai saat ini PMKS masih banyak yang belum melaksanaakan program-
program yang disediakan oleh pemerintah, seperti program di bidang kesehtaan dan rehabilitasi.
Pada dasarnya, solusi dari akar permasalahan PMKS ini hasus diselesaikan oleh pemerintah
dengan cara yang tepat dengan memprioritaskan pengembangan sumberdaya manusia seperti
masalah pendidikan, pelatihan dan rehabilitasi mental para PMKS, hal tersebut serupa dengan
sejarah HAM yang menyeritakan tentang pembebasan budak pada masa kenabian. Kegiatan
serta solusi tersebut dapat menjadikan perubahan yang dilakukan untuk mengurangi angka
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) salah satunya pengemis.

REFERENSI
Prasetya, K. A. (2013). Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Gelandangan dan Pengemis
(Gepeng) Ditinjau dan Perspektif HAM (Studi Kasus Pengadilan Negeri Singaraja).
Kertha Wicara, 4.
Puspita, M. E. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Hidup Masyarakat
Suku Laut Pulau Bertam Kota Batam. Jurnal Trias Politika.

Anda mungkin juga menyukai