M. Wahyu Kurniadi
Kekerasan adalah kata yang sudah akrab ditelinga kita. Persepsi yang
pertama kali terpikirkan oleh kita ketika mendengar kata “Kekerasan” adanya
pelaku, korban, dan tindak fisik yang merugikan orang lain. Kekerasan bisa saja
terjadi disetiap kalangan masyarakat, baik itu masyarakat biasa ataupun pejabat-
pejabat di pemerintah. Kekerasanpun dapat menimpa siapa saja baik itu laki-laki
Setiap hari kita pasti ada mendengar berita atau membaca di media massa
Ironisnya pelaku tindak kekerasan terkadang melibatkan orang terdekat, baik itu
keluarga sendiri seperti ayah atau ibu, saudara ataupun masyarakat sekitar tempat
tinggal anak berada. Anak-anak yang menjadi koraban kekerasan hingga kini
anak dapat diartikan sebagai perilaku yang sengaja maupun tidak sengaja
ditujukan untuk melukai anak, baik berupa serangan fisik maupun mental. Tindak
membalik telapak tangan. Dalam berbagai kasus yang kita ketahui bahwa trauma
fisik akibat tindak kekerasan terhadap anak dapat hilang setelah 48 jam kecuali
tindak kekerasan itu menimbulkan bekas luka yang serius dan parah, baik itu fisik
PEMBAHASAN
Lewis & Bradley (Dalam Lewis, 2011) Layanan advokasi dirancang untuk
melayani dua tujuan dasar: (a) meningkatkan rasa pribadi dan kekuasaan klien dan
dapat memilih untuk merespons melalui advokasi. Peran advokasi klien sangat
penting ketika individu atau kelompok rentan tidak memiliki akses ke layanan
yang sangat mereka butuhkan (Lewis, Arnold, House, & Toporek, 2002, hal. 1).
adalah suatu bentuk tindakan yang menjurus pada pembelaan, dukungan atau
suatu bentuk rekomendasi. Advokasi juga diartikan sebagai suatu bentuk upaya
Pada kasus anak yang menjadi korban dari kekerasan, pendampingan yang
dibutuhkan sang anak bisa saja dalam hal memperkuat atau mengembalikan
kondisi fisik dan mental sebelum terjadi kekerasan. Walaupun pada dasarnya
menghadapi hambatan yang tidak dapat mereka atasi dengan sendiri. Ketika itu
keterampilan dan status di masyarakat untuk berbicara atas nama klien mereka.
penyebab. Faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak terbagi atas faktor
internal dan faktor eksternal (Nandang, 2016). Faktor keluarga ini tidak hanya
pelaku kekerasan berasal dari keluarga sendiri, baik yang dilakukan oleh orang tua
ekonomi keluarga dan kondisi keluarga itu sendiri. Selain faktor ekonomi, faktor
anak. Keluarga yang tidak harmonis cenderung terjadi kekerasan, baik dilakaukan
oleh orang tua maupun saudara. Ayah dan ibu yang tidak harmonis cenderung
tinggi dalam hal pemberian intervensi (Lewis, Toporek, & Ratts, 2010), termasuk
sosial tingkat makro. Untuk melaksanakan secara efektif peran advokat klien,
konselor harus dapat mempertimbangkan (1) Sistem layanan dan pendidikan yang
relevan atas nama klien dan siswa, (2) Bantu klien mendapatkan akses ke sumber
daya yang dibutuhkan, (3) Identifikasi hambatan untuk kesejahteraan individu dan
sistemik antar setiap komponen pendukung yang ada dalam komunitas (Lewis,
Lewis, Daniels, & D'Andrea, 2011). Adanya campur tangan institusi untuk
membantu anak korban kekerasan juga menjadi bantuan yang sangat bermanfaat
kekerasan bisa menggunakan tahapan pada gambar diatas. Pada setiap titik,
konselor dan klien harus menentukan tidak hanya perubahan seperti apa -
individu, lingkungan, atau keduanya - yang paling efektif akan menyelesaikan
masalah yang dihadapi tetapi juga seberapa siap individu atau orang lain yang
bertanya tidak hanya perubahan apa yang mungkin terjadi tetapi juga perubahan
apa yang lebih disukai. Konselor yang menggunakan model konseling komunitas
tidak perlu memilih antara memperkuat sumber daya pribadi individu atau
penasihat atau agen perubahan lingkungan. Justru sebaliknya, semua peran yang
ada itu malah akan terus berinteraksi untuk mencapai tujuan. Ketika klien
menyadari bahwa lebih dari perilaku mereka sendiri harus berubah, mereka
PENUTUP
berjangka panjang. Trauma yang akan dihadapi anak akan selalu dibawa
mereka nanti dewasa. Karena mereka akan selalu teringat apa saja yang telah
dirasakan dan akhirnya berdampak pada mental mereka apabila kekerasan yang
jawab keluarga, baik itu orang tua ataupun saudara. Karena bisa saja hal yang
dirasakan oleh anak-anak ini adalah dampak dari perilaku mereka. Bantuan segera
sangat diperlukan untuk memperbaiki para calon generasi penerus bangsa ini.
Melakukan kolaborasi dengan institusi juga menjadi jalan keluar lain dalam
melakukan advokasi konseling. Meminta bantuan dari sumber daya lain juga akan
pentingnya seperti (1) Sistem layanan dan pendidikan yang relevan atas nama
klien dan siswa, (2) Bantu klien mendapatkan akses ke sumber daya yang
rencana tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Lewis, J. A., Toporek, R. L., & Ratts, M. (2010). Advocacy and Social Justice:
Counseling Association.