Disusun Oleh
(2102016)
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap remaja tidak hanya memiliki lingkungan yang berbeda, tetapi juga latar belakang
ekonomi, sosial, dan keluarga yang berbeda, serta latar belakang pendidikan yang berbeda.
Pergaulan yang salah merupakan salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja. Apalagi
saat ini, karena alasan modernisasi, kaum muda ingin mencoba hal-hal yang pada hakikatnya
tidak ada gunanya. Contohnya seperti mengonsumsi zat-zat terlarang seperti narkotika,
meminum minuman keras, dan melakukan pergaulan bebas. Jika tindak pidana remaja
dibiarkan begitu saja, niscaya akan merugikan masa depannya sendiri, khususnya masa
depan negara ini. Saat ini, kenakalan remaja sudah melampaui batas normal. Banyak dari
anak di bawah umur yang mengetahui tentang tembakau, narkoba, seks bebas, dan terlibat
dalam banyak kejahatan lainnya. Fakta tersebut sudah tidak bisa dipungkiri lagi dan kita bisa
melihat betapa brutalnya remaja masa kini. Permasalahan kenakalan remaja saat ini menjadi
semakin memprihatinkan baik di negara maju maupun berkembang.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun.
Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanakkanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi dan pencarian jati
diri, yang karenanya sering melakukan perbuatan -perbuatan yang dikenal dengan istilah
kenakalan remaja. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Kenakalan-kenakalan remaja saat ini semakin
meningkat dan semakin beragam, namun pernahkah disadari bahwa kenakalankenakalan
yang ditimbulkan remaja, bukan hanya tanggung jawab remaja itu sendiri, akan tetapi
merupakan tanggung jawab orangorang di sekitar mereka.
Masa remaja selalu menjadi bahasan yang menarik, terutama bagi remaja yang orang
tuanya bercerai. Perceraian orang tua tidak hanya menjadi masalah dalam keluarga, namun
keberadaan anak remaja dalam keluarga yang bercerai seringkali bermasalah, sebagai
semacam ungkapan kekecewaan sang anak (terutama di usia remaja) dengan kondisi orang
tuanya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa terjadinya perceraian orang tua dapat
dilihat dari sisi positif anak yaitu motivasi anak untuk menghindari pengalaman buruk orang
tuanya. Kehadiran informan orang tua yang bercerai dalam asesmen ini dianalisis dengan
menggunakan alat Youth Social Activity Assessment.
Masalah yang bisa terjadi pada remaja dalam hal ini adalah ketidakmampuan remaja
untuk dapat mengatasi perasaan emosi yang ditimbulkan pasca terjadinya perceraian.
Akibatnya, hal tersebut mengganggu aktifitas mereka dalam sehari-hari baik dirumah
maupun disekolah misalnya melakukan keputusan untuk berhenti sekolah, memilih
meninggalkan rumah dan memilih hidup dijalanan, mengkonsumsi obat-obatan, serta
meminum minuman keras. Selain itu, remaja pun tidak memiliki kemampuan untuk
merencanakan tindakan yang jelas dan spesifik untuk menghindari atau meminimalisir
kemungkinan-kemungkinan negatif yang ditimbulkan pasca terjadinya perceraian orang tua.
1) Nama PPKS : NA
2) Jenis kelamin : Perempuan
3) Tempat dan tanggal lahir : Gorontalo,25 April 2002
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan :-
6) Agama : Islam
7) Alamat Tempat Tinggal : Gorontalo
Suryandari, S. (2020). PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP . Jurnal Inovasi
Pendidikan Dasar.