Anda di halaman 1dari 13

Focus: Jurnal

ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019


Pekerjaan Sosial

PENGENDALIAN EMOSI PADA REMAJA


PELAKU TINDAK KRIMINAL DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KHUSUS ANAK (LPKA) BANDUNG
Oleh:

Theresia Vania Radhitya W1, Meilanny Budiarti Santoso2


1
Mahasiswa Kesejahteran Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
2
Departemen Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
E-mail: theresia.vania@gmail.com dan meilannybudiarti13@gmail.com

Abstrak

Masa remaja merupakan masa yang rentan pada perkembangan diri manusia. Perubahan fisik,
kognitif, dan psikososial terjadi di masa ini. Di masa inilah seorang individu memiliki banyak permasalahan.
Situasi inipun dirasakan oleh seorang remaja yang saat ini menjalankan kehidupannya di LPKA karena harus
berhadapan dengan hukum. Remaja yang berhadapan dengan hukum akan memiliki permasalahan yang
lebih kompleks jika dibandingkan dengan remaja biasanya. Tekanan yang diterima pun lebih besar sehingga
akan membuat dirinya terlalu overthinking terhadap sesuatu dan membuat perubahan emosi yang terkadang
sulit dikendalikan. Hal ini dirasakan oleh klien yang dimana mengalami kesulitan dalam mengendalikan
emosi sehingga memberikan dampak negatif bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan begitu
fokus pembahasan dalam artikel ini adalah bagaimana membantu seorang remaja agar dapat
mengendalikan emosi. Klien yang sulit mengendalikan emosi dapat dibantu oleh praktikkan untuk dapat
mengendalikan emosinya. Praktikkan membantu dengan membangun hubungan antara praktikkan dan klien
sehingga menumbuhkan kepercayaan klien. Praktikkan menawarkan beberapa metode yang berkaitan dan
metode yang disepakati untuk digunakan adalah metode Cognitive Restructuring Form dan Deep Breathing.
Proses intervensi menggunakan metode ini dilakukan selama dua minggu. Dari proses intervensi yang
dilakukan selama dua minggu itu maka didapatkan hasil bahwa klien sudah mulai dapat mengendalikan
emosi dengan baik. Klien juga sudah bisa berpikir secara positif namun masih belum terbiasa menggunakan
pikiran tersebut. Hasil tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan tabel yang ada pada artikel ini.

Kata kunci: terapi kognitif, pengendalian emosi, deep breathing, cognitive restructuring form, remaja

Abstract

Adolescence is a period that is vulnerable to human development. Physical, cognitive, and


psychosocial changes occur in this period. At this time an individual has many problems. Even this situation
is felt by a teenager who is currently running his life in LPKA because he has to deal with the law.
Adolescents who are faced with the law will have more complex problems compared to normal teens. The
pressure received is even greater so that it will make him too overthinking something and make emotional
changes that are sometimes difficult to control. This is felt by clients who experience difficulty in controlling
emotions so that it has a negative impact on themselves and the surrounding environment. That way the
focus of the discussion in this article is how to help a teenager to control emotions. Clients who have
difficulty controlling emotions can be helped by practicing to be able to control their emotions. Practice helps
by building relationships between practice and clients so as to foster client trust. Practice offers several
related methods and the method agreed to be used is the Cognitive Restructuring Form and Deep Breathing
method. The intervention process using this method was carried out for two weeks. From the intervention
process carried out for two weeks, it was found that the client had begun to be able to control emotions
well. Clients also have been able to think positively but are still not used to using these thoughts. These
results can be accounted for with the table in this article.

Keyword(s): cognitive therapy, emotional control, deep breathing, cognitive restructuring form, adolescence.

219
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

I. PENDAHULUAN menghadapi kondisi ini dengan memberikan terapi


kognitif.
Masa remaja seringkali disebut masa yang
paling rentan. Masa remaja dapat didefinisikan 1. Masa Remaja: Masa Rentan dan Masa
sebagai masa transisi dari masa anak-anak menuju Perkembangan Kognitif
dewasa. Pada masa ini remaja mengalami banyak
perubahan mulai dari perubahan fisik, kognitif, dan Muss (1968) dalam Sarwono (2011: 11)1
psikososial. Di masa ini remaja memiliki energi menyatakan bahwa remaja (adolescence) berasal
yang besar, emosi yang berkobar-kobar dan dari kata adolescere (Bahasa Latin) memiliki arti
kondisi mereka seringkali belum mampu tumbuh ke arah kematangan. Kematangan ini
mengendalikan diri. meliputi kematangan fisik, sosial-psikologis.
Artikel ini disusun berdasarkan data yang Remaja memiliki tugas perkembangan, menurut
diperoleh penulis saat melakukan kegiatan Havighurst dalam Hurlock (1990)2, tugas
praktikum pekerjaan sosial dengan individu dan perkembangan remaja meliputi: (1) Mencapai pola
pengembangan diri. Praktikan saat itu bekerja hubungan baru yang lebih matang dengan teman
bersama klien seorang remaja laki-laki berumur 17 sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan
tahun. keyakinan dan etika moral yang berlaku di
Klien saat ini sedang menjalani masyarakat; (2) Mencapai peranan sosial sesuai
kehidupannya di LPKA Bandung dikarenakan dengan jenis kelamin, selaras dengan tuntutan
pernah melakukan tindak kriminal memiliki sosial dan kultural masyarakat; (3) Menerima
permasalahan yang lebih kompleks jika kesatuan organ-organ tubuh/keadaan fisiknya
dibandingkan dengan remaja biasa lainnya. Klien sebagai pria/wanita dan menggunakannya secara
sebagai anak yang berhadapan dengan hukum dan efektif sesuai dengan kodrat masing-masing; (4)
saat ini harus menjalani hukuman untuk Menerima dan mencapai tingkah laku sosial
mempertanggungjawabkan perilakunya membuat tertentu yang bertanggung jawab di tengah
tekanan hidup yang diterima tinggi terlebih disaat masyarakat; (5) Mencapai kebebasan emosional
seperti ini klien merasa jauh dari orang dari orang tua dan orang dewasa lainnya dan
terdekatnya. Dengan begitu permasalahan yang mulai menjadi “diri sendiri”; (6) Mempersiapkan
dialami klien sangat banyak. diri untuk mencapai karir (jabatan dan profesi)
Klien memiliki beberapa permasalah dalam dalam bidang kehidupan ekonomi; (7)
dirinya salah satunya adalah dalam mengendalikan Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia
emosi. Klien mengaku seringkali emosi pada hal- perkawinan dan kehidupan berkeluarga; (8)
hal kecil yang sebenarnya tidak perlu dihadapi Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika
dengan sikap emosional. Misalkan saja, saat klien sebagai pedoman bertingkah laku dan
merasa badmood karena harus tetap mengembangkan ideologi untuk keperluan
membereskan tempat tidur, padahal klien merasa kehidupan kewarganegaraannya.
sangat malas untuk melakukannya. Menurut Hall dalam Sarwono (2011)3,
masa remaja merupakan masa “storm and drang”
Klien juga mengaku tidak dapat di masa ini penuh emosi dan kerapkali emosi
mengendalikan emosi saat orang-orang meledak-ledak karena ada pertentangan nilai.
terdekatnya seperti keluarga atau sahabatnya Dengan begitu masa remaja kerap kali dikatakan
disakiti oleh orang lain. Klien merasa bahwa ia masa yang rentan. Menurut McWhirter et al.
harus bisa melawan orang yang menyakiti (2007)4, kerentanan terjadi sepanjang rangkaian
keluarga atau sahabatnya itu, sehingga terkadang risiko kecil hingga risiko besar. Perilaku yang
klien memakai kekerasan untuk melakukan tergolong rentan memiliki rentang mulai dari
perlawanan. Klien merasa bahwa dirinya
merupakan seorang yang emosional dan hal 1
tersebut menjadi hambatan yang berpengaruh Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Rajawali
negatif dalam kehidupannya sehari-hari. Walapun Pers, 2011), hlm.11.
2
demikian, klien pun percaya ada kelebihan pada Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Rentan
dirinya yang dapat digunakan untuk melawan Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1990).
3
emosinya. Dengan demikian, dalam kegiatan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Rajawali
praktikum pekerjaan sosial dengan individu dan Pers, 2011.
4
pengembangan diri ini, praktikan melakukan McWhirter, At Risk Youth: A Comprehensive Response
proses intervensi untuk membantu klien dalam for Counselors, teachers, Psychologists, and Human
Service Professionals, (United States of America:
Thomson Brooks/Cole, 2007).

220
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

penolakan sosial sampai masalah terjadi di Berk (2003: 244-249) beberapa ciri dari
sekolah, melalui aktivitas yang melanggar nilai dan perkembangan kognitif di masa remaja mengacu
norma (membolos, menggunakan narkoba) hingga pada teori perkembangan kognitif antara lain:
hal-hal illegal secara hukum (tawuran, pencurian,
pemerkosaan, pemukulan). a. Mampu menalar secara abstrak dalam
Selain itu, di masa remaja juga terjadi situasi yang menawarkan beberapa
perkembangan kognitif. Menurut Piaget dalam
b. kesempatan untuk melakukan b. Periode Remaja Awal
penalaran deduktif hipotesis dan Remaja cenderung menyendiri,
berpikir proporsional. Penalaran sehingga merasa terasingkan, kurang
deduktif hipotesis merupakan proses perhatian dari orang lain, dan tidak
kognitif di mana seseorang ada orang yang mulai
dihadapkan pada permasalahan akan mempedulikannya. Kontrol bertambah
memulai dengan “teori umum” dari sulit dan cepat marah dengan cara
seluruh faktor yang memungkingkan yang kurang wajar.
memberi pengaruh pada hasil dan c. Periode Remaja Tengah
menyimpulkan dalam suatu prediksi. Terjadi peningkatan tanggung jawab
c. Memahami kebutuhan logis dari dari orang tua, keluarga hingga
pemikiran proporsional, masyarakat. Masyarakat sering
memperbolehkan penalaran tentang menunjukkan kontradiksi dengan nilai
alasan kontradiktif dengan realita. moral yang diketahui, dengan begitu
Remaja bisa mengevaluasi logika dari remaja mulai ragu mengenai hal-hal
pernyataan verbal tanpa merujuk yang dianggap baik dan buruk. Oleh
keadaan dunia nyata. karena itu, remaja dalam tahap ini
d. Memperlihatkan distorsi kognitif yang membentuk nilai yang dianggap benar,
secara bertahap akan menurun dan baik, dan pantas dikembangkan pada
menghilang di usia dewasa. Remaja diri mereka sendiri.
akan mulai berpikir lebih tentang d. Periode Remaja Akhir
dirinya sendiri. Piaget meyakini bahwa Remaja memandang dirinya sebagai
pada masa remaja telah terbentuk orang dewasa dan mampu
egosentrisme baru pada tahap operasi menunjukkan pemikiran, sikap, dan
formal, yaitu muncul ketidakmampuan perilaku yang semakin dewasa.
untuk membedakan perspektif Remaja dalam tahap ini mampu
abstrak dari diri sendiri dan orang lain mengendalikan emosi dan emosinya
(Inhelder & Piaget, 1955/1958, dalam stabil serta sudah lebih bijaksana
Berk, 2003)5. dalam mengambil pilihan atau
keputusan.
2. Emosi Pada Remaja
Menurut Ali & Ansori (2005) dan Nursalim
Menurut Asrori (2005: 105)6, masa remaja (2013)7, terdapat beberapa faktor yang
beserta karakteristik emosi dapat di bagi ke dalam mempengaruhi emosi remaja, yaitu:
empat periode, yaitu: a. Perubahan jasmani
a. Periode Pra-Remaja Pada masa remaja terjadi
Gerakan-gerakan yang dilakukan pertumbuhan yang sangat cepat pada
remaja mulai kaku dalam periode ini. anggota tubuh, sehingga
Perubahan ini disertai sifat kepekaan menjadikannya tidak seimbang.
terhadap rangsangan-rangsangan dari Kondisi ketidakseimbangan dalam
luar dan respon berlebih, sehingga tubuh ini berpengaruh terhadap
mudah tersinggung dan cengeng, perkembangan emosi remaja karena
cepat merasa senang atau meledak- beberapa remaja tidak dapat
ledak. menerima perubahan pada kondisi
tubuhnya. Selain itu, hormon tertentu
sudah berfungsi pada tubuh remaja,
5
Berk, Child Development, (Boston: Allyn and Bacon,
2003).
6 7
Ali & Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Nursalim, Strategi Intervensi dan Konseling, (Jakarta:
Didik, (PT. Bumi Aksara, 2005), hlm. 105. Indeks, 2013).

221
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

sehingga dapat menyebabkan 3. Cognitive Restructing Form


rangsangan dalam tubuh dan
menimbulkan masalah dalam Teknik cognitive resturucting menurut Ellis
perkembangan emosi. (dalam Nursalim, 2013: 32)8 yaitu memusatkan
b. Perubahan Pola Interaksi dengan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan
Orang Tua mengubah pikiran atau pernyataan diri negatif
Perbedaan pola asuh orang tua serta keyakinan klien yang tidak rasional menjadi
berpengaruh pada perkembangan pikiran positif dan rasional. Teknik ini dirancang
emosi remaja. Pemberontakan remaja untuk membantu mencapai respon emosional yang
pada orang tua menunjukkan baru dan lebih baik dengan mengubah kebiasaan
keinginan mereka untuk melepaskan penilaian habitual (kebiasaan) yang biasa
diri dari pengawasan orang tua. digunakan, sehingga menjadi tidak terlalu bias
Perlawanan ini membuat remaja puas (Dombeck & Wells-Moran, 2014 dalam Efrod
dalam menunjukkan bahwa dirinya 2017:255)9.
berhasil menjadi orang yang sudah Cognitive Resturucturing Form (CRF)
dewasa. Jika remaja berhasil melawan merupakan salah satu metode dalam pekerja sosial
orang tua, hingga orang tua menjadi dalam mengatasi masalah klien terkait dengan
marah, hal ini membuat remaja kondisi cognitive mereka. Form ini berperan untuk
merasa belum puas karena orang tua membiasakan klien yang seringkali otomatis
tidak menunjukkan pengertian yang berpikiran negatif pada beberapa kejadian yang
diinginkan, sehingga keadaan ini tidak diinginkan untuk mencari pikiran alternatif
mempengaruhi perkembangan emosi yang positif. Apabila klien sudah membiasakan diri
remaja. mengisi form ini, maka klien akan mampu
c. Perubahan Interaksi dengan Teman mengubah pikiran negatif dengan alternatif pikiran
Sebaya positif secara otomatis saat mereka menghadapi
Remaja membangun interaksi dengan kejadian yang mengganggu.
teman sebaya secara khusus untuk Dalam menggunakan Cognitive
melakukan aktivitas bersama yang Resturucturing Form (CRF), langkah-langkah yang
bisa dikatakan membentuk geng. dilakukan kepada klien adalah sebagai berikut:
Hubungan antaranggota dalam suatu a. Memberitahukan maksud dan tujuan
geng biasanya bersifat intens, memiliki pemberian CRF kepada klien. Hal ini
kohesivitas dan solidaritas yang tinggi. dilakukan karena klien harus
Pada masa ini sebaiknya geng dapat mengetahui maksud dan tujuan dari
mempengaruhi individu ke arah yang diberikannya CRF, sehingga mereka
lebih positif. Biasanya anggota dalam mau terlibat dalam proses intervensi.
geng membutuhkan teman untuk b. Memberi tahu langkah-langkah
melawan otoritas atau perbuatan yang mengisi kolom yang ada di dalam CRF.
tidak baik bahkan kejahatan bersama. Hal ini dilakukan dengan memberi
d. Perubahan Pandangan Luar beberapa contoh situasi atau kejadian
Perubahan pandangan dunia luar juga yang dapat menimbulkan emosi pada
menjadi faktor penting yang diri klien.
mempengaruhi perkembangan emosi c. Meminta klien menentukan pikiran
pada remaja. Beberapa perubahan otomatis negatif yang dimilikinya saat
mengenai pandangan dunia luar dapat kejadian tersebut terjadi. Lalu
menyebabkan konflik emosional dalam meminta klien untuk memberi
diri remaja. Kerapkali remaja dianggap presentase nilai pada emosi yang
sudah dewasa, akan tetapi mereka dirasakannya tersebut.
tidak mendapatkan kebebasan penuh d. Mendiskusikan hal yang harus
sebagaimana yang dilakukan orang dipikirkan oleh klien mengenai
dewasa. Mereka masih sering kejadian tersebut. Apabila klien
dianggap sebagai anak kecil yang mengatakan hal yang tidak seharusnya
kerapkali membuat mereka jengkel.
Dari kejengkelan itulah kemudian
8
menimbulkan tingkah laku emosional Nursalim, Strategi Intervensi dan Konseling, (Jakarta:
pada remaja. Indeks, 2013), hlm. 32.
9
Efrod, 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap
Konselor, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm.255.

222
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

mereka pikirkan (masih berupa pikiran ditugaskan dalam kurun waktu 2


negatif), maka praktikan berperan minggu untuk mengisi form tersebut
untuk mengarahkan klien pada pikiran secara mandiri.
positif yang kemudian harus dituliskan Contoh dari Cognitive Restructuring Form (CRF)
oleh klien pada kolom sangkalan adalah seperti yang tertuang dalam tabel 1 berikut
terhadap pikiran negatif. Setelah itu, ini:
klien diminta untuk menuliskan
presentase emosi yang baru tersebut.
e. Setelah klien mengetahui cara kerja
penggunaan CRF, maka klien

Tabel 1
Cognitive Restructing Form 6 kolom
Hari Situasi/Kejadian: Emosi: Pikiran Tanggapan Respon
Tulis Secara 1. Tentukan Otomatis/ Rasional/ Emosional yang
Ringkas Kejadian sedih/cemas/m Self-Talk Debat/ baru
Faktual Yang arah, dll Negatif Yang Sangkalan Skor kadar
Menimbulkan Emosi 2. Skor kadar Menyebab- Terhadap emosi yang baru
Tidak emosi antara kan Emosi Pemikiran secara
Menyenangkan 1-100% Otomatis berurutan

Sumber: Praktikum Pekerjaan Sosial dengan Individu dan


Pengembangan Diri, 2019

4. Teknik Deep Breathing Teknik ini dilakukan untuk memberikan


ketenangan pikiran dan jiwa klien, keberhasilan
Teknik deep breathing merupakan salah teknik ini ditentukan oleh seberapa rileks diri klien
satu Teknik yang dapat digunakan dalam praktik saat melakukannya.
pekerjaan sosial. Teknik deep breathing
merupakan salah satu terapi relaksasi yang dapat
digunakan untuk menurunkan kadar emosi yang II. METODE
dialami oleh klien. Berikut ini merupakan langkah-
langkah untuk melakukan teknik deep breathing, Metode yang digunakan adalah metodologi
yaitu: andragogi yang mensyaratkan klien diposisikan
a. Duduk dengan senyaman mungkin dan sebagai orang dewasa dan didorong untuk
rileks. berperan aktif dalam setiap tahapan kegiatan. Baik
b. Mata dipejamkan lalu ambil nafas yang melalui teknik brainstrorming guna mengungkap
dalam secara perlahan melalui mulut. berbagai permasalahan yang dihadapi remaja dan
c. Buang udara secara perlahan melalui juga teknik sharing pengalaman diantara sesama
mulut. peserta pelatihan dan juga fasilitator pelatihan. Hal
d. Ulangi langkah-langkah tersebut ini bertujuan agar peserta pelatihan dapat melihat
beberapa kali. segala sesuatu yang terkait dengan permasalahan
e. Rasakan gesekan udara di hidung, yang sedang dihadapi dari sudut pandang yang
dengarkan suara paru-paru berbeda, hingga menemukan sudut pandang baru
bergesekan dengan permukaan mulut. yang lebih positif dan dapat mengubah cara
f. Fokus, abaikan suara-suara yang berpikir dan berperilaku mereka di kemudian hari.
mengganggu dan tetap fokus pada
suara nafas sendiri yang terdengar.
g. Setelah itu, bukalah mata.

223
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemudian dalam pertemuan itu klien


memperkenalkan dirinya bahwa dirinya bernama T
1. Hasil Assessment berusia 17 tahun. Sebagai seorang remaja laki-laki,
klien senang bermain sepak bola dan mendaki
Kegiatan assessment yang dilakukan oleh gunung. Di awal pertemuan dengan praktikan,
praktikan merupakan tahapan awal kegiatan yang klien sudah dapat bersikap terbuka mengenai
ditujukan untuk menggali dan mengetahui segala dirinya, salah satunya dengan mengatakan bahwa
informasi/data terkait diri klien, lingkungan sosial klien adalah seorang yang emosional. Dengan
di mana klien berada, potensi yang dimiliki oleh kondisi emosinya yang sangat mudah meledak-
klien dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh ledak, klien merasa hal tersebut menjadi
klien. Tahap assessment ini sangat penting untuk penghambat bagi dirinya dalam melakukan
dilakukan dengan benar, karena dengan beberapa aktivitas, terutama saat beraktivitas
mengetahui informasi/data terkait keberadaan diri dengan orang lain.
klien, maka praktikan dapat menganalisis dan Dalam tahapan assessment ini, praktikan
kemudian bersama klien menentukan apakah klien mulai mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
perlu dibantu dalam mencari solusi dari yang dimiliki oleh klien. Hal ini dilakukan untuk
permasalahan yang dihadapinya ataukah kegiatan mengetahui dan menggali berbagai potensi yang
pendampingan yang dilakukan oleh praktikan akan dimiliki oleh klien dan untuk mengidentifikasi
ditujukan untuk mendukung klien dalam berbagai permasalahan yang dihadapi oleh klien.
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil assessment yang
Di awal pertemuan, praktikan dan klien dilakukan, berikut ini teridentifikasi berbagai
saling berkenalan dan bercerita satu sama lain. kelebihan, kekurangan, permasalahan dan aspek
Praktikan mengemukakan maksud dan tujuan dari pribadi yang ingin dikembangkan oleh diri klien,
kegiatan praktikum yang sedang dilakukan kepada yaitu seperti yang tertuang dalam tabel 2 berikut
klien. Impresi yang praktikan dapatkan dari klien ini:
saat itu adalah klien cukup antusias dan mau
terlibat dalam kegiatan yang sedang dilakukan.

Tabel 2

Identifikasi Klien

Nama Kelebihan Kekurangan Masalah Aspek Pribadi


yang ingin
dikembangkan
T 1. Memiliki 1. Emosional 1. Sering emosi 1. Tidak mudah
solidaritas 2. Malas pada hal kecil. marah.
tinggi 3. Mudah 2. Malas 2. Tidak malas
terhadap terenyuh jika membereskan membereskan
teman. ada sesuatu tempat tidur tempat tidur,
2. Mudah hal terkait padahal wajib sehingga tidak
beradaptasi. orang tua untuk dilakukan, emosi di pagi
3. Keterampilan sehingga hampir hari
dalam setiap bangun
bermain bola. pagi menjadi
emosi

Sumber: Praktikum Pekerjaan Sosial dengan Individu dan


Pengembangan Diri, 2019

Berdasarkan data yang tertuang pada oleh klien kepada praktikan pada saat awal
tabel 2 tersebut, maka teridentifikasi bahwa klien pertemuan assessment.
mengalami masalah pengendalian emosi. Hal ini Setelah praktikan mengetahui kelebihan,
seperti yang secara langsung telah diungkapkan kekurangan, masalah yang sedang klien hadapi

224
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

dan perubahan yang diinginkan oleh klien, dalam genogram keluarga klien, seperti yang
selanjutnya praktikan menggali informasi/data terlihat dalam gambar 1 berikut ini:
terkait keberadaan keluarga klien, yang dituangkan

Gambar 1
Genogram Klien

Ibu
Ayah

T A Z

Sumber: Praktikum Pekerjaan Sosial dengan Individu dan


Pengembangan Diri, 2019

Berdasarkan genogram yang dibuat oleh berumur 32 tahun, sebagai seorang ibu rumah
klien, tampak bahwa hubungan keluarga yang tangga. Orang tua dari ibu klien keduanya sudah
dimiliki klien adalah sebagai berikut: Klien (T) meninggal.
seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun yang Klien mengaku hubungannya dengan
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. keluarga baik-baik saja. Ayah klien memiliki
Klien berasal dari daerah Rancaekek Kabupaten saudara kembar dan dua orang adik yang berjenis
Bandung. Namun, saat ini klien tinggal di Lembaga kelamin laki-laki dan perempuan. Ibu klien
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung. merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara. Klien
Klien memiliki dua orang adik, yaitu A dan cukup dekat dengan keluarga besarnya
Z. A merupakan adik perempuan klien yang dikarenakan rumah mereka masih dekat dengan
berusia 12 tahun dan Z merupakan adik laki-laki rumah klien. Dari penuturan klien, klien lebih dekat
klien yang saat ini berusia 4 tahun. Ayah klien saat dengan adik perempuan ayahnya jika
ini berumur 36 tahun, bekerja sebagai penjual dibandingkan saudara ayahnya yang lain
buku keliling ke sekolah-sekolah. Saat ini ibu klien dikarenakan umur mereka sama. Hubungan klien

225
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

dengan ayahnya juga cukup baik. Klien sering kakeknya tidak ingin klien melakukan hal yang
berdiskusi tentang olah raga dengan ayahnya. tidak baik. Selain itu, kakek dan neneknya pun
Hubungan klien dengan ibunya sangatlah dekat, sering mengunjungi klien di LPKA.
klien mengaku bahwa ibunya merupakan tempat Klien juga mengaku dekat dengan adik
klien mencurahkan isi hatinya ketika klien merasa perempuan dari ayahnya karena memiliki usia
senang ataupun sedih. Kedua orang tua klien yang sama, sehingga mereka sering bermain
mendukung dan tidak pernah meninggalkan klien bersama. Lalu klien juga dekat dengan uwanya
saat sedang kesusahan. yang merupakan anak kedelapan kakak dari
Klien pun menceritakan perjuangan kedua ibunya. Klien dekat dengan uwanya karena saat
orang tuanya selama ini yang selalu ikut kecil sehari-hari klien dititipkan ke rumah uwanya
menemani klien saat persidangan dan sudah karena ibu klien harus bekerja menjaga warung.
banyak pengorbanannya dalam menemani dan Hubungan klien dengan temannya sangat
mendukung klien saat persidangan. Orang tuanya baik dan ikut mempengaruhi diri klien. Klien
juga masih sering mengunjungi klien di LPKA. mengaku bahwa ia pernah bertengkar hebat
Sebelum masuk LPKA, ada suatu kejadian dengan orang lain hingga melakukan kekerasan
di mana klien merasa kecewa terhadap orang fisik untuk membela temannya. Rasa solidaritas
tuanya hingga klien kabur dari rumah selama 2 klien terhadap temannya ikut berpengaruh pada
hari ke rumah uwanya dan uwanya tidak kondisi emosi klien. Klien yang memiliki sifat
memberitahukan keberadaan klien kepada orang emosional menjadi bertambah emosi ketika
tuanya. Alasan kekesalan klien pada orang tuanya temannya disakiti oleh orang lain dan klien pun
adalah karena saat itu klien ingin sekali mengikuti tidak segan untuk melakukan perlawanan pada
seleksi timnas, namun karena biaya pendaftaraan orang lain yang menyakiti temannya bahkan klien
yang terlalu mahal, yaitu sebesar 10 juta rupiah, tidak segan untuk melakukan tindakan kekerasan
orang tua klien tidak dapat memberikan uang demi untuk membela temannya.
pendaftaran tersebut. Namun, ternyata kemudian Klien memiliki dua orang teman yang
klien mengetahui bahwa setelah kejadian itu, sangat dekat dan sangat mengenal klien lebih dari
orang tuanya malah membeli perlengkapan rumah teman-temannya yang lain. Menurut klien, yang
tangga dan alat elektronik lainnya, sehingga dikatakan teman adalah seseorang yang selalu ada
membuat klien menjadi marah dan kecewa pada di kala susah dan senang. Sekarang, saat klien
orang tuanya. tinggal di LPKA, klien masih sering dikunjungi oleh
Sekarang, hubungan klien dengan orang temannya dan klien merasa senang karena
tuanya sudah membaik. Keluarga klien tidak ada temannya tidak ada yang meninggalkannya saat ia
yang menjelek-jelekkan klien, melainkan mereka mengalami kesulitan.
tetap mendukung klien. Hubungan klien dengan Hubungan klien dengan lingkungan di
adiknya pun cukup dekat. Namun klien mengaku LPKA juga cukup baik. Klien mengaku mudah
terkadang sering bertengkar dengan adik beradaptasi dengan lingkungan barunya. Klien
perempuannya mengenai masalah waktu bermain. juga banyak mengenal anak-anak yang ada di
Klien tidak suka adik perempuannya pulang LPKA. Di LPKA klien memiliki dua orang teman
malam, menurutnya adiknya tersebut tidak tahu dekat, yaitu D dan E. Teman klien D dan E menjadi
waktu saat bermain yang seharusnya anak tempat untuk mencurahkan isi hati klien saat
perempuan sudah di rumah saat malam. berada di LPKA karena mereka satu kamar dan D
Klien lebih dekat dengan adik laki-lakinya, sama-sama menghadapi kasus yang sama,
mereka berdua sering bermain bersama. sehingga dekat sejak dari masa persidangan. Klien
Komunikasi keluarga klien bisa dikatakan cukup seringkali jengkel dan marah kepada teman-
baik karena mereka masih menyempatkan waktu temannya di LPKA, yaitu jika ada temannya yang
untuk sarapan bersama, sehingga bisa saling tidak menjalankan tugas yang diberikan oleh
bercerita mengenai apa yang mereka alami. petugas LPKA bersama-sama.
Dalam keluarga besarnya klien mengaku Klien saat ini sudah memiliki pacar.
cukup dekat dengan kakek dan neneknya serta Hubungan klien dengan pacarnya berjalan dengan
beberapa anggota keluarga dari ayah dan ibunya. baik. Klien sudah berpacaran selama 4 tahun. Klien
Klien dekat dengan kakek dan neneknya karena mengaku bahwa ia sudah dekat dengan keluarga
rumah mereka bersebelahan dan klien seringkali pacarnya, begitu pun sebaliknya. Pacarnya masih
membantu kedua orang tua ayahnya tersebut. sering mengunjungi klien di LPKA. Klien beberapa
Hubungan kedekatan ini dapat dilihat dari kali ingin memutuskan pacarnya saat tinggal di
penuturan klien bahwa kakeknya sering mengajak LPKA. Namun, pacarnya masih tetap ingin
klien ikut keliling desa saat tahun baruan karena melanjutkan hubungan mereka dan masih terus

226
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

mendukung klien dengan keadaannya sebagai Berbagai hubungan yang dimiliki klien
narapidana saat ini. yang telah dijabarkan di atas dapat digambarkan
seperti yang tertuang pada gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2
Ecomap Klien

Sumber: Praktikum Pekerjaan Sosial dengan Individu dan Pengembangan Diri, 2019

Dari hasil assessment juga didapatkan bahwa klien memiliki power. Klien mengatakan begitu karena
merasa dia mulai sangat emosi saat dirinya masih klien selalu dihormati dan di beri kesempatan lebih
duduk di bangku SMP. Klien merupakan korban dulu oleh teman-temannya saat melakukan
bullying saat SMP. Dalam situasi itu, klien sudah sesuatu. Seperti saat sedang dibagikan makanan,
tidak dapat menahan amarahnya dan akhirnya ia teman-temannya langsung memberikan makanan
pun melawan pelaku bullying tersebut. Dari tersebut kepada klien, sedangkan perlakukan
kejadian itulah korban menjadi seorang yang teman-temannya pada andikpas lainnya tidak
emosional sampai saat ini. Saat itu cara klien demikian.
meredakan emosinya adalah dengan tidur dan Klien merasa ada sesuatu yang janggal
menulis. Klien memiliki kesenangan menulis, dan sangat ingin mengetahui alasan teman-
sehingga cara tersebut digunakannya untuk temannya memperlakukan diri klien seperti itu.
meluapkan emosi. Selain itu jika klien marah Klien pernah bertanya kepada temannya, namun
dengan temannya, klien akan langsung temannya selalu menolak untuk menjawab dengan
mengatakan kepada temannya bahwa dirinya jujur. Rasa keinginantahuannya mendorong klien
marah dan menegurnya. meminta tolong kepada teman baiknya untuk
Kondisi saat ini, klien mengungkapkan menanyakan alasan mengapa teman-teman
bahwa perlakuan teman-temannya di LPKA memperlakukan klien seperti itu. Jawabannya
membuatnya kurang nyaman. Saat klien adalah karena mereka takut serta khawatir jika
menghampiri temannya yang sedang bercanda, klien marah karena mengetahui bahwa
temannya langsung diam. Selain itu, klien merasa sebelumnya klien sering menggunakan kekerasan
bahwa teman-temannya menganggap klien adalah fisik saat dirinya sedang marah atau merasa
orang yang memiliki power, sedangkan klien emosi. Klien mengaku dirinya sudah pernah
sendiri merasa bahwa dirinya tidak sama sekali memberitahukan temannya bahwa sekarang ia

227
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

tidak akan seperti itu lagi saat marah, namun praktikan membantu klien
teman-temannya masih saja tidak berubah. membiasakan diri untuk bersikap rileks
Praktikan juga mengamati perilaku klien saat menghadapi permasalahan.
saat melakukan assessment. Ada satu kejadian di b. Praktikan menjelaskan kegunaan dan
mana perubahan emosi klien yang berlangsung manfaat penggunaan kolom self-talk
cepat dapat dilihat oleh praktikan. Klien terlihat positive. Dalam hal ini diharapkan klien
tidak suka saat temannya dibohongi oleh orang dapat memiliki pikiran alternatif yang
lain. Kejadiannya bermula saat praktikan, klien lebih positif dalam menghadapi
serta 3 andikpas lainnya sedang bermain games. permasalahan ataupun situasi yang
Di awal kegiatan, semuanya berjalan dengan baik tidak nyaman bagi diri klien. Praktikan
sampai suatu saat ada salah satu orang andikpas juga menjelaskan kegunaan dan
yang membohongi teman dekat klien (bersikap manfaat dari memilih sikap rileks,
curang). yaitu agar klien dapat menghilangkan
Dalam situasi demikian, tampak ada sebagian rasa emosi saat berhadapan
perubahan raut wajah pada diri klien saat teman dengan suatu permasalahan.
dekatnya dibohongi. Klien berubah menjadi sinis c. Praktikan menjelaskan proses yang
kepada temannya tersebut. Awalnya raut akan dilakukan oleh klien dalam
wajahnya senang kemudian berubah menjadi raut mengatasi permasalahan yang
wajah yang menandakan dirinya kesal saat dihadapinya, yaitu dengan
kejadian itu terjadi. menggunakan cognitive restructuring
form (CRF) yang ditujukan untuk
2. Plan of Treatment (POT) mengubah kognisi negatif pada diri
klien. Selain itu, praktikan pun
Hasil assessment menunjukkan bahwa menggunakan teknik deep breathing,
klien memiliki permasalahan terkait pengendalian yaitu agar klien bisa mencapai kondisi
emosi, yaitu sebagai berikut: rileks saat emosinya mulai muncul.
a. Sulit mengendalikan emosi jika orang Pertama-tama praktikan mulai
terdekat disakiti. Klien merasa dirinya menjelaskan tahapan pengisian CRF
harus terlibat dalam masalah yang kepada klien, setelah itu memberikan
dialami oleh orang terdekatnya penugasan bagi klien untuk mengisi
dengan orang lain. Saat emosi CRF. Praktikan juga menjelaskan
seringkali klien bertindak dengan cepat langkah-langkah melakukan terapi
tanpa berpikir panjang mengenai relaksasi dengan teknik deep
akibat yang akan diterimanya, breathing.
misalkan saat melawan orang lain d. Proses pengisian cognitive
yang menyakiti temannya. restructuring form (CRF) dilakukan
b. Hal-hal kecil dapat mempengaruhi oleh klien dalam waktu dua minggu.
emosi klien. Ketika ia tidak suka Selama proses pengisian CRF oleh
dengan hal tertentu, maka akan klien, praktikan melakukan proses
terjadi perubahan emosi yang cepat pendampingan setiap minggu dan juga
dalam diri klien. Contohnya saat ia untuk mengevaluasi kondisi klien.
bangun pagi dan teringat bahwa klien
harus membereskan tempat tidur, 3. Treatment
klien akan merasa badmood dan
marah-marah. Berdasarkan hasil assessment dan plan of
treatment, maka intervensi yang akan dilakukan
Berdasarkan hal tersebut, maka plan of praktikan terhadap klien mengenai pengendalian
treatment yang akan dilakukan adalah: emosi pada klien adalah dengan menggunakan
a. Tujuan: Praktikan membantu klien teknik rational therapy, yaitu menggunakan
agar dapat memiliki pikiran alternatif cognitive restructuring form (CRF) 6 kolom.
yang positif saat mengalami suatu
kejadian, sehingga klien mampu untuk Tabel 3 berikut ini menjelaskan hasil
memilih pikiran mana yang seharusnya assessment terhadap klien dengan menggunakan
klien pikirkan saat menghadapi CRF 6 kolom, yaitu sebagai berikut:
permasalahan tersebut. Dalam hal ini,

228
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Tabel 3
Hasil Assessment Dengan Menggunakan Cognitive Restructuring Form (CRF)
6 Kolom

Treatment Pengalaman Presentase Self-Talk Negative Self-Talk Presentase


ke- Emosi (%) Positif (%)
1 Bangun tidur 70% Saya malas - -
membereska membereskan
n tempat tempat tidur saat
tidur bangun pagi
karena
menyusahkan
2 Bangun tidur Sedih - Saya tidak Bahagia 20%
membereska 1% boleh
n tempat emosian dan
tidur dan malas supaya
teringat ibu mendapat
buku
4 Bangun tidur Marah 20% Saya emosi Saya tidakBahagia 50%
lesu karena lelah boleh emosi
membereskan supaya
kamar hanya mendapat
bertiga buku
5 Bangun tidur Marah 50% Saya badmood - -
ngedumel bangun kesiangan
Sumber: Praktikum Pekerjaan Sosial dengan Individu dan Pengembangan Diri, 2019

Berdasarkan data yang tertuang dalam Langkah pertama yang dilakukan adalah
tabel 3 tersebut, terlihat bahwa klien masih klien harus duduk senyaman mungkin dan rileks,
kesulitan dalam menentukan self-talk positive. setelah itu mata dipejamkan. Kemudian fokus
Klien masih belum aktif terlibat menggunakan pada nafasnya, klien mengambil nafas pelan-
CRF, hal ini tampak bahwa klien hanya mengisi pelan sedalam-dalamnya lalu dikeluarkan
tabel tersebut selama lima hari. Saat perlahan-lahan melalui mulut dengan
pendampingan di minggu pertama, klien mendengarkan suara paru-paru yang
mengungkapkan dirinya menuliskan isi tabel di mengembang dan suara udara yang bergesekan.
buku karena masih takut ada kekeliruan, saat itu Lalu setelah diulangi beberapa kali teknik inipun
praktikan mengevaluasi hasil dan menjelaskan selesai. Klien mengungkapkan bahwa dirinya
kembali langkah-langkah dalam mengisi CRF merasa lebih rileks dan tenang setelah melakukan
dengan benar serta mengingatkan klien untuk teknik ini.
memindahkan isi tabel dari buku tulis miliknya
pada tabel CRF yang praktikan berikan. 4. Terminasi
Selain CRF, praktikan juga menggunakan
metode deep breathing sesuai dengan plan of Setelah melakukan intervensi dan
treatment. Intervensi ini digunakan untuk evaluasi terhadap apa yang dilakukan oleh
membuat klien berada dalam kondisi rileks saat praktikan bersama klien selama proses
menghadapi permasalahan yang memunculkan pendampingan, tahapan selanjutnya adalah
emosi pada diri klien, sehingga klien tidak terminasi. Terminasi dilakukan untuk mengakhiri
langsung melampiaskan kekesalannya. Metode masa praktikum dan memastikan target minimal
deep breathing yang digunakan adalah teknik dari intervensi dapat tercapai. Target minimal dari
gelembung soda, teknik ini sama dengan teknik praktikan dalam intervensi ini adalah klien dapat
deep breathing, namun disini klien harus mengendalikan emosinya dengan baik dan bisa
membayangkan suara yang mengganggu seperti berpikir jernih sebelum melakukan suatu tindakan
gelembung soda yang hilang dipermukaan. untuk menghadapi suatu masalah.

229
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

Terminasi dilakukan pada hari Senin, 20 IV. SIMPULAN DAN SARAN


Mei 2019. Praktikan menjabarkan hasil yang
sudah tercapai saat intervensi dilakukan. Klien Berbagai tahapan kegiatan dalam
mengaku bahwa metode deep breathing sangat pelaksanaan praktikum pekerjaan sosial dengan
berpengaruh bagi dirinya. Namun, klien mengaku individu dan pengembangan diri ini telah
masih belum begitu memahami CRF. dilaksanakan dari mulai kontak awal sampai
terminasi. Fokus dalam proses intervensi adalah
5. Evaluasi pada pribadi klien yang emosional. Klien memiliki
perubahan emosi yang cepat saat menghadapi
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah suatu kejadian yang tidak disukainya. Praktikan
proses pendampingan berjalan sesuai dengan bersama klien berusaha dan bekerja sama untuk
rencana atau tidak. Berikut ini adalah hal-hal yang mengatasi permasalahan yang dihadapi klien
dapat diperoleh dalam proses evaluasi, yaitu: dengan menggunakan metode intervensi rational
a. Dalam proses pendampingan, klien therapy, yaitu dengan menggunakan cognitive
terlibat secara aktif dan dapat dengan restructuring form disertai dengan penggunaan
jujur serta terbuka dalam teknik deep breathing.
menceritakan informasi mengenai Simpulan yang diperoleh dengan
dirinya. Klien senang dirinya bisa menggunakan metode tersebut adalah:
menceritakan keluh kesahnya selama a. Klien memiliki pikiran positif namun
berada di dalam LPKA kepada klien masih menolak menggunakan
praktikan. Awalnya klien masih pikiran tersebut saat dihadapkan
tertutup mengenai keluhan terkait pada suatu kejadian yang
permasalahan emosialnya. Namun, membuatnya emosi.
setelah beberapa kali praktikan b. Klien akan dapat mengendalikan
bertemu dengan klien, akhirnya klien emosinya bila klien dapat
mau untuk menceritakan banyak hal menenangkan dirinya dengan
terkait kesulitannya dalam melakukan relaksasi.
mengendalikan emosinya. Setelah
dilakukan proses pendampingan, Berdasarkan hasil yang dicapai pada
terjadi perubahan pada kondisi praktikum ini, maka praktikan mencoba memberi
emosional klien, sekarang klien sudah saran untuk klien antara lain:
mulai dapat mengendalikan emosinya a. Klien diharapkan berlatih dalam
dengan baik, tidak marah saat memilah self-talk negative dan self-
bangun pagi karena harus talk positive saat dihadapkan pada
membereskan tempat tidur. suatu kejadian.
b. Klien menyatakan bahwa teknik b. Klien diharapkan dapat
mengendalikan emosi dengan mempertahankan kondisi yang
menggunakan teknik deep breathing tenang pada dirinya saat emosinya
gelembung soda membantu dirinya muncul, sehingga klien tidak cepat
dalam menciptakan ketenangan dan melampiaskan emosinya dan
rileks saat emosinya mulai naik. berdampak negatif pada orang lain.
Adapun dalam pengunaan CRF, klien
masih mengalami kesulitan. UCAPAN TERIMA KASIH
c. Tujuan intervensi telah tercapai, klien
mulai dapat mengendalikan emosinya Penulis mengucapkan terimakasih kepada
dengan baik. Namun perlu latihan pihak yang memberikan bantuan serta bimbingan
lebih banyak lagi untuk dapat mengisi sehingga penulisan laporan mikro ini dapat
tabel CRF, agar klien dapat memiliki terselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih
alternatif self-talk positive. kepada:
d. Hambatan yang dihadapi oleh a. Tuhan YME karena dengan pengantara
praktikan untuk dapat mengingatkan dan berkat-Nya penulis bisa
klien di luar jam pendampingan, menyelesaikan Laporan Praktikum ini.
karena tidak bisa menghubungi klien b. Pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak
selain bertemu langsung. Bandung karena telah mengizinkan untuk
menggunakan LPKA sebagai tempat

230
Focus: Jurnal
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 2 Hal: 219 – 231 Desember 2019
Pekerjaan Sosial

melakukan praktikum mikro dan telah Prokrastinisasi Akademik Peserta Didik Kelas
menyediakan klien. X Sman 2 Sukoharjotahun Ajaran 2016/2017.
c. Tim dosen pengampu mata kuliah Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
praktikum pekerjaan sosial dengan McWhirter, J., McWhirter, B., McWhirter, E., &
individu dan pengembangan diri yang McWhirter, R. (2007). At Risk Youth : A
telah membimbing dan membantu selama Comprehensive Response for Counselors,
proses praktikum berlangsung. Teachers, Psychologists, adn Human Service
Proefessionals. United States of America:
Thomson Brooks/Cole.
Muawanah, L. B., & Pratikto, H. (2012). Kematangan
d. T.D selaku klien yang telah banyak
Emosi, Konsep Diri Dan Kenakalan Remaja.
membantu selama proses praktikum dan Jurnal Psikologi, 7, 490-500.
sudah mau terbuka serta bekerja sama Noviandari, H., & Kawakib, J. (2016). Teknikcognitive
dengan baik sehingga penulis bisa Restructuring Untuk Meningkatkan
menyelesaikan laporan ini dengan baik. Selfefficacy Belajar Siswa. Jurnal Psikologi,
3, 76-86.
Nursalim, M. (2013). Strategi Intervensi dan
Konseling. Jakarta: Indeks.
DAFTAR PUSTAKA Rizkiawati, R., & Siti Aisah, D. H. (n.d.). Mengatasi
Masalah Distorsi Kognitif Pada Klien Usia
Remaja Dengan Metode Cognitive
Ali, M., & Asrori, M.(2005). Psikologi Remaja Resturucting Form. SHARE : SOCIAL WORK,
Perkembangan Peserta Didik. PT. Bumi 6, 154-272.
Aksara . Santoso, M. B. (2017). Remaja Berisiko. Sumedang:
Arikhman, N. (n.d.). Efektivitas Deep Breathing Niaga Muda Press.
Relaxation Techniques Menurunkan Nyeri Sarry, Y. N. (2017). Perkembangan Kognitif Dan
Pasca Secatio Caesarea. Kesehatan Medika Emosi Psikologi Masa Remaja Awal. Jurnal
Saintika, 9. Pengabdian Kepada Masyarakat, 1, 6-12.
Azmi, N. (2015). Potensi Emosi Remaja Dan Sawrono. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta:
Pengembangannya. Sosial Horizon : Jurnal PT.Rajawali Pers.
Pendidikan Sosial, 2. Susanti, Y., Pamela, E. M., & Haryanti, D. (n.d.).
Berk, L. (2003). Child Development. Boston: Allyn Gambaran Perkembangan Mental Emosional
and Bacon. Pada Remaja.
Efrod, B. T. (2017). 40 Teknik Yang Harus Diketahui Suwardianto, H., & Kurnia, E. (2011). Pengaruh Terapi
Setiap Konselor. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Relaksasi Napas Dalam (Deep Breathing)
Fajarudin, M. V., & Pratiwi, T. I. (2016). Penerapan Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada
Strategi Cognitive Restructuring Untuk Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota
Menurunkan Persepsi Negatif Terhadap Wilayah Selatan Kota Kediri. JURNAL
Pelaksanaan Program Bimbingan Dan STIKES RS BAPTIS, 4.
Konseling Pada Siswa Kelas X-4 Sma Negeri Unknown. (n.d.). Retrieved from http://repo.iain-
1 Kaangrejo Tulungagung. Jurnal BK, 6. tulungagung.ac.id/6991/5/BAB%20II.pdf
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan, Suatu Zahara, D., & Fadhlia, T. N. (2013). Pengaruh
Rentan Kehidupan (Terjemahan : Kematangan Emosi Pada Remaja Ditinjau
Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Dari Pola Asuh Orang Tua Dan Jenis
Erlangga. Kelamin. An-Nafs, 8.
Hanifa, R., & Santoso, M. B. (n.d.). Cognitve
Restructuring Dan Deep Breathing Untuk
Pengendalian Kecemasan Pada Penderita
Fobia Sosial. Share : Social Work Journal, 6,
154-272.
Indramastuti, A. M. (2017). Teknik Cognitive
Restructuring Untuk Mereduksi

231

Anda mungkin juga menyukai