Anda di halaman 1dari 3

Konsep dasar keperawatan jiwa pada remaja

Perubahan pokok dalam moralitas selama masa remaja terdiri dari


mengganti konsep-konsepmoral khusus dengan konsep-konsep moral tentang
benar dan salah yang bersifat umum, membangun kode moral berdasarkan pada
prinsip-prinsip moral individual, dan mengendalikan perilaku melalui
perkembangan hati nurani. Hubungan antara remaja dengan anggota keluarga
cenderung merosot pada awal masa remaja meskipun hubungan-hubungan ini
sering kali membaik menjelang berakhirnya masa remaja, terutama hubungan
remaja-remaja putri terhadap anggota keluarganya. Meskipun sebagian besar
remaja ingin sekali memperbaiki kepribadian dengan harapan meningkatkan
status mereka didalam kelompok sosial, namun banyak kondisi yang
mempengaruhi konsep diri berada diluar pengendalian mereka. Bahaya psikologis
utama dari masa remaja berkisar disekitar kegagalan melaksanakan peralihan ke
arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan terpenting dari masa
remaja. Bidang-bidabg dimana ketidakmatangan disebabkan kegagalan
melakukan peralihan ke perilaku yang lebih matang yang paling utama adalah
perilaku sosial, seksual dan moral, dan ketidakmatangan dalam hubungan
keluarga. Bila ketidakmatangan tampak jelas maka dapat menimbulkan penolakan
diri yang merusak penyesuaian pribadi dan sosial.

A. Definisi
Istilah adolescent atau masa remaja berasal dari kata adolescere
yang berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescent, seperti yang
digunakan saat ini, mencakup arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik.
(stuart dan sundeen, 1995).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Haber,Hoskins, Leach dan Sideleu (1987) menentukan usia
remaja antara 12 – 18 tahun, sementara Wilson dan Kneisl (1988)
menggunakan usia 12-20 tahun sebagai batasan remaja.
B. Landasan teoritis keperawatan jiwa pada remaja
Menurut Wilson dan Kneisl (1988), dua teori yang menjadi
landasan utama untuk memahami tentang perkembangan remaja ialah teori
perkembangan dan teori interaksihumanistic. Stuart dan Sundeen (1995)
mengemukakan teori biologis, teori psikoanalitis,teori perkembangan
intelektual, teori budaya dan teori multidimensional. Hanya teori
perkembangan dan teori interaksi yang akan diuraikan berikut ini.
1. Teori Perkembangan
Teori perkembangan memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi penyimpangan yangterjadi pada proses tumbuh
kembang remaja. Teori Sigmund Freud, Erik Erikson danSullivan
memberikan penghayatan kepada kita tentang perjuangan remaja
dalam mencapaikedewasaan.Proses perkembangan identitas diri
remaja memerlukan self image (citra diri) juga hubunganantar
peran yang akan datang dengan pengaman masa lalu. Untuk
mendapatkan kesamaandan kesinambungan, pada umumnya
remaja harus mengulangi penyelesaian krisis masa laludengan
mengintegrasikan elemen masa lalu dan membina identitas akhir.
Periode krisis yangperlu ditinjau kembali ialah rasa percaya, rasa
otonomi, rasa inisiatif, dan rasa industri.Pada tahap pertama,
remaja perlu mencari ide dan objek untuk tempat melimpahkan
rasapercaya (sense of trust). Konflik yang tidak terselesaikan pada
tahap pertama ini membuatremaja merasa ditinggalkan, biasanya
dimansifestasikan melalui perilaku makan yangberlebihan, serta
ucapan kasar dan bermusuhan. Tahap kedua adalah rasa otonomi,
remajabelajar bertindak dan membuat keputusan secara mandiri.
Konflik masa lalu yang tidak terselesaikan membuat remaja takut
mengikuti kegiatan yang akan membuat dia ragu
akankemampuannya. Tahap ketiga adalah rasa inisiatif, dimana
anak tidak lagi mementingkanbagaimana berjalan, tetapi apa yang
dapat dilakukan dengan kemampuan tersebut. Padatahapan ini,
mereka mengujicobakan apa yang mungkin dilakukan dan bukan yang
dapatdilakukan. Konflik masa ini akan terbawa pada saat remaja,
yaitu ketidakmampuan untuk mengambil inisiatif. Tahap keempat
adalah rasa industri, yang menuntut remaja untuk memilih karir
yang tidak saja menjamin secara finansial, tetapi juga memberikan
kepuasankarena penampilan kerja yang baik.
2. Teori interaksi humanistic
Perawat perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip interaksi
humanistic dalam pengkajian danasuhan keperawatan untuk
mengembangkan hubungan rasa percaya dengan remaja. Perawat perlu
memperhatikan dampak tahapan perkembangan, faktor sosial
budaya, pengaruhkeluarga, dan konflik psikodinamika yang
dimanifestasikan melalui perilaku remaja.Pertanyaan yang perlu
diperhatikan perawat, adalah :1.Apa arti perilaku atau masalah ini
bagi remaja?2.Apa yang dikatakan remaja tentang perilakunya?
3.Apa dampak masalah ini pada remaja? Apakah ini suatu masalah
yang biasa terjadi padakelompok usia remaja?4.Bagaimana
perubahan ini mempengaruhi remaja dan hubungannya dengan
orang lain?5.Apa tujuan yang dimiliki remaja dalam waktu dekat
dan yang akan datang?6.Apa kekuatan personal yang dimiliki
remaja untuk mengatasi masalah yang sedangdihadapinya?
7.Pertimbangan apa yang telah dibuat (perawat dan remaja)
berkaitan dengan faktorperkembangan, keluarga, biologis, atau
sosial budaya? Proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai