DISUSUN OLEH:
PSIKOLOGI A 2017
2020
IDENTITAS DIRI
Identitas diri merupakan suatu penyadaran yang dipertajam tentang diri sendiri, yang
dipakai seseorang untuk menjelaskan siapakah dirinya, yang meliputi karakteristik diri,
memutuskan hal-hal yang penting dan patut dikerjakan untuk masa depannya serta standar
tindakan dalam mengevaluasi perilaku dirinya ke semua hal tersebut terintegrasi dalam
diri sehingga seseorang merasa sebagai pribadi yang unik dan berbeda dari orang lain
dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya.
Pada masa remaja, pembentukan identitas diri akan cenderung lebih terlihat. Remaja
akan mempertanyakan siapa dirinya karena kebingungan menghadapi perubahan fisik,
anatomik, psikologis, dan sosial yang dipertimbangkan dari nilai-nilai maupun
kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat. Masalah pokok yang dihadapi oleh seorang
anak saat memasuki masa remaja adalah pencarian bentuk identitas diri. Identitas diri
adalah gambaran bagaimana profil diri, harga diri, kepastian posisi maupun kedudukan
sosial anak-remaja dalam lingkungan pergaulan dimana ia berada.
Remaja mengalami krisis identitas karena memiliki masalah dengan kemampuannya
mengendalikan emosi, bermasalah menempatkan diri dengan teman sebayanya,
bermasalah dengan penampilan dirinya, tidak mendapat figur yang tepat untuk mencapai
identitas diri yang baik. Saat remaja mengalami krisis identitas, perilaku yang
dicerminkan dapat mengacu pada tindakan-tindakan destruktif.
Dalam pembentukan identitas diri, ada remaja yang melewati fase tersebut
dengan cepat, dan ada pula yang lambat, bahkan ada kemungkinan mengalami
kegagalan. Maka, bukanlah hal yang tabuh jika terdapat remaja yang menyalahi norma
dan adapula yang berperilaku baik dalam masyarakat.
Jika dilihat dari status pembentukan identitas, remaja yang menyalahi norma
kemungkinan besar berada dalam diffussion status atau suatu keadaan dimana remaja
kehilangan arah, tidak melakukan eksplorasi, dan tidak memiliki komitmen terhadap
peran-peran tertentu, sehingga tidak dapat menentukan identitas dirinya. Mereka akan
mudah menghindari masalah dan cenderung mencari jalan keluar (pemuasan) dengan
segera. Diffussion status sering dialami oleh remaja yang ditolak dan tidak
mendapatkan perhatian dengan sepenuhnya. Mereka cenderung untuk melakukan hal-
hal yang tidak diterima atau tidak disukai oleh masyarakat, seperti mabuk-mabukan,
kekerasan dan penyalahgunaan obat sebagi cara untuk menghindari tanggung jawab.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor, miasalnya faktor keluarga, teman,
masyarakat, maupun media massa yang kurang mendukung proses penemuan identitas
diri seorang remaja dengan baik dan benar sehingga ia tidak menempuh cara yang
tidak baik untuk melalui fase pencarian jati diri tersebut.
PROBLEM SOLVING
Problem solving adalah kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya adalah usaha
menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga menggerakan kita agar lebih
dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu seseorang untuk menemukan apa
yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya dengan cara yang paling efektif dengan
cara merumuskan masalah, menyusun rencana tindakan, dan melaksanakan tindakan yang
mengarah pada penyelesaian masalah. Polya (dalam Reed, 2000) mengemukakan pemecahan
masalah berarti mencari jalan keluar dari sebuah kesulitan, suatu cara keluar dari rintangan,
mencapai suatu tujuan yang tidak seketika dapat dimengerti. Pemecahan masalah juga
merupakan aktivitas berpikir yang diarahkan untuk menemukan jawaban atas permasalahan
yang meliputi pembentukan respon dan seleksi atas berbagai kemungkinan respon (Solso,
1991).
Menurut Rakhmat (2005) berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka
pengambilan keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan hal yang baru (creativity).
Adapun proses berfikir secara normal menurut Solso (dalam Suharnan, 2005) akan meliputi
tiga komponen yaitu:
a). Berfikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi dalam mental atau pikiran seseorang,
tidak tampak, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan perilaku yang tampak.
b). Berfikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan
didalam sistem kognitif.
Evans (dalam Suharnan, 2005) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu aktivitas
yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan
pengubahan kondisi sekarang (present state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future
state atau desired goal).
Menurut Brans ford & Stein (dalam Suharnan, 2005) ada beberapa tahap dalam memecahkan
masalah yaitu:
1) Identifikasi masalah Seperti yang kita ketahui, mengidentifikasikan suatu situasi masalah
yang kompleks merupakan suatu langkah yang sulit, tetapi kita harus mengetahui langkah
apa saja yang harus kita tempuh.
2) Mendefinisikan masalah Pada saat kita mengidentifikasikan suatu masalah, setelah
masalah pokok ditemukan, tindakan berikutnya ialah merumuskan dan menggambarkan
persoalan secermat mungkin. Dalam tahap ini kita tidak boleh semberono, karna jika kita
semberono maka kemungkinan menyelesaikan masalah ini sangatlah kecil.
3) Perumusan strategi Perumusan masalah adalah suatu proses penyajian atau pernyataan
seperangkat kondisi yang menyebabkan gejala-gejala muncul dan memicu peristiwa
sehingga menjadi masalah tertentu yang cukup dipahami.
4) Ekplorasi berbagai kemungkinan alternatif Pada tahap ini kita mengeksplorasi atau
melakukan pencarian terhadap berbagai alternatif cara pemecahan masalah. Beberapa
cara atau strategi pemecahan yang diambil sering tidak direalisasikan oleh seseorang. Hal
tersebut dikarenakan sebagian orang gagal menggunakan strategi yang tepat.
5) Aksi atau tindakan Seseorang melaksanakan apa-apa yang telah direncanakan. Strategi-
strategi yang sudah dipilih kemudian diterapkan atau dilaksananakan untuk memperoleh
suatu pemecahan atas masalah yang dihadapi.
6) Lihat efek-efeknya Pada tahap akhir, orang harus melakukan evaluasi mengenai apakah
strategi yang digunakan bias berjalan dengan baik atau tidak baik. Apakah persoalan
dapat dipecahkan secara memuaskan melalui strategi yang telah dipilih dan dilaksanakan
tersebut. Jika belum, mungkin orang harus kembali pada langkah awal mengenai
pendefinisian pokok persoalan.
DAFTAR PUSTAKA
Papalia, Olds, Feldman. 2004. Human Development Ninth edition. New York: The
McGraw-Hill Companies