Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

SOSIAL EMOSIONAL

“KARATERISTIK SOSIAL EMOSIONAL AUD USIA 3-4 TAHUN”

Diajukan untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah

Perkembangan Sosial Emosional yang di ampu oleh:

Dosen Pengampu

Ika Rachmayani, M.Pd

Nurhasanah, M.Pd

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. Hayatul Fatmi (E1F019038)


2. Huswatul Hasanah ( E1F019039)
3. Nadia Fitriani ( E1F019050)
4. Nafa Alfionita Rahayu ( E1F019051)
5. Ni Luh Vidya Wulandhari ( E1F019054)
6. Rahayu Wulandari ( E1F019066)

PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang
telah memberikan karunia dan rahmatnnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ Karateristik sosial emosional anak usia
3-4 tahun” Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Perkembangan Sosial Emosional AUD yang diampu oleh ibu Ika
Rachmayani, M.Pd dan ibu Nurhasanah, M.Pd

Kami berterima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam


pembuatan makalah ini dan kami juga menyadari masih banyak kesalahan
dalam penyusunan makalah sehingga kami mohon kritik dan saran yang
membangun dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Lazarus (1991), emosi adalah suatu keadaan yang


kompleks pada diri organisme, yang meliputi perubahan secara badaniah
dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar dan kondisi mental,
seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang
kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu
bentuk perilaku. Emosi yang berasal dari bahasa latin movere, berarti
menggerakan atau bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartikan
sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan
atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa perasaan
amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, dan rasa sedih. Emosi
adalah perasaan yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu
interaksi yang dipengaruhi oleh lingkungan.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perkembangan sosial emosional AUD ?


2. Apa saja karateristik perkembangan sosial emosional AUD usia 3-4
tahun?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional
AUD?
4. Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan untuk mengembangkan
perkembangan sosial emosional AUD?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian perkembangan sosial emosional AUD


American Academy of Padiatrics 2012 dalam Maria dan Amalia
(2016) menjelaskan perkembangan sosial emosional anak usia dini
adalah kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi
secara lengkap baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu
berienteraksi dengan teman sebayanya atau orang dewasa disekitarnya
secara aktif belajar dengan mengeksplorasi lingkungannya.
Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar anak dalam
menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika
berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya yang diperoleh
dengan cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang
dilihatnya.
Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak
usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi
dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak
lebih mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan
kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan
perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses
penguatan dan modeling.
Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan
perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses
perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses
perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap
keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang
diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat
distimulasi melalui penguatan dan modeling (contoh).
B. Teori teori perkembangan sosial emosional AUD menurut para
ahli
a. Teori Perkembangan Sosial Erik Erikson

Erik Erikson lahir Frankfurt, Jerman pada tahun 1902. Ia


adalah seorang penganut aliran Psikoanalisis dari Sigmund Freud
yang kemudian menjadi neofreudian (psikoanalisa yang didasarkan
pada hubungan sosial). Teorinya ini disebut dengan Teori
Psikosoaial. Ia berpendapat bahwa setiap individu berjuang
melakukan pencarian identitas diridalam tiap tahap kehidupannya.
Hal ini dikarenakan identitas merupakan pengertian dan
penerimaan, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat (Miller,
1983).

Menurut Erikson, masyarakat memiliki peranan yang


sangat penting dalam perkembangan psikososial seorang individu.
Peranan ini dimulai dari pola asuh orangtua hingga aturan atau
budaya masyarakat (Miller, 1983). Berikut ini merupakan tahapan
perkembangan psikososial seorang individu (Desiningrum, 2012:
34-35).

1. Kepercayaan vs Ketidakpecyaan (usia 0-1 tahun). Pada tahap ini


harus belajar menumbuhkan kepercayaan pada oranglain,
contohnya anak kepada ibunya. Jika anak tidak berhasil dalam
tahap ini, maka ia akan jadi anak yang mudah takut dan rewel.
2. Otonomi vs Malu dan Ragu-Ragu (usia 1-3 tahun). Pada tahap
ini anak mulai belajar kemandirian (otonomi), seperti makan
atau minum sendiri. Jika anak tidak berhasil pada tahap ini
karena selalu ditegur dengan kasar ketika proses belajar, maka
anak akan menjadi pribadi yang pemalu dan selalu ragu-ragu
dalam melakukan sesuatu.
3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (usia 3-6 tahun). Pada tahp ini anak
mulai memiliki gagasan (inisiatif) berupa ide-ide sederhana.
Jika anak mengalami kegagalan pada tahap ini, maka ia akan
terus merasa bersalah dan tidakmampu menampilkan dirinya
sendiri.
4. Kerja Keras vs Rasa Inferior (usia 6-12 tahun). Pada tahap ini
anak mulai mampu berkerja keras untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik. Jika pada tahap ini anak tidak berhasil,
maka kedepannya anak akan menjadi pribadi yang rendah diri
(minder) dan tidak mampu menjadi pemimpin.
5. Identitas vs Kebingungan Identitas (usia 12-19 tahun). Pada
tahap ini individu melakukan pencarian atas jati dirinya
(identitasnya). Jika ia gagal pada tahp ini, mak ia akan merasa
tidak utuh.
6. Keintiman vs Isolasi (usia 20-25 tahun). Pada tahap ini individu
mulai keintiman psikologis dengan oranglain. Jika ia gagal pada
tahap ini, maka ia akan merasa kosong dan terisolasi.
7. Generativitas vs Stagnasi (usia 26-64 tahun). Pada tahap ini
individu memiliki keinginan untuk menciptakan dan mendidik
generasi selanjutnnya. Jika ia tidakberhasil dalam tahap ini,
maka ia akan merasa bosan dan tidak berkembang.
8. Integritas vs Keputusan (usia 65 tahun ke atas). Pada tahap ini
individu akan menelaah kembali apa saja yg sudah ia lakukan
dan ia capai dalam hidupnya. Jika ia berhasil pada tahp ini,
maka ia akan mencapai integritas (penerimaan akan
kekurarangan diri, sejarah kehidupan, dan memiliki kebijakan),
sebaliknya jika ia gagal, maka ia akan merasa menyesal atas apa
yg telah terjadi dalam hidupnya.
b. Teori Perkembangan Emosional Maslow

Abraham Maslow lahir di Brooklyn pada tahun 1908 dan


meninggal di Rusia pada tahun 1970. Awalnya Maslow
mempelajari teori behaviorisme dan melakukan banyak percobaan
dalam bidang tersebut. Namun, setelah Pearl Harbour diserang oleh
Jepang, ia beralih ke bidang psikologi (Hall, 1985 dalam
Hildayani, dkk, 2009: 2. 16). Ia merasa bahwa psikologi hanya
memandang manusia dari segi negatifnya, sehingga ia melihat
psikologi dari sisi yang lain, yaitu lebih ke sisi positifnya. Maslow
berpendapat bahwa manusia tidak hanya harus melawan kesedihan,
ketakutan, dan hal negatif lainnya, tetapi manusia juga harus
mencari kebahagian dan kesejahteraan. Maslow menyatakan bahwa
pada dasarnya manusia itu baik, tidak jahat (We are basically
good, no evil). Menurut Maslow ada 4 hal yang harus ditekankan
mengenai hal ini.

1. Menusia memiliki struktur psikologis yang beranalagi sperti


struktur fisik, yaitu kebutuhan (needs), kapasitas (capacities),
dan kecenderungan (tendencies) yang didasari oleh keadaan
genetis.
2. Perkembangan yang sehat diharapkan selalu melibatkan
aktualisasi dari karakteristik.
3. Keadaan patologis setiap manusia berasal dari penyangkalan
(denial), frustasi (frustration), atau memutar (twisting) keadaan
manusia.
4. Manusia memiliki keinginan dan kemampuan aktif untuk
mencapai kesehatan mental dalam perkembangan aktualisasi
diri.
Menurut Maslow seorang individu dapat berhubungan dengan
dunia melalui dua cara, yaitu D-realm atau deficiency (kekurangan)
dimana manusia bertahan hidup dengan cara berusaha memenuhi
seluruh kebutuhan dasarnya. Setelah kebutuhan dasarnya
terpenuhi, maka manusia akan beranjak ke tahap B-realm atau
being (menjadi), dimana manusia memiliki motivasi untuk mencari
aktuailisasi dirinya dan pengayaan dari keberadaannya. Maslow
mencetuskan sebuah teori yang berkaitan dengan motivasi manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Teori ini disebut sebagai Hierarki
Kebutuhan Maslow, yang meliputi:
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan fisik yang paling dasar
seperti rasa lapar, haus, dan lelah.
2. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan akan rasa
keselamatan, kestabilan, proteksi, struktur, keteraturan, hukum,
batasan, dan bebas dari rasa takut.
3. Kebutuhan memiliki dan cinta, yaitu kebutuhan memiliki
hubungan yang harmonis dengan oranglain, seperti keluarga,
pasangan, anak, dan teman.
4. Kebutuhan rasa percaya diri, yaitu kebutuhan akan perasaan
kuat, menguasai sesuatu, kompetensi, dan kemandirian. Juga
kebutuhan akan perasaan dihormati oleh oranglain, status,
ketenaran, dominansi menjadi orang penting, serta harga diri
dan penghargaan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri dan metaneeds, yaitu kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri dengan mengembangkan diri
dan melakukan sesuatu yang dikuasai. Contohnya adalah
seorang musisi yang menciptakan lagu dan seorang pengusaha
yang sukses. Kebutuhan aktualisasi diri ini memayungi
metaneeds, dimana sebagian metaneeds ini merupakan
merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Sebagai
contoh kebutuhan akan keadilan, keteraturan, kebebasan
melakukan sesuatu dan berpendapat, serta mencari informasi
dan membela diri sendiri. Sedangkan sebagian lainnya adalah
kebutuhan yang lebih mengacu pada keindaan, seperti
kecantikan dan kesederhanaan.

C. Karateristik anak usia dini usia 3-4 tahun


Pada usia 3-4 tahun anak sudah mulai tumbuh dan mengalami
perkembangan yang sangat pesat juga kemampuan pada setiap aspek
sudah mulai terlaksana dengan baik begitu juga dengan perkembangan
yang menyangkut sosial emosionalnya sesuai dengan Permendiknas
pasal 137 tahun 2014 ada beberapa karateristik sosial emsoional anak
meliputi :

a. Kesadaran diri
1. Pengertian Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Self-awarness atau kesadaran diri adalah wawasan kedalam


atau wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri
atau pemahaman diri sendiri.

2. Bentuk-Bentuk Self-Awareness

Menurut Baron dan Byne tokoh psikologi sosial,


mengatakan bahwa self-awarness memiliki beberapa bentuk
diantaranya

a) Self-awarness subjektif adalah kemampuan organisme


untuk membedakan dirinya dari lingkungan fisik dan
sosialnya.
b) Self-awarness objektif adalah kapasitas organisme untuk
menjadi objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan
keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa ia tahu dan
mengingat bahwa ia ingat.
c) Self-awareness simbolik adalah kemampuan organisme
untuk membentuk sebuah konsep abstrak dari diri melalui
bahasa kemampuan
3. Karakteristik dalam Pembentukan kesadaran diri (Self-
Awareness)
Menurut Charles dalam pembentukan self-awarnessdalam
diri seseorang dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang terdiri
dari
1) Attention (atensi perhatian) adalah pemusatan sumber daya
mental ke hal-hal eksternal maupun internal. Kita dapat
mengarakan atensi kita ke peristiwa-peristiwa eksternal
maupun internal, dan oleh sebab itu kesadaran pun dapat
kita arahkan ke peristiwa eksternal dan internal.
2) Wakefulness (kesiagaan/kesadaran) adalah kontinum dari
tidur hingga terjaga. Dalam bagian kerangka kerja
awareness ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang
dialami seseorang sepanjang kehidupan
3) Architecture (arsitektur ) adalah lokasi fisik struktur
fisiologis dan proses-proses yang berhubungan dengan
struktur tersebut yang menyongkong keteraturan dan
keteintern
4) Recall of knowledge (mengingat pengetahun) adalah proses
pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan
dengan dunia sekelilingnya
5) Self knowledge (pengetahuan diri) adalah pemahaman
tentang informasi jati diri pribadi seseorang. Pertama,
terdapat pengetahuan fundamental bahwa anda adalah anda.
4. Elemen Kunci Kesadaran Anak Terhadap Diri
a) Kesadaran pada Indera

Bila individu lost in thought umumnya perhatian akan


terfokus pada salah satu indera akibatnya tidak semua sensasi
dapat diperhatikan. Individu tidak bisa konsentrasi pada
banyak hal sekaligus.

b) Kesadaran pada Fenomena Internal (Memori)

Sesuatu yang diindera maka akan dimasukkan dalam


kondisi preconscious (preconscious state). Saat mengingat
kembali maka yang ada dalam preconscious akan dibawa ke
kesadaran (conscious state) tetapi ada memori yang kurang
dapat diakses dan disebut gagasan-gagasan tak sadar
(unconscious ideas) gagasan tak sadar inilah yang dimaksud
oleh Sigmund Freud sebagai hal yang ditekan karena
mengancam kepribadian. Bila kesadaran baik, maka orientasi;
waktu, tempat dan orang baik, pemahaman baik, Informasi
yang masuk efektif (melalui memori dan pertimbangan.
Kesadaran melibatkan:

1) Pemantauan diri dan lingkungan sehingga dapat melakukan


kegiatan secara normal.
2) Pengendalian diri dan lingkungan, sehingga kita dapat
memulai dan mengakhiri aktivitas perilaku dan kognitif.
b. Tanggung jawab
Rasa tanggung jawab ini muncul seperti tanggung jawab
anak untuk diri sendiri dan orang lain, mencakup kemampuan
mengetahui hak-haknya, dapat menaati aturan, mengatur diri
sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan
sesama.

Karakteristiknya sebagai berikut:


1. Mulai bisa melakukan buang air kecil tanpa bantuan.
Biasanya anak-anak yang sudah berusia 3-4 tahun sudah
bisa melakukan buang air kecil tanpa bantuan orang tua,
mereka bisanya langsung pergi ke toilet sendiri dan buang air
kecil tanpa bantuan orang tuanya.
Tetapi ini terjadi harus butuh proses sehingga anak tersebut
bisa pergi ke toilet dan memakai toilet sendiri, caranya dengan
orang tua harus menunjukkan cara yang terbaik bagaimana
adab di toilet karena Anak belajar dengan melihat dan meniru
orangtua menggunakan toilet . Itu merupakan satu hal yang
natural untuk membantunya memahami penggunaan toilet.
Untuk anak laki-laki, lebih mudah mengajarkannya pipis
dengan posisi duduk. Nanti, setelah ia menguasainya, dia bisa
melihat ayah, kakak laki-laki yang pipis dengan berdiri. Ia
dengan mudah akan menirunya tanpa perlu repot
mengajarkannya.
Saat menunjukkan cara menggunakan toilet, bicarakan
bagaimana anak itu tahu itu adalah waktu untuk ke toilet
misalnya dengan mengatakan “Bunda mau pipis dulu
ya…,” lalu turunkan celana dalam dan jelaskan apa yang
terjadi, biarkan ia melihatnya. Perlihatkan padanya bagaimana
menggunakan tisu toilet, menaikkan celana dalam, menyiram
toilet, dan mencuci tangan.
Meskipun orang tua membantu si kecil dengan aktifitas ini
terutama saat membersihkan badannya setelah ia poop, namun
melihat secara langsung saat orang tua mendemonstrasikannya,
dan mendengar orang tua membicarakannya akan membantu
anak memahami semua proses dengan lengkap. Perlu diingat,
untuk anak perempuan, saat membersihkan diri pastikan
melakukannya dari depan ke belakang, terutama setelah poop.
Hal ini untuk mengurangi resiko infeksi saluran kencing.

2. Bersabar menunggu giliran.


Anak berusia 3-4 tahun sudah mulai mengerti dan
memahami bagaimana harus menunggu giliran untuk memakai
atau mendapatkan sesuatu, contohnya ketika anak ingin
bermain ayunan Tidak ada yang lebih menguji kesabaran anak
selain harus mengantre atau menunggu giliran untuk sesuatu
yang menyenangkan. Untuk bisa sampai pada tahap ini adalah
dengan banyak berlatih. Contoh kecilnya, jika anak suka
bermain ayunan di taman yang ramai, latih ia untuk mau
mengantre saat bermain.

3. Mulai menunjukkan sikap toleran sehingga dapat bekerja


dalam kelompok.
Toleransi sendiri adalah hubungan saling membantu,
mendukung dan menghargai antara kelompok satu dan lainnya.
Dengan ini upaya guru untuk menumbuhkan sikap toleransi
pada anak adalah dengan cara mengajarkan, membiasakan dan
mencontohkan anak untuk bersikap toleransi misalkan melalui
kegiatan rutin. Dalam kegiatan rutin ini, anak dibiasakan untuk
berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing,
bersalaman dengan guru ketika berjumpa disekolah, berbicara
dengan sopan santun. Melalui kegiatan rutin ini, anak
dibiasakan untuk belajar bersikap toleransi terhadap warga
sekolah. Lama-kelamaan sikap toleransi yang dipelajari melalui
kegiatan rutin akan membentuk kestabilan dalam diri anak dan
akhirnya akan tertanam dalam diri siswa.

4. Mulai menghargai orang lain.


Anak akan lebih mudah memahami nilai-nilai sosial dengan
mencontoh perilaku urangtua. Jika anda biasa menyapa
tetangga saat melewati rumahnya, maka anak akan dengan
mudah mengikuti kebiasaan tersebut. Kemudian Biasakan juga
untuk berkomunikasi menggunakan etika kepada anak. Jika
orangtua memberikan contoh sikap tidak baik, maka anak akan
lebih mudah untuk mencontoh sikap tidak baik tersebut
misalnya membentak, memotong pembicaraan, menggunakan
kata kasar, Ajarkan anak meminta maaf jika ia telah melakukan
kesalahan terhadap orang lain atau melanggar hak orang lain.
Orangtua juga jangan sungkan untuk meminta maaf kepada
anak jika memang melakukan kesalahan terhadap anak.
Orang tua juga bisa Meminta anak untuk mengucapkan
salam saat bertemu orang yang ia kenal. Mintalah anak untuk
mengucapkan terima kasih bila seseorang telah memberikan
sesuatu. Hal ini tidak hanya membantu anak bersikap sopan
tetapi juga meningkatkan kemampuan anak bersosialisasi.
5. Mulai menunjukkan ekspresi menyesal ketika melakukan
kesalahan
Anak yang berusia 3-4 tahun ini biasanya sudah bisa
menujukkan ekspresi menyesal ketika melakukan kesalahan,
jadi sebagai orang tua harus mengajarkan anak bagaiamana
caranya agar ketika anak tersebut melakukan sebuah kesalahan
maka anak tersebut harus meminta maaf,
Kemudian jangan pernah memberikan kalimat yang
negative kepada anak saat anak melakukan kesalahan.
Contohnya, Ketika melihat si sulung memukul adiknya. Orang
tua spontan mengatakan: “Dasar anak nakal!, jangan memukul
adikmu lagi ya”. Akan tetapi Cobalah menggunakan kalimat
positif dengan mengatakan: “Tanganmu bukan untuk memukul
adikmu, tapi tanganmu digunakan untuk hal hal baik”

c. Prilaku Prososial
Prilaku Prososial diartikan sebagai suatu hasrat atau
keinginan untuk melakukan kebaikan seperti menolong seperti
sharing (berbagi), kerja sama, jujur dan dermawan tanpa
memikirkan kepentingan diri sendiri.

Karateristiknnya sebagai berikut:


1. Membangun kerja sama
Anak pada usia 3-4 tahun sudah dapat membangun kerja
sama yaitu suatu usaha yang di lakukan baik individu
maupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama
seperti contoh: anak sudah dapat bergabung dengan
kelompok bermainnya, anak dapat menyelesaikan tugas
kelompok yang diberikan guru, misal anak bermain puzzle
bersama temannya secara berkelompok dan anak mampu
bekerja sama dengan teman kelompoknnya sampai semua
potongan puzzlenya terpasang semua.

2. Memahami adanya perbedaan perasaan


Pada usia 3-4 tahun anak juga sudah memahami akan
perasaannya sendiri dan juga orang lain disekitarnnya.
contohnnya: Pada saat anak bermain dengan temannya dan
ada hewan yang tidak takuti oleh temannya sedangkan anak
tidak takut pada saat itu anak sudah bisa membedakan
perasannya ( teman saya takut saya tidak takut)

3. Meminjam dan meminjamkan mainan


Pada usia 3-4 tahun juga anak sudah bisa berbagi dengan
temannya anak sudah bisa meminjam mainan dengan
temannya dan juga meminjamkan mainannya kepada
temannya.

D. Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial


emosional AUD 3-4 tahun
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosial anak. Contohnya
Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih
banyak berisi kebahagiaan dan apabila pertengkaran, kecemburuan,
dendam, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan diusahakan
sedikit mungkin maka anak akan lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk menjadi anak yang bahagia.
2. Pola asuh orang tua
Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan metode
hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat, akan
mendorong emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan
menimbulkan siasana rumah yang lebih santai (relax) yang akan
menunjang bagi ekspresi emosi yang menyenangkan
3. Lingkungan main anak.
Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman
sebaya maka emosi yang menyenangkan akan menjadi dominan
padanya, sedangkan jika anak ditolak atau diabaikan oleh
kelompok teman sebaya maka emosi yang tidak menyenangkan
akan menjadi dominan padanya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan
anak dipengaruhi oleh kehidupak keluarga, masyarakat dan
kelembagaan.

E. Kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan


perkembangan sosial emsoional AUD
Di usia ini anak mungkin merasa cemas ketika berpisah dengan ibu
dan bapaknya untuk beberapa saat. Kecemasan ini akibat kedekatan
dengan ibu dan bapaknya. Anak memiliki bayangan atau khayalan
yang mengkhawatirkan dirinya tanpa keberadaan ibu - bapak. Jika
anak tampak ingin menangis ketika menyadari akan ditinggal oleh ibu
- bapak, cobalah untuk menenangkan anak sebelum berangkat. Tidak
usah sembunyi-sembunyi atau justru menertawakannya. Anak
memerlukan pelukan hangat ibu-bapak. Selain juga kepastian bahwa
ibu-bapak akan kembali secepatnya serta mendengarkan ceritanya
selama ibu-bapak tidak ada. Kemudian, tinggalkan anak, tidak usah
risau apaka dia menangis atau tidak. Bila ibu-bapak menunggu sampai
anak mau melepaskan dengan sukarela, malah membuat situasi makin
menekan untuknya. Untuk urusan berbagi, anak sudah mampu
memahaminya dengan baik, meskipun pada prakteknya masih
mengalami kesulitan. Bicaralah kepadanya dan latih untuk berbagi di
bawah pengawasan ibu-bapak.
Adapun kegiatan yang bisa merangsang mengembangkan
perkembangan sosial pada Anak usia dini
 Mendapatkan rasa berharga. Keberhasilan anak akan memberikan
perasaan percaya diri bahwa anak mampu Melakukan sesuatu. Jadi,
jika mendapati anak sedang berusaha untuk meningkatkan
kemandirian, berikan dukungan dan bila perlu panduan. Anak
harus merasakan berhasil dan itu akan membuatnya menikmati
kegiatan.
 Berlatih sopan santun. Banyak hal yang belum diketahui anak.
Misal, berteriak-teriak menuntut keinginan dituruti adalah sikap
yang tidak baik. Ia bergantung pada ibu-bapak untuk
memberitahunya dan melatih sopan santun di usia ini. Cara belajar
yang paling tepat adalah dengan memberikan contoh berperilaku
yang dilihat oleh anak dan ia akan menirunya.
 Mengatasi rasamalu. Jikatiba-tiba anak bersikap merajuk dan tidak
mau berkegiatan di tempat baru karena malu, berikan dukungan
bahwa ia akan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Topik utama anak pada usia ini adalah berteman. Ia senang
berhubungan dengan orang lain dan keterampilan sosialnya
berkembang dengan berarti. Relasinya dengan teman-teman sebaya
mengembangkan rasa percaya dirinya. Itu membuatnya tidak
terlalu malu bila bertemu dengan teman atau orang dewasa yang
baru dikenalnya. Kemandiriannya pun berkembang baik. Anak
sudah mampu melakukan dengan baik kegiatan di kamar mandi,
seperti buang air kecil atau cuci tangan. Demikian pula dengan
kegiatan bantu diri seperti mengenakan pakaian atau makan
sendiri.
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk mendukung sikap baik
anak terhadap orang lain. Ibu dan bapak dapat menunjukkan bahwa
sikapnya yang peduli sangat berarti bagi orang lain. Contoh, jika ia
tidak hanya membawakan kue untuk dirinya sendiri tapi juga untuk
ibu-bapak. Sampaikan kepada anak, bagaimana senangnya
perasaan ibu-bapak. Anak akan berperilaku baik kepada orang lain
jika ia menyadari dampak dari perilakunya. Misal, berikan pujian
kepada anak ketika ibu-bapak melihatnya membantu teman.
untuk mengembangkan keterampilan anak bantu dirinya. Anak
sudah dapat berlatih mengendalikan keinginannya untuk buang air
kecil di siang hari dan ini saat yang tepat baginya untuk berlatih
agar tidak mengompol di malam hari. Kuncinya adalah pada
ketetapan dari ibu-bapak. Selain juga dukungan bahwa ia bisa
melakukannya dengan baik Ibu dan bapak dapat berlatih bersama
anak cara menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa
bersikap menyerang. Misalnya, ketika ada temannya yang ingin
merebut mainan, minta anak untuk mengatakan, “Aku sedang main
dengan mobil-mobilan ini. Nanti gantian kalau aku sudah selesai
ya.” Bila perilaku ini tidak berhasil, maka anak dapat meminta
bantuan kepada orang dewasa yang terdekat untuk membantu
menyelesaikan persoalan ini.

Kegiatan perangsangan yang dapat dilakukan:

 Baca buku cerita dengan tema sosial. Temanya tentang berbagi


mainan dan bermain bersama. Tema ini akan membantu anak
untuk berpikir mengenai pertemanan yang ia lakukan. Ibu dan
bapak juga bisa membantunya dengan memberikan pertanyaan
atau berdiskusi mengenai tema tersebut.
 Hindari permainan dengan senapan atau pistol. Bukti dari
penelitian menunjukkan bahwa anak yang bermain dengan
mainan yang masuk kelompok senjata tajam juga menunjukkan
perilaku menyerang ketika berhubungan dengan temannya.
Demikian pula jika menonton tayangan yang mengandung unsur
penyerangan. Meskipun itu hanya film kartun, anak pun akan
menirunya. Ingatlah bahwa anak belajar dari meniru.
 Hindari memotong pembicaraan. Lambat laun anakakan
mempelajari bahwa bercakap-cakap dengan orang lain
membutuhkan keterampilan mendengar. Jika ia memotong
pembicaraan ibu-bapak, acuhkan saja tetaplah berbicara sampai
kalimatnya selesai. Setelah itu, berikan kesempatan kepadanya
untuk berbicara. Anak akan memahami bahwa untuk berbicara
pun ia harus bergantian.

Pengembangan Kecerdasan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini


Melalui Keteladanan
Pembelajaran dengan teladan adalah pembelajran melalui contoh-
contoh yang baik, dapat diterima oleh masyarakat, dan sesuai dengan
standar dan sistem nilai yang berlaku. Dengan demikian, sebelum
menjadi anak baik, seharusnya didahului oleh para guru karena metode
ini efektif diajarkan ke anak melalui proses peniruan dan percontohan.
1. Kegiatan keteladanan yang dapat ditularkan kepada anak usia dini
untuk dapat mengembangkan sosial emosional antara lain meliputi
hal-hal berikut ini:
a) Keteladanan dalam beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannnya masing-masing, seperti adab do.a, adab
shalat, adab membaca kitab suci.
b) Keteladanan dalam berhubungan dengan orang lain, seperti
cara menyapa, cara meminta, cara berkomunikasi, tata krama,
sopan santun, mengenadlikan marah.
c) Keteladanan dalam bekerja dan menyelesaikan masalah, seperti
bersabar, bersemangat, menjaga kondisi kerja, disiplin
d) Teladan dalam berpakaian dan berbusana, seperti berpakaian
kerja, berpakaian pesta, berpakaian ibadah, berpakaian ke
kematian, termasuk mengenakan sepatu, Make up.
e) Teladan gaya hidup, yaitu tidak boros, mandiri, sederhana,
tidak berfoya-foya, dan sebagainya.
f) Teladan cara belajar, yaitu sikap belajar, pemanfaatan waktu
belajar, adab belajar, dan sebagainya.
g) Keteladanan dalam menyikapi lingkungan, seperti membuang
sampah pada tempatnya, membersihkan selokan oleh para guru
dan diikuti oleh anak.
h) Dan masih banyak yang lainnya, sesuai dengan perkembangan
budaya dan kebutuhan isi keteladanan yang diperlukan oleh
anak.
Selain dari contoh-contoh di atas masih banyak teladan lain yang
bisa dilakukan, sesuai dengan perkembangan budaya dan
kebutuhannya. Pendekatan ini sangat penting karena anak memiliki
daya imitasi yang tinggi.
2. Metode Mendongeng atau Bercerita
Mendongeng adalah suatu kegiatan yang bersifat
professional, karena membutuhkan keahlian khusus, seperti
mengatur gaya dan intonasi ketika bercerita agar membuat anak
tertarik untuk mendengarkan dan memahami cerita atau dongeng
yang disampaikan. Nilai yang terkandung dalam dongeng pun
harus di bungkus dengan sebaik mungkin, baru setelah selesai
mendongengkan pendidik menjelasakan nilai tersebut (Santoso,
2011: 4.22-4.23). Cerita yang disampaikan dengan baik akan
mampu mengajak anak memasuki sebuah “dunia baru” dan
membuat membangkitkan kehidupan yang bary dab menambah
nilai seni anak (Efendi, 2006: 4). Melalui kegiatan mendongeng ini
pendidik dapat membentuk sikap anak melalui nilai, pesan, atau
sikap yang terkandung dalam dongeng yang disampaikan (Santoso,
2011: 4.22-4.23). Selain itu juga, melalui pengenalan dan
pemahaman nilai-nilai yang ada dalam kegiatan mendongeng ini,
anak akan terdorong untuk terus berinteraksi dengan lingkungan
dan oranglain (Efendi, 2006: 3).
3. Bermain Kooperatif
Menurut Nugraha (2004) dalam Wardany, Jaya, dan
Anggraini (2016) bermain kooperatif adalah permainan yang
dilakukan oleh sekolompok anak, dimana setiap anak mendapatkan
peran dan tugasnya masing-masing yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Kibtiyah (2006) dalam Wardany, dkk (2016), efek dari bermain
kooperatif menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dengan sering
bermain, secara sosial ia lebih aktif, lebih kreatif, lebih kaya akan
kosa kata, lebih lancar dalam berbicara, dan lebih bahagia dalam
menjalankan tugas-tugasnya jika dibandingkan dengan anak yang
tidak bermain. Kemudian menurut hasil penelitian Kartika (2015)
dalam Wardany, dkk (2016), bermain kooperatif dapat
meningkatkan perilaku kerjasama dan membantu anak untuk tidak
berperilaku agresif. Selain itu, bermain jenis ini dapat
meningkatkan rasa penghargaan pada teman sebaya, pada diri
sendiri, dan ketrampulan sosial lainnya.
4. Bermain Pura-Pura atau Bermain Peran
Kegiatan bermain peran ini dapat dilakukan sejak anak
berusia 3 tahun. Kegiatan bermain ini melibatkan
unsur imajinasi dan daya imitasi pada perilaku orang
dewasa.Contohnya, bermain sekolah-sekolahan, pasar-pasaran, dan
dokter-dokteran. Dalam permainan ini anak menggunaka imajinasi
untuk menghasilkan gagasannya sendiri, seperti sebatang ranting
yang dianggap sebagai sebuah pedang. Imajinasi anak juga
menggambarkan keinginan, perasaan, dan pandangan anak
terhadap lingkungan sekitarnya (Mulyani, 2014: 143).
5. Outbound
Outbound merupakan suatu kegiatan bermain yang dilakukan
di alam terbuka dengan berdasarkan prinsip experiential learning
(belajar melalui pengalaman langsung) yang bersifat kreatif,
edukatif, serta rekreatif, dan petualangan dijadikan sebagai media
penyampaian materi dengan anak dilibatkan dalam seluruh
kegiatan yang dilakukan (Isbayani, Sulastri, dan Tirtayani (2015)
dalam Istiqomah, Lathif, dan Khutobah (2016: 20).Melalui
kegiatan ini anak belajar mengenali kemampuan dan kelemahan
dirinya sendiri, serta tertantang untuk mengembangkan
kemampuan yang dimilkinya (Istiqomah,dkk, 2016: 20). Jenis
permainan outbound yang dapat dipilih diantaranya adalah
permainan halang rintang, estafet tongkat, dan moving water.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi Perkembangan sosial esmosional anak tersebut merupakan


suatu perubahan menuju kematangan yang terkait dengan sosial emosional
anak, dimana anak sudah dapat mengepresikan emosi dan mengontrolnnya
dan juga mampu bersosialisasi berinteraksi dengan lingkungannya seperti
orang tua, dan teman sebayannya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial


emosional yaitu keluarga, pola asuh,pendidikan dan lingkungan bermain
anak. anak usia 3-4 tahun memiliki karateristik dalam aspek
perkembangan sosial emosionalnnya menurut permendiknas pasal 137
tahun 2014 anak usia 3-4 tahun sudah memiliki rasa tanggung jawab
seperti mulai bisa buang air kecil tanpa bantuan, menyesal jika melakukan
kesalahan, mulai bisa menghargai orang lain selanjutnnya rasa kesadaran
dirinnya juga penting anak mulai menunjukan sikap mulai bisa mengikuti
aktivitas, bereaksi akan sesuatu hal,mengatakan perasaan secara verbal
yang terakhir perilaku prososial dimana anak sudah inisiatif sendiri untuk
melakukan tindakan menolong berbagi tanpa memikirkan diri sendiri
misal anak sudah bisa berbagi mainan dengan temannya.
Ada beberapa kegiatan yang dapat diterapkan untuk menstimulus
lagi perkembangan kognitif anak yaitu metode berdongeng, berpura pura,
outbond dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.theasianparent.com/toilet-training-dalam-3-hari/

https://id.theasianparent.com/sabar-menunggu-giliran

https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Dokumen/
4028_2016-08-24/14%20EMOSI%2024.pdf

https://osf.io/p5gu8/download

file:///C:/Users/user/Downloads/1.%20PERKEMBANGAN%20ASPEK
%20SOSIAL_Ina_edited%20(1).pd

file:///C:/Users/user/Downloads/6392-14617-1-SM.pdf

https://kampusitahnews.iainpalangkaraya.ac.id/sosok/mahasiswa/2020/01/
13/perkembangan-sosial-emosional-anak-usia-dini/

https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/arasalsa/5ca9a8a
6cc52830c9a7a48c2/kesadaran-diri-pada-anak?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16035264890482&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https
%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Farasalsa
%2F5ca9a8a6cc52830c9a7a48c2%2Fkesadaran-diri-pada-anak
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&sciodt=0%2C5&cites=14033175156229307138&s
cipsc=&q=teori+perkembangan+sosial+emosional&btnG=#d=gs_qabs&u
=%23p%3DuxOhXSh1i_YJ

Anda mungkin juga menyukai