Dosen Pengampu
Ika Rachmayani, M.Pd
Nurhasanah, M.Pd
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang
telah memberikan karunia dan rahmatnnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ Karateristik moral dan disiplin aud anak
usia 3-4 tahun” Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Perkembangan moral dan disiplin AUD yang diampu oleh Ika
Rachmayani, M.Pd dan Nurhasanah, M.Pd
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Sesuai dengan peraturan mentri nomor 137 tahun 2014 tentang standar
nasional pendidikan anak usia dini, dapat diketahui bahwa karakteristik
perkembangan moral anak usia 3-4 tahun adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perilaku yang berlawanan meskipun belum selalu
dilakukan seperti pemahaman perilaku baik-buruk, benar-salah, sopan-
tidak sopan.
Anak usis 3-4 tahun biasanya sudah memiliki sikap dimana mereka
akan mengetahui dan memiliki pemahaman bahwa adanya perilaku
baik-baruk, benar-salah, sopan-tidak sopan, tentunya orang tua perlu
memberikan atau melatih kedisiplinan anak seperti mengajarkan anak
untuk memperbaiki kesalahan atau membimbingnya dengan
memberikan batasan-batasan tertentu. Orang tua pun perlu
memberikan pengetahuan sedini mungkin kepada anak bahwa ketika
anak ingin meminta bantuan kepada orang lain, harus menggunakan
kalimat “tolong” dan “terimakasih” karena kata-kata tersebut akan
membuat orang lain lebih merasa di hormati dan lebih senang untuk
memberikan bantuan. Bukan hanya memberikan pengetahuan untuk
memberikan kata-kata “tolong” atau “terimakasih” kepada orang lain,
orang tua pun harus memberikan contoh kepada anak ketika dirumah
harus menggunakan kata “tolong” atau “terimakasih”
2. Disiplin bermain
Anak usia 3-4 tahun ini sangat aktif-aktifnya mengeksplorasi
dunianya dengan melalui bermain. Bermain merupakan hal paling
penting untuk anak, jadi sebagai orang tua harus pandai mengatur
waktu bermain untuk anaknya, kapan waktunya anak untuk bermain,
dimana anak akan bermain, dan permainan apa yang di mainkannya,
pun juga harus mengingatkan kepada anak untuk membereskan
mainannya setelah melakukan permainan. Dan orang tua harus
mengingatkan kepada anak mereka jika mereka bermain dengan
teman-teman sebayanya harus saling berbagi dan saling menyayangi
antar sesame teman.
1) Keadaan atau situasi yang ada di dekat anak atau hubungan dengan
lingkungan sosial. Keadaan atau situasi merupakan hal di mana
seorang anak berada dalam konteks kehidupannya. Konteks
kehidupan yang dimaksud adalah keadaan sosial yang di dalamnya
terdapat norma-norma kemasyarakatan. Artinya tempat seorang
anak berada dan bersosialisasi memiliki segugus norma yang akan
ia lihat, ia alami bahkan dinegosiasi olehnya. Keadaan yang dilalui
oleh seseorang akan menempa dirinya, memberikan pengertian dan
pengetahuan baginya tentang moralitas. Misalnya, keadaan sosial
seorang anak yang dilahirkan dari keluarga keraton yang
memungkinkan berbeda dengan anak yang terlahir dari lingkungan
masyarakat umum. Keadaannya yang terlahir demikian akan
membawa pada moralitasnya yang bertendensi mengikuti moralitas
kalangan keraton, sebab dalam kalangan keraton terdapat norma-
norma benar salah yang mengikat dan sedikit berbeda dengan
konteks pada masyarakat umumnya. Begitu pula konteks
kedaerahan yang memiliki perbedaan antara daerah yang satu
dengan daerah-daerah yang lainnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa
keadaan yang ada pada sekeliling anak merupakan hal yang akan
berbuntut pada perilaku moral yang diaktualisasikan olehnya.
2) Konteks individu yang memiliki fitrah. Konteks individu
merupakan konteks diri pribadi seorang anak. Seorang anak lahir
dengan fitrah atau potensi yang akan membuatnya memiliki
karakteristik tertentu. Fitrah ini bukanlah moral, namun bawaan
yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena itu, Seorang anak tentunya
memiliki berbagai karakter yang berkait dengan dirinya, baik itu
potensi akal maupun hati. Kedua potensi ini akan dapat
berkembang melalui proses pendidikan yang dilaluinya serta
proses interaksi sosial yang menimbulkan pemahaman akan nilai
atau norma. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
moralitas bukanlah bawaan lahir yang bersifat given, moralitas
merupakan proses panjang dari seorang manusia untuk mengetahui
dan bertingkah laku sejalan dengan berbagai norma ataupun nilai
yang dianut olehnya dan oleh konteks sekelilingnya. Sehingga,
perlu dilakukan penggemblengan moral agar seorang anak dapat
berlaku dengan moral yang baik. Contoh kecil dari hal ini adalah
pada anak yang sejak kecil tinggal di hutan sampai ia dewasa dan
dirawat oleh mamalia lain selain manusia, maka ia tidak
mendapatkan proses penggemblengan moral, oleh sebab itu tatkala
ia menemukan dunia sosial pada manusia, moralitasnya tidak sama
sebagaimana manusia pada umumnya.Proses penggemblengan
moral pada anak merupakan proses yang harus dikontrol dan
diarahkan oleh orang tua atau pendidiknya. Melalui hal ini, seorang
anak akan mampu melakukan analogi terhadap berbagai konstruksi
pengetahuan yang ia miliki terhadap cara ia berlaku di dalam
kehidupannya, sehingga ia akan mampu berlaku dengan moral
yang baik. Prosesnya berjalan secara natural dalam akal dan
nuraninya. Sehingga konteks individu ini menjadi penentu yang
sangat besar terhadap perkembangan moralitas pada diri anak.
3) Konteks sosial, yaitu terdiri dari: keluarga, teman seumur (teman
sebaya), media masa, institusi pendidikan dan masyarakat. Konteks
sosial merupakan hal yang pasti dilalui oleh setiap orang, termasuk
bagi anak yang berusia dini. Konteks sosial memainkan peran
memberikan pengalaman dan pengetahuan yang akan diserap
dalam diri para anak. Artinya, melalui konteks sosial anak berusia
dini akan belajar, jika dikaitkan dengan lingkungan pendidikan,
maka institusi keluarga menjadi yang pokok, dilanutkan dengan
institusi masyarakat yang mana para anak berusia dini
menghabiskan waktu mereka untuk berinteraksi dan bersosialisasi
melalui bermain, serta institusi pendidikan yang juga menjadi
wadah bagi para anak berusia dini untuk digembleng secara
intelektual maupun kejiwaannya. Peran institusi-institusi ini sangat
penting yang akan mendukung proses penanaman dan
pembentukan moralitas pada anak berusia dini.
Strategi pengembangan moral dan nilai agama untuk anak usia dini
dapat dilakukan dengan menyentuh dan mengaktifkan potensi berfikir
anak melalui cerita atau dongeng. Anak sangat menyukai dongeng atau
cerita yang dibacakan oleh guru, orang tua atau orang terdekatnya.
Dalam hal ini pilihlah cerita-cerita yang berkaitan dengan cerita kenabian
atau orang-orang sholeh. Karena cerita tokoh-tokoh tersebut pasti
terdapat nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk anak-anak.
7. Memberikan Penghargaan
8. Pendidikan Jasmani
Jadi perkembangan moral dan disiplin anak adalah suatu nilai adat
atau istiadat yang bisa dinilai baik atau buruknnya sedangkan disiplin ada
suatu nilai yang siafatnnya memaksa dan dilakukan dengan suka rela.
banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral dan disiplin anak
usia dini yaitu faktor internal dan eksternal anak adapaun beberapa strategi
dalam mengembangkan prilaku moral dan disiplin anak misalnnya
memngajarinnya agama sejak kecil, menanamkan cinta tanah air,
membelai rambut anak, membuat peraturan dan juga menumbuhkan
empati.
DAFTAR PUSTAKA
https://parenting.dream.co.id/ibu-dan-anak/10-cara-mengenalkan-allah-
pada-anak-dengan-kasih-sayang-1909183/cara-mengenalkan-allah-pada-
anak-mulai-dari-keluarga-zxu.html
https://www.sahabatnestle.co.id/content/tips-tumbuh-kembang-anak/5-
cara-menumbuhkan-rasa-kasih-sayang-dalam-diri-si-kecil.html
https://tirto.id/tips-dan-cara-mengajari-anak-disiplin-sesuai-usianya-eujs
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-
athfaal/article/download/6500/3617
https://media.neliti.com/media/publications/276707-metode-
pengembangan-moral-dan-disiplin-b-364ba775.pdf