DI SUSUN OLEH:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Proses Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Anak” yang bertujuan untuk
memenuhi salah satu mata kuliah Strategi Pengembangan Bahasa yang
diampu oleh Bapak Dr. Fahruddin, M.Pd
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran
Kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru dengan peserta
didik di kelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan
belajar peserta didik di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru
secara fisik. Pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta
didik secara sunggh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional,
dan sosial, sedangkan pengajaran lebih cenderung pada kegiatan mengajar
guru di kelas. Dengan demikian, kata pembelajaran ruang lingkupnya lebih
luas daripada kata pengajaran. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu
proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan
komunikatif anatar pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa), sumber
belajar dengan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang
memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas
maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai
kompetensi yang telah ditentukan.
Pengajaran
Kata pengajaran lebih bersifat formal dan hanya ada di dalam konteks
guru dengan peserta didik di kelas/sekolah. Pengajaran identik dengan
sekolah, guru, dan anak didik. Oleh karena itu, pengajaran secara leksikal
berari suatu proses memberikan ajaran (nasihat, petuah, petunjuk) kepada
anak didik tentang pengalaman, pengetahuan, dan/atau peristiwa yang dialami
atau dilihatnya. Terdapat beberapa jenis pengajaran yang sering dikenal,
antara lain pengajaran mikro yaitu teknik pelatihan mengajar yang jumlah
muridnya dibatasi, misalnya 5 sampai 10 orang dan pengajaran remedial yaitu
pengajaran yang diberikan khusus untuk memperbaiki kesulitan yang dialami
peserta didik.
Jadi pembelajaran Bahasa adalah kegiatan pemerolehan Bahasa yang
baik dan benar yang dilakuakan tidak hanya dengan guru tetapi bisa dilakukan
oleh orang tua, saudara, temen dan bisa dilakukan dimana saja dan kapanpun
sedangkan pengajaran sangat erat kaitannya dengan proses pemeberian ajaran
Bahasa yang baik dan benar yang dilakukan di sekolah/ kelas dan di lakukan
oleh guru dan siswa.
b. Hubungan kognisi dan Bahasa
Ada hubungan yang kuat antara pemahaman, produksi, dan kognis.
Perkembangan konseptual kognitif seorang anak adalah alat utama untuk
pemahaman. Properti Bahasa individu juga mempengaruhi perkembangan.
Keterampilan Kognitif dan kemampuan Bahasa ini sangat
berhubungan karena mereka berkembang secara paralel. Kemampuan kognitif
yang baru dan meningkatkan memungkinkan seorang anak untuk berfungsi
secara berbeda tetapi itu tidak membuat Bahasa berubah. Sebaliknnya kognisi
dan Bahasa sangat erat kaitannya dengan faktor faktor yang mendasari
misalnnya perkembangan kognitif pada bayi dan balita sangat terkait dengan
peningkatan memori dan kemampuan untuk memperoleh symbol di banyak
bidang termasuk Bahasa gerak tubuh.
Keterampilan Bahasa tampaknnya berkaitan erat dengan keterampilan
kognitif misalnnya ada perbedaan signifikan dalam tingkat permainan kognitif
antara anak yang tidak menggunakan kata kata dan mereka menggunakan kata
tunggal, anak yang tidak menggunkan kata cenderung ia akan bermain dengan
balok balok sedangkan anak yang menggunakan kata tunggal dia akan
cenderung bermain dengan benda yang hidup seperti boneka atau figur aksi
pertumbuhan kognitif memiliki pengaruh yang sangat penting pada kombinasi
kata awal. Anak anak merupakan pembelajar yang aktif membentuk hipotesis
berdasarkan pola dalam aliran Bahasa yang masuk data diuji dan dimasukan
ke dalam sistem atau digunakan untuk mengatur ulang sistem. saat pikiran
anak menyimpan sedikit informasi dia berusaha mengaturnnya berdasarkan
hubungan yang dirasakan. Struktur pengetahuan dari dua jenis diasumsikan
untuk memandu akuisi kata yaitu pengetahuan berbasis peristiwa dan
taksomoni pengetahuan peristiwa terdiri dari urutan acara atau rutinitas seperti
acara ulang tahun yang sifatnnya kausaldan temporal dan diatur untuk
mencapai tujuan peristiwa ini ada actor, peran, alat peraga. Anak
menggunakan pengetahuan ini untuk membentuk skrip atau kumpulan
harapan yang membantu ingatan, meningkatakan pemahaman, memberikan
dasar pengetahuan kepada anak untuk menafsirkan peristiwa. Pengetahuan
taksomoni terdiri dari kategori dan kelas kata. Anak anak prasekolah lebih
mengandalkan pengetahuan berbasis peristiwa sementara taman kanak kanak
menggunakan pengelompokan terkait skrip yang lebih kategori seperti hal hal
yang saya makan, pada usia 7-10 tahun anak menggunakan kategori
taksomoni seperti makanan.
c. Strategi Belajar Bahasa
Strategi Etimologi strategi berasal dari kata Yunani kuno strategi yang berarti
keahlian dalam seni perang yaitu menyangkut pengelolaan pasukan, kapal,
atau pesawat udara yang direncanakan. Ketika strategi digunakan dalam
proses pembelajaran maka dapat dikatakan sebagai langkah langkah/ metode
dalam mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut sama halnnya dengan
belajar Bahasa yang baik dan benar perlu langkah langkah yang harus
diperhatikan. Berikut ini ada strategi srategi pembelajaran Bahasa anak
berdasarkan kelompok usia.
1. Strategi menyimak
Menyimak merupakan kegiatan mendengar secara aktif dan kreatif untuk
memperoleh informasi, menangkap isi cerita, dan memahami makna
komunikasi yang disampaikan secara lisan. Menyimak diawali dengan
mendengarkan bunyi kemudian diidentifikasi menjadi kata, suku kata,
frasa, klausa, kalimat dan wacana dan dipahami. Dengan demikian antara
pembicara dan penyimak harus saling bekerja sama dengan baik karena
anak anak pada usia balita, pra sekolah sering tidak mau mendengarkan
orang berbicara dan mau didengarkan maka anak perlu dilatih untuk
menjadi pendengar yang baik dengan memperhatikan lawan bicara agar
tidak acuh dengan lawan bicarannya.
Berikut ini ada Strateginnya :
a. Relevan dengan pembelajaran
b. Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
c. Mengembangkan kreatifitas siswa secara individu dan kelompok
d. Menciptakan Susana belajar yang menyenangkan
Biasannya metode yang dipakai untuk mengembangkan keterampilan
menyimak :
a. Bermain karena bermain bisa menumbuhkan minat belajar anak
dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan misalnnya bisik
berantai,tebak tebakan, cerita pendek
b. Bernyanyi, ini hampir di sukai oleh anak anak guru guru mungkin bisa
bernyanyi bersama anak atau dengan menggunakan CD untuk melatih
kemampuan menyimak anak karena kegiatan ini tidak melelahkan dan
bisa diulang ulang untuk menambah kosa kata anak
c. Bercerita anak anak akan senang mendengarkan cerita hampir setiap
malam mungkin sebelum tidur bisa diluangkan waktunnya dengan
membacakan cerita kepada anak melalui buku, atau TV
d. Menjawab pertanyaan setelah melakukan kegiatan bernyanyi, bercerita
mungkin guru bisa menanyakan kepada anak hal apa yang berkaitan
dengan cerita atau nyanyian tersebut.
2. Strategi Berbica
Anak anak usia dini sudah pandai dalam berbicara, ada anak yang banyak
bicara, ada anak yang biasa saja dan ada anak yang jarang bicara guru dan
orang tua harus meningkatkan potensi anak dengan menerapkan metode
metode :
a. Bercerita ada beberapa anak yang sudah mulai berani untuk bercerita
di depan kelas tentang apa yang dia sukai dana pa yang dia lakukan
dirumah
b. Bercakap cakap antara guru dan siswa dengan media gambar mungkin
atau yang lainnya yang dapat menyebabkannya terjadinya proses
interaksi antara anak dan guru.
3. Strategi Membaca
Komunikasi bisa dilakukan dengan cara membaca salah satu faktor dalam
mengembangkan kemampuan membacannya tersediannya bahan yang
menuntun anak untuk mengenali huruf huruf, angka angka. menurut
Glenn membaca dianjurkan diajarkan pada usia 4 tahun berikut ini ada
beberapa metode dalam mengajarkan anak membaca:
a. bermain permainan seperti flashcard,gambar dan puzzle
b. fonik yaitu metode yang mengandalkan pada pelajaran yang sudah
diberikan oleh guru kepada anak setelah membaca huruf anak akan
merangkum dan membentuk kata kata
c. lihat dan katakan mereka akan memandangi kata kata kemudian
setelah kita menyebutkan dia akan mengulang ulang bisa juga dengan
mengeja
d. tahap menulis tulisan pendek tahap ini sifatannya hierarki sesuai
perkembangan anak pertama mungkin dengan mencoret coret
diajarkan bagaimana cara memegang alat tulis yang benar cara duduk
yang benar. selanjtnnya setalah anak bisa mencoret ajarakan anak
membuat garis tegak lurus, mendatar,melengkung untuk tahap
membuat hurup mengikuti titik titik putus agar menjadi kata.
selanjutnnya anak dikasi menulis tulisan apa saja walaupun tidak bisa
di baca agar gerakan anak terus terasah setelah anak sudah bisa
membuat huruf maka ajarkan dia menulis nama cenderung anak akan
suka menulis nama dan anggota keluargannya lalu terakhir ajarkan dia
beberapa kata seperti ayah duduk, ibuk makan
4. Srategi Menulis
Anak kebanyakan sering mencorat coret. menurut Jamaris dalam Ahmad
Santoso ada 5 tahapan perkembangan menulis anak :
1. Tahap mencoret
2. tahap pengulangan linier
3. tahap menulis secara acak
4. tahap menulis nama
5. tahap menulis tulisan pendek
d.Proses penguasaan Bahasa anak anak
Penguasaan bahasa adalah proses yang berlangsung terhadap anak-
anak yang belajar menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan penguasaan bahasa kedua, dimana
bahasa diajarkan secara formal kepada anak. Penguasaan bahasa pertama erat
kaitannya dengan permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi
motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik. Penguasaan bahasa pertama erat
sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat
hubungannya denganpembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa
pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi
anggota penuh suatu masyarakat. Sejak dari bayi telah berinteraksi di dalam
lingkungan sosialnya. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada
bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial dengannya. Kala itulah bayi
pertama kali mengenal sosialisasi, bahwa dunia adalah tempat orang saling
berbagi rasa.
Pengetahuan mengenai Penguasaan bahasa dan tahapannya yang
paling pertama didapat dari buku-buku harian yang disimpan oleh orang tua
yang juga peneliti ilmu psikolinguistik. Dalam studi-studi yang lebih
mutakhir, pengetahuan ini diperoleh melalui rekaman-rekaman dalam pita
rekaman, rekaman video, dan eksperimen-eksperimen yang direncanakan.
Ada sementara ahli bahasa yang membagi tahap pemerolehan bahasa ke
dalam tahap pralinguistik dan linguistik. Akan tetapi, pendirian ini disanggah
oleh banyak orang yang berkata bahwa tahap pralinguistik itu tidak dapat
dianggap bahasa yang permulaan karena bunyi-bunyi seperti tangisan dan
rengekan dikendalikan oleh rangsangan (stimulus) semata-mata, yaitu
respons otomatis anak pada rangsangan lapar, sakit, keinginan untuk
digendong, dan perasaan senang. Tahap linguistik terdiri atas beberapa
tahap, yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata
(holofrastis); (3) tahap dua kata; (4) tahap menyerupai telegram
(telegraphic speech).
1. Vokalisasi bunyi
Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam
bentuk teriakan, rengekan, dengkur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip
dengan bunyi konsonsonan atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum
dapat dipastikan bentuknyakarena memang terdengar dengan jelas. Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah bunyi-bunyi yang dihasilkan tadi
merupakan bahasa? Fromkin dan Rodman (1993:395) menyebutkan bahwa
bunyi tersebut tidak dapat dianggap sebagai bahasa. Sebagian ahli
menyebutkan bahwa bunyi yang dihasilkan oleh bayi ini adalah bunyi-bunyi
prabahasa/dekur/vokalisasi bahasa/tahap cooing.
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-
ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu
pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang
anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna
yang sama. Pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar
berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama.
Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat,
yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu
konsep yang lengkap. Misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya
mau papa ada di sini). “Ma” (Saya mau mama ada di sini).
Mula-mula, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ,
tetapi sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan
“Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah
mama”
Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini
mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku
anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk
mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda.
Dalam bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-
konsonan yang mudah dilafalkan seperti m,p,s,k dan vokal-vokal seperti
a,i,u.e.
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Uiaran-ujaran yang
terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau
pada tahap holofratis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat
ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan
sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir
secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi,
kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu,
subjek + predikat” dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani
mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat
+ kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan
sebagainya.
4. Ujaran Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata ganda
(multiple-word utterences) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga
sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu
dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-
ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa
orang dewasa.
Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar bahasa pertamanya
secara bertahap dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa
seorang anak dari usia dini belajar bahasa dendan menirukan. Namun,
Fromkin dan Rodman (1993:403) menyebutkan hasil tiruan yang dilakukan
oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa.
Jika orang dewasa meminta sang anak untuk menyebutkan “He’s going
out”, si anak akan melafalkan dengan “he go out”. Ada lagi teori yang
mengatakan bahwa seorang anak belajar dengan cara
penguatan (reinforcement), artinya kalau anak belajar uiaran-ujaran yang
benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya bagus, pandai,
dan sebagainya.Akan tetapi bila ujaran-ujarannya salah,ia mendapatkan
“penguatan negatif”, misalnya lagi, salah, tidak baik. Pandangan ini
berasumsi bahwa anak itu harus trus menerus diperbaiki bahasanya kalau
salah dan dipuji jika ujarannya benar. Teori ini tampaknya belum dapat
diterima seratus persen oleh para ahli psikolinguistik. Yang benar ialah
seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri.
Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama meskipun
semuanya menunjukkan kemajuan-kemajuan yang reguler.
e. Teknik pengajaran percakapan orang dewasa kepada balita
Kemudian untuk ayah dan pengasuh lainnya (terlepas dari nama ibu).
Meskipun ayah melakukan modifikasi yang serupa dengan ibu, mereka
kurang berhasil dalam berkomunikasi dengan balita. Ayah lebih banyak
menggunakan permintaan klasifikasi daripada ibu. Selain itu, bentuk
permintaan ini lebih tidak spesifik (“apa?”) dibandingkan dengan ibu
(“kamu mau apa?”). Ayah juga lebih jarang mengakui ucapan anak-anak
mereka (“um-hm”, “ya”, “oke”). Sebagai gantinya anak lebih cenderung
kurang bertahan dalam percakapan dengan ayah mereka dibandingkan
dengan ibu mereka.
Misalnya, orang tua berkata, “Apakah kamu ingat waktu kita pergi ke
akuarium?” Anak kemudian menanggapi, “Ya, kita melihat ikan besar-
besar yang bersayap.” Orang tua pun membalas, “Ya, itu namanya ikan
pari raksasa.” Percakapan teratur tentang masa lalu seperti ini membantu
pembelajaran kosakata anak.
4. Libatkan anak dalam bermain peran.
Perbincangan yang terjadi ketika ia bermain peran dalam dunia imajinasi
ini membuat anak memperluas kosakata miliknya. Misalnya, dua orang
anak sedang bermain dengan mainan figur dokter. Anak yang satu
memegang mainan tersebut sedangkan satunya lagi bermain dengan yang
berbaring di lantai. Dokter itu berkata, “Jangan ribut, saya harus
menggunakan stetoskop.” Figur yang “terluka” dan berbaring di lantai
menjawab, “Oke. Apakah itu adalah hal yang kamu pakai untuk mendengar
detak jantungku?” Di sini kita melihat seorang anak secara informal
mengajarkan sebuah kata yang rumit. Anak yang kedua kemudian belajar
tentang apa itu stetoskop dan seiring mereka bermain, akan memperoleh
pemahaman tentang bagaimana alat itu digunakan.
f. Pentingnya bermain
Pada usia 4 tahun, seorang anak dapat memainkan peran bayi, pada
sekitar umur ini pun seorang anak mulai memainkan peran “ibu dan ayah”
secara berbeda. Secara umum seorang ibu digambarkan nya lebih lemah
lembut atau sopan kemudian untuk peran seorang ayah mereka
menggambarkan lebih banyak perintah dan lebih sedikit memberikan
penjelasan atas perilaku mereka. Bahasa disini digunakan untuk
menjelaskan contohnya seorang anak mengatakan kepada lawan
bermainnya (“kamu tidak bisa mengatakan itu jika kamu menjadi bayi”)
atau sekedar untuk bernegosiasi (“oke, kamu bisa mengatakannya jika
kamu mau”). Bahasa yang digunakan dalam bermain dipengaruhi oleh
peserta dan konteks permainan. Secara umum, anak-anak prasekolah lebih
memilih berpasangan dengan teman yang sejenis tanpa kehadiran orang
dewasa. Dan mereka lebih menyukai permainan replika seperti boneka,
dandan-dandanan, pun juga dengan anak laki-laki ia lebih menyukai
permainan balok dan benda-benda yang dapat digunakan untuk
membangun. Saat anak-anak tumbuh besar dan berpatisipasi dalam
permainan imajinatif, mereka pun menggunakan alat peraga yang dapat
mewakili entitas lain, misalnya dengan membuat makanan menggunakan
lumpur. Anak prasekolah sangat menikmati permainan tim dan menikmati
kegiatan kelompok. Anak dapat secara bebas bereksperimen dengan gaya
dan peran komunikasi yang berbeda.
1. Bermain peran.
2. Permainan kata.
g. Variasi
Tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama dalam satu mata
pelajaran. Salah satu sikap guru menghadapi perbedaan karakter ini adalah
tetap memperlakukan semua siswa dengan sama rata. terlepas dari
seberapa besar kemampuan mereka dalam menerima materi yang
diajarkan.
Kesimpulan
Pembelajaran dan pengajaran Bahasa sering dikatakan sama tetapi
nyatannya berbeda pembelajaran bisa dilakukan kapaun dan dengan siapaun
sedangkan pengajaran dilakukan di sekolah bersama guru dan peserta didik
untuk menguasai Bahasa yang baik dan benar.
Ada empat strategi dalam Bahasa yaitu membaca, menyimak, menulis dan
berbicara yang masing masing memiliki metode metode dalam
mengembangkannya selain itu ada beberapa proses tahapan dari
penguasaan/ pemerolehan Bahasa anak.
Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, anak memerlukan
orang dewasa yang memberi stimulasi, baik di rumah, sekolah maupun
lingkungan sekitarnya. Sehingga orangtua dan pendidik harus benar-benar
memahami anak serta memberikan dorongan agar kemampuan bahasa anak
bisa berjalan secara optimal. Salah satunya dengan bermain bisa menjadi
sarana yang ideal untuk penguasaan bahasa karena Bermain bermanfaat dan
berpengaruh positif bagi berbagai aspek perkembangan dan belajar anak
perlu diperhatikan juga cara bermain seperti apa yang dapat mengasah
perkembangan bahasa pada anak. Perlu dipahami bahwa setiap anak itu
berbeda-beda mereka mempunya latar belakang budaya dan sosial yang
beda maka dari itu orang tua dan pendidik khususnya harus memahami
karakteristik anak agar dapat memberikan metode pembelajaran yang sesuai
dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak.
DAFTAR PUSTAKA
https://rambyong17.wordpress.com/2012/08/01/6/#:~:text=Pada%20tahap
%20ini%2C%20pemerolehan%20bahasa,ketiga%2C%20dan%20tahap
%20linguistik%20keempat.
https://www.academia.edu/28713075/Permainan_untuk_Mengembangkan_
Bahasa_AUD_docx
https://theconversation.com/tujuh-cara-efektif-kembangkan-kosakata-anak-
sejak-usia-berusia-8-bulan-119951
https://www.researchgate.net/publication/331825668_PENGARUH_BUDA
YA_TERHADAP_PERKEMBANGAN_ANAK_Bunga_Vania_Marsya_20
18031063
https://primaindisoft.com/blog/tips-jitu-menghadapi-keberagaman-
karakteristik-siswa/#.X2dkWfkzbIU
http://duniaanakaud.blogspot.com/2012/11/strategi-pembelajaran-pada-
anak-usia_6380.html
Tanggal Presentasi : Senin, 12 Oktober 2020 (jam 15.00- 16.00)