Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehidupan dan perilaku seorang individu, keberhasilan dan
ketidakberhasilan dalam kehidupan, dan kemampuannya menghadapi
tantangan dan tekanan kehidupan, sangat dipengaruhi oleh persepsi, konsep,
dan evaluasi individu tentang dirinya, termasuk citra yang ia rasakan dari
orang lain tentang dirinya, dan tentang akan menjadi apa ia, yang mumncul
dari suatu kepribadian yang dinilai dari pengalaman berinteraksi dengan
lingkungan. Istilah lain dari pernyataan tersebut yaitu kehidupan, perilaku,
dan kemampuan individu tersebut dalam kehidupan sangat dipengaruhi dan
ditentukan oleh apa yang diistilahkan dengan konsep diri/self-
concept(Rogers,1961). Teori dan praktek psikoterapi yang dilakukan Rogers
menunjukkan bahwa konsep diri memainkan peranan utama dalam perilaku
manusia. Perubahan dalam konsep diri menghasilkan perubahan dalam
perilaku, sehingga pembentukan konsep diri menjadi penting dalam diri
individu sejak dini, termasuk sejak masa remaja

Masa remaja (adolescence), seperti dinyatakan Rita Atkinson (1993: 508)


merupakan masa yang berada pada tahap perkembangan psikologis yang
potensial sekaligus rentan. Masa ini, masih menurut Atkinson, merupakan
periode role-experimentation, yakni masa yang dapat mengeksplorasi
alternatif perilaku, minat, dan ideologi. Oleh karena itu, tugas
perkembangan utama (the major developmental task) pada remaja adalah
membangun identitas untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang
“siapakah saya” dan “ ke mana saya akan melangkah”. Masa remaja adalah
masa krisis identitas yang harus dapat dipecahkan sebelum usia 20 atau
pertengahan 20-an, agar individu dapat melanjutkan tugas kehidupannya
dengan baik, memiliki consistent sense of self atau standar internal untuk
menilai kebermaknaan dirinya dalam bidang kehidupan utamanya sehingga
tidak akan mengalami identiy confusion.

4
5

Pembentukan konsep diri ini tidak terlepas dari peran keluarga, dimana
keluarga merupakan sistem social kecil yang terbuka dari sebuah komunitas
terdiri atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan
dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal.
(Friedman, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan sistem
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara satu anggota dengan
lainya.Diantara anggota keluarga memiliki keterikatan yang kuat dan saling
mempengaruhi satu sama lainya.

Kondisi menunjukkan keluarga sebagai sistem sosial yang kompleks,


dimana setiap anggotanya memiliki risiko untuk mengalami masalah
kesehatan. Masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga membutuhkan
penanganan yang serius oleh tenaga kesehatan dan keluarga itu sendiri.
Penanganan serius dibutuhkan karena masalah pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga yang lainya. Sasaran
pelayanan kesehatan dalam keluarga bukan hanya pada keluarga dengan
masalah penyakit namun juga bagaimana pembentukan komunikasi
keluarga yang dapat berdampak pada konsep diri anggota keluarganya.

Pelayan keperawatan yang diberikan memfokuskan kepada asuhan


keperawatan yang diawali dengan tahap pengkajian kepada keluarga.
Pengkajian merupakan suatu proses atau upaya untuk dapat mengenal
keluarga yang akan dilakukan pelayanan. Pengkajian dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan
keluarga di masyarakat (Anderson & Mc. Farlane, 2004). Pengkajian
keluarga dilakukan dengan mengaplikasikan teori dan konsep model
keperawatan yang relevan dan di lakukan berdasarkan Nursing Outcomes
Classification (NOC) dan Intervention Classification (NIC) sampai pada
evalusi.
6

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah memberikan asuhan
keperawatan pada keluarga dengan remaja.
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Menjelaskan teori tentang tugas perkembangan keluarga dengan
anak remaja.
b. Melakukan pengkajian sampai pada evaluasi pada keluarga
dengan remaja yang mengalami masalah konsep diri.

BAB II
7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Remaja


Definisi dari remaja berdasarkan beberapa sumber yaitu :
a. Remaja adalah tahapan seseorang di mana berada di antara fase anak
dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis, dan emosi (Effendi & Makhfudli, 2009).
b. Remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa
yakni antara usia 12 tahun sampai 21 tahun (Gunarsa & Gunarsa, 2008).
c. Masa remaja adalah dimulai dengan perubahan menuju puberitas yaitu
dimulai pada usia 11-13 tahun (Edelman & Mandle, 2010).
d. Berdasarkan tiga sumber dari definisi remaja dapat disimpulkan remaja
adalah suatu tahapan dalam kehidupan di mana peralihan fase dari fase
anak-anak ke fase dewasa dengan adanya perubahan pada fisik, perilaku,
kognitif, biologis, dan emosi yang dimulai dari usia 10-19 tahun dan
belum menikah.

2.2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja


Berdasarkan Hamid (2008), pada tahap remaja terjadi pertumbuhan fisik
yaitu dalam 18-36 bulan dan selesai hingga masa pubertas. Pada
pertumbuhan fisik, remaja putri mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan remaja pria. Pengaruh hormonal memiliki peranan
pada pertumbuhan dan perubahan fisik terutama dalam fungsi seksual atau
karakteristik seks sekunder, di mana pertumbuhan reproduktif berakhir pada
usia 17 tahun

Pada perkembangan kognitifnya pada fase ini remaja mampu berpikir


tentang cara mengubah masa depan dan melihat hubungan abstrak dirinya
dengan lingkungan, segi moral remaja mulai menentang nilai-nilai
tradisional. Kondisi ini orang tua memiliki peranan penting dalam hal
menjaga komunikasi dengan remaja, sebagai upaya pengembangan identitas
diri remaja.
8

2.3. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Remaja


Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap ke lima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Pada biasanya tahapan ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap
tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama
keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga
untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar
dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003).

Berdasarkan Friedman, Bowden, & Jones (2003), tugas perkembangan


keluarga dengan remaja yaitu :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada saat anak
remaja telah dewasa dan semakin otonomi.
Pada tahapan ini orang tua harus membuat perubahan sistem yaitu
menetapkan peran dan norma yang baru serta melepaskan remaja. Orang
tua dalam fase ini harus lebih progresif dalam merubah hubungan
mereka dengan anak remaja yaitu dari hubungan yang sebelumnya
bergantung menjadi hubungan yang semakin mandiri.
b. Orang tua memfokuskan kembali hubungan pernikahannya
Fase sebelumnya orang tua lebih berfokus terhadap peran mereka
sebagai orang tua sehingga pernikahan tidak menjadi peranan inti.
Ketika fase ini, remaja dapat menjadi mandiri sehingga orang tua dapat
memfokuskan kembali hubungan pernikahannya
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak
Pada fase ini hambatan komunikasi bisa terjadi karena adanya perbedaan
generasi antara orang tua dan anak. Pada tahapan ini keluarga harus
mampu mempertahankan standar etis dan moral dalam keluarga.
2.4. Teori dalam Tugas Perkembangan Keluarga dengan Remaja
9

Tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja di landasi beberapa


teori keperawatan yaitu :
a. Teori keperawatan /konseptual
1) Teori Martha Roger
Teori ini memandang manusia sebagai kesatuan yang lapang energy
multidimensional yang telihat dalam suatu proses mutual
berkelanjutan dengan lingkungannya. Kerangka konsepnya dikenal
sebagai Science of Unitary Human Being (Ilmu Tentang Manusia
Sebagai Satu Kesatuan). Fawcett (1991) memperluas model Roger
menyatakan bahwa keluarga adalah medan energy system terbuka
yang konsisten yang selalu berubah sebagai respon terhadap
interaksinya dengan lingkungan. Casey (1996) menerapkan teori
Roger pada keperawatan keluarga dengan pertimbangan keluarga
sebagai kesatuan yang terbuka yang terus menerus berinteraksi
dengan ingkungannya melauli pertukaran materi dan energy yang
semakin lama semakin kompleks.
2) Teori Calista Roy
Model adaptasi Roy mengambarkan konsep individu sebagai sistem
adaptif yang berinteraksi dengan stimulus melalui 4 cara respon
yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Pada teori ini memandang
bahwa keluarga adalah suatu sistem yang adaptif yang memiliki
input, kendali interna dan proses umpan balik, dan output (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003). .
3) Teori Imogene King
Imogene King mengembangkan model proses transaksi pada sistem
yang saling mempengaruhi yang disebut sebagai teori pencapaian
tujuan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Teori ini memandang
bahwa keluarga memiliki pengaruh pada pengembangan individu
(Kaakinen, et all, 2010). Keluarga dalam teori ini adalah sebagai
transmisi nilai-nilai dan norma-norma perilaku di masa hidup yang
meliputi peran anggota keluarga yang sakit dan transmisi fungsi
10

perawatan kesehatan keluarga (Kaakinen, et all, 2010). King


memandang keluarga baik sebagai sistem interpersonal dan sistem
sosial. Dia fokus pada integrasi sistem personal, interpersonal
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Banyak komponen teori King
yang relevan bagi perawat dalam beinteraksi dengan keluarga,
seperti konsep interaksi, komunikasi, transaksi, peran, mandiri,
pertumbuhan dan perkembangan, waktu, persepsi, dan ruang pribadi.
4) Teori Konsep Diri
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya
dan mempengaruhi hubungan dengan oranglain. (Stuart & Sundeen
2005).Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Keliat,
2005).Komponen konsep diri terdapat terdiri dari :
a) Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya
baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu
atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-
pengalaman baru.
b) Identitas
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya,
menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak
ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak,
bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas
diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap
diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.

c) Ideal diri
11

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia


seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar
dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun
penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat 
d) Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi
individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh
beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu
sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan
hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan
ideal diri.
e) Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku
dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain yaitu: dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang
menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan
dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa
dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis,
merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya
(Keliat BA, 2005).

b. TeoriIlmuSosialKeluarga
BerdasarkanKaakinen, et all (2010) teoriilmusosial yang
berperandalamasuhankeperawatankeluargadenganremajayaitu:
1) Teoristruktural-fungsional
Teoriinimengacupadakeluargasebagailembagadanbagaimanakeluarg
aberfungsiuntukmenjagakeutuhankeluargadankebutuhansosial di
dalamkeluarga. Pada teori ini memiliki beberapa asumsi perspektif
12

yaitu keluarga adalah suatu sistem sosial dengan kebutuhan fungsi,


keluarga adalah suatu kelompok kecil yang memiliki gambaran
umum yang ada pada kelompok kecil, sistem sosial seperti keluarga
memenuhi fungsi melayani individu, dan individu bertindak dengan
serangkaian norma dan nilai. Perspektif ini berguna dalam
melakukan pengkajian keluarga dan masalah kesehatan. Kekuatan
utama pendekatan dengan menggunakan teori ini adalah bersifat
komprehensif dan memandang keluarga dalam konteks komunitas
2) TeoriIntersaksionalkeluarga
Teoriinimengacuterhadapinteraksikeluargadan proses
komunikasidalamkeluarga. Pengkajian keluarga dengan
menggunakan teori intersaksional keluarga adalah dengan
menekankan pengkajian komunikasi dalam keluarga, peran keluarga,
koping keluarga, hubungan dalam keluarga, dan pola sosialisasi
keluarga. kekuatan dalam teori ini adalah terfokus terhadap proses
internal di dalam keluarga.
3) Teori Perkembangan
Teoriiniberfokusterhadapsiklushidupkeluargadantahapperkembangan
dalamkeluarga. Pengkajian dengan menggunakan kerangka teori ini
berfokus terhadap tahap perkembangan keluarga, riwayat
perkembangan keluarga, dan ketersediaan sumber dalam pemenuhan
tugas perkembangan. Kekuatan pada teori ini adalah pendekatan
perkembangan keluarga pada suatu periode dalam siklus kehidupan.
4) TeoriBerubah
Padateoriiniberfokusterhadapperubahanstrukturdalamkeluargaakibat
adayapengaruhdari luar. Pada teori ini menyatakan bahwa teori
perubahan adalah unsur yang paling penting dalam menentukan
keberhasilan anggota keluarga dalam perubahan perilaku yang
berhubungan dengan peningkatan perilaku kesehatan.
c. Teori TerapiKeluarga
Teoriterapikeluargaadalahcampurandariteorisocialdanteoripraktikkeluar
ga(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
13

1) Teoriterapiinteraksi/komunikasikeluarga
Pendekatanteoriiniberfokusterhadapkomunikasi yang terjadi di
dalamkeluargadaninteraksi di dalamkeluarga.
2) Teoriterapikeluargastruktural
Pendekatanpadateorimenggunakanmetaforaruangdanorganisasionald
alammengindentifikasimasalahstructuralkeluargadansolusiterhadapp
erubahanstrukturkeluarga. Empatkonsep yang
digunakandalamterapistructuralkeluargayaitupolatransaksi, adaptasi,
subsistem, danbatasan.
3) Teori terapisystemkeluarga
Konseputamadalamteoriiniadalahdiferensiasidiri.
Padateoriiniterdapat 7 konsep yang terkaityaitudiferensiasidiri,
systememosionalkeluarga inti, proses transmisimultigenerasi, proses
proyeksikeluarga, triangulasi, posisisaudarakandung,
pemutusanemosionaldanregresisosial.

2.5. Asuhan Keperawatan dengan Tahap Perkembangan Remaja


2.5.1. Pengkajian
a. Data Umum
Pada pengkajian ini meliputi data tentang nama keluarga, alamat,
komposisi keluarga, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status
sosial ekonomi dan aktivitas rekreasi dalam keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja. Tugas keluarga
adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
pada saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonom,
memfokuskan kembali hubungan pernikahannya dan
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Pada tahapan adalah melihat tahapan perkembangan dalam
keluarga yang belum terpenuhi. Salah satu tahapan
14

perkembangan keluarga dengan remaja yang bisa


menimbulkan permasalahan adalah berkomunikasi secara
terbuka
3) Riwayat keluarga inti
Pada fase ini perawat melakukan pengkajian pengakajian
terhadap permasalah terhadap keluarga baik masalah kesehatan
dan masalah sosial. Pengkajian tentang masalah komunikasi
dimunculkan dalam pengkajian ini
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Pada pengkajian melihat apa yang melatarbelakang terjadi
permasalahan dalam keluarga.
c. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Pada pengkajian ini mengambarkan kondisi rumah keluarga
dengan menghubungkan syarat rumah sehat.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Pada pengkajian ini menilai interaksi dan gambaran tentang
tetangga dan komunitas.
c. Mobilitas geografi keluarga
Pengkajian ini meilhat bagaimana mobilisasi dalam keluarga
dan fasilitas untuk mobilisasi.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga
Pada pengkajian ini melihat interaksi dalam keluarga terutama
menilai kondisi interaksi yang dilakukan oleh anak remaja
terhadap orang tua maupun anggota keluarga lainnya.
e. Sistem pendukung keluarga
Kondisi ini mengambarkan apa yang menjadi pendukung
ketika ada permasalahan dengan keluarga.

d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
15

Pada pengkajian ini akan terkaji bagaimana kondisi


komunikasi yang ada dalam keluarga. Tahap perkembangan
keluarga dengan remaja akan muncul adanya permasalahan
yaitu komunikasi yang tidak terbuka antara anak dengan
orangtua.
2) Struktur kekuatan keluarga
Pada pengkajian ini melihat kekuatan dalam keluarga yang
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.
3) Struktur peran
Pada pengkajian ini melihat peran yang dilakukan oleh remaja
di dalam keluarga maupun msayarakat baik informal maupun
formal, selain itu melihat peran orang tua.
4) Nilai dan norma
Pada pengkajian inimelihat nilai dan norma yang dianut di
dalam keluarga yang berguna untuk pedoman dalam
pengembangan diri pada remaja.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Melihat tentang sikap atau perlakuan antar anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi dalam pengkajian ini adalah berfokus pada
remaja dengan melihat sosialisasi remaja tersebut terhadap
lingkungan maupun anggota keluarga. pada pengkajian ini
sangat penting terutama bagi remaja karena remaja berada
dalam fase pengembangan diri.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Pada fase ini permasalah yang terjadi di dalam keluarga
dilakukan pengkajian dengan mengacu 5 fungsi perawatan
kesehatan.

4) Stres dan koping keluarga


16

Stresor jangka pendek dan jangka panjang yaitu menilai


permasalahan apa baik yang bersifat jangka pendek atau
panjang yang menimbulkan permasalahan.
5) Strategi koping yaitu teknik untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi di dalam keluarga

2.5.2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam keluarga dengan remaja
berdasarkan NANDA (2014) yaitu
a. Risk for ineffective relationship
1) Domain 7 Role Relationship
Class 3 Role performance
Code 00229: Risk for ineffective relationship
2) Definisi: Beresiko tidak mampu dalam mengembangkan
hubungan yang baik dan saling menguntungkan kedua belah
pihak.
3) Faktor risiko:
a) Perubahan kognitif pada salah satu partner dalam
hubungan
b) Riwayat masa lalu adanya kekerasan
c) Pembatasan hubungan
d) Penggunaan zat terlarang
e) Ketidakmampuan dalam berkomunikasi
f) Ketidaksesuaian harapan
g) Stresor
h) Riwayat adanya kekerasan dalam rumah tangga
i) Krisis perkembangan

b. Risk For Trauma


17

1) Domain 11 Safety/ protection


Class 2 Physical injury
Code 00038 Risk for trauma
2) Definisi : Beresiko terhadap cedera pada jaringan yang
disengaja
3) Faktor risiko :
a) Faktor eksternal antara lain: paparan lingkungan yang
berbahaya, bermain dengan objek yang berbahaya,
jalanan yang tidak aman, dan lingkungan kejahatan yang
tinggi.
b) Faktor internal antara lain: penurunan fungsi kognitif,
penurunan fungsi sensai, penurunan koordinasi mata dan
tangan, penuruna koordinasi otot, ganguan emosi,
ekonomi rendah, riwayat trauma (fisik, psikological,
seksual), keterbatasan pengetahuan tentang keamanan,
dan kelemahan.

c. Distrubed body image


1) Domain 6 Self-Perception
Class 3 Body image
Code 00118 Disturbed body image
2) Definisi : ganguan pada gambaran diri
3) Faktor riskiko antara lain :
a) Kehilangan anggota tubuh
b) Perubahan fungsi tubuh
c) Perubahan pada struktur tubuh
d) Perubahan pada salah satu bagian tubuh
e) Menghindari menyentuh salah satu bagian anggota tubuh
f) Menghindari melihat salah satu bagian tubuh
g) Perasaan negatif tentang bagian tubuh
h) Trauma pada perubahan pada bagian tubuh
i) Perubahan dalam persepsi diri
18

j) Trauma
k) Cedera
l) Perubahan fungsi kognitif

2.5.3. Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang diberikan mengacu terhadap lima
fungsi keperawatan yaitu kemampuan dalam mengenal masalah,
kemampuan dalam mengambil keputusan, kemampuan dalam
merawat, kemampuan dalam memodifikasi lingkungan, dan
kemampuan dalam menggunakan fasilitas kesehatan. Intervensi
keperawatan disusun berdasarkan NOC dan NIC yang disesuaikan
dengan diagnosa.
a. Risk for ineffective relationship
Pada diagnosa ini intervensi yang diberikan secara umum yaitu :
1) Tahap pertama adalah kemampuan dalam mengenal masalah
yaitu tentang pengetahuan dalam pengasuhan anak remaja,
dengan intervensi yang diberikan adalah pendidikan kesehatan
tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja serta
pengetahuan tentang pengasuhan anak remaja.
2) Tahap kedua adalah mengambil keputusan yaitu membantu
keluarga dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan
yang terjadi.
3) Tahap ketiga adalah kemampuan dalam merawata anggota
keluarga, dimana intervensi yang diberikan yaitu
meningkatkan peran orang tua dalam mengasuh anak remaja
dalam keluarga tersebut.
4) Tahap yang keempat adalah memodifikasi lingkungan dimana
intervensi yang diberikan adalah meningkatkan role
perfomance dari orangtua terhadap anak remaja.
5) Tahap yang kelima adalah menggunakan fasilitaas kesehatan,
intervensi yang diberikan adalah menggunakan fasilitas
konseling jika dalam memberikan pengasuhan anak remaja.
19

b. Risk for trauma


Intervensi yang diberikan secara umum yaitu :
1) Tahap pertama adalah kemampuan dalam mengenal masalah
yaitu tentang pengetahuan tentang keamanan dan risiko
bahaya terjadinya cedera pada remaja .
2) Tahap kedua adalah mengambil keputusan yaitu membantu
keluarga dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan
yang terjadi.
3) Tahap ketiga adalah kemampuan dalam merawat anggota
keluarga, intervensi yang diberikan yaitu mengajarkan kepada
keluarga teknik pencegahan cedera.
4) Tahap yang keempat adalah memodifikasi lingkungan dimana
intervensi yang diberikan adalah memberikan lingkungan
yang aman bagi remaja .
5) Tahap yang kelima adalah menggunakan fasilitas kesehatan,
intervensi yang diberikan adalah menggunakan fasilitas
kesehatan jika terjadinya cedera pada anak remaja atau
menggunakan fasilitas konseling untuk mencegah cedera.

c. Distrubed body image


Intervensi yang diberikan secara umum yaitu :
1) Tahap pertama adalah kemampuan dalam mengenal masalah
yaitu tentang pengetahuan tentang gambaran tubuh dengan
intervensi yang diberikan berupa pengetahuan dalam
peningkatan gambaran tentang citra tubuh.
2) Tahap kedua adalah mengambil keputusan yaitu membantu
keluarga dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan
peningkatan citra tubuh.
3) Tahap ketiga adalah kemampuan dalam merawat anggota
keluarga, intervensi yang diberikan yaitu mengajarkan kepada
20

keluarga teknik dalam upaya peningkatan persepsi gambaran


tubuh
4) Tahap yang keempat adalah memodifikasi lingkungan dimana
intervensi yang diberikan adalah memberikan lingkungan
yang mendukung dalam peningkatan persepsi gambaran tubuh
5) Tahap yang kelima adalah menggunakan fasilitas kesehatan,
intervensi yang diberikan adalah menggunakan fasilitas
kesehatan seperti konseling dalam mengubah persepsi.
BAB 3
PENGKAJIAN MENURUT FRIEDMAN
KELUARGA DENGAN REMAJA

3.1. Pengkajian Keperawatan


A. Data Keperawatan
1. Identitas Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn. F
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 53 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Jl.Prof.Moh.Yamin, Gg Delima Rt.04/02 no.65 Kel. Duren Jaya
Bekasi Timur
h. Tanggal Kunjungan :

2. Daftar anggota keluarga


No. Initial Umur L/P Hub.KK Pddk Pekerj. Agama
1. Tn. F 53 th L Suami SMA - Islam
2. Ny. A 43 th P Ibu SMA - Islam
3. An.Br 13 th L Anak SMP - Islam
4. An.Bs 6.5th L Anak TK.B - Islam

3. Genogram

4. Tipe Keluaga: (Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan


genogram dalam keluarga) : Tipe keluarga saat ini termasuk kedalam
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
5. Latar Belakang Budaya meliputi :
a. Identitas suku bangsa: Bengkulu, Jawa
b. Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara
etnis bersifat homogen ): Keluarga tinggal di rumah milik sendiri

1
22

warisan dari orangtua Ny A. Tipe rumah permanen yang sebagian


besar warganya dengan suku yang sangat bervariasi ada jawa,
betawi, riau, sumatera. Lingkungan tempat tinggal keluarga cukup
luas dan banyak warga sekitar berjualan jajanan dan buka usaha
warung baik makanan maupun tempat bermain play station.
c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan
pendidikan yang diikuti keluarga : Di lingkungan tempat tinggal
Tn.F terdapat beberapa kegiatan seperti kerja bakti,
selamatan/kendurian, pengajian RT, Tn F sering mengikuti kegiatan
sosial yang ada di lingkungannya seperti kerja bakti. Lingkungan
tempat tinggal Tn.F juga dekat dengan sarana ibadah (mushola) dan
pendidikan dasar seperti TPA, dan pendidikan sekolah dasar (SD).
Tn.F memberikan pendidikan kepada anak-anaknya untuk mengikuti
pendidikan tambahan dalam agama yaitu mengaji di sore hari.
Aktivitas rekreasi jarang keluarga lakukan untuk berlibur keluar
wilayah, rekreasi yang dilakukan lebih banyak kepada kunjungan ke
saudara hanya untuk bersilaturahmi biasa atau jika ada hajatan
keluarga besar, itupun anggota keluarga yang ikut tidak lengkap, An.
Br tidak pernah mau jika diajak dengan alasan malu.
d. Bahasa yang digunakan sehari-hari: Bahasa Indonesia
e. Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya ): tidak
terlihat adanya dekorasi beretnik budaya tertentu.
f. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
tradisonal : Tn.Y dan keluarga sering juga menggunakan obat-obatan
yang dijual bebas jika sakit yang dirasa tidak terlalu parah dan
mengganggu, namun jika 3 hari tidak ada perubahan Tn.F dan
anggota keluarga pergi ke dokter praktek dekat rumah. Keluarga
Tn.F memiliki jaminan kesehatan (BPJS).
g. Bagaimana keluarga terlibat dalam praktik pelayanan kesehatan
tradisional atau memiliki kepercayaan tradisional yang berhubungan
dengan kesehatan: Tn.F menjelaskan mertuanya dulu membuka
praktek pijat refleksi yang pasiennya lumayan banyak. Keluarga
23

Tn.F percaya jika rajin melakukan refleksi atau urut peredaran darah
akan lancar, hal ini sering dilakukan oleh Ny.A istri Tn.F jika merasa
badannya tidak enak seperti kepala pusing, dan badan terasa pegal-
pegal.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a. Status kelas Sosial: tingkat pendapatan keluarga dan sumber
pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga. Friedman
membagi kelas sosial menjadi enam bagian yaitu kelas atas-atas,
kelas atas bawah, kelas menegah atas, kelas menengah bawah, kelas
pekerja dan kelas bawah. : Keluarga Tn.Y termasuk keluarga dalam
kelas ekonomi menengah keatas. Tn.F bekerja sebagai supir pribadi
di tempat kakak sepupunya dibidang advertising. Tn.F dan istri
berpendidikan hanya SMA, anak pertamanya An.Br SMP kelas 2
yang bersekolah tidak jauh dari tempat tinggalnya dan bersekolah
mengendarai sepeda, dan An.BS yang baru TK B juga dekat rumah
yang hanya berjalan kaki untuk mengantarkan sekolah.
b. Status Ekonomi: jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga,
pencari nafkah dalam keluarga, dana tambahan ataupun bantuan
yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga mengaturnya
secara financial dan sumber-sumber apa yang dimiliki oleh keluarga
terutama yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti
asuransi kesehatan dan lain-lain. : Aktifitas rekreasi keluarga:
Keluarga Tn.Y memiliki pendapatan bulanan yang berkisar antara
Rp..2.500.000-3.500.000. penghasilan yang terbesar didapatkan dari
hasil Tn.F bekerja sebagai supir pribadi di tempat kakak sepupunya
dibidang advertising, Pendapatan itu dapat menghasilkan nilai lebih
jika ada kegiatan di luar tempat kerjanya bisa mendapatkan bonus
lumayan, dan juga Ny.A istri Tn.F memiliki usaha kecil-kecilan
berjualan baju dan tas dewasa yang ditawarkan kepada sekitar
wilayah tempat tinggal atau online dan sanak saudara, terkadang
juga menerima pesanan makanan baik masakan maupun kue-kue.

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


24

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Keluarga dengan anak Remaja.


2. Tugas  perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Memperkokoh
hubungan perkawinan. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan. Tn.F menjelaskan saat ini dirasa tidak ada kebutuhan yang
sangat berat tidak terpenuhi, segalanya sekarang mengalir saja dengan
cukup. Tn.Fa mengatakan bahwa istrinya sekarang sudah melakukan
semuanya dengan baik, walau sebagai manusia pasti ada kekuranganya,
dan Tn F sangat menyayangi istri dan anak-anaknya, berupaya selalu
yang terbaik untuk selalu membahagiakan mereka.
Ny.A menjelaskan suaminya adalah orang memiliki sifat tidak sabaran,
terutama kalau menegur kesalahan anak-anak, terutama kepada An.Br
yang sering marah-marah dan juga memukul dengan sapu, sandal
bahkan sampai ikat pinggang. Kalau sudah melihat seperti itu Ny.A
menjelaskan bahwa dirinya jadi kesal dan bisa marah dengan suaminya
hingga tidak saling tegur 2 hari. Namun Tn F juga tidak terima dengan
pernyataan istrinya menambahkan juga, bahwa Ny A sering juga kalau
lagi kesal dengan masalah lain, anak-anak jadi sasaran kemarahan, dan
mereka akhirnya jadi bertengkar karena Tn F tidak suka jika Ny.A kasar
dengan anak-anak. tidak bisa diem di rumah, jika libur Tn.F selalu
melakukan kegiatan membereskan rumah, seperti, membuat hiasan-
hiasan di dinding, membuat meja-meja kecil tambahan, dan membuat
jendela-jendela agar kamar tidak lembab.
3. Riwayat keluarga Inti: Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit
( imunisasi ), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta
riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman penting
yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian,
kehilangan).
Tn.F memiliki riwayat perceraian. Hubungan pernikahannya saat ini
adalah pernikahan yang kedua. Tn.F menjelaskan hubungannya dengan
mantan istri dan anak-anaknya dahulu tidak begitu baik, dikarenakan
25

mereka tinggal jauh di luar daerah, dan jika sempat terhubung


komunikasi mereka selalu tidak baik berakhir dengan pertengkaran.
Saat ini Tn.F lebih berfokus pada keluarganya sekarang. Ny.A
menambahkan dirinya menerima status suaminya dengan riwayat itu,
walau terkadang merasa berat. Dalam keluarga Tn.F tidak ada riwayat
penyakit keturunan. Riwayat kesehatan saat ini tidak ada keluhan yang
berarti, anak-anak menjalani proses imunisasi lengkap, selalu
melakukan upaya kesehatan tradisional dan system pelayanan kesehatan
walaupun memanfaatkan praktek dokter dekat rumah.
4. Riwayat keluarga sebelumnya: Menjelaskan mengenai riwayat asal
kedua orang tua (riwayat kesehatan, seperti apa keluarga asalnya,
hubungan masa silam dengan kedua orang tua): Tn.F sudah tidak lagi
memiliki orangtua baik orangtua kandung maupun mertua. Keduanya
sudah meninggal dunia dan dimakamkan di daerah masing-masing asal
kelahiran, yaitu di kalioso Jawa Tengah untuk mertua dan, Mana
Bengkulu untuk orangtua kandung. Riwayat kesehatan orangtua dahulu
memiliki penyakit jantung dan Diabetes Mellitus, namun keluarga Tn.F
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit tersebut. Riwayat tersebut ada
di keluarga Tn.F yang memiliki penyakit jantung yaitu adik no 2 dan
Dm pada keluarga istri ada pada kakaknya no 1 yang sudah meninggal.

C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah keluarga Tn.F adalah permanan, dengan lantai keramik,
memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan 3 kamar tidur, 1 ruang
makan walau tidak terlalu besar lengkap dengan meja makan, dapur
menyambung dengan kamar mandi. Ada sisa tanah yang juga sudah
dibangun untuk tambahan kamar yang cukup luas. Masing-masing
kamar tampak memiliki ventilasi jendela yang baik terbuka dengan
mudah dan dijelaskan selalu dibuka di pagi hari, kamar mandi cukup
bersih walau tidak terlalu besar dengan closet duduk dan bak mandi
yang memanjang, kondisi bersih dan lantai tidak licin.
2. Karakteristik lingkungan dan komunitas
26

Lingkungan tempat tinggal Tn.F dijelaskan bahwa lingkungannya


cukup tenang karena berada cukup jauh dari jalan raya, masyarakatnya
saling mengenal satu dengan lainnya, dan saling membantu seperti
saudara sendiri terutama lingkungan masyarakat yang berada dekat
disebelah kanan, kiri dan depan dari rumah keluarga Tn.F.

D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi
Tn.F terlihat semangat saat mengatakan bahwa komunikasi yang
selama ini terbangun cukup terbuka, keluarga selalu mendiskusikan
hal-hal penting atau masalah bersama istri. Namun Ny.A
menambahkan suaminya adalah orang yg memiliki sifat tidak sabaran,
terutama kalau menegur kesalahan anak-anak, terutama kepada An.Br
yang sering marah-marah dan juga memukul dengan sapu, sandal
bahkan sampai ikat pinggang. Kalau sudah melihat seperti itu Ny.A
menjelaskan bahwa dirinya jadi kesal dan bisa marah dengan suaminya
hingga tidak saling tegur 2 hari. Namun Tn F juga tidak terima dengan
pernyataan istrinya menambahkan juga, bahwa Ny A sering juga kalau
lagi kesal dengan masalah lain, anak-anak jadi sasaran kemarahan, dan
mereka akhirnya jadi bertengkar karena Tn F tidak suka jika Ny.A
kasar dengan anak-anak. An.Br membenarkan saat diklarifikasi
pernyataan orangtuanya, An.Br mengatakan “bapak kerjanya marah-
marah terus, dikit-dikit bentak dan dipukul pakai gesper kalau sedikit
aja nolak apa maunya, ibu juga sama aja, jadi males sm bapak ibu”.
2. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan dalam keluarga Tn.F dikatakan
keputusan berdasarkan hasil berdiskusi dengan istri, walaupun tetap
dalam keputusan akhirnya Tn.F lah yang memegang peranan lebih
banyak.

3. Struktur peran
Struktur peran yang dijalankan di keluarga Tn.F dikatakan cukup
efektif dimana Tn.F sebagai kepala keluarga, Ny.A sebagai istri
27

mendampingi dan mensupport suami, namun ada struktur peran ini


terlihat bermasalah terutama pada An Br yang mengatakan bahwa dia
tidak terlalu peduli dengan apa yang saat ini seharusnya dilakukan
seperti sekolah, bergaul dengan teman, dan dia merasa sadar bahwa
sekarang ini dia memang anak yang tidak nurut sama orangtua dan
tidak bisa menjadi anak yang baik.
4. Nilai keluarga
Keluarga Tn.Y memiliki nilai-nilai yang kuat seperti selalu beribadah
dan menekankan dengan keras pendidikan keagamaan terutama kepada
anak-anaknya.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif:
Tn.Y mengatakan selama ini memberikan kasih sayang yang cukup
kepada keluarganya. Namun Ny.A menambahkan bahwa Ny.A tidak
setuju dengan cara Tn.F memberikan kasih sayang terutama kepada
anak-anaknya, karena selama ini anak-anak selalu diikuti kemauannya,
seperti main PS diluar, dan main dengan teman-temannya yang tidak
jelas kemana, tapi jika An.Br sudah kelewatan, Tn. F sangat marah,
bahkan suka ga bisa kontrol emosi dalam menanganinya, banyak main
tangan dengan cara memukul atau menggunakan alat untuk
melampiskan kemarahannya.
2. Fungsi Sosialisasi:
Tn.F menjelaskan interaksi dengan anggota keluarga biasa saja saling
menegur, bercerita. Namun dijelaskan lebih lanjut interaksi dengan
anggota keluarga terutama dengan An.Br memang kurang intens,
menegur sekedarnya, karena An.Br lebih sering berinteraksi dengan
kawan-kawannya. Ny. A menambahkan bahwa An.Br susah sekali jika
di ajak bersilaturahmi/bersosialisasi dengan sanak saudara jika ada
pertemuan keluarga besar, An.Br lebih senang tinggal dirumah dan
hanya bermain dengan teman-temannya dirumah saja. Saat
diklarifikasi pernyataan orangtua tersebut kepada An.Br, An.Br
28

membenarkan dengan mengatakan “males aja pergi jauh-jauh, malu..,


nanti ketemu orang-orang banyak ditanya-tanya, malu ah”.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, walau
hanya memanfaatkan pelayanan kesehatan praktek dokter dekat
rumahnya, yang sebelumnya melakukan upaya pengobatan mandiri
dengan obat-obatan di warung dan obat tradisional. Keluarga memiliki
jaminan kesehatan BPJS.

F. Konsep Diri
1. Penampilan/Citra Tubuh
Secara umum keluarga Tn.F mengatakan penilaian citra tubuh ini
dengan baik, hanya An.Br saja yang mengatakan penilaian citra
tubuhnya negative bahwa dia “jelek dan hitam paling ga ada yang
mau”. An.Br mengatakan dengan menunduk dan ekspresi malu-malu.
2. Identitas Diri
Identitas diri tergali dengan baik dimana dikatakan oleh seluruh
anggota keluarga yang mengatakan kebenaran akan identitas diri
seperti jenis kelamin, umur, ciri-ciri diri dengan baik, Hanya saat
dikaji mengenai kepuasan terhadap keberadaan dirinya saat ini, An.Br
mengatakan “ga puas karena saya hitam, jadi malu”.
3. Peran
Sebagain anggota menyadari perannya saat ini, hanya anak Br yang
terlihat mengalihkan pandangannya saat dikaji oleh perawat sambil
mengatakan “ ga tau sekarang harus bagaimana, bodo ah”.
4. Ideal Diri
Tn.F menjelaskan cita-citanya saat ini ingin membuat keluarga
kecilnya ini bahagia, dan sejahtera, saat An.Br ditanya mengenai
harapan dan keingiannya dimasa mendatang, jawabannya hanya “Ga
tau”.
5. Harga Diri :
29

Pernyataan harga diri ini semua anggota keluarga positif, hanya An.Br
yang mengatakan ungkapan dengan negative seperti “ga bisa apa-apa,
malu, ga usah ditanya-tanya lagi”.An.Br beranjak dari duduknya dan
segera meninggalkan perawat.

G. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stresor, Kekuatan dan Persepsi Keluarga:
Tn.F mengatakan kondisi saat ini yang membebaninya adalah dalam
mendidik anak-anak terutama kepada An.Br yang saat ini sulit sekali
diarahkan untuk mandiri, An.Br cenderung membangkang dan tidak
mau melakukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan sendiri seperti
membereskan keperluannya. An.Br selalu mengatakan dia tidak bisa,
dan tidak mau. Tn.F berfikir mungkin ada yang salah pada dirinya
dalam memberikan pola asuh selama ini sehingga An.Br seperti itu.
Kondisi semua itu sering membuat Tn.F kesal, dan marah namun
semua itu dapat ditahannya karena Ny.A yang selalu mengingatkan
kepada Tn.F untuk tidak bersikap demikian kepada An.Br.
2. Strategi Koping Keluarga
Tn.F mengatakan memang belum menemukan cara mengatasi kondisi
yang menyebabkan stress terutama saat menghadapi An.Br. Saat ini
jika kondisi sudah sangat sulit Tn.F lebih banyak membiarkan dan
mendiamkan An.Br untuk berbuat semaunya, yang terkadang malas,
sangat tergantung kepada ibunya Ny.A dan tidak percaya diri.
3. Adaptasi
Tn.F saat ini mencoba untuk dapat menyelami apa keinginan dari
An.Br, walau Tn.F mengatakan secara jujur belum menemukan cara
yang tepat untuk dapat beradaptasi dengan kondisi An.Br saat ini.

H. Pemeriksaan Fisik
30

N NAMA TD NADI PERNAPASAN


O
1 Tn. F 130/90 mmHg 80x/mnt 22x/mnt
2 Ny. A 120/90 mmHg 80x/mnt 22x/mnt
3 An. Br 110/80 mmHg 80x/mnt 20x/mnt
4 An.Bs Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Analisa Data
31

NO HARI/TGL DATA DIAGNOSA


1 22 November DS : Klien mengatakan DomainVI: Self Perseption
2015  “jelek dan hitam paling ga (persepsi diri)
Clas 3 : Body Image
ada yang mau”.
Code 1200 : Distrubed
 “ga puas karena saya hitam,
body image (Gangguan
jadi malu”.
Citra Tubuh)
 “ga tau sekarang harus
bagaimana, bodo ah”.
 “ga bisa apa-apa, malu, ga
usah ditanya-tanya lagi”.

DO : Klien tampak
 menunduk dan ekspresi
malu-malu.
 mengalihkan
pandangannya saat dikaji
oleh perawat.
 An.Br beranjak dari
duduknya dan segera
meninggalkan perawat.

2 22 November DS : Domain 11 Safety/


2015 protection
 Ny.A menambahkan
Class 2 Physical injury
suaminya adalah orang yg
Code 00038 Risk for
memiliki sifat tidak sabaran,
trauma
terutama kalau menegur
kesalahan anak-anak,
terutama kepada An.Br
yang sering marah-marah
dan juga memukul dengan
sapu, sandal bahkan sampai
ikat pinggang.
 An.Br mengatakan “bapak
kerjanya marah-marah
terus, dikit-dikit bentak dan
dipukul pakai gesper kalau
sedikit aja nolak apa
maunya, ibu juga sama aja,
jadi males sm bapak ibu
DO :
 An.Br beranjak dari
duduknya dan segera
meninggalkan perawat.
32

3.2. Diagnosa Keperawatan


a. DomainVI: Self Perseption (persepsi diri)
Clas 3 : Body Image
Code 1200 : Distrubed body image (Gangguan Citra Tubuh)
b. Domain 11 Safety/ protection
Class 2 Physical injury
Code 00038 Risk for trauma

3.3. Intervensi
N Diagnos Kode NOC Kod NIC
o a e
1 Risk For Keluarga mampu mengenal Keluarga
Trauma masalah: Leve mampu
Level Domain IV (Health knowledge & l1 mengenal
1 Behavior) Leve masalah
Level Kelas S (Health Knowledge) l2 Domain III
2 Outcomes Leve (Behavioral)
Level Knowledge: Parenting l3 Class S
3 a. Kebutuhan keamanan 5562 (Patient
1826 b. Pencegahan cedera Education)
c. Kebutuhan perawatan fisik Intervention
d. Kebutuhan emosi Parent
e. Panduan moral Education:
f. Keamanan berkendaran Adolescent
18260 a. Tanyakan
3 kepada
keluarga
18260 tentang
4 gambaran
remajanya
18260 b. Diskusi
6 dengan
orang tua
18260 tentang
8 hubungan
setelah
18261 remaja
2 c. Identifikasi
18262 stimulus
2 yang
mempenga
ruhi
remaja
33

(narkoba,
alkohol,ro
kok dan
lain-lain)
d. Jelaskan
tentang
psikologi,
emosional,
kognitif
remaja
e. Jelaskan
tentang
teknik
komunikas
i pada anak
remaja
Keluarga mampu mengambil Keluarga
keputusan Leve mampu
Level Domain II (Physiologic health) l1 mengambil
1 Kelas J (Neurocognitive) Leve keputusan
Level Outcomes l2 Domain III
2 Decision Making : Leve (Behavior).
level 3 a. Identifikasi alternatif l3 Kelas R
0906 b. Identifikasi potensial 5250 (Coping
konsekuensi dari alternatif Assistance).
Interventions:
Decision
09060 making
2 support :
a. Bantu
0906
keluarga
03
dalam
pengambil
an
keputusan
b. Informasi
pasien
tentang
solusi
alternatif
c. Bantu
pasien
identifikasi
keuntunga
n dan
kekuranga
n dari
solusi yang
34

diambil
d. Fasilitas
keluarga
dalam
pengambil
an
keputusan
secara
kolaborasi
Keluarga mampu merawat : Keluarga
Level Domain IV (Health Knowledge & Leve mampu
1 Behavior) l1 merawat
Kelas DD Parenting Leve Domain 5
Level Outcomes l2 (Family).
2 Parenting Performance: physical Leve Kelas Z
Level safety l3 Childrearing
3 a. Monitormenggunakanolahraga 8272 Care
2902 dan peralatanrekreasi Outcomes
b. Menggunakanstrategiuntuk Developmenta
mendorongpenggunaanalat l
pelindungselama Enhancement:
kegiatanberisiko tinggi Adolescent
29020
c. Menggunakanstrategiuntuk a. Bangun
6
mendorong penggunaansabuk hubungan
pengaman saling
d. Menggunakan strategi untuk percaya
mendorong cara berkendaraan antara
yang aman remaja dan
29020
e. Memonitortanda-tanda keluarga
7
peringatanbahayadiri b. Identifikasi
masalah
kesehatan
yang
berhubung
an dengan
remaja
29020
c. Promosi
8
kesehatan
untuk
menghinda
ri alkohol,
rokok dan
29020
narkoba.
9
d. Promosi
tentang
keselamata
n
berkendara
29022
35

4 e. Ajarkan
kemampua
n asertive
Keluarga mampu memodifikasi Keluarga
lingkungan: Leve mampu
Level Domain III (Psychososial Health) l1 memodifikasi
1 Class P : Social Interaction Leve lingkungan
Level Outcomes l2 Domain V
2 Role Perfomance : Leve (Family).
Level a. Peran keluarga dalam perilaku l3 Kelas X :
3 b. Peran orang tua dalam 5370 Lifespan Care
1501 perilaku Outcomes
Role
Enhancement
:
a. Identifikasi
15010
keluarga
3
tentang
15011 peran
5 dalam
kehidupan
b. Dampingi
keluarga
dalam
mengatasi
perubahan
peran
Keluarga mampu menggunakan Keluarga
fasilitas pelayanan kesehatan : mampu
Level Domain VI (Family Health) Leve menggunaka
1 Kelas X (Family well being) l1 n fasilitas
Level Outcomes Leve pelayanan
2 Family participation in l2 kesehatan
Level Profesional care Leve Domain VI
3 a. Partisipasi keluarga dalam l3 (Health
2605 perawatan 7910 system).
Kelas B
7960 (Information
management).
Interventions:
Konsultasi
26050 - Identifikasi
1 tujuan untuk
konsultasi
Health care
information
exchange
- Identifikasi
36

tempat
pelayanan
kesehatan.
2 Distrube Level Keluarga mampu mengenal Keluarga
d body 1 masalah : Leve mampu
image Level Domain III l 1 mengenal
2 Kelas M Psychological Well Leve masalah :
Level being l 2 Domain III
3 Outcomes Leve Kelas S,
1200 Body image Citra Tubuh : l 3 Patient
a. Persepsi yang sesuai 5220 Education
mengenai keberadaan tubuh, Outcomes :
ideal tubuh Peningkatan
b. Sikap dalam meningkatkan Citra Tubuh:
penampilan a. Identifikasi
c. Kepuasan dengan tubuh saat dan
12000
ini diskusikan
2
d. Penyesuaian terhadap mengenai
perubahan fisik perubahan
e. Penyesuaian terhadap fungsi tubuh yang
tubuh terjadi
b. Identifikasi
12001 persepsi
7 mengenai
citra tubuh,
bentuk
12001 tubuh dan
6 berat badan
c. Identifikasi
mengenai
12000 gambaran
7 diri dan
tanyakan
kepuasan
12000 mengenai
8 citra tubuh
d. Membantu
menentuka
n persepsi
mengenai
alternative
citra tubuh
dengan
kenyataan
yang terjadi
e. Identifikasi
strategi
koping
37

yang
digunakan
orangtua
terhadap
perubahan
penempilan
yang terjadi
pada anak
f. Tanyakan
kepada
keluarga
tentang
gambaran
remajanya
g. Jelaskan
tentang
psikologi,
emosional,
kognitif
remaja

Level Keluarga mampu mengambil Keluarga


1 keputusan : mampu
Level Domain III Leve mengambil
2 Kelas M l 1 keputusan :
Level Outcomes Leve Domain III
3 Pengambilan keputusan tentang : l 2 Kelas R
0906 a. Identifikasi informasi yang Leve Coping
berhubungan l3 assistance
b. Identifikasi alternatif 5250 Outcomes
c. Identifikasi potensial Dukungan
konsekuensi dari alternatif dalam
09060 pengambilan
1 keputusan
berupa:
a. Bantu
09060
keluarga
2
dalam
0906 pengambila
03 n
keputusan
b. Informasi
pasien
tentang
solusi
alternatif
c. Bantu
pasien
38

identifikasi
keuntungan
dan
kekurangan
dari solusi
yang
diambil
d. Fasilitas
keluarga
dalam
pengambila
n keputusan
secara
kolaborasi
Keluarga mampu merawat : Keluarga
Level Domain VI Leve mampu
1 Kelas DD Parenting l1 merawat :
Level Outcomes Leve Domain V
2 Parenting Performance yaitu : l2 Kelas Z
Level a. Prepubertas, dan perubahan Leve Childbearing
3 yang terjadi pada masa l3 Care
2903 perkembangan 8272 Outcomes
b. Hubungan yang saling Perkembanga
mencintai n remaja yaitu
29052 c. Komunikasi yang terbuka :
7 dengan remaja a. Bangun
d. Mendengarkan secara terbuka hubungan
tanpa intrupsi saling
e. Membimbing remaja untuk percaya
29030 mengeluarkan emosi antara
1 konstruktif remaja dan
f. Diskusi dengan remaja keluarga
29030 tentang perkembangan mental b. Diskusi
2 dengan
remaja
tentang
29030 tumbuh
3 kembang
c. Identifikasi
masalah
29030 kesehatan
7 yang
berhubunga
n dengan
remaja
d. Promosi
29031 kesehatan
8 tentang
39

personal
hygiene
dan
pertumbuha
n
e. Promosi
kesehatan
untuk
menghindar
i alkohol,
rokok dan
narkoba.
f. Promosi
tentang
keselamata
n
berkendara
g. Ajarkan
kemampun
asertive
h. Fasilitas
pengemban
gan
identitas
sesual.
Level Keluarga mampu memodifikasi Keluarga
1 lingkungan: mampu
Level Domain III Leve memodifikasi
2 Kelas P : Social Interaction l1 lingkungan:
Level Outcomes Leve Domain V
3 Role Perfomance yaitu : l2 Kelas X :
1501 a. Peran keluarga dalam perilaku Leve Lifespan Care
b. Peran orang tua dalam l3 Outcomes :
perilaku 5370 Role
Enhancement
yaitu
a. Identifikasi
15010 keluarg
3 tentang
peran
1501
dalam
15
kehidupan
b. Dampingi
keluarga
dalam
mengatasi
perubahan
peran
40

Keluarga mampu Keluarga


memanfaatkan fasilitas mampu
Level kesehatan : Leve memanfaatk
1 Domain VI l1 an fasilitas
Level Kelas X : Family well being Leve kesehatan :
2 Outcomes l2 Domain III
Level Family health status yaitu Leve Kelas R
3 a. Partisipasi dalam pelayanan l3 Coping
2606 kesehatan 5240 assistance
Outcomes :
Konseling
yaitu
a. Bina
26050
hubungan
1
terapeutik
dengan
keluarga
b. Bina
hubungan
konseling
3.4 Implementasi

N Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


o
1 Risk For Keluarga mampu S : Tn F mengatakan :
Trauma
mengenal masalah  “An.Br sekarang susah
banget dibilanginnya”
a. Tanyakan kepada
 “An.Br sekarang
keluarga tentang
keliatan minder”
gambaran remajanya
 “anaknya tidak
b. Diskusi dengan orang
tua tentang hubungan menggunakan obat2an
setelah remaja terlarang atau merokok,
c. Identifikasi stimulus malah sering di rumah”
yang mempengaruhi  “memang suka ga
remaja (narkoba, sabaran menghadapi
alkohol,rokok dan An.Br, jadi
lain-lain) omongannya sering
d. Jelaskan tentang marah2 terus”
psikologi, emosional,  “ya saya sadar sekarang
kognitif remaja kalau omongan saya
e. Jelaskan tentang terlalu kasar, tp ya
teknik komunikasi kadang berat kalau
pada anak remaja menghadapi An.Br
langsung”
41

O : Tn F saat menjelaskan
terlihat :
 Sangat antusias
dengan nada suara
kadang meninggi
 Menggeleng-
gelengkan kepala saat
menjelaskan tentang
An.Br
 Kontak mata baik
selalu menatap
perawat saat
berkomunikasi.
A : Keluarga belum mampu
mengenal masalah yang
terjadi pada anggota
keluarganya.
P : lanjutkan intervensi
mengenai teknik komunikasi
pada anak remaja.

Keluarga mampu S : Tn.F mengatakan :


mengambil keputusan  “Iya mas, mba saya
mengerti”
Decision making support :
 “iya saya jadi tau
a. Informasi pasien bahwa lebih banyak
tentang solusi keuntungannya dari
alternatif kerugiannya
b. Bantu pasien  “nanti sya coba lah”
identifikasi
keuntungan dan
kekurangan dari
solusi yang diambil O : Tn.F terlihat
 Mengangguk-
anggukan kepalanya
 Tersenyum

A : Keluarga mampu mengam


bil keputusan untuk
42

keluarganya

P: Lanjutkan intervensi untuk


masalah selanjutnya

Keluarga mampu S : Tn.F mengatakan,


merawat  “tadinya tidak begitu
paham karena
a. Identifikasi masalah
memang jarang
kesehatan yang
diperhatikan, tapi skg
berhubungan dengan
paham setelah diskusi
remaja
ini”
b. Promosi kesehatan
 Iya, terimakasih
untuk menghindari
banyak saya makin
alkohol, rokok dan
paham bahayanya
narkoba,
alkohol, ni narkoba”
c. Ajarkan kemampuan
 Saya akan coba lebih
assertive
baik menangani
keluarga saya”

A : Tn.F terlihat saat interaksi


 Tersenyum
 Mengangguk

O : Keluarga telah memahami


upaya untuk merawat
anggota keluarganya

P : Lanjutkan intervensi untuk


masalah selanjutnya

Keluarga mampu S : Tn.F mengatakan


memodifikasi  “saya bekerja keras
untuk keluarga saya,
lingkungan walau terkadang harus
a. Identifikasi keluarga meninggalkan mereka
tentang peran dalam dalam waktu beberapa
kehidupan hari. Saya sangat sadar
bahwa itu memang
tugas saya sebagai
suami, dan ayah untuk
43

anak2 yang harus


memberikan nafkah
baik lahir maupun
batin

A: Tn.F terlihat tenang saat


menjelaskan, dan sesekali
menatap perawat

P : Lanjutkan intervensi untuk


masalah yang lainnya

Keluarga mampu S: Tn.F mengatakan


menggunakan fasilitas  “pertama dicoba dl
obat2 warung, tapi
pelayanan kesehatan memang seringnya ke
Health care information dokter karena tidak
mau resiko, apalagi
exchange istri saya ini, dikit2 ke
- Identifikasi tempat puskesmas, soalnya
pelayanan kesehatan. deket dari rumah”

O : Tn.F terlihat menunjuk


kepada Ny.A dan Ny.A
menguatkan dengan
mengangguk

A : Keluarga mampu
menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan

P : Lanjutkan intervensi untuk


diagnose selanjutnya yang
muncul

2 Distrubed Keluarga mampu S :


body mengenal masalah :
image a. Identifikasi dan  An.Br mengatakan“iya
diskusikan mengenai emang saya jelek, hitam”,
44

perubahan tubuh yang “malu ah kalau pergi2


terjadi sama bapak ibu ke
b. Identifikasi persepsi keluarga atau temen yg
mengenai citra tubuh, bukan temen akrab”,
bentuk tubuh dan berat “biasa aja sekarang ga
badan ada yg istimewa”, “kalau
c. Identifikasi mengenai ga main sama temen PS,
gambaran diri dan enak dirumah aja”.
tanyakan kepuasan
mengenai citra tubuh  Tn.F mengatakan “anak
d. Membantu menentukan saya sekarang memang
persepsi mengenai makin tinggi tapi
alternative citra tubuh memang ga bisa gemuk,
dengan kenyataan yang kayak saya, tapi selain itu
terjadi anak saya ini sering
banget bilang dirinya
jelek, dia sekarang
e. Identifikasi strategi sedang mengalami masa
koping yang digunakan krisis kali ya”
orangtua terhadap
perubahan penempilan
yang terjadi pada anak
f. Tanyakan kepada
keluarga tentang  “Kalau An.Br sudah
gambaran remajanya mengatakan hal-hal yang
g. Jelaskan tentang jelek buat dirinya saya
psikologi, emosional, selalu bilang bahwa
kognitif remaja menurut abang bener ga
seperti itu, kan banyak
juga yang seperti abang,
mereka tidak jelek kok”
 “hal-hal lain yang bagus-
bagus dari An.Br juga
saya omongin terus
supaya kepercayaan
dirinya meningkat suster”
 “iya memang harus sabar
mengatasi An.Br yang lagi
masa pertumbuhan,
pokoknya sekarang saya
omong yang bagus-bagus
aja buat dia

O:
 Tn.F terlihat bicara tenang
dan sesekali merangkul
dan mengelus-elus pundak
45

An.Br
 An.Br terlihat tersipu malu
dengan tersenyum dan
menunduk

A : Keluarga mampu mengenal


masalah anggota keluarga
yang terjadi

P : Lanjutkan intervensi untuk


masalah selanjutnya

Keluarga mampu S : Tn.F mengatakan


mengambil keputusan :  “sering bicara dengan
istrinya bahwa Ny.A
a. Informasi pasien
harus selalu
tentang solusi alternatif
memperhatikan An.Br
b. Bantu pasien
di rumah selama
identifikasi keuntungan
dirinya tidak dirumah”
dan kekurangan dari
solusi yang diambil  “kalau perlu teman-
temannya di suruh
main di rumah aja”
 “memang disadari
kadang Ny.A juga
capek mengurus
rumahtangga”

O : Tn F terlihat tenang saat


berinteraksi pandangan
berfokus pada perawat

A : Keluarga mampu mengambil


keputusan untuk keluarganya

P : Lanjutkan intervensi untuk


masalah lainnya

Keluarga mampu S : An.Br mengatakan


merawat :  “sering malu kalau
a. Diskusi dengan remaja temen-temennya bukan
46

tentang tumbuh yang biasa bermain


kembang dengannya”
b. Identifikasi masalah  “tapi ayah selalu bilang
kesehatan yang ga usah malu, katanya
berhubungan dengan yang kayak saya
remaja banyak”
c. Promosi kesehatan  “selalu memperhatikan
tentang personal kebersihan biar ga
hygiene dan hitam lagi”
pertumbuhan  “Ayah selalu kasih tau
d. Promosi kesehatan hati-hati di luar sana
untuk menghindari jangan salah bergaul,
alkohol, rokok dan suka ayah kalau
narkoba. perhatiin gitu”
e. Ajarkan kemampun
asertive
O:
 An.Br terlihat malu-
malu saat
mengungkapkan
pernyataannya sesekali
menunduk, namun tetap
ada kontak mata
 Tn.F tersenyum dan
mengangguk-angguk
mendengar pernyataan
anaknya.

A : Keluarga mampu merawat


anggota keluarganya yang
bermasalah.

P : Lanjutkan intervensi untuk


masalah selanjutnya
Keluarga mampu S : Tn.F mengatakan
memodifikasi  “saya ini sekarang
lingkungan:
berusaha untuk bisa
Domain V
jadi temen buat anak
Role Enhancement yaitu
saya yang besar,
caranya yaa kadang
a. Identifikasi keluarga
menemani An.Br
tentang peran dalam
bermain game di
kehidupan
rumah”
 “Saat menemani
bermain dirumah
47

sering pelan-pelan
saya kasih tau sebagai
orangtua untuk tidak
selalu malu sama
dirinya sendiri dan
mau bersilaturahmi ke
keluarga dan cari
teman-teman lainnya”

O:
 Tn.F terlihat tenang
saat menyampaikan
pembicaraan.
 Sambil sesekali
memeluk An.Br dan
menepuk-nepuk
pundak anaknya

A : Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
dengan peran yang harus
dilakukan.

P : Lanjutkan intervensi untuk


masalah lainnya

Keluarga mampu S : Tn.F mengatakan


memanfaatkan fasilitas
kesehatan :  “saya ingin diskusi
a. Bina hubungan lebih banyak
terapeutik dengan mengenai masalah
keluarga anaknya”
b. Bina hubungan  “pengen bawa ke
konseling psikolog, tapi ga tau
dimana”
 Saya akan lakukan hal
yang terbaik apapun
untuk perkembangan
anak saya lebih baik
 “saya senang sekali
bisa diskusi sama mba
dan mas perawat, jadi
lebih banyak lagi tau
mengenai kesehatan”
48

O:
 Tn.F terlihat antusias
saat berbicara
 Tegas dalam intonasi
suara saat mengatakan
tentang anaknya
49

BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang kesesuaian dan kesenjangan antara hasil pengkajian pada
asuhan keperawatan keluarga dengan teori yang mendasarinya atau hasil penelitian yang
telah dilakukan. Pembahasan meliputi hasil pengkajian pada keluarga dengan anak
remaja, diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan perawat sebagai care giver,
casemanager, advocate dan counselor. Bab ini juga membahas keterbatasan perawat dan
hambatan dalam menyusun asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja.

Remaja adalah suatu tahapan dalam kehidupan di mana peralihan fase dari fase
anak-anak ke fase dewasa dengan adanya perubahan pada fisik, perilaku, kognitif,
biologis, dan emosi yang dimulai dari usia 10-19 tahun dan belum menikah. Pada
perkembangan kognitif dalam fase tumbuh kembang remaja, remaja mampu
berpikir tentang cara mengubah masa depan dan melihat hubungan abstrak dirinya
dengan lingkungan, segi moral remaja mulai menentang nilai-nilai tradisional.
Pada kondisi ini orang tua memiliki peranan penting dalam hal menjaga
komunikasi dengan remaja, sebagai upaya pengembangan identitas diri remaja.

Friedman, Bowden, & Jones (2003) menyatakan, tugas perkembangan keluarga


dengan remaja yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada
saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonomi, memfokuskan kembali
hubungan pernikahan, dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak. Masalah-masalah yang umum terjadi pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak remaja terbagi menjadi dua yaitu masalah kesehatan umum yang
terjadi pada orang tua, seperti resiko mengalami penyakit jantung koroner pada
pria berusia lebih dari 35 tahun (dalam hal ini ayah) mengalami peningkatan yang
cukup besar, resiko rentan terhadap penyakit akibat perubahan tahap
perkembangan, dan masalah hubungan perkawinan karena penguatan hubungan
perkawinan yang kurang. Sedangkan masalah kesehatan umum yang terjadi pada
anak remaja diantaranya adalah resiko kecelakaan, terutama kecelakaan kendaraan
50

bermotor merupakan bahaya yang besar seperti patah tulang dan cidera akibat
atletik (karena faktor olahraga), resiko penyalahgunaan narkotik dan alcohol,
resiko ketergantungan rokok (nikotin), resiko kehamilan yang tidak diinginkan
(terpapar sex bebas) dan penggunaan alat kontrasepsi, dan masalah hubungan
orang tua dengan anak yaitu terdapat perbedaan persepsi antara ortu dengan anak
remaja serta praktik kesehatan yang baik ( missal: istirahat - tidur, nutrisi, dan
olah raga). Masalah – masalah tersebut sudah semestinya menjadi focus perhatian
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Keluarga dengan remaja termasuk dalam kelompok berrisiko, sehingga perawat


komunitas bertanggung jawab untuk melakukan identifikasi kebutuhan,
sumbernorma, dan nilai yang dibutuhkan keluarga dengan anak remaja pada aspek
promosi, proteksi, dan prevensi agar tumbuh kembang anak remaja dapat terlewati
dengan baik dan anak tidak tergolong dalam individu rentan. Perawat komunitas
dapat menyusun pelayanan kesehatan kemudian mengimplementasikan dan
mengevaluasi program yang disusun bersama keluarga. Perawat komunitas
berperan dalam pencegahan terhadap penyakit menular dengan melakukan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan pencegahan primer, sekunder, dan
tersier.

Pada kasus keluarga Anak B, yang terjadi adalah ketidakmampuan keluarga dalam
memelihara hubungan komunikasi dengan anak remaja. Masalah ini terlihat dari
perilaku orang tua yang menegur anak dengan cara memukul menggunakan
sapu,sandal dan juga ikat pinggang. Selain itu, orang tua masih menjadikan anak
sebagai pelampiasan emosi ketika orang tua sedang kesal menghadapi masalah
internal diantara kedua orang tua. Masalah ini diperparah dengan perilaku kedua
orang tua yang tidak cepat mengatasi masalah internal dalam konteks hubungan
horizontal antara kedua orang tua ditandai dengan tidak saling tegur sapanya
antara orang tua disaat sedang ada masalah sampai lebih dari 24 jam.

Hasil pengkajian yang diperoleh oleh kelompok, Anak B merasa orang tua hanya
bisa marah – marah, membentak, dan memukul anak jika ada keinginan orang tua
51

yang tidak terpenuhi. Hal ini membuat anak B merasa jemu kepada orang tuanya.
Berdasarkan fenomena masalah yang terjadi pada keluarga bapak F, setidaknya
ada dua tugas perkembangan keluarga yang belum terlaksana, yaitu orang tua
tidak memfokuskan kembali hubungan pernikahannya, komunikasi antara bapak F
dan Ibu A memburuk bahkan sampai putus komunikasi dan tidak bertegur sapa
sampai dengan dua hari. Masalah kedua tumbuh kembang keluarga yang tidak
terlewati adalah tidak terjadinya komunikasi yang terbuka antara anak dan orang
tua sehingga terjadi hambatan komunikasi akibat adanya perbedaan persepsi dan
kurang terpeliharanya standar etika dan moral dalam keluarga.

Martha Roger dalam teorinya Science of Unitary Human Being menyatakan


bahwa keluarga adalah medan energy system terbuka yang konsisten yang selalu
berubah sebagai respon terhadap interaksinya dengan lingkungan. Pada kasus
keluarga bapak F dengan anak B, pertukaran materi dan energy yang semakin
lama semakin kompleks tidak diimbangi dengan internsitas interaksi yang
memadai dan saling terbuka sebagai satu kesatuan yang terus menerus
berinteraksi dengan lingkungan.

Imogene King memandang keluarga baik sebagai sistem interpersonal dan sistem
sosial. King fokus pada integrasi sistem personal, interpersonal (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003), dalam persfektif ini, king memberikan gambaran yang
tidak jauh berbeda dengan Roger bahwa model transaksi pada system bersifat
saling mempengaruhi, apa yang terjadi pada keluarga secara umum akan
berpengaruh pada setiap individu yang menjadi anggota keluarga tersebut. Hal ini
dapat terlihat dari hubungan komunikasi antara kedua orang tua yaitu Bapak F dan
Ibu A yang tidak terjalin dengan baik berdampak pula pada hubungan antara anak
dengan orang tua, dalam kasus ini adalah buruknya komunikasi antara anak B
dengan Bapak F dan Ibu A yang menimbulkan resiko trauma fisik dan psikologis
pada anak akibat adanya kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan oleh kedua
orang tuanya.
52

Kasus yang terjadi keluarga Bapak F dapat dipandang sebagai klien menjadi focus
utama dari pengkajian dan perawatan, kemudian keluarga juga dipandang sebagai
interactional system, sehingga dalam rencana tindakan keperawatan muncul
intervensi perawat berupa kegiatan dinamika internal keluarga, intervensi yang
terkait dengan hubungan dalam keluarga dan intervensi yang terkait dengan
hubungan sub system keluarga dan lingkungan luar, seperti upaya perawat untuk
memfasilitasi keluarga agar dapat membangun kembali hubungan saling percaya
antara keluarga dengan remaja dan mendampingi keluarga dalam mengatasi
perubahan peran mendidik anak remaja.

Hasil analisa kasus ini menyatakan bahwa keluarga ini termasuk dalam keluarga
rentan. Pada keluarga sudah terjadi masalah yaitu adanya gangguan body image
pada anak B, selain itu adanya kekerasan pada anak B berupa kekerasan secara
psikologis dan fisik. Kekerasan pada anak termasuk dalam golongan kelompok
keluarga rentan, sehingga pada askep ini dimasukkan dalam keluarga rentan.
53

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Remaja dapat disimpulkan remaja adalah suatu tahapan dalam kehidupan di
mana peralihan fase dari fase anak-anak ke fase dewasa dengan adanya
perubahan pada fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi yang dimulai
dari usia 10-19 tahun dan belum menikah. Pada remaja akan terjadi
perubahan baik dari segi fisik maupun psikologis dari remaja tersebut. Tugas
perkembangan keluarga dengan remaja yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan semakin
otonomi, orang tua memfokuskan kembali hubungan pernikahannya, dan
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.

Keluarga dengan anak remaja pada saat dilakukan asuhan keperawatan dapat
menggunakan beberapa teori yaitu teori Martha Roger, Teori Calista Roy,
Teori Imogene King, Teori Konsep Diri, Teori struktural-fungsional, Teori
Intersaksional keluarga, Teori Perkembangan, Teori Berubah, Teori terapi
interaksi/komunikasi keluarga, Teori terapi keluarga structural, Teori terapi
system keluarga. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus ini
adalah Risk for ineffective relationship, Risk For Traum, danDistrubed body
image. Intervensi keperawatan diberikan pada kasus ini mengacu kepada
diagnosa keperawatan dengan berdasarkan NOC NIC.

Pada kasus ini diagnosa yang muncul adalah Risk For Traum, danDistrubed
body image. Diagnosa ini diangkat karena adanya pendapat negatif remaja
terhadap dirinya serta adanya kekerasan yang dilakukan oleh orang tua.
Fenomena masalah yang terjadi pada keluarga bapak F, setidaknya ada dua
tugas perkembangan keluarga yang belum terlaksana, yaitu orang tua tidak
54

memfokuskan kembali hubungan pernikahannya, komunikasi antara bapak F


dan Ibu A memburuk bahkan sampai putus komunikasi dan tidak bertegur
sapa sampai dengan dua hari. Masalah kedua tumbuh kembang keluarga yang
tidak terlewati adalah tidak terjadinya komunikasi yang terbuka antara anak
dan orang tua sehingga terjadi hambatan komunikasi akibat adanya perbedaan
persepsi dan kurang terpeliharanya standar etika dan moral dalam keluarga.

Kasus yang terjadi keluarga Bapak F dapat dipandang sebagai klien menjadi
focus utama dari pengkajian dan perawatan, kemudian keluarga juga
dipandang sebagai interactional system. Sehingga dalam rencana tindakan
keperawatan muncul intervensi perawat berupa kegiatan dinamika internal
keluarga, intervensi yang terkait dengan hubungan dalam keluarga dan
intervensi yang terkait dengan hubungan sub system keluarga dan lingkungan
luar, seperti upaya perawat untuk memfasilitasi keluarga agar dapat
membangun kembali hubungan saling percaya antara keluarga dengan
remaja. dan mendampingi keluarga dalam mengatasi perubahan peran
mendidik anak remaja

5.2. Saran
Saran dari penulisan makalah ini adalah:
a. Pada implementasi keperawatan harus melibatkan seluruh anggota
keluarga.
b. Perlu adanya konseling bagi orangtua dalam menghadapi remaja.
c. Adanya kolaborasi dengan masyarakat dalam membentuk peran remaja.
55

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K. &Dochterman. (2013). Nursing interventions


classification (NIC). USA: Mosby Elsiever.

Edelman, C. L & Mandle, C.L. (2010). Health promotion throughout the life
span. USA: Mosby Elsevier

Effendi, F. & Makhfudli, (2009). Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta:


Salemba Medika.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003). Family nursing. USA:
Pearson Education.

Gunarsa, S.D. & Gunarsa, Y.S.D. (2008). Psikologi perkembangan anak dan
remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hamid, A.Y.S. (2008). Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa.


Jakarta: EGC.

Kaakinen, J.R. et all. (2010). Family health care nursing. USA: F.A Davis
Company.

Moorhead, S., Johson.M., Maas. M.L. & Swanson. (2013). Nursing outrcomes
classification (NOC). USA: Mosby Elsiever.

NANDA. (2014). Nursingdiagoses. UK: Willey Blacwell

Anda mungkin juga menyukai