Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PREMATURUS IMMINIENS


I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Partus Prematurus Imminiens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada
kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang
belum aterm (20 minggu – 37 minggu) (Kirana, Islamy, & Yonata, 2020).
Partus Prematurus Imminiens (PPI) merupakan adanya kontraksi uterus yang
disertai perubahan serviks sebelum 37 minggu usia kehamilan dan dapat
menyebabkan kelahiran premtur (Widiana, Putra, Budiana, & Manuaba, 2019).
Partus Prematurus Imminiens (PPI) adalah terjadinya ancaman persalinan
berupa kontraksi uterus dan/atau tanda-tanda persalinan lainnya pada usia
kehamilan antara > 20 - < 37 minggu (Widandi, Herdiyantini, & Sudiarta, 2022).
1.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Faktor risiko PPI menurut (Wiknjosastro, 2017) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,
KPD, pertumbuhan janinterhambat, cacat bawaan janin, gemelli dan
polihidroamnion
2. Ibu : DM, pre-eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan
bentuk uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi
serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat dan kelainan
imun/resus.
Namun menurut (Taufan, 2018) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
partus prematurus yaitu :
1. Faktor risiko mayor : kehamilan multiple, hidroamnioan, anomaly uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan pretem, riwayat
operasi konisasi dan iritabilitas uterus

1
2. Faktor risiko minor : penyakit disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari
10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II dan riwayat abortus
pada trimester I lebih dari 2 kali.
1.3 Tanda dan Gejala
Partus Prematurus Imminiens ditandai dengan (Widiana, Putra, Budiana, &
Manuaba, 2019) :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan disminorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis. Menurut (Widiana, Putra, Budiana, & Manuaba,
2019) jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai
berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam
satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm
dan perlunakan sekitar 75-80% bahkan terjadi penipisan serviks.

2
1.4 Patofisiologis
Persalinan premature menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama
kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau
membebani jalur persalinan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan
perdarahan. Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah,
aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi
aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan
prematur. Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu.
Pada janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga
terjadilah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjadilah
imaturitas paru yang menyebabkan risiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu,
risiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi
tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan
menjaga kesehatan saat kehamilan.
1.5 Pathway

Kehamilan¸<37 Minggu

Partus Prematurus Imminens

IBU

Rangsangan Pada Uterus

Perdarahan Pervaginam/keluarnya Kontraksi Uterus Meningkat Perasaan Takut/ancaman kematian bayi

cairan
Betreshdari vagina

Prostaglandin Meningkat Kurang Informasi

Bethres

Dilatasi Serviks Ansietas Defisit Pengetahuan


Kelemahan

Nyeri Akut

Intoleransi Aktifitas

3
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Taufan, 2018) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Laboratorium
a. Pemeriksaan kultur urine
b. Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c. Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
d. C-reactive protein
2) Amniosintesis : hitung leukosit, perwarnaan Gram bakteri (+) pasti
amnionitis, kultur, kadar IL-1, IL-6, kadar glukosa cairan amnion
3) Pemeriksaan ultrasonografi
a. Oligrohidroamnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan
koloni bakteri pada amnion
b. Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat
dipastikan akan terjadi persalinan preterm
c. Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan
kontraksi
d. Sonografi serviks transperineal dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus KPD dan plasenta previa.
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Yulinda, 2018) penatalaksanaan keperawatan pada partus
premature imminiens adalah :
a. Anjurkan dirawat di rumah sakit dengan tirah baring
b. Lakukan pemeriksaan usia kehamilan, tanda-tanda vital, kondisi
janin, letak plasenta, periksa DJJ dan periksa dalam.
2. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Yulinda, 2018) penatalaksanaan medis pada partus premature
imminiens adalah :
a. Tatalaksana umum

4
Tatalaksana umum mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid,
dan antibiotika profilaksis. Namun beberapa kasus memerlukan
penyesuaian
b. Tatalaksana khusus
Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak
perlu diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam atau
perabdominam sesuai kondisi kehamilan :
 Usia kehamilan dibawah 24 dan diatas 34 minggu
 Pembukaan > 3 cm
 Ada tanda infeksi intrauterine, preeklamsia atau perdarahan
aktif
 Ada gawat janin
 Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital yang
kemungkinan hidupnya kecil
 Bila kondisi seperti diatas dirujuk RS
Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk memberikan
kesempatan pemberian kortikosteroid.
Obat-obat tokolitik yang digunakan adalah :
 Nifedipin : 3 x 10 mg per oral
 Salbutamol : dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus
10 tetes/menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan
10 tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi
berhenti/denyut nadi > 120/menit kemudian dosis
dipertahankan hingga 12 jam setelah kontraksi hilang
Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Obat
pilihannya adalah :
 Deksametasone 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
 Betamethasone 12 mg setiap 24 jam sebanyak 2 kali
Pilihan antibiotika diberikan untuk persalinan preterm adalah :
 Ampisilin : 2 g IV setiap 6 jam

5
 Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam
 Klindamisin : 3 x 300 mg PO (jika terjadi terhadap
penisilin)
Antibiotika yang diberikan jika persalinan preterm disertai dengan
ketuban pecah dini adalah eritromisin 4 x 400 mg per oral. Bila
dalam observasi pemberian tokolitik masih ada kontraksi atau ada
tanda persalinan segera rujuk RS.
1.8 Komplikasi
Menurut (Taufan, 2018) komplikasi partus prematurus imminiens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan premature yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki risiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti risiko distress pernapasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis
dan perdarahan intraventikuler. Menurut (Widiana, Putra, Budiana, & Manuaba,
2019) terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang mengancam neonates
prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif, perdarahan
intraventrikel dan kelainan neurologic, hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan
makan. Prognosis yang dapat terjadi pada persalinan prematuritas adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur disbanding
bayi aterm
5. Cerebal palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang-orang jenius yang dilahirkan sebelum
aterm).

6
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Penyakit Partus Prematur Imminiens
2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pertanyaan diajukan untuk mengidentifikasi pasien dan menetukan status
sosial ekonominya, misalnya untuk menentukan anjuran apa atau
pengobatan apa yang akan diberikan.
1) Nama
Nama jelas, lengkap, dan nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan
2) Umur
Untuk mengetahui faktor resiko pada ibu hamil dengan PPI biasanya
terjadi pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun
3) Agama
Melihat dari segi spiritual pasien, dapat mengetahui pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan klien dan untuk memudahkan bidan dalam
melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
4) Pendidikan
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya
dikarenakan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang
5) Pekerjaan
Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu hamil dengan PPI
terjadi pada keadaan sosial ekonomi rendah dan pekerjaan yang terlalu
berat sewaktu hamil
6) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah hubungan bila diperlukan pada keadaan
yang mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui
tempat tinggal dan lingkungan ibu.

7
b. Data Mengenai Suami/Penanggungjawab

c. Data Subyektif

1. Alasan Datang
Ibu datang karena mengalami keadaan yang buruk pada kehamilannya.
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta
berhubungan dengan persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan partus
prematurus iminens keluhannya meliputi mules yang berulang pada usia
kehamilan 20-37 minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti
menstruasi, nyeri punggung bawah, tekanan panggul yang terasa seperti
bayi mendorong kebawah, cairan encer yang keluar dari vagina
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang membantu bidan
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan
dan bayi baru lahir
Ibu tidak sedang menderita penyakit seperti berikut :
a) Penyakit Kardiovaskuler
 Penyakit Jantung
Peningkatan curah jantung selama kehamilan, persalinan,
dan pelahiran akan meningkatkan resiko dekompensasi
jantung pada wanita yang mempunyai riwayat penyakit
jantung
 Hipertensi
Wanita dengan hipertensi yang sudah ada sebelumnya
mengalami peningkatan resiko terjadinya preeklampsia
selama kehamilan. Komplikasi yang dapat terjadi pada
wanita hamil dengan pre eklamsia atau eklamsia adalah
terjadi solusio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis,
perdarahan otak, kelainan mata, edema paru, nekrosis hati,
sindroma Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, and Low

8
Platelet (HELLP), kelainan ginjal, prematuritas,
dismaturitas, dan kematian janin dan/ ibu
b) Penyakit Darah
 Anemia
Definisi anemia yang diterima secara umum adalah kadar
Hb kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10
gram/desiliter) untuk wanita hamil. Berbagai penyulit yang
dapat timbul akibat anemia diantara : abortus, partus
prematurus, partus lama karena inertia uteri, perdarahan
post partum, syok, infeksi, dan dekompensasi cordis bila
kadar hemoglobin kurang dari 4 gr/ 100 ml
 Penyakit Von Willbrand
Penyakit genetik ini merupakan penyebab peningkatan
resiko perdarahan pada wanita. Selama kehamilan, resiko
perdarahan pascapartum meningkat
c) Penyakit Saluran Nafas
 Asma
Wanita yang memiliki riwayat asma berat sebelum hamil
tebukti akan menjadi semakin buruk selama masa hamil.
Asma dihubungkan dengan peningkatan angka kematian
perinatal, hiperemesis gravidarum, pelahiran preterm,
hipertensi kronis, preeklamsia, berat bayi lahir rendah, dan
perdarahan pervaginam
 Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun
zat kimia. Pneumonia pada kehamilan dapat
menyebababkan timbulnya kematian janin/ ibu, terjadinya
abortus, persalinan prematur atau kematian janin dalam
kandungan
 TBC
Pengaruh TBC pada ibu yang sedang hamil bila diobati

9
dengan baik tidak berbeda dengan wanita yang tidak hamil.
Pada janin jarang dijumpai TBC kongenital. Janin baru
tertular TBC setelah lahir, karena dirawat atau disusui oleh
ibunya
d) Penyakit Endokrin
 Diabetes Melitus
Faktor resiko utama diabetes maternal ini adalah berat
badan berlebih, peningkatan berat badan, dan kurangnya
aktivitas fisik. Dalam kehamilan diabetes dapat
menyebabkan komplikasi berupa abortus dan partus
prematurus, pre eklamsia, hidramnion, kelainan letak
janin, dan infusiensi plasenta
 Hipertiroid dan Hipotiroid
Kehamilan sering berakhir dengan abortus (abortus
habitualis) atau partus prematurus pada wanita dengan
hipertiroid, terutama apabila penyakitnya berat. Gondok
yang diderita sebelum kehamilan akan menjadi lebih parah
pada saat hamil. Penderita hipotiroid jarang menjadi hamil
karena biasanya tidak terjadi ovulasi. Walaupun demikian,
seorang cebol (cretin) dan penderita miksoedema dapat
menjadi hamil namun biasanya kehamilan berakhir dengan
abortus habitualis. Selain itu kemungkinan cacat bawaan
dan kretinismus janin lebih besar
e) Penyakit Hepar
Hepatitis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai
pengaruh buruk pada janin maupun ibu. Pada TM II dan TM
III sering terjadi persalinan prematur. Pada hepatitis B janin dapat
tertular melalui plasenta, waktu lahir dan masa neonatus maupun
melalui ASI
f) Penyakit Ginjal
 Infeksi Saluran Kemih

10
Infeksi saluran kemih adalah bila pemeriksaan urin
ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per
ml. Kebanyakan kuman masuk ke atas melalui uretra, ke
dalam kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas.
ISK meningkatkan kejadian anemia dalam kehamilan,
persalinan prematur, gangguan pertumbuhan, dan
preeklamsia
 Batu Ginjal
Batu ginjal dapat menimbulkan infeksi saluran kemih atau
menimbulkan keluhan pada penderita berupa nyeri
mendadak, kadang-kadang berupa kolik, dan hematuria.
Bila batu diperkirakan menghalangi jalannya persalinan,
kehamilan diakhiri dengan seksio sesaraea, dan batu
diangkat pada saat post partum
g) Penyakit Syaraf
Penderita epilepsia dapat menjadi hamil dan biasanya tidak
mengalami kesulitan. Persoalannya ialah bahwa obat-obatan yang
diminum melintasi plasenta masuk ke janin dan dapat pula
dikeluarkan melalui air susu. Maka wanita hamil dengan epilepsia
idiopatik lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan anak
dengan epilepsia. Frekuensi cacat bawaan, termasuk penyakit
jantung, bibir sumbing, dan mikrosefalia, lebih tinggi di antara
bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu-ibu penderita epilepsia
h) Penyakit Reproduksi
 Tumor Ovarium
Tumor yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan
letak janin dan menghalangi kepala janin masuk panggul,
dapat pula menyebabkan ruptura uteri bila tumor di dalam
panggul. Apabila tumor terkurung dalam panggul, tindakan
pengakhiran kehamilan atau persalinan yang paling aman
adalah secsio sesarea

11
 Mioma Uteri
Mioma uteri dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang
besar. Terdapat mioma uteri mengakibatkan : mengurangi
kemungkinan wanita hamil, kemungkinan abortus
bertambah, kelainan letak janin dalam rahim, menghalangi
lahirnya bayi, inersia uteri dan atonia uteri, mempersulit
pelepasan plasenta
 Karsinoma Serviks Uteri
Kanker leher rahim memberi pengaruh tidak baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Dapat mengakibatkan
kemandulan, abortus akibat infeksi, perdarahan, dan
hambatan pertumbuhan janin. Pada sebagian penderita
dapat mencapai kehamilan cukup bulan namun dapat juga
terjadi kematian janin
i) Penyakit Kelamin
 Sifilis
Infeksi sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Infeksi
sifilis pada ibu dapat menjadi parah akibat peningkatan
vaskularisasi alat kelamin pada kehamilan. Infeksi ini dapat
menular pada janin dan dapat menyebabkan kematian
janin, partus prematurus, dan partus immaturus
 Gonorea
Gonorea dalam kehamilan terjadi peningkatan yang dapat
disertai kolpitis dan vulvitis atau infeksi laten menjadi
nyata. Penjalaran infeksi ke atas dapat terjadi setelah
abortus dan partus, yang dapat menyebabkan
endometritis, endosalpingitis, dan pelvioperitonis pasca
abortus, dan dalam nifas sehingga dapat menimbulkan
mandul setelahnya
 AIDS
Banyak faktor yang mempengaruhi resiko penularan

12
HIV/AIDS dari ibu ke anak selama kehamilan dan
melahirkan. Muatan virus yang meningkat, perkembangan
klinis penyakit, koinfeksi dengan PMS, hepatitis C dan
penyakit lain, penyalahgunaan zat, merokok, banyak
pasangan seksual dan hubungan seksual tanpa pelindung,
kelahiran prematur, korioamnionitis, dan pemantauan atau
uji janin invasif adalah faktor yang mempengaruhi resiko
penularannya
j) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga kemungkinan mempengaruhi gangguan
kesehatan pasien.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Pengkajian riwayat haid meliputi : Menarche dimana umumnya
usia pertama kali menstruasi di Indonesia adalah umur 12-16
tahun, siklus haid normal 21 hari hingga 30 hari, teratur. Lama haid
sekitar 2 hari sampai 7 hari paling lama 15 hari. Banyak darah
yang dikeluarkan 10mL hingga 80mL per hari. Keluhan berupa
rasa sakit, disminorea primer atau tidak merasakan sakit pada perut
yang berlebihan maupun tidak ada keluhan
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang meliputi : HPHT dan siklus haid
normal, gerak janin dirasakan ≥10 gerakan dalam 12 jam, tidak
mengalami masalah dan tanda-tanda bahaya, merasakan keluhan-
keluhan lazim pada kehamilan ; tidak merokok, mengosumsi obat-
obatan terlarang (termasuk jamu-jamuan) dan minum-minuman
beralkohol; kekhawatiran lain yang dirasakan. Pada ibu hamil
dengan PPI biasanya mempunyai riwayat kehamilan ganda,
hidramnion, pre-eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio
plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus marginalis, ketuban
pecah dini, serviks inkompetensia, infeksi pada vagina asenden

13
c. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm
perlu dikaji menurut Rukiyah, dkk (2010). Riwayat yang normal
adalah jumlah kehamilan ≤ 4, jumlah persalinan ≤ 3, dan
persalinan serta nifas terdahulu normal tidak ada penyulit. Pada ibu
dengan PPI adanya riwayat abortus berulang dan perawatan
prenatal care yang buruk. Pada ibu hamil dengan PPI memiliki
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat
persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm
5. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan perlu dikaji untuk mendapatkan gambaran mengenai
suasana rumah tangga, yang perlu dikaji adalah usia nikah pertama kali,
status pernikahan sah atau tidak karena akan mempengaruhi
psikologisnya, lama pernikahan, dan perkawinan yang ke berapa. Pada ibu
hamil dengan PPI terjadi 15% terjadi persalinan prematur pada kawin
tidak sah
6. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
KB terakhir yang digunakan, jika pada kehamilan perlu juga ditanyakan
rencana KB setelah melahirkan yaitu KB yang tidak mengganggu proses
laktasi
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Pada ibu hamil peningkatan konsumsi makanan hingga 300
kalori per hari, mengonsumsi makanan yang mengandung protein,
zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang). Pada ibu yang
kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI
b. Pola Eliminasi
Tonus dan motilitas lambung menurun serta usus terjadi reabsorbsi
zat makanan, peristaltik usus lebih lambat sehingga menyebabkan
obstipasi. Penekanan kandung kemih karena pengaruh hormon

14
estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan sering BAK.
Pada ibu hamil dengan PPI biasanya disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih atau bakterinuria
c. Pola Aktivitas
Wanita hamil boleh bekerja, tetapi jangan terlampau berat.
Penekanan pada ligamen dan pelvic, cara berbaring, duduk,
berjalan, berdiri dihindari jangan sampai mengakibatkan injuri
karena jatuh. Pada ibu hamil dengan PPI baianya melakukan
pekerjaan yang terlalu berat
d. Pola Istirahat dan Tidur
Pada ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya
untuk banyak istirahat atau tidur walau bukan tidur betulan hanya
baringkan badan untuk memperbaiki sirkulasi darah
e. Pola Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan
pervaginam, terdapat riwayat abortus berulang, abortus/partus
prematurus imminens, ketuban pecah, serviks telah membuka.
Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi hubungan seksual
berlebihan terutama pada usia kehamilan tua dan dengan posisi
yang tidak aman
f. Pola Hygiene
Menjaga kebersihan diri penting terutama lipatan kulit (ketiak,
bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara membersihkan
dengan air dan dikeringkan
g. Pola Hidup Sehat
Gaya hidup seperti perokok, mengonsumsi obat-obatan, alkohol
adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya. Pada ibu
dengan PPI biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari
h. Data Psikososial dan Spiritual
Keadaan sosial budaya untuk mengetahui keadaan psikososial

15
perlu ditanyakan : jumlah anggota keluarga, dukungan moril dan
materil keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap
kehamilan, kebiasan yang menguntungkan dan merugikan,
pandangan terhadap kahamilan, persalinan, dan BBL serta sistem
dukungan terhadap ibu dan pengambil keputusan dalam keluarga
sehingga dapat membantu ibu dalam merencanakan persalinan
yang lebih baik
i. Data Pengetahuan
Pengetahuan wanita hamil menentukan kebutuhan belajar wanita
tersebut.
8. Pengkajian Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Keadaan umum baik jika menunjukkan respon yang baik atau
buruk terhadap lingkungan orang lain
b. Kesadaran
Composmentis/ kesadaran maksimal
c. BB Sebelum/Saat Ini
Kenaikan BB selama hamil rata-rata 9 sampai 13,5 kg (selama
TM III 9,5 kg). Makanan diperlukan untuk pertumbuhan
janin, plasenta, uterus, buah dada, dan kenaikan metabolisme
d. TB
Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil yaitu >
145 cm. TB ibu hamil < 145 cm beresiko memiliki panggul
sempit
e. IMT
IMT normal adalah 19,8 sampai 26
f. LILA
Standar minimal untuk ukuran LILA pada wanita dewasa atau
usia reproduksi adalah 23,5 cm.
2) Tanda Vital

16
a. 100/60 – 140/90 mmHg
b. Nadi normal pada orang dewasa 60-100 kali/menit
c. Suhu maternal dapat meningkat 0,5°C (suhu normal 36,9°C
sampai 37,1°C). Pada ibu dengan PPI adanya demam yang
akut
d. Pernafasan berlangsung lebih dalam, frekuensi tidak berubah
sekitar kira-kira 12-20 kali permenit.
3) Status Present
Kepala : mesosepal, rambut warna hitam, bersih, tidak mudah
rontok
Muka : simetris, tidak oedema, pada ibu dengan PPI yang
mengalami anemia maka wajahnya akan pucat
Mata : konjungtiva pucat bila anemia, sklera putih, bersih,
tidak ditemukan bengkak, tidak ada gangguan
penglihatan
Hidung : bersih, tidak ditemukan polip, tidak ditemukan tanda
infeksi, tidak ada nafas cuping hidung
Mulut : bibir merah muda, bibir lembab, warna lidah
kemerahan, lidah bersih, gigi bersih, tidak ditemukan
caries, tidak bau mulut, tidak ada stomatitis
Telinga : bersih, tidak ditemukan gangguan pendengaran, tidak
ditemukan tanda infeksi
Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe, kelenjar
tiroid, dan vena jugularis
Dada : simetris, denyut jantung normal, tidak ada retraksi
dinding dada
Payudara : bentuk simetris, tidak teraba massa, tidak ditemukan
nyeri tekan, bersih
Perut : bnetuk simetris, tidak ditemukan luka bekas operasi,
tidak ditemukan benjolan abnormal
Genetalia : bersih, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, tidak ada

17
hemoroid
Ekstermitas : atas (tidak ditemukan kelainan, bentuk simetris,
turgor baik), bawah (bentuk simetris, tidak ditemukan
oedema dan varises, turgor baik)
Anus : tidak ditemukan hemoroid, bersih
Reflek Patela : reflek patela +1 (normal rendah dengan sedikit
kontraksi otot), dan +2 (normal dengan kekuatan otot
yang dapat terlihat dan gerakan lengan atau tungkai).
4) Status Obstetrik
a. Inspeksi
Muka : terdapat kloasma gravidarum, tidak ada oedema
wajah, tidak pucat
Mamae : bentuk buah dada bulat, simetris, hiperpigmentasi
puting susu dan aerola, puting susu menonjol,
kolostrum sudah keluar
Abdomen : menegang, pembesaran uterus sesuai usia
kehamilan, striae dan linea gravidarum
Vulva : keadaan perineum tidak ada tanda infeksi, tidak ada
varises, tidak ada kondilomata, atau flour normal.
Pada ibu hamil dengan PPI adanya pengeluaran lendir
kemerahan atau cairan pervaginam. Pada pemeriksaan
dalam, pendataran 50-80 % atau lebih, pembukaan
2cm atau lebih.
b. Palpasi

Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga


dapat diketahui tuanya kehamilan. Selain itu dapat
ditentukan bagian janin yang terletak pada fundus
uteri. Bila kepala teraba benda bulat dan keras,
apabila bokong teraba bulat dan lunak

Leopold II : untuk menentukan batas samping uterus dan

18
dapat pula ditentukan letak punggung janin yang
membujur dari atas ke bawah menghubungkan
bokong dengan kepala

Leopold III : untuk menentukan bagian janin yang berada di


bawah rahim

Leopold IV : untuk menentukan bagian terbawah janin apa


dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul.
Bila belum masuk, teraba ballotement kepala

TFU : apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu


pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila
kehamilan di atas 24 minggu memakai pengukuran
mac donald yaitu dengan cara mengukur tinggi
fundus memakai cm dari atas simpisis ke fundus
uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya

Garis dasar janin baru dapat dipalpasi setelah minggu ke 12


saat dilakukan pemeriksaan abdomen. Namun garis dasar ini
juga bukan tanda diagnostik yang pasti. Ballotement dapat
dirasakan melalui abdomen pada waktu yang hampir
bersamaan. Pada tanda ini, tepukan tiba-tiba pada uterus dapat
menyebabkan janin tenggelam ke dalam cairan amnion untuk
membalas secara lembut jari-jari pemeriksa.

TBJ : dalam gram dapat diketahui dengan Rumus


Johnson-Tausak : BB = (Mac Donald–n )x155. Bila
kepala di atas atau pada spina ischiadika makan n =
12. Bila kepala di bawah spina ischiadika maka n =
11

HIS / Kontraksi : untuk mengkaji frekuensi, lamanya


dan kekuatan kontraksi. Pada ibu dengan partus
prematurus iminens terjadinya kontraksi uterus yang

19
teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang atau 2-3
kali dalam waktu 10 menit sekali atau 1-2 kali.
c. Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) normal 110-160 kali permenit.
Punctum maksimum (PM), tempat dimana DJJ paling keras
terdengar biasanya di punggung janin. Pada presentasi
verteks, DJJ terdengar di bawah umbilikus ibu, baik pada
kuadran bawah kiri atau kanan abdomen. Pada kehamilan
fisiologis PM berjumlah 1 menunjukkan janin tunggal.
2.2 Diagnosa
a. Diagnosa 1 : Nyeri Akut (D.0077)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
keusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Batasan Karakteristik ;
 Mayor :
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
 Minor :
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, prosesberpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis
Faktor Yang Berhubungan : agen pencedera fisiologis, agen pencedera
kimiawi, agen pencedera fisik.
b. Diagnosa 2 : Ansietas (D.0080)
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman

20
Batasan Karakteristik ;
 Mayor :
Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi dan sulit berkosentrasi
Objektif : tampak gelisah, tmpak tegang dan sulit tidur
 Minor :
Subjektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi dan merasa tidak
berdaya
Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak pucat,
suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih dan berorientasi
pada masa lalu
Faktor Yang Berhubungan : ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan dan kurang terpapar informasi
c. Diagnosa 3 : Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Batasan Karakteristik :
 Mayor :
Subjktif : mengeluh Lelah
Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
 Minor :
Subjektif : dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas dan merasa lemah
Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran
EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG
menunjukkan iskemia dan sianosis
Faktor Yang Berhubungan : tirah baring, kelemahan dan imobilitas
d. Diagnosa 4 : Risiko Infeksi (D.0142)
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

21
Faktor Risiko : efek prosedur invasif, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer (seperti ketuban pecah sebelum waktunya) dan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder
Kondisi Klinis Terkait : penyakit paru obstruktif kronis, tindakan invasif dan
ketuban pecah sebelum waktunya.
2.3 Intervensi
a. Diagnosa 1 : Nyeri Akut (D.0077)
Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan dengan kriteria hasil :
 Keluhan nyeri menurun dari 5-6 menjadi 2
 Meringis menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Pola nafas Membaik
 Kesulitan tidur menurun
Intervensi Keperawatan : Manajemen Nyeri : (I. 08238)
Observasi :
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Teraupetik :
 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

22
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Diagnosa 2 : Ansietas (D.0080)
Tujuan dan Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil :
 Perilaku gelisah menurun
 Perilaku tegang menurun
 Frekuensi nadi menurun
 Pola tidur membaik
Intervensi Keperawatan : Reduksi Ansietas (1.09314)
Observasi :
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Teraupetik :
 Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi :
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antlansietas, jika perlu
c. Diagnosa 3 : Intolerasi Aktivitas (D.0056)

23
Tujuan dan Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :
 Keluhan lemah menurun
 Perasaan lemah menurun
 Tekanan darah membaik
Intervensi Keperawatan : Terapi Aktivitas (1.05186)
Observasi :
 Monitor respons emosional, fisik, social dan spiritual terhadap aktivitas
Teraupetik :
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin, sesuai kebutuhan
Edukasi :
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika perlu
d. Diagnosa 4 : Risiko Infeksi (D.0142)
Tujuan dan Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil :
 Nyeri menurun
 Bengkak menurun
 Gangguan kognitif menurun
Intervensi Keperawatan : Pencegahan Infeksi (1.14539)
Observasi :
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Teraupetik :
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Pertahankan Teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi :
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

24
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
II.4 Implementasi
Implementasi keperawatan atau disebut juga dengan pelaksanaan keperawatan
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat utnuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik. Pelaksanaan
tindakan keperawatan adalah realisasi dari perencanaan keperawatan (Induniasih dan
Hendarsih, 2018). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang memengaruhi masalah kesehatan klien (Manurung, 2018). Adapun tahap-
tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil identifikasi pada
tahap perencanaan.
b. Tahap 2 : Pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dari perencanaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan independent, dependen, dan interdependen.
c. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
II.5 Evaluasi
Menurut Dinarti dan Mulyanti (2017), evaluasi keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning), adapun komponen SOAP
yaitu :
a) S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan yang masih dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
b) O (Objektif), adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung pada pasien setelah tindakan keperawatan.

25
c) A (Assessment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan objektif (biasanya ditulis
dalam bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah dicapai,
perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan, yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respons klien sama dengan hasil yang diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang
berhasil dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai
d) P (Planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kirana, P. L., Islamy, N., & Yonata, A. (2020). G4p3A0 Hamil 30 Minggu Belum Inpartu
Dengan Partus Prematurus Imminiens dan Ketuban Pecah Dini. 5.
Taufan, N. (2018). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusatt.
Tim Pokja PPNi. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat.
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat.
Widandi, M. N., Herdiyantini, M., & Sudiarta, K. E. (2022). Karakteristik Partus Prematurus
Imminiens Di RSPAL Dr Ramelan Surabaya. Hang Tuah Medica Jounal, 15.
Widiana, K. O., Putra, W. A., Budiana, N. G., & Manuaba, I. G. (2019). Karakteristik Pasien
Partus Prematurus Imminiens Di RSUP Sanglah Denpasar. E-Jurnal Medika, 6.
Wiknjosastro, H. (2017). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Yulinda, R. (2018). Gambaran Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny.Y G3P1A1 Gravida
35 Minggu 4 Hari Dengan Persalinan Prematur Murni Di Klinik P A Bekasi. Politeknik
Kesehatan Bandung, 15.

27

Anda mungkin juga menyukai