Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Persalinan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berahkir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh

ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan pada

serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney ,2007).Persalinan dan kelahiran adalah

proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa

dikatakan bahwa persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur

sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus

ibu ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan

kekuatan sendiri.

a.Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

a.Persalinan kala 1

Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara penbukaan nol sampai pembukaan

lengkap. Ibu dapat dinyatakan mulai terjadi persalinan jika timbul his dan ibu mengeluarkan

lendir bersemu darah (bloody show). Lender yang bersemu darah ini berasal dari lender kanalis

servikalis karena servik mulai mendatar atau


membuka. Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar

kanalis servikalis tersebut pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Terjadi

tonjolan kantong ketuban yang disebabkan karena adanya regangan segrnen bawah rahim yang

menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus, dengan adanya tekanan

maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang menonjol ke ostium internum yang terbuka.

Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan tertekan

dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu yang dapat menyebabkan janin kekurangan oksigen.

Proses kala I berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase yaitu fase laten

dari pembukaan 0cm sampai pembukaan serviks 3 cm, dan fase aktif dari pembukaan 3 cm

sampai pembukaan 10 cm.

b.Persalinan kala II (Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada

primigravida dan 1 jam pada multigravida.

c.Persalinan kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih

dari 30 menit.

d.Persalinan kala IV (Observasi)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Tujuan asuhan

persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai

pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dan observasi yang harus dilakukan adalah

tingkat kesadaran penderita, pemeriksaaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, dan perdarahan.
b.Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Tiga faktor utama yang menentukan prognosis persalinan adalah jalan lahir (passage),

janin (passanger), kekuatan (power) dan ada dua faktor lain yang juga sangat mempengaruhi

terhadap keberhasilan asuhan persalinan yaitu faktor posisi dan psikologis (Sumarah at al, 2008).

1.Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau

sebelum terdapat tanda prtsalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.

Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini

(periode laten)” ( Manuaba, 2014).Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun teradi

jauh sebelum waktunya melahirkan (Norma, 2013).

Dikatakan ketuban pecah dini yaitu ketuban pecah sebelum persalinan berlangsung

karena selaput membrane atau tekanan uterin atau kedua faktor tersebut. Juga karena infeksi

yang berasal dari servik dan vagina (Asrinah at al, 2014).

a.Etiologi

Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal memicu robekan dilokasi ini.

Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan dan infeksi) dapat menyebabkan terjadinya

KPD. Faktor pencetus kejadian ketuban pecah dini harus diwaspadai jika adanya multiple,

riwayat persalinan preterem sebelumnya, tindakan senggama tidak berpengaruh kepada resiko

kecuali jika higien buruk,predisposisi terhadap infeksi ( Ai yeyeh dan Lia, 2012).

Varney (2006) mengatakan bahwa insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita

dengan malpresentasi janin, kehamilan kembar, dan hubungan yang signifikan antara lain

keletihan karna pekerjaan dan paritas ibu.Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.
Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada

hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester

terahir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan

aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh

adanya faktor – faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini

prematur sering terjadi pada polihdramnion, inkompeten serviks dan solusio plasenta (Manuaba,

2013).

b.Risiko KPD

Menurut Ai yeyeh dan Lia 2010, Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi

baik itu terhadap ibu maupun terhadap bayinya, diantaranya yaitu :

1) Peningkatan persalinan dengan bedah Caesar.

2) Terjadi korioamnionitis (infeksi intrapartum) yang dapat berlanjut menjadi infeksi sistemik

ibu dan bayi jika tidak segera diobati.

3) Infeksi intramnion dan endometritis pasca persalinan.

4) Terjadi prolaps tali pusat.

5) Gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong dan

letak lintang).

6) Partus kering karena air ketuban habis.

7) Persalinan preterm jika KPD terjadi pada usia kehamilan preterem.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa risiko yang ditimbulkan oleh ketuban pecah dini dapat

digolongkan sebagai penyumbang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
c.Diagnosis

Saifuddin (2014), mengatakan bahwa dalam kasus ketuban pecah dini konfirmasi

diagnosanya perlu diketahui bau cairan ketuban yang khas, jika keluar cairan ketuban sedikit –

sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian. Dengan spekulum DTT, lakukan

pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan yang keluar berasal dari ostium uteri atau terkumpul

di forniks posterior.

Jika mungkin, lakukan :

1).Test lakmus (test nitrazin). Jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya

cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes positif palsu.

2).Tes pakis,dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.

Pemeriksaaan mikroskopis menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis.

d.Penanganan

Menurut Manuaba, 2013 Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas,

infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu,

tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan

kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

Makin kecil usia kehamilan, makin besar peluang terjadinya infeksi dalam rahim yang

dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.

Gambaran umum tatalaksana KPD sebagai berikut:

1.Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya kematangan paru sehingga

mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

2.Jika perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72

jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
3.Pada usia kehamilan 24-32 minggu saat berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk

melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

4.Menghadapi KPD perlu komunikasi dengan ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian

bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu

dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

5.Pemeriksaan yang penting adalah dilakukannya USG untuk mengukur distansia biparietal dan

perlu dilakukan pemeriksaan kematangan paru.

6.Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai 24 jam,

bila tidak terjadi his spontan.


Gambar 2.1
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

KPD

Bidanmerujukke RS / Puskesmas

Masuk RS
Antibiotika
Batasipemeriksaandalam
Pemeriksaan air ketuban, kultur, dan bakteri

Observasitandainfeksi dan distress jani

Hamil premature Kehamilanaterm


Observasisuhundan distresjanin
Kortikosteroid

Kelainan obstetric Letakkepala


Distress janin
Letaksungssang
Letaklintang
Disproporsisefalopelvik
Riwayat obstetric buruk IndikasiIduksi
Grandemultipara
Primigravida usialanjut
Infertilitas
Persalinanobstruksi

Seksiosesaria Gagal Berhasil


Reaksi uterus tidakada (persalinan
Kelainanletakkepala pervagina)
Fase laten dan aktifmemanjang m)
Distresjanin
Rupture uteri imminens
Disproporsisefalopelvik

Sumber: Manuaba (2013)


Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini
1) Malpresentasi

Malposisi atau malpresentasi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin

(dengan ubun - ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Malpresentasi

adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi verteks (Saifuddin, 2014).

2-3% bayi dalam posisi ini ketika lahir

a) Presentasi bokong

Terjadi jika bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendah janin.

Ada 3 macam presentasi bokong : complete breech (bokong sempurna), frank

breech (bokong murni), footling breech (bokong kaki).

b) Letak lintang dan presentasi bahu

Terjadi jika sumbu panjang janin terletak melintang. Bahu merupakan bagian

yang menjadi presentasi. Pada pemeriksaan abdomen : sumbu panjang janin

teraba melintang, tidak teraba bagian besar (kepala atau bokong) pada simfisis

pubis. Kepala biasanya teraba di daerah punggung. Pada pemeriksaan vagina ,

dapat teraba bahu, tetapi tidak selalu. Lengan dapat mengalami prolaps dan

siku, lengan atau tangan dapat teraba di vagina.Malpresentasi dikatakan terjadi

secara kebetulan hanya jika faktor-faktor lain tidak diketemukan. Pengaruh

terhadap persalinan adalah adaptasi bagian terendah janin dengan Serviks dan

panggul yang kurang simetris merupakan salah satu faktor yang mengurangi

efisiensi persalinan dan sering juga terjadi ketuban pecah dini ( Manuaba, 2013

).

b. Kehamilan Ganda

Menurut Varney (2006), kehamilan ganda dapat menyebabkan ketuban pecah dini
karena peregangan uterus yang berlebihan sehingga tekanan membran dan uterus

meningkat.Kehamilan ganda atau disebut juga dengan kehamilan kembar, ada 2

macam yaitu kehamilan kembar dengan 2 telur (dizigotik) dan kehamilan ganda 1

telur ( monozigotik ).

1) Dua telur

Sekitar 75% kembar dua telur adalah binovuler. Dua janin tunbuh dari

pembuahan berimplantasi berdekatan kedua plasentanya mungkin tampak

menjadi satu.Meskipun demikian sirkulasi darahnya tetap sama sekali terpisah.

Jenis kelaminnya mungkin berlainan dan kadang - kadang sama sekali tidak

serupa satu dengan yang lain.

2) Satu telur

Sekitar 25% kembar satu adalah uniovuler dan ini adalah kembar identik atau

kembar yang sesungguhnya. Mereka merupakan hasil pembelahan sempurna

kantong blastodermik. Hanya ada satu telur yang dibuahi satu spermatozoon.

Bayinya selalu mempunyai jenis kelamin yang sama dan serupa satu sama

lainnya. Terdapat satu plasenta, satu chorion dan dua kantong ketuban.

Sirkulasi darah janin saling berhubungan dalam plasenta.Pengaruh terhadap

persalinan yaitu peregangan uterus oleh karena besarnya janin, dua plasenta

dan air ketuban yang banyak salah satunya berhubungan dengan terjadinya

ketuban pecah dini sering terjadi ( M. Hakimi, 2010 ).

Ai Yeyeh dan Lia ( 2010 ) menuliskan bahwa kehamilan kembar dapat

menimbulkan komplikasi pada ibu salah satunya yaitu ketuban pecah dini.

c. Paritas
Paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Jumlah paritas

merupakan salah satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan

notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan

jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang

perempuan dengan status paritas G3P1A1, berarti perempuan tersebut telah pernah

mengandung sebanyak tiga kali, dengan satu kali paritas dan satu kali abortus, dan

saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya. Paritas adalah jumlah janin

dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun

mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24

minggu. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara

(Winkjosastro, 2007; Oxford, 2010; Manuaba, 2013;Saifuddin, 2014)

Dalam Kamus Saku Bidan, Danise 2005 mengartikan bahwa Paritas atau disebut

juga Para adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan wanita yang sudah

melahurkan satu anak atau lebih yang viable. Parous, bilangan yang tercantum

menyatakan jumlah bayi viable yang dilahirkan oleh ibu tersebut. Semua bayi yang

dilahirkan pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu dan semua kelahiran hidup

dihitung jumlahnya. Dengan demikian bayi lahir mati tetap dihitung dalam

menyatakan jumlah kelahiran, tetapi abortus tidak dihitung.

Paritas dibagi menjadi :

1) Nulipara

Nulipara adalah para 0 atau wanita yang belum pernah melahirkan bayi.

2) Primipara

Primipara adalah sebutan untuk wanita dimana ia pernah melahirkan anak yang
viable sebanyak satu kali.

3) Multipara

Seorang wanita yang telah hamil dan melahirkan bayi lebih dari 2 kali ( 2 , 3 dan

4)

4) Grandemultipara

Seorang wanita yang telah hamil lebih dari 5 kali yang menghasilkan anak yang

hidup.Menurut varney,2007 menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya

ketuban pecah sebelum persalinan yaitu paritas yang lebih dari atau sama dengan

2 (multipara).Serviks seorang wanita nulipara mempunyai bentuk seperti

kerucut, bundar, tertutup, agak padat dan masih normal. Keadan ini berbeda

dengan seorang multipara, dilatasi serviks akan lebih cepat karena riwayat

persalinan yang lalu yaitu terjadi penurunan jumlah serabut-serabut pada serviks

yang putus sehingga kamampuan serviks dalam menopang janin berkurang dan

memudahkan selaput ketuban robek (Wiknjosastro,2016).

d. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahiirkan sampai saat ini,Umur ibu

merupakan faktor risiko kehamilan yaitu umur <20 tahun dan >35 tahun. Ibu

hamil dengan usia muda < 20 tahun dapat mengalami penyakit kehamilan dan

persalinan, ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil maupun

melahirkan sehingga dapat merugikan kesehatan ibu.Pada usia > 35 tahun alat

reproduksi sudah mulai menurun fungsinya baik anatomis maupun hormonal.Usia

paling aman atau bisa dikatakan waktu repeoduksi sehat adalah antara umur 20 – 35

tahun, karena pada usia tersebut alat – alat reproduksi sudah siap dan matang.
Kesehatan reproduksi wanita sangat penting pengaruhnya dalam kehamilan

(Manuaba, 2013)

Setelah lahir, kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa masa yaitu bayi, masa

kanak–kanak, masa pubertas, masa produktif, masa klimakterium dan masa senium

(Prawirohardjo, 2016).Menurut varney , 2007 bahwa wanita usia > 35 tahun

mempunyai resiko tertinggi terjadi komplikasi pada persalinan karena otot– otot

rahim yang sudah lemah sehingga persalinan akan berlangsung lama yang salah

satunya akan menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Jika seorang ibu sudah

hidup lebih lama dari 35 tahun harus menyadari bahwa di dalam hidup ini tidak ada

yang bebas resiko. Dan kehamilan, pada usia berapapun, jelas tidak bebas dari

resiko. Meskipun sekarang resikonya kecil,namun mereka sedikit meningkat secara

bertahap sejalan dengan bertambahnya usia, dimulai dari masa remaja.

Umur 20 - 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/ melahirkan, tetapi di

negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit

lebih besar dari anak-anak. Pada kehamilan diumur kurang dari 20 tahun secara

fisik dan psikis masih kurang,misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Umur yang rentan terkena

preeklamsia dan eklamsia adalah umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Umur terbaik

seorang wanita hamil yaitu pada masa subur antara umur 20 tahun hingga 35 tahun

(Winkjosastro, 2016).

e. Status sosial ekonomi (Pekerjaan)


Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan jembatan untuk

memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk

mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan

bahwa status pekerjaan yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena

mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Beberapa pekerjaan yang

dianggap berbahaya atau bisa mencelakakan selama kehamilan.beberapa zat

berbahaya seperti bahan kimia, inhalan, radiasi atau pelarut yang sehari-hari

dihadapi selama bekerja, dapat menjadi masalahdalam kehamilan. Hal lain yang

mendapatkan perhatian adalah wanita yang bekerjanya mengharuskan ia berdiri

berjam-jam. Wanita yang sebagian besar waktu kerjanya dihabiskan dengan berdiri,

biasanya mengalami persalinan premature karena mempunyai leher rahim yang

tidak kompeten (Norma, 2013). Pada kasus kejadia ketuban pecah dini telah

ditemukan hubungan yang signifikan yaitu adanya keletihan karena bekerja

sehingga dapat mengakibatkan ketuban pecah sebelum waktunya melahirkan.

f. Polihidramnion

Polihidramnion atau disebut juga hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah

air ketuban jauh lebih banyak dari normal yaitu biasanya lebih dari 2000

cc.Penyebab terjadinya polihidramnion yakni adanya produksi air ketuban

bertambah yang berasal dari epitel amnion namun juga bisa berasal dari

bertambahnya karena cairan lain masuk kedalam ruang amnion, pengaliran air

ketuban terganggu karena janin tidak menelan cairan ketuban ( Ai yeyeh dan Lia,

2010 ).

g. Serviks inkompeten
Yang dimaksud dengan serviks inkompeten yaitu serviks (leher rahim) yang

membuka secara premature dibawah tekanan rahim dan janin yang tumbeh

membesar. Inkompeten serviks dapat disebabkan karena adanya kelainan serviks

yang bersifat genetik, kontak ibu dengan DES (diethyl-stilbestrol) ketika ia masih

dalam kandungan ibunya, peregangan yang berlebihan atau lecet parah pada serviks

selama satu atau lebih karena persalinan sebelumnya.Inkompeten serviks biasanya

didiagnosis ketika seorang ibu mengalami keguguran pada trimester ke dua setelah

mengalami pemendekan dan penipisan serviks yang progresif dan tidak nyeri serta

pembesaran serviks tanpa kontraksi yang nyata atau perdarahan pervaginam

(Manuaba, 2013).

h. Infeksi

Dalam insiden ketuban pecah dini salah satu faktornya yaitu infeksi vagina atau

serviks (misalnya vaginosis bacterial dan infeksi protozoa) yang ditularkan secara

seksual seperti wanita yang memiliki pasangan seksual baru, atau yang memiliki

pasangan seksual lebih dari satu pada tahun-tahun terakhir, mereka yang tidak

menggunakan kontrasepsi barier (Norma, 2013).

1) Infeksi bakterial

Strepkokus Grup B (GBS) adalah bakteri gram positif beta hemolitikus yang

umumnya ditemukan dalam saluran cerna. Diperkirakan 10–30% wanita hamil

memiliki kolonisasi GBS pada vagina atau rectum. Infeksi intra uterin

merupakan akibat infeksi asenden dari kolonisasi GBS di vagina pada wanita

hamil. GBS dapat menyebabkan korioamnionitis, endometriosis, infeksi saluran

kemih, dan infeksi luka, dan hal itu memiliki kaitan dengan persalinan tau
pelahiran prematur dengan ketuban pecah dini pada kehamilan premature

(Varney, 2007).

2) Infeksi protozo

Trikimonas vagina sangat sering ditemukan. Jenis organisme yaitu trechomonas

vaginalis, tanda dan gejala pada ibu terjadi ketuban pecah dini dan efek pada

janin yaitu terjadi berat badan lahir rendah (Benson, 2009).Infeksi GBS dan

Trikomonas bersifat asimtomatik, sebagian penderita dapat mengalami rabas

vagina purulen, perdarahan paska coitus, nyeri abdomen bagian bawah,

serviksitis mukopurulen. Infeksi ini menyerang bagian serviks yang akan

menekan pada membran mukosa. Oleh karena itu, area primer infeksi ini adalah

membran mukosa endoservik yang dapat merusak selaput ketuban sehingga

menjadi rapuh dan mudah terjadi robekan pada selaput ketuban (Winkjosastro,

2016).

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian Maharani (2017) hubungan usia, paritas dengan ketuban pecah dini di

Puskesmas Jagir Surabaya. Hasilpenelitian didapatkan dari 144 ibu bersalinterdapat

sebagian besar (53,47%) denganusia beresiko dan sebanyak 64,93% terjadiKPD, ibu

bersalin multipara yang sebagianbesar (57,38%) terjadi ketuban pecah dini.dan pada ibu

bersalin primipara sebagianbesar (75,68%) tidak terjadi ketuban pecahdini. Hasil uji khi

kuadrat dari Yatesdidapatkan pada variabel usia χ² hitung(91.514,38) > χ² tabel (3,84),

dan padavariabel paritas χ² hitung (11,73) > χ² tabel(5,99), maka diterima. Pada penelitian
inidapat disimpulkan bahwa hubungan umur,paritas dengan kejadian ketuban pecah

dinipada ibu bersalin.

2. Penelitian Nurhayati (2011) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban

pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Hasil penelitian

menyatakan bahwa ibu bersalin mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status

bekerja (35,2%), ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan

paritas primipara dan grandemultipara (77,8%) dan ibu bersalin yang mengalami kejadian

ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun (14,8%). Ada hubungan antara

paritas (pvalue = 0,018 dan OR = 2,142) dan usia (pvalue = 0,022 dan OR = 3,583)

dengan kejadian ketuban pecah dini. Tidak ada hubungan antara pekerjaan (pvalue =

0,072 dan OR = 1,802) dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten

Majalengka Tahun 2011.

3. Penelitian Widia (2017) hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian ketuban

pecah dini pada ibu bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengalaman KPD

50 responden (23,8%). Uji chi-square ρ value = 0,003 <0,05. Kesimpulannya ada

hubungan yang sangat erat antara kelainan janin dengan kejadian KPD pada ibu ibu di

Rumah Sakit Paradise Kabupaten Tanah Bumbu. Pentingnya peran bidan meningkatkan

promosi kesehatan untuk mengurangi insiden KPD.

C. Kerangka Teori

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi

untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel,
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam

Sugiyono, 2015). Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Teori

Faktor Penyebab KPD


a. Mal presentasi (posisi
janin)
b. Kehamilan ganda
c. Paritas
d. Umur KetubanPecah Dini
e. Status ekonomi (pekerjaan)
f. Pihidramnion
g. Serviks inkompeten
h. Infeksi

Sumber Modifikasi : Norma (2013) dan Manuaba (2013)

D. Kerangka Konsep

Kerangka berfikir (kerangka konsep) merupakan model konseptual tentang bagaiaman

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting (Sugiyono, 2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalahfaktor risiko

yangmenyebabkan Ketuban Pecah Dini yang berdasarkan pada kerangka teori yang diambil

dari tinjauan pustaka, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 2.4
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Posisi Janin

Paritas KetubanPecahdini

Umur

Pekerjaan
E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan posisi janin dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah

Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2020.

2. Ada hubungan paritas dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2020.

3. Ada hubungan umur ibu dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah

Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2020.

4. Ada hubungan pekerjaan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah

Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai