Oleh
Aprilita Restuningtyas
NIM 122310101053
TEORI KASUS
a.
Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, 2010). Ketuban pecah dini
(KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) didefinisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
kehamilan aterm
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum terdapat atau dimulainya
tanda inpartu dan setelag ditungu satu jam belum ada tanda inpartu (Manuaba,
2010). Sedangkan menurut Mitayani (2011) ketuban pecah dini (KPD) adalah
pecahnya atau rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang
sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai
37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ketuban pecah
dini adalah pecah/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan,dan
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu,dengan adanya kontraksi atau tanpa
kontraksi.
Insidensi KPD berkisar mendekati 10% dari semua persalinan, pada umur
kehamilan kurang dari 34 minggu angka kejadiaanya sekitar 4%. Sebagian dari
KPD mempunyai periode melebihi satu minggu (Yulaikhah, 2008). Dalam
keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah
dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran dan KPD preterm terjadi
1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan.
KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
b. Etiologi
1. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana
korion,
amnion
dan
cairan
ketuban
terkena
infeksi
bakteri.
itu
Bacteroides
fragilis,
Lactobacilli
dan
Staphylococcus
pada
kehamilan
preterm.
Bakteri-bakteri
tersebut
dapat
janin sebaiknya
pervaginam. Sayangnya,
satu-satunya
dikaitkan
dengan
perubahan
pada
volume
cairan
amnion.
persalinan
pretem
dan
gangguan
pernafasan
pada
ibu
(Prawirohardjo, 2008).
4. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia)
Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia),
didasarkan
pada
adanya
ketidakmampuan
serviks
uteri
untuk
c.
Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh bukan karena luruh ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintetis
dan degradasi ekstrakuler matriks. Perubahan struktur jumlah sel dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda trimester ke 3
selaput ketuban pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya
dengan pembesaran uterus kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester
terakir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini
prematur sering terjadi pada polihidramnion inkompeten serviks. ( Prawiharjo
Sarwono. 2013. Buku Ajar Keperawatan)
Pada ibu dengan ketuban pecah dini tetapi his (-) sehinga pembukaan akan
terganggu dan terhambat sementara janin mudah kekeringan karena pecahnya
selaput amnion tersebut, maka Janin harus segera untuk dilahirkan atau
pengakhiran kehamilan harus segera dilakukan. Tindakan yang dilakukan adalah
menginduksi dengan oksitosin, jika gagal lakukan persalinan dengan caecar.
Akibat ketuban pecah dini pada janin yang preterm yaitu melahirkan janin yang
premature dimana paru janin belumlah matur, akibatnya produksi surfaktan
berkurang, paru tidak mengembang sehingga beresiko terhadap RDS ( Rapirasi
distiess syndrome ).
Pada ibu dengan ketuban pecah dini dan hisnya (+) persalinan dapat segera
dilakukan. Apabila adanya pemeriksaan dalam yang terlalu sering dapat beresiko
terhadap infeksi. Ketuban yang telah pecah dapat menyebabkan persalinan
menjadi terganggu karena tidak ada untuk pelicin Jalan lahir. Sehingga persalinan
menjadi kering ( dry labor). Akibatnya terjadi persalinan yang lama. Akibat
persalinan yang lama terjadi pula penekanan yang lama pada janin dijalan lahir,
dan jika terjadi fetal distress mengakibatkan untuk melakukan persalinan atau
ekstraksi vacum dan cuna, atau terjadi asphyxia akibat penekanan yang lama pada
jalan lahir inipun mengakibatkan iskhcmia pada jalan lahir dan akhirnya terjadi
nekrosis jaringan. Hal ini beresiko terhadap cidera pada ibu dan janin, dan juga
beresiko tinggi terhadap infeksi.
Pathway :
(Carpenito, 2006)
d. Tanda Dan Gejala
1. Kencang-kencang (nyeri ringan dibagian bawah);
2. Keluarnya cairan ketuban dari vagina;
3. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi;
4. Tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering;
5. Berbau anyir;
6. Warna cairan putih agak keruh seperti santan encer.
( Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis )
e.
Komplikasi
1. Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada waktu
lahir dan Premature.
4. Prematuritas, persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm;
5. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban
habis.
6. Infeksi maternal : infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari
vagina
ke
intrauterine,
korioamnionitis
(demam
>380C,
takikardi,
leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ
meningkat), endometritis;
Komplikasi infeksi intrapartum
1.
2.
f. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan
akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang
kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan
uteri,
emboli
air
ketuban,
dan
juga
mungkin
terjadi
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
No. RM
: 207034
Nama
: Ny. A
Umur
: 25 tahun
Alamat
: Mangaran
Tanggal
: 13 Mei 2015
2. Keluhan Utama: Nyeri perut dan keluar air ketuban
3. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
a. Kesehatan sekarang: Ny. A mengeluhkan sakit perut sejak 12 Mei
2015. Cairan keluar semenjak usia kandungan 8 bulan.
b. Kesehatan masa lalu: Ny.A tidak memiliki riwayat penyakit
menurun, menahun dan menular.
c. Riwayat Pembedahan: pasien tidak memiliki riwayat pembedahan
sebelumnya
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien tidak memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat KPD.
5. Riwayat Kehamilan: Ini adalah kehamian kedua Ny. A, sebelumnya
Ny.A pernah hamil dan kemudan melahirkan bayi perempuan di bidan
dengan BBL 3100 gr, usia anak perama saat ini 9 tahun.
6. Riwayat seksual: pasien tinggal bersama suaminya. Pasien tidak
menggunakan alatkontrasepsi berupa suntik setiap 3 bulan selama 9
tahun.
7. Riwayat pemakaian obat
Ny. A tidak mengonsumsi obat-obatan untuk indikasi penyakit, hanya
mengkonsumsi preparat Fe dan vitamin.
.
8. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola Nutrisi : pasien makan sebanyak 3 sehari ditambah dengan
camilan berupa buah dan penganan. BB pasien naik sesuai dengn
standar selama hamil.
b. Pola Istirahat: Pasien kekurangan istirahat karena nyeri pada peru dan
kesulitan bernafas saat tidur.
c. Pola Eliminasi: Tidak ada gangguan pada BAB dan BAK pasien
g. Payudara
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran,
putting susu menonjol, tidak ada pelebaran vena sekitar payudara,
colostrum ada, aerola berwarna kehitaman.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus 20 tts/menit
sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada.
i. Abdomen
1). Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan
2). Palpasi
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
3). Auskultasi
Dengan menggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin (
156 x/menit.
Genetalia
Pada vulva tidak terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak
ditemukan tanda tanda infeksi tapi keluar cairan pervaginam blood
slym.
10. Pemeriksaan psikososial
a. Respon dan persepsi keluarga:
Keluarga sangat senang dengan kehamilan Ny. A
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
Suami Ny. A sangat senang karena kehamilan ini telah ditunggu,
mengingat usia anak pertama yang cuku[ jauh dengan anak kedua,
namun sang suami sedikit cemas karena ketuban pecah sebelum
waktunya.
g. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien KPD yaitu:
1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic.
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya penyakit.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri, peningkatan HIS
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin.
5. Nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
h. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Resiko
tinggi
infeksi NOC:
NIC
maternal
7. Pemberian
Intervensi
Imunisasi/Vaksinasi:
pemeriksaan
berulang,
dan
membrane amniotic.
8. Pengendalian Infeksi:
Pengetahuan: Pengendalian
Meminimalkan penularan
agen infeksius.
9. Perlindungan terhadap
pengendalian infeksi.
Pengendalian resiko:
tindakan untuk
menghilangkan atau
mengurangi ancaman
kesehatan akual, pribadi, serta
dapat dimodifikasi.
meningkatkan serangan
infeksi
mengidentifikasi ancaman
c. Patau hasil
kesehatan seseorang.
laboratoriumAmati
Tujuan/Kriteria Evaluasi:
penampilan praktik
perlindungan terhadap
infeksi
pasien.
2. Pasien menunjukkan
Pengendalian Risiko.
Kerusakan pertukaran gas Tujuan: Setelah diberikan
pada janin berhubungan tindakan keperawatan
Kriteria hasil:
dan
periksa
15
kemudian,
observasi
perineum
ibu
mendeteksi
prolaps
b. 2.
Bebas
dari
merugikan
efek-efek
menit
untuk
tali
pusat.
dan
selama persalinan.
tentang
situasi
tersebut.
4. Siapkan untuk melahirkan
dengan cara yang paling
baik atau dengan intervensi
bedah bila tidak terjadi
Ansietas
dengan
perbaikan.
NIC:
berhubungan NOC:
krisis
ancaman
sendiri/janin.
pada
menahan
perilaku Minimalkan
Ansietas:
kekhawatiran,
Kontrol
Kemampuan
menghilangkan
mengurangi
suatu
secara berkala
sumber
yang
tidak
dapat
diidentifikasi.
Koping:
2. Menentukan kemampuan
Tindakan
untuk
pengambilan
stressor
yang
pada pasien.
mengatasi
membebani
sumber-sumber b. Aktivitas
keputusan
Kolaboratif:
individu.
untuk
dengan kebutuhan.
menahan
perilaku
diri
kompulsif
dari
atau
impulsive.
Penahanan Mutilasi Diri:
Kemampuan untuk berhenti
dari
tindakan
mengakibatkan
yang
cedera
diri
Interaksi
Penggunaan
untuk melakukan
yang
diri
interaksi
efektif.
Tujuan/Kriteria Hasil:
1. Ansietas berkurang
2. Menunjukkan Kontrol
Ansietas
Nyeri berhubungan dengan NOC:
ketegangan otot rahim
NIC
1. Monitor tanda-tanda vital
1.
Tingkat
kenyamanan
2. Kaji
nyeri,
perhatikan
perasaan senang secara fisik
lokasi,
karakteristik,
& psikologis
intensitas (Skala 0-10).
2. Prilaku
mengendalikan 3. Pemberian analgesic
4. Sedasi sadar
nyeri
5. Teknik relaksasi nyeri:
3. Nyeri:
efek
merusak
nafas dalam
terhadap
emosi
dan 6. Bantuan
Analgesika
yang
nyeri:
jumlah
oleh Pasien
7. Kolaborasi dengan dokter
Kriteria evaluasi:
1.
tentang
Menunjukkan
Dikendalikan
nyeri
pemberian
analgetik
sesuai
obat
dengan
program terapi.
Menunjukkan
teknik
Mengenali
factor
penyebab
dan
menggunakan
Intoleransi
berhubungan
tindakan
NIC :
hipersensitifitas otot.
1. Observasi
adanya
2. Toleransi aktivitas
pembatasan
klien
3. Konservasi eneergi
melakukan aktivitas
dalam
pasien
terhadap
menyebabkan kelelahan
aktivitas
dengan
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi
dalam
respon
kardivaskuler
melakukan
sehari
hari
aktivitas
disritmia,
terhadap
(takikardi,
sesak
nafas,
3. Keseimbangan
aktivitas
dan istirahat
hemodinamik)
6. Monitor
pola
lamanya
tidur
dan
tidur/istirahat
pasien
7. Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas
untuk
aktivitas
memilih
konsisten
yang
rasa
berhubungan
nyaman NOC :
NIC :
dengan 1. Ansiety
2. Fear level
menyenangkan
3. Sleep deprivation
4. Comfort,
2. Nyatakan
readines
for
enchanced
mengontrol
yang 4. Bantu
nyaman
mengenal
kecemasan
terhadap 5. Instruksikan
pengobatan
menggunakan
5. Kontrol gejala
meningkat
pasien
3. Mengontrol nyeri
6. Status
lingkungan
4. Respon
pelaku
kecemasan
2. Status
terhadap
jelas
pasien
Kriteria hasil :
1. Mampu
harapan
dengan
relaksasi
kenyamanan
pasien
teknik
7. Dapat
ketakutan
8. Support social
mengontrol
DAFTAR PUSTAKA