Anda di halaman 1dari 24

RESUME KASUS PADA Ny.

E USIA 38 TAHUN UK 15 MINGGU


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI IGD PONEK
RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

Oleh
Aprilita Restuningtyas
NIM 122310101053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2015

Kasus Hiperemesis Gravidarum


Ny. E 38 tahun datang ke Ponek RSUD Abdoer Rahem pada hari Sabtu, 16
Mei 2015 pukul 09.20 WIB atas kemauan sendiri. Kehamilan ini merupakan
kehamilan kelima bagi Ny. E. Usia Kandungan saat ini sekitar 15 minggu. Pasien
datang dengan keluhan muntah hebat sejak 3 hari lalu disertai dengan pusing.Ny.
E mengaku tidak makan apapun sejak 3 hari yang lalu karena muntah, seain itu
dlam sehari Ny. E bahkan tidak mampu menghabiskan segelas air, sehigga saat
dilakukan pengambilan darah, darah Ny. E sangat kental dan sulit diambil. Ny. E
melakukan pelayanan antenatal care rutin yaitu ke bidan. Ny. E mengaku
menggunakan KB suntik setiap 1 ulan. Ny. E tidak memiliki riwayat penyakit
menular, menahun, dan menurun. Riwayat kehhamilan dan persalinan Ny. E
sebelumnya adalah anak pertama berusia 21 tahun lahir di bidan hidup, anak
kedua 11 tahun lahir di bidan hidup,anak ketiga 3 tahun lair di bidan hidup, anak
ke 4 keguguran, dan hamil yang saat ini. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan
data keadaan umum Ny. E baik, kesadaran Ny. E compos mentis dengan hasil
pengukuran TTV yaitu TD 130/90 mmHg, Nadi 78x/menit, Suhu 35,8 oC, dan RR
22x/menit. Hasil pemeriksaan palpasi didapatkan Hasil Leopod 1 tinggi fundus
uteri 3 jari atas symphisis. Hpht 25-2-2015. Diagnosa hiperemesis gravidarum.

TEORI KASUS
A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana ibu hamil mual dan
muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari hari (Arief. B, 2009).

Hiperemesis

Gravidarum adalah komplikasi kehamilan yang ditandai

dengan mual dan muntah yang tidak dapat dikendalikan dan terus- menerus
sebelum minggu ke 20 kehamilan. (Carol J. Green, 2012:284).
Hiperemesis Gravidarumadalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi
pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar
elektrolit, penurunan berat badan, dehidrasi, ketosis dan kekurangan nutrisi.
(Micheline, 2004).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari dapat terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan trimester satu. Kurang lebih pada enam minggu setelah haid terakhir
selama sepuluh minggu, ( Mansjoer Arief, 2001 : 259 ).
Hiperemesis Gravidarumadalah gejala mual muntah yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2007).
Hiperemesis Gravidarumadalah mual muntah berlebihan selama masa
hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal
yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal
dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan (Varney, 2006).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis
Gravidarumadalah mual dan muntah yang berlebihan atau

tidak terkendali

selama masa kehamilan trimester pertama sehingga dapat mengganggu aktivitas


sehari-hari dan dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, dan kehilangan berat badan.
B. Epidemiologi dan Insidensi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya
dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir
pada minggu 12-14. Pada sekitar 10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati
20-22 minggu. Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan
kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan. Dalam

situasi wanita sebagai pekerja, mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir
50% wanita hamil yang bekerja. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan
depresi.
Insidensi kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan
kasus ringan dan hilang seiring dari perjalanan waktu, satu dari setiap seribu
wanita hamil akan menjalani rawat inap. Pada umumnya Hiperemesis
Gravidarumdapat sembuh dengan sendirinya, tetapi penyembuhan berjalan lambat
dan relaps. Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita primigravida, (Bobak,
dkk., 2004: 721).

C. Etiologi
Penyebab Hiperemesisi Gravidarum secara pasti belum diketahui. Menurut
Chin dkk,1990; Goodwin mentero, Mostman, 1990) Mengemukakan Hiperemesis
Gravidarum

dapat

disebabkan

oleh

kadar

estrogen

yang

tinggi

dan

hipertiroidisme, yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin


korionik manusia. Beberapa faktor predisposisi sbb :
1. Primigravida, mola hidotidosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
3. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab.
4. Faktor Endokrin : Hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.
Penyebab pasti Hiperemesis Gravidarum belum diketahui, akan tetapi
terdapat beberapa teori mengenai penyebab terjadinya Hiperemesis Gravidarum
antara lain:
1. Teori Endokrin : penyebabnya mungkin kadar human chorionic gonadotropin
(hCG) dan estrogen yang tinggi selama kehamilan dapat menjadi pencetus
mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos
pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi,sehingga terjadi penurunan
motilitas

lambung

yang

mengakibatkan

pengosongan

lambung

melambat.Sedangkan

hCG

menstimulasi

kelenjar

tiroid

yang

dapat

mengakibatkan mual dan muntah


2. Teori Psikosomatik : stress psikologis dapat meningkatkan gejala.
Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan
pekerjaan dan pendapatan dapat menyebabakan terjadinya perasaan
berduka ,ambivalen, serta konflik;dan hal tersebut dapat menjadi faktor
psikologis penyebab Hiperemesis Gravidarum(Verberg,et.al.2005).
3. Teori Alergi : masuknya antigen baru (janin/plasenta) dapat menimbulkan
reaksi sistem imun. Mual dan muntah berlebihan juga terjadi pada klien yang
sangat sensitif terhadap sekresi korpus luteum.
4. Teori Metabolisme : defisiensi vitamin B6 dan/penurunan fungsi
hati dapat mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan .
5. Teori Infeksi: Penelitian Kocak,et.al.1991 menemukan adanya hubungan
antara

infeksi

Helicobacter

pylori

dengan

terjadinya

Hiperemesis Gravidarum.
6. Faktor resiko yang meningkatkan kemungkinan Hiperemesis Gravidarum
meliputi kehamilan di usia muda, obesitas, factor budaya yang berkaitan
dengan pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi, mual dan muntah
pada kehamilan sebelumnya. Hasil penelitian menemukan bahwa kejadian
hiperemesis gravidarum dapat meningkat pada wanita yang mengalami
pembatasan dalam intake nutrisi (contohnya pada wanita yang menjalankan
puasa). Ditegaskan oleh Robinson,et.al. bahwa pembatasan intake nutrisi
dapat menimbulkan efek samping terhadap volume cairan amnion sehingga
perlu dipertimbangkan pelaksanaan puasa pada ibu hamil.
(Family Nurse Practitioner Program, 2002;Runiari,Nengah,2010:8)

D. Tanda dan Gejala


1. Hiperemesis Gravidarumtingkat pertama
a. Muntah berlangsung lama/terus menerus yang mempengaruhi keadaan
b.
c.
d.
e.

umum
Nafsu makan berkurang/ anoreksia
Berat badan menurun
Kulit dehidrasi (turgor kulit berkurang), tonus lemah
Nyeri epigastrik

f. Tekanan darah sistol menurun, nadi meningkat sekitar >100x/menit,dapat


disertai peningkatan suhu tubuh
g. Lidah kering
h. Mata cekung
2. Hiperemesis GravidarumTingkat Kedua
a. Klien tampak lebih lemah
b. Gejala dehidrasi lebih tampak: mata cekung, turgor kulit lebih menurun,
lidah kering dan tampak kotor
c. Tekanan darah turun, nadi kecil dan cepat,suhu kadang-kadang naik
d. Berat badan makin turun
e. Mata sedikit ikterus
f. Gejala hemokonsentrasi: urin berkurang, aseton dalam urin meningkat.
g. Oliguria
h. Gangguan buang air besar: konstipasi
i. Gangguan/penurunan tingkat kesadaran: apatis
j. Napas bau aseton
3. Hiperemesis GravidarumTingkat Ketiga
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Penurunan kesadaran: somnolen sampai koma
d. Nadi kecil, halus dan cepat,tekanan darah turun, suhu meningkat
e. Ikterus, menunjukkan adanya payah hati
f. Dapat terjadi komplikasi pada susunan saraf pusat (ensefalopati
wernicke) dengan adanya: nistagmus, diplopia, perubahan mental: akibat
sangat kekurangan zat makanan,termasuk vitamin B kompleks
g. Perdarahan dari esofagus,lambung,dan retina
(Diyan Indriyani: 2013,130; Runiari,Nengah:2010,13)
a. Patofisiologi
Peningkatan kadar progesteron,

estrogen,

dan

human

chorionic

gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah.


Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan
pengosongan lambung melambat.Refluks esophagus,penurunan motilitas lambung
dan penurunan sekresi asam hidroklorida juga berkontribusi terhadap terjadinya
mual dan muntah.Hal ini diperberat dengan faktor psikologis, spiritual,lingkungan
dan sosiokultural.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan

dehidrasi,

sehingga

cairan

ekstraselurer

dan

plasma

berkurang.Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi dari hamil


muda; bila terjadi terus-menerus selain menyebabkan dehidrasi, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi.Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan
tertimbunnya asam aseto-asetik,asam hidroksi butirik,dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi,sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang.Natrium dan
Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih turun.Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan
tertimbunlah zat metabolik yang toksik.Kekurangan Kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntahmuntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat
badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan
serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan
tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak
ada karbohidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi,akibatnya
beberapa hasil pembakaran dari metabolisme lemak terdapat dalam darah dan
urine (terdapat atau kelebihan keton dalam urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen,
asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan B1,B6, dan B12
mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia; bahkan kekurangan B1
dapat

mengakibatkan

terjadinya

wernicke

enchepalopati.

(Runiari,Nengah:2010,11;http://zerich150105. wordpress.com/).
b. Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hiperemesis gravidarum yaitu
ensefalopati wenicke dengan gejala nistagmus, diplopia. Keadaan ini adalah

akibat karena sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks


Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati, ( Mansjoer Arief, 2001 : 260 ).
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hiperemesis gravidarum menurut
Rustam Mochtar (1998), yaitu dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat,
alkalosis, kelaparan, gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan
dan hubungan keluarga, menarik diri dan depresi.
Dengan penanganan yang baik, prognosis akan sangat memuaskan.
Namun pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin,
(Mansjoer Arief, 2001 : 260 ).
c. Penatalaksanaan
Menurut

Nengah

Runai

tahun

2010

penatalaksanaanHiperemis

Gravidarum yaitu:
1. Terapi Cairan
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per
hari.Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik,
seperti Ringer Laktat (RL), atau Normal Salin (NaCl). Bila perlu dapat
ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C.
Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra
vena.Setelah tercapai rehidrasi,maka secara bertahap dapat mulai diberikan
makan dan minum dengan jumlah sedikit tapi sering.
2. Diet
Diet Hiperemesis Gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis,dan secara berangsur akan diberikan
makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Diet Hiperemesis gravidarum
memiliki beberapa syarat,yakni:
a. Karbohidrat tinggi, 75-80 % dari kebutuhan energi total
b. Rendah lemak, < 10% dari kebutuhan energi total

c. Protein sedang, 10-15 % dari kebutuhan energi total


d. Makanan diberikan dalam bentuk kering
e. Pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan klien yaitu 7-10 gelas/ hari
f. Makanan mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan dalam porsi kecil tapi sering
g. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan pada malam hari
h. Pemberian makanan ditingkatkan secara bertahap dalam porsi dan nilai
gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien
Tiga macam diet pada Hiperemesis gravidarum:
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering, singkong bakar/rebus, ubi bakar/rebus dan
buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali
vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam
semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini mencukupi kebutuhan energy dan semua
zat gizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I,II,III adalah:
1) Roti panggang , biscuit,dan crackers
2) Buah segar dan sari buah
3) Sirup dan the hangat

3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan. Berikan
motivasi untuk menghilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang
isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
5. Terminasi/penghentian kehamilan
Pada

sebagian

mengadakan

kecil

kasus

pemeriksaan

keadaan
medik

semakin

dan

memburuk.Usahakan

psikiatri

bila

keadaan

memburuk.Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan


merupakan manifestasi komplikasi organik.Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi
gejala irreversibel pada organ vital.
6. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
seperti Disiklomin, Hidrokhloride atau Khlorpromazin.Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti Dramamin atau Avomin.Jika klien tidak dapat menerima
terapi oral maka dapat diberikan Metoklopramid secara intravena.

E. Pemeriksaan Penunnjang

Ketika seorang wanita datang dengan keluhan mual dan muntah , riwayat
berikut harus dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat
kehamilan atau kondisi patologis lain.
1. Riwayat mual muntah
a. Frekuensi muntah
b. Hubungan muntah dengan asupan makanan (jenis dan jumlah)
c. Riwayat pola makan (jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu
pemberian, dan reaksinya)
d. Riwayat pengobatan (termasuk reaksi obat)
e. Riwayat gangguan makan
f. Riwayat diabetes
g. Pembedahan abdomen sebelumnya.
h. Frekuensi istirahat
i. Kecemasan dalam kehamilan
j. Dukungan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Berat badan (hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
b. Suhu badan, denyut nadi, dan pernafasan
c. Turgor kulit
d. Kelembapan membrane mukosa
e. Kondisi lidah (bengkak, kering, pecah-pecah)
f. Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , dan nyeri tekan.
g. Pengkajian pertumbuhan janin.
3.
Laboratorium
a. Urinalisis

:menentukan

adanya

infeksi

dan/

dehidrasi

meliputi

pemeriksaan keton,albumin dan berat jenis urine. Keton urine : keton


diproduksi ketika lemak dipecah untuk memberikan energi jika asupan
tidak adekuat. Berat jenis urine lebih dari 1,025 : mengindikasikan
konsentrasi urine terkait dengan asupan cairan yang tidak adekuat atau
kehilasngan cairan berlebihan.
b. Pemeriksaan BUN (Blood Urea Nitrogen) : Guna menentukan apakah
protein telah dimetabolisme untuk menghasilkan energi jika asupan tidak
adekuat

untuk memastikan apakah terjadi kerusakan ginjal akibat

hiperemisis berat.
c. Hb (Hemoglobin) dan Ht (Hematokrit) : untuk mengetahui adanya
hemokonsentrasi , yang dihubungkan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat atau kehilangan cairan yang berlebih

d. Bilirubin : untuk

menyingkirkan adanya penyakit hepatic sebagai

penyebab muntah, juga merupakan indicator kelaparan dan kerusakan hati


akibat hiperemesis yang lama.
e. Elektrolit serum (K, Na, Cl) : untuk menentukan apakah adanya gangguan
keseimbangan elektrolit karena kekurangan asupan nutrisi dan kehilangan
asupan hidrolorat atau getah usus alkali dari lambung.
f. Enzim hati (amilase,lipase): untuk menyingkirkan adanya penyakit
hepatic sebagai penyebab muntah untuk mengetahui apakah hati telah
rusak akibat hiperemisis yang lama.
g. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis
4. Radiologis
Pemeriksaan USG dilakukan untuk mendiagnosis penyakit kandung empedu,
hidronefrosis, mola hidatidiformis atau jika ada indikasi gangguan abdomen
akut (Carol J. Green:2012,285; Runiari,Nengah:2010,38)

F. Pencegahan
Prinsip pencegahan yaitu menangani emisis agar tidak terjadi Hiperemesis
Gravidarum, diantaranya yaitu, (Mansjoer Arief, 2001 : 260 ) :
1. Menerangkan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis,
dengan cara memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan biasanya akan hilang setelah
kehamilan berumur 4 bulan.
2. Makan sedikit tapi sering, berikan makanan selingan seperti biskuit, roti
kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari
makanan berminyak dan berbau menyengat
3. Defekasi teratur

G. Pathway

Dx: Gangguan
perfusi jaringan

Vasokontriksi
perifer

Penurunan TD

Deteksirespon
Dx: Intoleransi
aktivitas

Kelemahan
tubuh
Otot melemah

Dx: Deficit volume


cairan dan elektrolit

Dx:
Ketidakseimbanga
nnutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Dx: Mual

Refluks
esophagus
Pengosongan
gaster lambat
Otot polos
gaster relaksasi
Progestreron, H.
estrogen, hCG
I.
Faktor endokrin J.

Deteksi respon
pada jantung

Pusat vasomotor
vasokontriksi

Metabolism
intrasel

Gangguan
keseimbangan
cairan

Penurunan
sensasi kecap

Dehidrasi

Lidahkering

Dx:
Kecemasan

hyperemesis
gravidarum
Aktivasi dan
stimulasi CT2

Masuknya antigen
baru (janin/plasenta)
Faktor psikologi

Hemokonsentrasi

Kehilangan cairan
berlebih

Iritasi asam pada


selaput lender
esofagus
Rangsang
hipotalamus
(medulla oblongata)

COP menurun

Alirandarahke
jaringan
Cairanekstras
elulerdan
plasma

Nafsumakanmen
urun

Aktivitas mekanisme
hemostatik

Faktor
alergi

Ancaman
kehilangan
janin

Aliranbalik
vena kejantung
Na
danClhilangm
elaluimuntah

Dx:
Kurangnya
pengetahuan
Kurangin
formasi

Nyeri pada
epigastrium
Emesis
gravidarum

Faktor predisposisi:
hamil usia muda,
obesitas, factor budaya
pemilihan jenis
makanan

Dx:
Nyeri
Akut
Defisiensi
vitamin B6 dan
penurunan
fungsi hati

Faktor
metabolisme

estrogen

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
No. RM
: 066355
Nama
: Ny. A
Umur
: 38 tahun
Alamat
: Panji Lor
Tanggal
: 16 Mei 2015
2. Keluhan Utama: Muntah berat
3. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
a. Kesehatan sekarang: Ny. A mengeluhkan muntah berat dan tidak mau
makan apapun sejak 13 Mei 2015. Kehamilan ini merupakan
kehamilan kelima Ny. A.
b. Kesehatan masa lalu: Ny.A

tidak memiliki riwayat penyakit

menurun, menahun dan menular. Pernah mengalami keguguran


sebelumnya
c. Riwayat Pembedahan: pasien tidak memiliki riwayat pembedahan
sebelumnya
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien tidak memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat
hipertensi, penyakit degenertif..
5. Riwayat Kehamilan: Ini adalah kehamian kelima Ny. A, anak pertama
berusia 21 tahun lahir di bidan hidup, anak kedua 11 tahun lahir di bidan
hidup,anak ketiga 3 tahun lair di bidan hidup, anak ke 4 keguguran.
6.
Riwayat seksual: pasien tinggal bersama suaminya. Pasien
menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik setiap sebulan.
7. Riwayat pemakaian obat
Ny. A tidak mengonsumsi obat-obatan untuk indikasi penyakit, hanya
mengkonsumsi preparat Fe dan vitamin.
8. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola Nutrisi : sudah 3 hari pasien muntah berat, sehingga pasien tidak
mau makan sama sekali. Setiap hari, pasien mengkonsumsi air kurang

dari 1 gelas, ini menyebebkan pengentalan pada darah pasien saat


dilakukan pengambilan spesimen darah.
b. Pola Istirahat: Pola istirhat pasien tidak banyak terganggu, karena
mual berat hanya dirasakan pada siang hari.
c. Pola Eliminasi: Tidak ada gangguan pada BAB dan BAK pasien,
hanya saja sejak 2 hari pasien tidak BAK.
d. Pola Seksual: Tidak sering melakukan hubungan seksual
e. Pola Psikososial
1) Psikologis : cemas dan takut akan keadaannya dan keadaan
bayinya karena muntah berat yang dialami pasien.
2) Sosial : pasien masih berinteraksi dengan seluruh keluarga dan
tetangga dengan baik.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Warna kulit Sawo matang, turgor kulit buruk >3 detik dan kulit
teras lembek.
b. Rambut
Rambut merata, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, rambut
ikal kasar.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
d. Mata
Konjungtiva pucat, sclera putih.
e. Gigi dan mulut
Mukosa mulut kering, bibir kering, gigi utuh, caries tidak ada.
f. Dada
Simetris kiri kanan, terlihat usaha lebih saat bernafas.
g. Payudara
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran,
putting susu menonjol, tidak ada pelebaran vena sekitar payudara,
colostrum ada, aerola berwarna kehitaman.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus 60 tts/menit
sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada.
i. Abdomen
1). Inspeksi

Tidak ada jejas dan luka daerah perut


2). Palpasi
Konsistensi kulit abdomen lembek,
3). Auskultasi
Dengan menggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin (
156 x/menit.
Genetalia
Pada vulva tidak terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak
ditemukan tanda tanda infeksi tidak keluar cairan pervaginam.
10. Pemeriksaan psikososial
a. Respon dan persepsi keluarga:
Keluarga sangat senang dengan kehamilan Ny. A, namun cemas pada
keadaan Ny. A.
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
Suami Ny. A sangat senang dengan kehamilan Ny. A ini, namun
suami Ny. A sediit cema terhadap kondisi Ny.A dan bayi yang
dikandung Ny.A.

a. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien hiperemesis yaitu:
1. Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih.
2. Mual berhubungan dengan peningkatan hormone progestreron, estrogen,
hCG.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
iritasi asam pada selapaut lender esofagus
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasokontriksi perifer
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasokontriksi perifer

B. Intervensi
No.
1.

Diagnosa Keperawatan
Deficit

volume

cairan

berhubungan

dengan

kehilangan cairan berlebih


yang ditandai dengan klien
mengatakan cepat merasa
haus,

mukosa/kulit

Intervensi

NOC:
Fluid balance

NIC :
1.

yang akurat

Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Pertahankan catatan intake dan output

2.

Monitor status hidrasi (kelembaban

turgor

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

membran

membran

selama 3x24 jam defisit volume cairan

tekanan darah ortostatik)

penurunan

kulit/lidah,

Tujuan dan Kriteria

kering,

teratasi dengan kriteria hasil:

peningkatan denyut nadi, Mempertahankan urine output sesuai


penurunan tekanan darah,
dengan usia dan BB, BJ urine normal
penurunan volume/tekanan Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
nadi,
pengisian
vena
batas normal
menurun, perubahan status
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
mental, konsentrasi urine
turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
meningkat,
temperatur
tidak ada rasa haus yang berlebihan
tubuh
meningkat,

3.

mukosa,

nadi

adekuat,

Monitor hasil lab yang sesuai dengan


retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas
urin, albumin, total protein )

4.

Monitor vital sign setiap 15menit 1


jam

5.

Monitor intake dan urin output setiap 8


jam

6.

Monitor status nutrisi

7.

Berikan cairan oral

kehilangan

berat

badan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik

8.

secara tiba-tiba, penurunan Jumlah dan irama pernapasan dalam batas


output urine

normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal

output (50 100cc/jam)


9.

RL atau NaCl

Intake oral dan intravena adekuat


Mual berhubungan dengan
NOC:
peningkatan

hormone

progestreron,

estrogen,

hCG yang ditandai dengan


klien mengatakan merasa

Hidrasil
Nutritional Status

mual dan sakit perut ketika


ingin makan, lidah kering

selama 2x24 jam diharapkan mual klien

dan tampak kotor, wajah

teratasi dengan kriteria hasil:

BB turun, akral dingin,


nyeri pada epigastrik

NIC :
Fluid Management

Comfort level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

cemas dan pucat, pusing,

Pasang kateter jika perlu

10. Kolaborasi pemberian cairan IV line

pH urin dalam batas normal


2.

Berikan penggantian nasogatrik sesuai

Melaporkan bebas dari mual

1.
akurat
2.

Monitor status nutrisi

3.

Monitor

Nutrisi adekuat

status

hidrasi

(Kelembaban membran mukosa, vital


sign adekuat)
4.

Ajarkan untuk menggunakan


napas dalam untuk menekan reflek mual

Mengidentifikasi hal-hal yang mengurangi


mual

Catat intake output secara

5.

Batasi

minum

jam

sebelum dan 1 jam sesudah dan selama


makan

Status

hidrasi:

hidrasi

kulit

membran 6.

Instruksikan

mukosa baik, tidak ada rasa haus yang

menghindari

abnormal, panas, urin output normal

menyengat
7.

bau

Berikan

untuk

makanan
terapi

yang

IV kalau

perlu
8.
3.

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang

dari

kebutuhan

tubuh berhubungan dengan


iritasi asam pada selapaut
lender
ditandai

esofagus

yang

dengan

klien

mengatakan

sulit

NOC:

Kolaborasi pemberian anti


emetik sesuai indikasi
NIC

Nutritional status: Adequacy of nutrient

1. Kaji adanya alergi makanan

Nutritional Status : food and Fluid Intake

2. Monitor adanya penurunan BB dan gula

Weight Control

untuk

makan dan ketika makan


terasa mual dan muntah,
Lipatan kulit tricep > 25

mm untuk wanita,BB 20 %

di atas ideal untuk tinggi

darah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Anjurkan diet mengandung tinggi serat


untuk mencegah konstipasi
selama 3x24 jam nutrisi kurang teratasi
dengan kreteria:

4. Ajarkan

kliendan

keluarga

cara

membuat catatan makanan harian


Albumin serum
Pre albumin serum

5. Jadwalkan pengobatan

dan tindakan

selama jam makan

Hematokrit

6. Monitor turgor kulit

Hemoglobin

7. Monitor kekeringan, rambut kusam,

dan kerangka tubuh ideal, Jumlah limfosit


penurunan

turgor

kulit/lidah,

membran

mukosa/kulit

kering,

peningkatan denyut nadi

total protein, Hb dan kadar Ht


8. Monitor mual dan muntah
9. Monitor

pucat,

kemerahan,

dan

kekeringan jaringan konjungtiva


10. Monitor intake nuntrisi
11. Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
12. Anjurkan banyak minum
13. Pertahankan terapi IV line
14. Catat

adanya

edema,

hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas oval


15. Kolaborasi

dengan

dokter

tentang

kebutuhan suplemen makanan seperti


NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan
16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien

DAFTAR PUSTAKA

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika


Geri, morgan. 2009. Obsteri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti,
Etsu Tiar.
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.
Manuaba. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta.
EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT bina pustaka.
Prawiroharjo, Sarwono. 2013. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta: Bina Pustaka
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
Sukarni Iscemi K. 2013. Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta: Salemba Medika
Wilkinson, M. Judith. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis
Nanda, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta : EGC.
Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai