Dosen Pembimbing :
Oleh :
LAILATUL HIKMAH
NIM : 7316036
1.1 Definisi
Partus prematur atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya
kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi servix serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. Partus Prematurus Imminens
adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20 – 37 minggu dihitung
dari hari pertama menstuasi terakhir (HPMT) (ACOG, 1995). Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37 minggu atau kurang.
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan
sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (Nugroho,
2016). Partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat badan lahir antara 500-2499 gram (Rukiyah, et. Al, 2010).
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan yaitu Partus Prematur
adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda
persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat
badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
1.4 Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani
jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini.
Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran
darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur. Akibat
dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada
kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan
mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat
kehamilan.
1.5 Pathway Of Nursing Problem (PNP)
Partus Prematur
Insisi Abdomen
Penggunaan alat Kontraksi uterus
bantu pernafasan
Kerusakan Jaringan
prostaglandin
Perubahan kondisi
bayi
Resiko Infeksi Dilatasi serviks
Kurang pengetahuan
tentang kondisi Kehilangan energy
berlebih
Stres psikolgi
Intolerasi Aktivitas
Ansietas
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500
gram)
2. Tes nitrazin : menentukan KPD
3. Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan
adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi
amniotik
4. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.
1.8 Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang
terjadi pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat
menyebabkan infeksi endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan
lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur
memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan,
sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada
persalinan prematuritas adalah :
2. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
3. Gangguan respirasi
4. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
5. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding
bayi aterm
6. Cerebral palsy
7. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum
aterm).
KONSEP KEPERAWATAN
Hamil UK Komp jenis penolong tempat komplikasi sex Bb/tb h/m t/g umur Lac K kom
likasi B plik
ke
asi
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi
pernafasan yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Moro
1) Reflek menghisap (refleks rooting)
2) Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
3) Refleks leher (tonic neck reflex)
4) Refleks mencari (rooting reflex)
5) Refleks moro (moro reflex)
6) Babinski Reflex .
7) Swallowing Reflex.
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi : pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 – 2500 gram)
2. Tesnitrazin : menentukan KPD
3. Jumlah sel darah putih : jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan
adanya infeksi amniosintesis yaitu radio lesiten terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidi gliserol (PG) untuk maturitas paru janin atau infeksi amniotik.
4. Pemantauan elektronik : Memfalidasi aktifitas uterus/status janin.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten dan mengatasinya (Indriyani, 2011). Diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada Partus Prematur antara lain :
1. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan d.d luka insisi pada
abdomen
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan luka bekas operasi pada abdomen d.d
dilatasi serviks
3. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis proses menghadapi persalinan d.d
persalinan prematur dan neonatus berpotensi lahir prematur
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d kehilangan energi berlebih .
C. Rencana Intervensi
N Diagnosa SIKI
Tujuan SLKI
o
1 Resiko setelah Tingkat InfeksiPencegahan infeksi
tinggi dilakukan 1. Kebersihan 1) Monitor tanda dan gejala
infeksi tindakan tangan infeksi local dan sistemik
keperawata 2. Kebersihan 2) Batasi jumlah pengunjung
n selama 2 x badan 3) Berikan kulit pada area
24 jam 3. Nafsu makan edema
diharapkan 4. Demam 4) Cuci tangan dengan benar
tidak ada 5. Nyeri 5) Pertahankan teknik aseptic
tanda-tanda 6. Bengkak pada pasien beresiko tinggi
infeksi pada7. Tingkat kognitif
6) Ajarkan cara memeriksa
pasien. kondisi luka atau luka
operasi
7) Kolaborasi pemberian agen
mekanis atau formakologis
2 Nyeri Setelah Kontrol Nyeri : Manjemen nyeri:
melahirka dilakukan 1. Melaporkan 1) Monitor tanda-tanda vital
n tindakan nyeri terkontrol 2) Identifikasi lokasi,
keperawatan meningkat karakteristik, durasi,
selama 2 x 24 2. Kemampuan frekuensi, kualitas,
jam mengenali onset intensitas nyeri (PQRST)
diharapkan nyeri meningkat 3) Anjurkan memonitor nyeri
nyeri 3. Kemampuan secara mandiri
berkurang / mengenali 4) Untuk melakukan
nyeri hilang. penyebab nyeri persalinan normal pada
meningkat kala II, ada 58 langkah
4. Kemampuan asuhan persalinan normal
menggunakan 5) Identifiaksi pengetahuan
teknik non- dan keyakinan tentang
farmakologis nyeri
meningkat 6) Monitor keberhasilan
5. Dukungan terapi komplementer yang
orang terdekat sudah diberikan
meningkat 7) Monitor efek samping
Status Inpartu : penggunaan analgesic
1. Koping 8) Berikan tehnik non
terhadap farmakologis untuk
ketidaknyamana mrngurangi rasa nyeri
n persalinan 9) Kontrol lingkungan yang
meningkat memperberat rasa nyeri
2. Memanfaatkan 10) Fasilitas istirahat dan tidur
teknik untuk 11) Jelaskan penyebab,
memfasilitasi periode dan pemicu nyeri
persalinan 12) Jelaskan strategi
meningkat meredakan nyeri
3. Dilatasi serviks 13) Anjurkan monitor
meningkat meredakan nyeri secara
4. Perdarahan mandiri
vagina menurun 14) Kolaborasi pemeberian
5. Frekuensi analalgesik jiak perlu
kontraksi uterus
membaik
6. Periode
kontraksi uterus
membaik
7. Intensitas
kontraksi uterus
membaik
8. Tekanan darah,
frekuensi nadi,
dan suhu
membaik.
3 Ansietas Selama di Tingkat Ansietas Reduksi ansietas :
lakukan 1. Verbalisasi 1. Identifikasi saat ansietas
tindakan kebingungan berubah
keperawatan 2. Verbalisasi 2. Monitot tanda-tanda
selama 1x khawatir akibat ansietas
shift kondisi yang 3. Gunakan pendekatan yang
diharapkan dihadapi menenangkan
klien tidak 3. Perilaku gelisah 4. Jelaskan semua prosedur
4. Perilaku tegang dan apa yang dirasakan
mengalami
selama prosedur
kecemasan
5. Latih teknik relaksasi
6. Kolaborasi pemberian obat
ansietas
4 Intoleransi Setelah 1. Frekuensi nadi Managemen Energi :
Aktiviitas. dilakukan menurun 1) Identifikasi gangguan
tindakan fungsi tubuh yang
keperawwwat 2. Keluhan lelah mengakibatkan kelelahan
an selama 1 x menurun 2) Monitor kelelahan fisik
24 30 menit 3. Dipsneu saat dan emosional
di harapkan aktivitas 3) Lakukan latihan rentang
energy gerak pasif dan atau aktif
tercukupi 4. Tekanan darah 4) Anjurkan tirah baring
serta dapat membaik 5) Kolaborasi dengan ahli gizi
melakukann 5. Sianosis tentang cara meningkatkan
aktivitas menurun asupan makanan
sehati-hari
DAFTAR PUSTAKA
SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: PPNI.
SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI.