PERSALINAN PRETERM
Oleh :
Istiqa Dwi Pertiwi 1840312435
Preseptor :
dr. Pasca Alfajra, Sp.OG (K)
0
BAB I
PENDAHLUAN
Di Amerika Serikat pada tahun 2005, 28.384 bayi meninggal pada tahun
pertama kehidupan mereka, kelahiran kurang bulan terkait dengan dua per tiga
1
kematian ini. Angka kelahiran kurang bulan pernah menjadi penyumbang terbesar
kematian bayi di Amerika Serikat. Berbagai jenis morbiditas terutama
dikarenakan sistem organ yang imatur secara signifikan meningkat pada bayi yang
lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu dibandingkan dengan bayi yang lahir
aterm.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
3
Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada
kematian perinatal, melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan
kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka
pendek yang sering terjadi adalah : RDS (Respiratory Distress Syndrome),
perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), displasi
bronko-pulmonar, sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka
panjang sering berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati,
retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral. Dengan melihat
permasalahan yang dapat terjadi pada bayi prematur, maka menunda persalinan
preterm, bila mungkin, masih tetap memberi suatu keuntungan. 5
1. Persalinan atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau bayi
dilahirkan dengan persalinan sesar.
2. Persalinan kurang bulan spontan tak terjelaskan dengan selaput ketuban utuh.
4
rahim dan perubahan serviks, yaitu aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-
adrenal baik pada ibu maupun janin, akibat stress pada ibu ataupun janin,
inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi ascenden dari traktus
genitourinari atau infeksi sistemik, perdarahan desidua, peregangan uterus
patologik, kelainan pada uterus atau serviks. Dengan demikian, untuk
memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan preterm harus dicermati
beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan
prematur.1
5
withdrawal progesteron menjelaskan bahwa semakin mendekati proses
persalinan sumbu adrenal janin menjadi lebih sensitif terhadap
adrenokortikotropik sehingga meningkatkan sekeresi kortisol. Kortisol janin
merangsang aktivitas 17-α hidroksidase plasenta sehingga mengurangi sekresi
progesteron dan meningkatkan produksi estrogen. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan pembentukan prostaglandin yang memicu persalinan preterm.7
6
Gambar 1. Tempat potensial terjadinya infeksi bakteri intrauterin.9
7
Organisme ini mencapai uterus dapat melalui plasenta dari sirkulasi atau
mungkin dengan kontak oral genital. Meskipun demikian, kebanyakan bakteria
yang ditemukan dalam uterus dalam hubungannya dengan persalinan prematur
berasal dari vagina. Bakteri dari vagina menyebar secara ascendens pertama
kali ke dalam ruang koriodesidua. Pada beberapa wanita, organisme ini
melewati membran korioamniotik yang intak ke dalam cairan amnion, dan
beberapa fetus akhirnya menjadi terinfeksi.9
Terdapat jalur lain yang memiliki peranan yang hampir sama. Sebagai
contoh, prostaglandin dehydrogenase dalam jaringan korionik menginaktivasi
prostaglandin yang dihasilkan dalam amnion yang mencegahnya mencapai
miometrium dan menyebabkan kontraksi. Infeksi korionik yang menurunkan
aktivitas dehidrogenase ini menyebabkan peningkatan kuantitas prostaglandin
untuk mencapai miometrium.3
8
kortikotropin janin, yang kemudian meningkatkan produksi kortisol adrenal
fetus. Sekresi kortisol yang tinggi menyebabkan meningkatnya produksi
prostaglandin. Contoh lain yaitu ketika fetus itu sendiri terinfeksi, produksi
sitokin fetus meningkat dan waktu untuk persalinan jelas berkurang. Namun,
kontribusi relatif kompartemen maternal dan fetal terhadap respon peradangan
keseluruhan tidak diketahui.3
9
plasma ibu. Menurut Hobel dkk, dibandingkan dengan wanita yang melahirkan
aterm, wanita yang preterm memiliki kadar CRH yang meningkat signifikan
dengan mempercepat peningkatan kadar CRH selama kehamilan.3
Pada persalinan preterm aksis HPA ibu dapat mendorong ekspresi CRH
plasenta. CRH plasenta menstimulasi janin untuk mensekresi kortisol dan
dehydroepiandrosterone synthase (DHEA-S) melalui aktivasi aksis HPA janin
dan menstimulasi plasenta untuk mensisntesis estriol dan prostaglandin,
sehingga mempercepat persalinan preterm.3
2.4 Diagnosis
a. Anamnesis
10
1. Faktor resiko mayor :
a. Kehamilan multipel
b. Polihidramniom
c. Anomali uterus
b. Riwayat pyelonefritis
c. Merokok
d. Riwayat abortus
b. Gejala Klinis
11
Sering terjadi kesulitan dalam diagnosis ancaman persalinan
preterm. Differensiasi dini antara false labor dengan persalinan sebenarnya
sulit ditentukan sebelum adanya pendataran dan dilatasi serviks. Kontraksi
uterus sendiri sulit dibedakan karena adanya kontraksi braxtons hicks.
Kontraksi ini digambarkan sebagai kontraksi yang tidak teratur, tidak
ritmis, tidak begitu sakit atau tidak sakit sama sekali, namun dapat
menimbulkan keraguan besar dalam diagnosis persalinan preterm. Tidak
jarang wanita yang melahirkan sebelum aterm memiliki kontraksi yang
mirip dengan braxtons hicks yang mengarahkan ke diagnosis yang salah,
yaitu persalinan palsu.
a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau 140 dan 259 hari.
b. Kontraksi uterus (his) yang teratur yaitu berulang 7-8 kali atau 2-3 kali
dalam 10 menit.
12
b. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm.
c. Perubahan serviks
- Dilatasi serviks
- Panjang serviks
- Inkompetensia Serviks
13
pasien yang berisiko, untuk diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik
terhadap persalinan preterm serta pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga
tindakan pencegahan dapat segera dilakukan. Pemeriksaan serviks tidak lazim
dilakukan pada kunjungan antenatal, sebenarnya pemeriksaan tersebut
mempunyai manfaat cukup besar dalam meramalkan terjadinya persalinan
preterm. Bila dijumpai serviks pendek (< 1 cm) disertai dengan pembukaan yang
merupakan tanda serviks matang/inkompetensi serviks, mempunyai risiko
terjadinya persalinan preterm 3 – 4 kali..1
- Indikator klinik
- Indikator laboratorik
- Indikator biokimia
Sitokin Inflamasi : seperti IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α telah diteliti
sebagai mediator yang mungkin berperan dalam sintesis prostaglandin
14
Isoferitin plasenta : pada keadaan normal (tidak hamil) kadar isoferitin
sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama
kehamilan dan mencapai puncak pada trimester akhir. Penurunan kadar
dalam serum akan berisiko terjadinya persalinan preterm
2.5 Penatalaksanaan
c. Pemberian tokolitik
15
c. Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap.
d. Optimalisasi personel.
a. Nifedipin
b. Magnesium sulfat
16
efek sampingnya terhadap ibu, janin dan neonatus biasanya sedikit dan
tidaklah serius atau merusak.10
c. Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah
ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol and hexoprenaline.
Contoh: Ritodrin (Yutopar) Dosis: 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%.
Dimulai dengan 10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit
sampai kontraksi uterus hilang. Infus harus dilanjutkan 12 — 48 jam setelah
kontraksi hilang. Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan satu tablet (10
mg) setiap 8 jam setelah makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung
janin harus dimonitor selama pengobatan.10
d. Progesteron
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 rng per oral setiap 6 jam untuk 8
kali pemberian. Jika pemberian lebih dari dua hari,dapat rnenimbulkan
oligohidramnion akibat penurunan renal blood flow janin. Indometasin
direkomendasikan pada kehamilan >32 minggu karena dapat mempercepat
penutupan ductus arteriosus.6
d. Pemberian Steroid
17
mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam 1 - 7 hari
pemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat. Apabila tidak terdapat
betametason, dapat diberikan deksametason dengan dosis 2 x 5 mg intramuskuler
per hari selama 2 hari.6
e. Antibiotika
f. Emergency cerclage
g. Perencanaan Persalinan
2.6 Komplikasi
18
Pada ibu setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering
terjadi sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyenbuhan luka
episiotomi.3
Masalah – masalah utama jangka pendek dan jangka panjang pada berat badan bayi
sangat rendah
19
Endokrinologi Hipoglikemia, kadar tiroksin Kelemahan regulasi glukosa,
rendah sementara, defisiensi peningkatan resistensi insulin
kortisol
2.7 Pencegahan
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
20
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko pada wanita yang
diketahui memiliki faktor resiko mengalami persalinan preterm. Bentuk
pencegahan sekunder antara lain, :
- Pemberian progesteron.3
BAB III
KESIMPULAN
1. Persalinan atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau bayi
dilahirkan dengan persalinan sesar.
21
2. Persalinan kurang bulan spontan tak terjelaskan dengan selaput ketuban
utuh.(40-45%)
Komplikasi dari persalinan prematur pada ibu yang sering adalah infeksi
pada endometrium dan pada bayi melibatkan beberapa organ. Oleh karena itu,
diperlukan pencegahan primer dan sekunder pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2010.
8. Louis J. The Enigma of Spontaneus Preterm Birth. The New England Journal
of Medicine. 2010. http://nejm0904308-spontaenus-preterm-birtf-pdf.
10. Kesuma, Hadrians dr. Obat – Obat Tokolitik dalam Bidang Kebidanan.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Sriwijaya. RSUP Moh.
Hoesin Palembang. 2007.
http://digilib.unsri.ac.id/download/obat%20tokolitik.pdf.
23