Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktu melahirkan (Depkes, FKUI, 2008)
Ketuban pecah dini (KPD) yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Pada kehamilan aterm atau kehamilan lebih dari 37 minggu
sebanyak 8-10% ibu hamil akan mengalami KPD, dan pada kehamilan preterm
atau kehamilan kurang dari 37 minggu sebanyak 1% ibu hamil akan
mengalami KPD. KPD dapat menyebabkan infeksi yang dapat meningkatkan
kematian ibu dan anak apabila periode laten terlalu lama dan ketuban sudah
pecah. KPD pada ibu hamil primi jika pembukaan kurang dari 3 cm dan kurang
dari 5 cm pada ibu hamil multipara. Penyebab KPD masih belum jelas akan
tetapi KPD ada hubungannya dengan hipermotilitas rahim yang sudah lama,
selaput ketuban tipis, infeksi, multipara, disproporsi, serviks inkompeten, dan
lain-lain. (Mochtar, 2011.)
Kejadian KPD di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per
tahun dan berkaitan dengan risiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan
ibu, janin, dan neonatal. Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan
preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu
minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas
perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini merupakan salah
satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30-40%.(Sualman K, 2019)
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kematian
ibu dan neonatus di Indonesia pada tahun 2015 masing-masing ialah 305 per
100.000 kelahiran hidup dan 32 per 1.000 kelahiran hidup. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2018) Salah satu penyebab mortalitas ibu dan
neonatus adalah kejadian ketuban pecah dini. Hingga saat ini belum ada data
yang dapat menunjukkan secara pasti angka kejadian KPD secara nasional
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metode penelitian
Jurnal 1:Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian deskriptif
kuantitatif menggunakan pendekatan Retrospektif yaitu penelitian
yang pendekatannya melihat kebelakang, dengan seperti itu
pengumpulan data yang dilakukan dimulai dari akibat tertentu yang
telah terjadi, data didapatkan dari rekam medis pasien atau data
sekunder
Jurnal 2: Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Cross Sectional,
karena kejadian ketuban pecah dini berdasarkan paritas hanya
dilakukan observasi sekaligus dalam waktu yang sama selama
penelitian. Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik observasional cross sectional, dimana
populasinya adalah seluruh ibu bersalin di VK Puskesmas Jagir
Surabaya tahun 2011
Jurnal 3: Jenis penelitian ini ialah deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ini
ialah ibu bersalin yang mengalami KPD pada usia kehamilan <37
minggu dan ≥37 minggu di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou periode 1
Januari-31 Desember 2018. Variabel penelitian ini terdiri dari usia
ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, lamanya ketuban pecah, usia
kehamilan, jenis persalinan, dan luaran perinatal.
E. Metode Analisis Menggunakan PICO
1. Problem
Jurnal 1:
Kehamilan yang terlalu sering dapat memengaruhi embriogenesis,
selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan
semakin banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion karena
rusaknya struktur servik pada persalinan sebelumnya. Saat mendekati
persalinan terjadi peningkatan matrix metalloproteinase yang cenderung
menyebabkan KPD dan pada trimester akhir akan menyebabkan selaput
ketuban mudah pecah dikarenakan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan
gerakan janin. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tua umur
kehamilan akan mengakibatkan pembukaan serviks dan peregangan selaput
ketuban yang berpengaruh terhadap selaput ketuban sehingga semakin
melemah dan mudah pecah. Over distensi dapat menyebabkan terjadinya
KPD karena distensi uterus atau over distensi yang membuat rahim lebih
besar sehingga selaput ketuban lebih tipis dan mudah pecah. Kelainan letak
pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena kelainan letak dapat
memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat sehingga dapat
menyebabkan KPD
Jurnal 2:
Usia kurang dari 20 tahun merupakan usia menunda kehamilan, dimana
organ-organ reproduksinya belum berfungsi secara maksimal, jalan lahir
belum bisa menyanggah bagian yang ada didalamnya secara sempurna.
Organ reproduksi yang belum maksimal mengakibatkan kurang
terbentuknya jaringan ikat dan vaskularisasi yang belum sempurna sehingga
membentuk selaput ketuban yang tipis dan tidak kuat yang dapat memicu
terjadinya ketuban pecah dini. ketuban pecah dini merupakan masalah
penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu
Jurnal 3:
KPD terbanyak berada pada ibu dengan usia 20-24 tahun Umumnya,
ibu dengan pendidikan rendah kurang memiliki pengetahuan akan
perawatan kehamilannya, baik dari segi nutrisi, aktifitas, personal higiene,
kontrol kehamilan pada tenaga kesehatan, faktor-faktor risiko kehamilan,
serta tindakan pertama yang dilakukan sehubungan dengan tanda-tanda
bahaya kehamilan maupun persalinan Terjadinya KPD pada persalinan
prematur dihubungkan dengan berat badan janin yang kecil. Semakin kecil
berat badan janin, semakin besar kemungkinan morbiditas dan mortalitas
sehingga tindakan terminasi memerlukan pertimbangan keluarga. Presentasi
janin seperti letak lintang atau bokong dan gawat janin juga merupakan
penunjuk untuk melakukan terminasi kehamilan.
2. Intervensi
Jurnal 1:
Jurnal 2:
Hal ini dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana karena
sebagian kehamilan dengan paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
Dengan program keluarga berencana ibu multipara dapat dicegah agar tidak
terjadi kehamilan grandemulti. Sehingga resko terjadinya komplikasi pada
kehamilan, persalinan dan nifas dapat dikurangi. Asuhan kehamilan dan
persalinan yang baik juga dibutuhkan, misalnya memberikan kumunikasi,
informasi, dan edukasi saat antenatal care yang meliputi persiapan
persalinan, proses persalinan dan pendamping saat bersalin.
Jurnal 3:
3. Comparison
Dari ketiga jurnal mengatakan ketuban pecah dini terbanyak pada ibu
usia 20-24 tahun. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih
berisiko mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh
yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan
4. Outcome
Jurnal 1:
Jurnal 2:
Jurnal 3:

Anda mungkin juga menyukai