Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”E” GII P1001 Ab000 UK 39 MINGGU


TUNGGAL HIDUP INPARTU KALA 1

FASE AKTIF DENGAN LETAK SUNGSANG

DI RSUD dr. MOHAMMAD SALEH

KOTA PROBOLINGGO

Disusun oleh :

FITRIYAH RAHMAWATI, AMd.Keb

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan
karuniaNya, saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Kebidanan Persalinan
Patologis di RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo untuk memenuhi target dalam mengajukan
daftar Usulan Kenaikan Pangkat periode Oktober tahun 2021. Makalah ini dimaksudkan sebagai
tugas individu. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca
khususnya bagi penulis sendiri. Saya menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dari tim penilai.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga makalah ini dapat selesai.

13 Januari 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu
negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini digunakan untuk memonitor dan
mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan
Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian dan anak yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 Angka Kematian Bayi
Sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2012 yaitu sebesar 32
kematian per 1.000 kelahiran hidup. Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan
kematian neonatus. Asfiksia neonatorum dapat disebabkan beberapa faktor, di antaranya adalah
Ketuban Pecah Dini (KPD), Kehamilan lewat waktu, berat janin tidak sesuai masa kehamilan,
letak sungsang, kelahiran kurang bulan, partus lama, dan air ketuban berampur mekonium
(Kosim dkk., 2014). Komplikasi yang dapat terjadi karena asfiksia antara lain hipoksia,
hiperkapnia dan asidosis metabolik.4

Ketuban pecah dini saat preterm (usia kehamilan < 37 minggu) kejadiannya 2-4% dari
kehamilan tunggal dan 7-10% dari kehamilan kembar. Ketuban pecah dini saat aterm (usia
kehamilan > 37 minggu) kejadiannya 8-10% dari semua persalinan (Yeyeh, 2010). Kejadian
ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua pesalinan sedangkan pada umur kehamilan
kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu
kasus obstetri yang menjadi penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD prematur adalah
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 1 jam sebelum waktunya melahirkan.3,6

Letak Sungsang 3-4% pada kehamilan tunggal pada umur cukup bulan dan presentasi
bokong merupakan presentasi yang sering dijumpai. Sebelum kehamilan 28 minggu letak
sungsang meningkat antara 25-30% dan sebagian besar pada usia kehamilan 34 minggu akan

3
berputar dan menjadi letak normal. Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi
merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).3,6

Kasus ini melaporkan wanita dengan G4P2002A1 uk 40-41 minggu tunggal hidup
inpartu kala 2 dengan KPD dan Letak Sungsang. KPD dan letak suangsang merupakan 2 hal
yang saling terkait, karena terkjadinya KPD diakibatkan oleh adanya kelainan letak, dan dalam
kasus ini KPD dikarenakan oleh letak sungsang. Pentingnya manajemen pada kasus ini untuk
menghindari komplikasi infeksi pada ibu dan janin akibat KPD dan manajemen letak sungsang
yang tepat akan dapat menyelamatkan nyawa dari ibu dan janin.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketuban Pecah Dini

2.1.1 Definisi

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan
dan ditunggu selama satu jam belum ditemukannya tanda-tanda inpartu. Keluarnya
cairan seperti air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan pretem sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm.3

Bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan ≥ 37 minggu disebut sebagai ketuban
pecah dini prematur. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Dalam
keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.6

2.1.2 Etiologi

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban.


2. Inkompetensi serviks.
3. Overdistensi Uterus.
4. Kelainan Letak Janin.
5. Paritas.
6. Trauma.
7. Usia ibu yang kurang dari 20 tahun.
8. Usia Kehamilan3

5
2.1.3 Mekanisme Ketuban Pecah Dini

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimiawi yang


terjadi dalam kolagen matriks ekstra seluler amnion, korion, dan apoptosis membran
janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator prostaglandin,sitokinin dan
protein hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme”.

Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan karena kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan
karena seluruh selaput ketuban rapuh.

Keidakseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks dalam hal


ini struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah, dan karena kolagen juga merupakan struktur matriks ekstraseluler dari selaput
ketuban, adanya proses biokimiawi ini menyebabkan selaput ketuban mudah untuk
pecah.

Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah

 Berkurangnya asam askorbik (vitamin c) yang merupakan komponen sintesis


kolagen
 Kekurangan tembaga dan asam askorbik berakibat pertumbuhan struktur abnormal
karena antara lain merkok.

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang


dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.

Mendekati waktu persalinan,keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah


pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis
dimana terjadi peningkatan MMP,cenderung terjadi ketuban pecah dini.

6
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trisemester ketiga
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya
dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trisemester
terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan
premature di sebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina naik keatas ke dalam uterus. Ketuban pecah dini prematur sering
terjadi pada polihidramnion,inkompeten serviks dan solusio plasenta.6

Selain itu menurut taylor, Faktor yang menyebabkan pecahnya selaput ketuban
ada hubungannya dengan adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum
ketuban pecah, kelainan ketuban yaitu selaput ketuban terlalu tipis, faktor presdiposisi
seperti multipara, malposisi, disproporsi, serviks inkompetensi dan ketuban pecah dini
artifisial. menyebabkan kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi dalam selaput
ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.3

2.1.4. Diagnosis KPD

Tentukan pecahnya selaput ketuban,dengan adanya cairan ketuban divagina. Jika


tidak ada maka dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan. Penetuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan test laksmus (nitrazin test) akan merubah kertas lakmus merah menjadi biru.
Tentukan usia kehamilan,bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan adanya atau
tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 oC serta air
ketuban keruh dan berbau, leukosit darah > 15.000/mm 3. Janin yang mengalami
takikardi saat pemeriksaan NST, mungkin mengalami infeksi intrauterine. Tentukan
tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).6

7
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah
atau belum, apabila pembukaan kanalis serviks belum ada atau kecil, cara
menentukannya :

1. Adanya cairan berisi dan mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo dan
kadang-kadang berbau kalau sudah infeksi.
2. Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah air ketuban keluar dari kanalis
servikalis dan bagian yang sudah pecah.
3. Lakmus (Limus)
a. Jadi biru (basa) berarti air ketuban
b. Jadi merah (asam) berarti air kemih (urine)
4. Pemeriksaan Ph forniks posterior, pada PROM atau KPD Ph adalah basa (air
ketuban)
5. Pemeriksaan histopatologi air (ketuban)
6. Abrization dan sitologi air ketuban.3

Tabel 1. Bishop Score untuk menentukan pematangan serviks

8
2.1.5. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Memastikan diagnosis
 Tentukan umur kehamilan
 Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin.
 Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin.

Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.

Diagnosis ketuban pecah dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan
ketuban keluar dari cavum uteri. Pemeriksaan PH vagina perempuan hamil sekitar 4,5;
bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik alkalin akan menaikkan pH
vagina.

Dengan pemeriksaan USG adanya ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit
untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar,pasien
dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan kala
aktif,korioamnionitis,gawat janin,persalinan diterminasi. Bila keruban pecah dini pada
kehamilan premaur, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum
penatalkasanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada
resiko infeksi dan gawat janin,penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.6

2.1.5.1. Penganan Konservatif

Rawat dirumah sakit, diberikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg


atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin, dan metronidazole 2x500 mg
selama 7 hari). Jika UK < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Jika UK 32-37 minggu,
belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative maka diberikan
deksametason, observasi tanda-tanda nfeksi, dan kesejahteraan janin.

9
Terminasi saat UK 37 minggu. Jika UK 32-37 minggu sudah ada tanda
inpartu,tidak ada infeksi,berikan tokolitik, deksametason dan induksi sesudah
24 jam. Jika UK 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi segera,nilai tanda-tanda (suhu,leukosit, tanda infeksi intrauterine).
Pada UK 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
(surfaktan paru) tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4x.6

2.1.5.2 Penanganan Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal dilakukan


SC. Dapat pula diberikan misoprostol 25 ᶙg-50 ᶙg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4x. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dossis tinggi dan
terminasi kehamilan.

 Bila score pelvik < 5,lakukan pematangan serviks,kemudian induksi. Jika


tidak berhasil,akhiri persalinan dengan SC.
 Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.6

2.1.6 Komplikasi KPD

Kompliaksi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada UK. Dapat
terjadi ifeksi maternal ataupun neonatal,persalinan premature, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC atau gagalnya
persalinan normal.

 Persalian Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu terjadi dalam 1 minggu.

10
 Infeksi
Infeksi maternal dan neonatal meningkat pada KPD. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia,omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada umum insiden
infeksi skunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
 Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia dan hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramnion,semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
 Sindrom Deformitas Janin
KPD yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,serta hoipoplasi pulmonar.6

2.2. Letak Sungsang

2.2.1 Definisi Letak Sungsang

Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim
dengan kepala berada di fundus dan bokong di bawah. Persalinan pada bayi dengan
presentasi sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala
berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di
bagian pintu atas panggul. Pada letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian
yang makin lama makin besar,dimulai dari lahirnya bokong, bahu kemudian
kepala.Pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, sebagian besar janin ditemukan dalam
presentasi kepala. Pada presentasi bokong, baik ibu dan janin mengalami peningkatan
risiko yang besar dibandingkan dengan presentasi kepala. Persalinan letak sungsang
dengan prematuritas memiliki morbiditas dan mortalitas lebih tinggi.1

2.2.2 Etiologi Letak Sungsang

Letak janin tergantung pada proses adaptasinya didalam rahim. Jadi tidak perlu
khawatir jika posisi sungsang terjadi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu.
Pada usia kehamilan ini, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin
11
masih dapat bergerak bebas. Dari posisi sungsang berputar menjadi posisi melintang
lalu berputar lagi sehingga posisi kepala dibagian bawah rahim. Sehingga frekuensi
letak sungsang menjadi lebih tinggi pada kehamilan beluh cukup bulan.Memasuki
usia kehamilan 37 minggu ke atas, letak sungsang sudah sulit untuk berubah karena
bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul. Tetapi seharusnya di
trimester ketiga, bokong janin dengan tungkai terlipat yang ukurannya lebih
besar dari kepala janin akan menempati ruangan yang lebih besar yaitu dibagian atas
rahim (fundus uteri), sedangkan kepala menempati ruangan yang lebih kecil,
disegmen bawah rahim ibu. Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin
maupun faktor ibu.
a. Dari faktor janin, antara lain :
 Gemeli (kehamilan ganda)
Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga
menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari
tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh
yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
 Hidramion (kembar air)
Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc) sehingga
hal ini bisa menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah
memasuki trimester ketiga.
 Hidrocepalus
Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar
dan tidak dapat berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering
ditemukan dalam letak sungsang.

b. Dari Faktor Ibu, diantaranya :


 Plasenta praevia
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

12
pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal). Akibatnya keadaan ini
menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul sehingga
janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim.
 Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi
sungsang.
 Multiparitas
Adalah ibu/wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali
(lebih dari 4 kali), sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini
membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan
seterusnya.
 Kelainan uterus (seperti uterus arkuatus, uterus bikornis, mioma uteri)
Adanya kelainan didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan letak
janin dalam rahim, janin akan berusaha mencari ruang / tempat yang
nyaman.1

2.2.3 Klasifikasi Letak Sungsang

Presentasi bokong (letak sungsang) terjadi bila bokong dengan/ kaki


merupakan bagian terendah janin. Ada tiga macam presentasi bokong : bokong
sempurna (complete breech), bokong murni (frank breech), bokong kaki (footling
breech). Pada pemeriksaan abdomen, kepala teraba di bagian atas, bokong pada
daerah pelvis. Auskultasi menunjukkan bahwa denyut jantung janin lokasinya
lebih tinggi dari pada yang diharapkan dengan presentasi verteks, sedang pada
pemeriksaan vagina teraba bokong kaki. Faktor yang menyebabkan terjadinya
kehamilan sungsang, bisa berasal dari faktor ibu maupun faktor janin. Berdasarkan
dari letak bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak

13
Gambar 1. Klasifikasi Letak Sungsang

2.2.4 Prognosis Letak Sungsang

 Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, ketuban pecah lebih cepat,
partus lama, sehingga mudah terkena infeksi
 Bagi bayi
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah plasenta
setelah bokong lahir dan setelah perut lahir, tali pusat terjapit antara kepala
dan panggul, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia.Oleh karena itu supaya janin
hidup, kepala janin harus dilahirkan dalam waktu maksimal delapan ( 8 ) menit
sejak lahir sebatas pusat.2

2.2.5 Penatalaksanaan Letak Sungsang

Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat


menimbulkan. komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai kematian bayi.
Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :

1. Saat kehamilan
 Mengubah Posisi Sungsang Dengan Bersujud
Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin sungsang adalah
dengan bersujud (knee chest position) secara rutin setiap hari sebanyak
2 kali sehari, misalnya pagi dan sore, masing-masing selama 10 menit.
Biasanya bayi akan berputar dan posisinya kembali normal, yaitu kepala

14
berada di bagian bawah rahim. Pada saat kontrol ulang/ periksa ulang,
maka bidan atau dokter akan kembali melakukan pemeriksaan palpasi
untuk memeriksa posisi janin. Jika belum berhasil, maka latihan
diulangi dan dilanjutkan setiap hari. Latihan ini hanya efektif bila
dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Cara lain yakni dengan versi luar
Merupakan upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah
kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan
pervaginam(memutar posisi janin dari luar). Untuk melakukan versi luar
ini diperlukan syarat, sehingga versi luar dapat berhasil dengan baik, yaitu :
a. Dilakukan pada primigravida dengan umur kehamilan 34 minggu,
multigravida dengan umur kehamilan 36
b. Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
c. Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari
pintu atas panggul
d. Bayi dapat dilahirkan pervaginam
e. Ketuban masih positif utuh.
f. Tidak ada komplikasi atau kontraindikasi ( IUGR, perdarahan, bekas
seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi)

Tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh dokter ahli (spesialis


obsgyn). Oleh karena itu, tindakan versi luar saat ini jarang dipraktikkan.

2. Persalinan :
a. Pertolongan persalinan pervaginam
Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak sempat atau
tidak berhasil dilakukan versi luar adalah :
 Pertolongan fisiologis secara Brach
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan
mengejan, Sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordose. Bila
persalinan dengan satu kali his dan mengejan tidak berhasil, maka

15
pertolongan Brach dianggap gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi
(manual aid)

Gambar 2. Pertolongan secara Brach

 Ekstraksi bokong partial


Persalinan dengan ekstraksi bokong partial dimaksudkan bahwa:
Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri
 Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara klasik, secara Muller
dan Loevset.
a) Secara klasik :

16
b) Secara muller :

c) Secara loevset :

 Pertolongan persalinan kepala : Pertolongan persalinan kepala menurut


Mauriceau- veit Smellie, dilakukan bila terjadi kegagalan persalinan
kepala. Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep, dilakukan bila
terjadi kegagalan persalinan kepala dengan teknik Mauriceau viet Smellie.

 Ekstraksi bokong totalis : Ekstraksi bokong total bila proses persalinan


sungsang seluruhnya dilakukan dengan kekuatan penolong sendiri.

17
b. Pertolongan persalinan dengan sektio sesarea
Memperhatikan pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal,
maka sebagian besar pertolongan persalinan sungsang dilakukan dengan
seksio sesarea.1,6

2.2.6 Komplikasi Pertolongan Persalinan Letak Sungsang

Pertolongan persalinan letak sungsang secara fisiologis dilakukan menurut metode


Brach. Kegagalan pertolongan secara Brach diikuti oleh persalinan dengan
ekstraksi bokong partial atau dengan ekstraksi bokong total yang dapat menimbulkan
komplikasi.
Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut :

1. Komplikasi pada ibu


Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir ( pada vagina atau
serviks), infeksi ( endometritis )

2. Komplikasi pada bayi


Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi

 Asfiksia bayi Dapat disebabkan oleh :


a. Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban-lendir
b. Perdarahan atau oedema jaringan otak
c. Kerusakan medula oblongata
d. Kerusakan persendian tulang leher
e. Kematian bayi karena asfiksia berat
f. Trauma persalinan
g. Dislokasi-fraktura persendian, tulang ekstrimitas
h. Kerusakan alat vital : lien, hati, paru-paru, jantung
i. Dislokasi fraktura persendian tulang leher.
j. Infeksi dapat terjadi karena :
k. Persalinan lama

18
l. Ketuban pecah dini
m. Manipulasi pada pemeriksaan dalam. 5

19
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. S MRS : 18-9-2018
2. Umur : 42 tahun Jam : 11.45
3. Alamat : DSN Trancak RT 1 RW 4
Jrebeng Wonomerto
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Islam
6. Suku : Madura
7. Bangsa : Indonesia
8. Pendidikan : SD
9. No RM : 638072
Anamnesis
- Keluhan utama : Keluar cairan merembes
- Anamnesa : Tanggal 18-09-2018 pukul 13.30
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasa hamil 10 bulan datang ke IGD pukul 09.30 pagi 18-9-2018 dengan rujukan
bidan dengan keluhan keluar cairan merembes, disertai kenceng-kenceng dan keluarnya darah
yang menyerupai flek saat menstruasi dari kemaluan. Keluarnya cairan merembes sudah sejak
pukul 04.00 pagi 17-9-2018 di sertai kenceng-kenceng yang cukup sering, sebelumnya pasien
di bawa ke bidan pukul 07.00 pagi 18-9-2018. Saat di bidan di lakukan pemeriksaan dalam
sudah bukaan enam dan presentasi bokong di bidan dari pukul 07.00-08.00 tidak ada
perkembangan pembukaan. Lalu dari bidan di rujuk ke RSUD Moh Saleh dengan riwayat SC,
KPD dan Letsu, sekitar pukul 09.00 pasien sampai di IGD . Saat di IGD di lakukan
pemeriksaan dalam di dapatkan pembukaan lengkap, eff 25%, hodge 3 dan presentasi bokong ,
lalu pasien di observasi di kamar bersalin pukul 10.30. saat sesampainya di kamar bersalin
bayi tiba-tiba lahir, dengan berat badan lahir 1500g.

20
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (+), asma (+)
Riwayat Penyakit Keluarga: Hipertensi, asma, diabetes militus, jantung di sangkal pasien. Di
keluarga tidak memiliki riwayat gemeli dan tumor.
Riwayat Alergi: Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan dan alergi obat-obatan.
Riwayat sosial: Pasien merokok dari umur 20 tahun satu hari 3-4 batang.
Riwayat Psiko sosial : Pasien bekerja sebagai wiraswasta dan pasien mengaku pekerjaannya
sehari-hari ringan tidak melelahkan.
Riwayat Menstruasi:
Haid : Teratur, sebulan 1 kali, siklus ± 28 hari, dengan ± 5-6 hari, nyeri selama
menstruasi.
Menarche : 12 tahun
HPHT : 22 - 1 - 2018
HTP : 29 - 10 - 2018
UK : 40 - 41 minggu
Fluor Albus : (+) sejak usia kehamilan 8 bulan
Riwayat Pernikahan : Pasien menikah satu kali, saat berusia 25 tahun. Usia pernikahan ± 17
tahun.
Riwayat Persalinan :

N JENIS BBL USIA JENIS PENOLO USIA H/M


O KELAM KEHAMIL PERSALIN NG ANAK
IN AN AN SEKARA
NG
1. Laki-laki 200 9 bulan Spt B dukun 16 tahun Hidu
0g p
2. Laki-laki 150 9 bulan SC dr.Sp.OG 12tahun Hidu
0g p
3. - - 4 bulan abortus dr.Sp.OG - Mati
4. Perempu 150 10 bulan Hamil ini
an 0g

Riwayat KB : Pasien mengatakan menggunakan KB suntik tiga bulanan sebelum hamil anak
ke empat.
21
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : Cukup
- Kesadaran : Compos mentis
- Berat badan : 42 kg
- Tinggi badan : 142 cm
- LILA : 25cm
- Status gizi : Normal

Tanda Tanda Vital


- Tensi : 124/78 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- RR : 20 x/menit

- Suhu : 36,6 ⁰c

Status Generalis
Kepala/leher
- Kepala : Bentuk oval, tidak ada benjolan, rambut hitam sebahu, tidak mudah di
cabut.
- Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sclera icterus (-/-), pupil bulat isokor,
refleks pupil (+/+)
- Telinga : Dalam batas normal
- Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
- Mulut : Sianosis (-), Lidah kotor (-), Stomatitis(-), Faring hiperemi (-)
- Leher : Struma (-), Bendungan vena (-)
Thorax

22
- Bentuk : Simetris, Reaksi (-/-), Scar (-)
- Jantung : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
- Paru-paru : Suara dasar vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Payudara : Puting susu kanan dan kiri menonjol, hiperpigmentasi areola mamae (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak flat, tidak ada jejas
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada illiasa dextra, hepar, lien dan ginjal tidak
teraba,
Perkusi : Timpani
Genitalia eksterna : Oedem (-), labia mayor menutupi labia minor, perdarahan (+)
Ekstremitas : Akral hangat, nadi kuat reguler, CTR ≤ 2 detik, refleks fisiologis,
refleks patologis, kelainan orthopedic

Status Obstetri
- Muka :

 Chloasma gravidarum (+)


 Exopthalmus (-)
- Thorax :
 Mammae : membesar (+/+), menegang (+/+), Hiperpigmentasi (+/+)
Colostrum (-/-)
- Abdomen :
 Inspeksi : Perut membesar (+), striae gravidarum alba (+), striae gravidarum lividae (+),
hiperpigmentasi line alba (-)
 Palpasi : Tinggi fundus uteri teraba 3 jari di bawah pusat (29cm)
Nyeri tekan di atas simpisis
HIS (+)
Leopold 1 : Teraba keras kesan kepala (presentasi kepala)
Leopold 2 : Teraba bagian keras memanjang kesan punggung kanan
Leopold 3 : Bagian terendah janin yang berada di simfisis teraba masa lunak yang
menyerupai bokong
Leopold 4 : Bagian terendah janin sudah masuk PAP (difergent)

 Auskultasi : Djj 154 x/menit

23
- Genitalia :
 Inspeksi : Fluksus (+) darah berwarna merah segar, fluor (+) sejak usia kehamilan delapan
bulan, edema (-)
 Inspekulo: Sikatrik pada perineum (-), mukosa vagina tampak cairan keruh
Portio tampak licin , tampak adanya darah segar berwarna merah segar yang keluar dari ostium
uteri
 VT : Pembukaan delapan, teraba bokong hodge 3, cairan meconial (+), eff 75%

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 18-9-2018 pukul 14.47

HbsAg : Negatif

Darah lengkap

Hemoglobin : 10.4 g/dL (Nilai rujukan 13-18 g/dL)


Lekosit : 22.730 /mm3 (Nilai rujukan 4.000-11.000/mm3)
Trombosit : 290.000/mm3 (Nilai rujukan 150.000-350.000/mm3)

Diagnosa

G4 P2002 Ab 1 usia kehamilan 40-41 minggu janin tunggal hidup inpartu kala I fase laten
dengan riwayat SC + KPD + letak sungsang

Penatalaksanaan

Konsul dr Sp.OG
Inf. Ringer lactat 20 tpm
Inj. Cefotaxime 2x1

24
Observasi kamar bersalin
Bila Hb < 10 tranfusi dengan WB bila perdarahan aktif : tranfusi dengan PRC bila tidak ada
perdarahan akti

Evaluasi
Tanggal : 18-9-2018
Waktu : 10.50

S : Pasien merasa nyeri perut +,

O: Keadaan umum : cukup


Kesadaran : compos mentis
Tensi : 140/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,7⁰c
RR : 19 x/menit
UP : 100CC / 2 Jam

K/L : A/I/C/D = -/-/-/-

Thorax : Cor : S1S2 Tunggal, Murmur –


Pulmo : ves +/+, ro -/-, wh +/+

Abdomen : supel +, BU + baik, nyeri tekan +

Riwayat obstetri

UC : Baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Pervag : lochea lubra +

A : P3003 Ab1 post partum H 0 riwayat KPD letang sungsang

P : Observasi TTV
Observasi pervag
Inf. RL drip oxytosin 2 ampul

25
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pasien
Ny. S berumur 42 tahun, berjenis kelmin perempuan, datang di antar dengan suaminya
ke IGD RSUD Moh. Saleh kota probolinggo dengan G4 P2002 Ab 1 usia kehamilan 40-41
minggu janin tunggal hidup inpartu kala I fase laten dengan riwayat SC + KPD + letak
sungsang. Pasien mengeluh keluar cairan merembes sejak kemarin dini hari, (17-9-2018)
keluar cairan merembes hingga tembus celana. Besok pagi sekitar pukul 07.00 pasien di bawa
ke bidan untuk di periksa. Dari hasil pemeriksaan dalam di dapatkan adanya pembukaan enam
dan dari hasil palpasi di dapatkan posisi bayi dengan letak sungsang presentasi bokong.
Kemudian pasien di rujuk oleh bidan ke RSUD Moh.Saleh untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut.
Sesampainya di RSUD Moh Saleh pasien di anamnesa sembari di pasangi infus ringer
lactat lalu di lakukan auskultasi djj, inspeksi pervag dan palpasi leopold satu sampai empat.
Lalu di lakukan pemeriksaan dalam yang di dapatkan pembukaan lengkap, eff 25%, teraba
bokong, hodge 3, ketuban meconial. setelah melakukan pemeriksaan, bidan melakukan konsul
ke dr selamet Sp.OG untuk tindakan selanjutnya. Dari dr selamet Sp.OG di sarankan untuk
melakukan cek DL, HbsAg dan observasi kaber karena pembukaan sudah lengkap. Setelah
sampai di ruang bersalin, bokong bayi sudah membuka vulva dan pada saat itu juga di lakukan
persalinan. Setelah itu di lakukan observasi 2 jam post partum dan bayi di bawa ke ruang
dahlia untuk di observasi lebih lanjut. Setelah di lakukan observasi ibu di pindahkan ke ruang
melati untuk perawatan lebih lanjut.
Di ruang melati di lakukan perbaikan keadaan umum ibu, dan di berikan terapi oral pada
ibu. Pasien setiap hari di kontrol keadaan umum dan keluhannya oleh dr selamet Sp.OG,
setelah kondisi ibu baik pasca persalinan , ibu di ijinkan pulang.

Ketuban Pecah Dini

Pada kasus Ny. S umur 42 tahun dengan G4P2002AB1 didapatkan adanya KPD, KPD sendiri
di definisikan sebagai adanya ketuban yang pecah lalu setelah satu jam kemudian tidak dikuti
oleh adanya tanda-tanda inpartu. Pasien mengeluh adanya cairan yang merembes keluar pukul
04.00 pagi tanpa adanya perdarahan, dan hanya disertai oleh kenceng-kenceng yang jarang,
baru setelah pukul 07.00 di bawa kebidan didapati adanya hasil pembukaan 6 cm,hodge 3 dan
presentasi bokong, dan ditemukan adanya flek-flek perdarahan. Dari kesimpulan ini
didapatkan telah terjadinya kasus KPD pada Ny. S, karena setelah adanya keluhan cairan
merembes seperti air pada pukul 04.00 pagi sampai dengan sejam lebih tidak ditemukan
adanya tanda-tanda inpartu seperti perdarahan dan lendir (bloody show), dan hanya mengeluh

26
adanya kenceng-kenceng yang bersifat jarang, baru setelah di bawa kebidan pukul 07.00
ditemukan adanya pembukaan 6 cm, dan flek perdarahan pada celana dalam pasien.

Letak Sungsang

Pasien mengaku baru diketahui adanya letak sungsang saat diperiksakan ke bidan pukul 07.00
Wib, saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan ditemukan adanya presentasi bokong, saat pukul
09.00 Wib di IGD saat dilakukan pemeriksaan VT juga didapatkan adanya kesan lunak,kesan
anus yang di duga letak sungsang dengan presentasi bokong sempurna.Penanganan kelahiran
letak sungsang yang tepat dan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dapat menghindari
komplikasi pada ibu seperti laserasi jalan lahir,dsb, dan juga dapat menyelamatkan nyawa
janin.

Kegagalan Metode Kontrasepsi

Saat anamenesis Ny.S didapati adanya riwayat sebelum hamil yang ini menggunakan KB
suntik untuk 3 bulan karena sudah memiliki 2 anak, menurut penulis KB yang digunakan
adalah jenis suntikan progestin I.M yang diinjeksikan setiap 3 bulan sebenernya jenis KB ini
adalah jenis KB yang efektif, tapi masih memiliki kemungkinan 0,03/100 persen populasi
untuk mengalami kehamilan lagi selain itu karena KB suntik harus selalu datang kedokter
untuk suntik setiap 3 bulan, membuat pasien lupa untuk kontrol atau malas kontrol,sehingga
mungkin hal ini menjadi faktor utama kenapa pasien bisa hamil lagi. Sebenarnya selain dengan
kontrasepsi tersebut pasien dapat menggunaan jenis kontrasepsi lainnya seperi IUD dan
kontrasepsi inplant untuk mencegah terjadinya kelupaan. Selain itu jika tidak sempat untuk
melakukan suntik KB karena kesibukkan, dapat menggunakan metode kontrasepsi lain seperti
kondom, coitus interuptus untuk mencegah terjadinya kehamilan. Metode kontrasepsi
sterilisasi yang diinginkan oleh pasien sebenarnya sudah dapat dilakukan mengingat usia
pasien yang sudah 38 tahun dengan 2 anak dimana usia anak terkecil 7 tahun. Namun untuk
melakukan MOW perlu juga kesepakan dari suami pasien.

27
Hipertensi pada Kehamilan

Pada anamnesis Ny. S mengaku ada riwayat hipertensi pada saat melakukan ante natal care ke
bidan pada usia kehamilan < 20 minggu, pasien menyangkal adanya riwayat tekanan darah
tinggi saat tidak hamil. Serta saat dilakukan pemeriksaan TTV di dapatkan tensi pasien 140/70
mmHg, berdasarkan hal ini pasien di diagnosis juga dengan Hipertensi gestasional, karena
pada saat kehamilan ini pasien mengalami hipertensi dan munculnya hipertensi pada usia
kehamilan sebelum 20 minggu. Penganan dapat diberikan obat-obatan anti hipertensi selain
golongan ACE inhibitor (captopril,isionopril) , karena ACE inhibitor dapat menurunkan kadar
angiotensin II yang diperlukan pada saat pertumbuhn dan perkembangan janin. Penggunaan
ACE inhibitor saat kehamilan dapat menyebabkan iskemia fetal karena mengganggu aliran
darah ke plasenta, dan kecacatan pada janin.

BBLR pada bayi Ny.S

Setelah melahirkan didapati berat badan bayi 1500 gram, normalnya 2500 gram – 4000 gram,
banyak faktor yang dapat menjadi faktor risiko berat badan bayi lahir rendah antara lain status
gizi yang kurang, adanya penyakit penyerta, usia saat ini ibu mengandung. Pada Ny. S
permasalahan gizi tidak ditemukan, IMT Ny.S (20,82 kg/m2) dan LILA 25 cm, penyakit
penyerta tidak ditemukan, hasil HbSAg negatif, namun hasil pemeriksaan darah Hb pasien
10,4 g/dl dan anemis pada konjungtiva pasien hal ini menunjukkan adanya anemia pada
pasien, kemungkinan penyebab anemia ini bisa karena asam folat yang kurang, atau asupan zat
besi yang rendah. Hubungan anemia dengan BBLR adalah karena adanya kadar Hb dan atau
ertrosit yang rendah, dapat menyebabkan asupan oksigen dan gizi tidak mencukupi ke sirkulasi
janin, hal ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sehingga dapat menyebabkan
berat badan bayi lahir rendah walaupun bayi tersebut sudah cukup bulan.

Kecurigaan Terjadinya Korioamnionitis pada Ny. S

Pada Ny.S saat dilakukan pemeriksaan fisik status lokalis genital, saat dilakukan VT selain
tanda-tanda inpartu, ditemukan adanya cairan mekoneum namun tidak ditemukan cairan yang
keruh dan berbau keluar dari vagina, dan TTV seperti nadi dan suhu tidak menunjukkan
kearah infeksi, dan hasil lab didapati adanya lekukositosis mencapai 22.730/mm3 berdasarkan
hal diatas penulis menduga terjadinya infeksi, dan yang paling memungkinkan adalah

28
korioamnionitis. Korioamnionitis merupakan infeksi yang terjadi pada membrane (korion) dan
cairan amnion, infeksi ini merupakan komplikasi dari KPD, dengan adanya selaput ketuban
yang pecah, hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada membrane dan cairan
amnion karena bersifat tidak steril dan terpapar dengan dunia luar. Pada kasus Ny. S untuk
mencegah progesivitas dari infeksi ini diberikan injeksi cefotaxime 2x1.

Kecurigaan Fetal Distress pada Janin Ny. S

Pada Ny.S saat dilakukan pemeriksaan fisik status lokalis genital, saat dilakukan VT selain
tanda-tanda inpartu, ditemukan adanya cairan mekoneum, dan saat dilakukan pemeriksaan
NST djj janin hampir mencapai ambang batas atas normal dari djj normal janin yaitu hasilnya
155x/menit, namun karena pada persalinan yang sehat seharusnya mekoneum tidak ditemukan
bercampur dengan air ketuban, penulis mencurigai terjadinya Fetal distress sesaat sebelum
kelahiran. Fetal distress dapat terjadi pada ibu yang mengalami KPD, karena ketuban yang
pecah dini sebelum tanda tanda inpartu muncul dapat mengurangi jumlah air ketuban
(oligohidramnion), berkurangnya jumlah air ketuban dapat menyebabkan penenkanan tali
pusat oleh janin,sehinggga janin bisa hipoksia dan mengalami tanda-tanda stress (simpatik
meningkat) seperti djj meningkat, dan pengeluaran mekoneum akibat peningkatkan peristaltik
usus dari janin, yang dimana normalnya mekoneum akan tetap disimpan pada seluran
pencernaan bawah sampai pada kelahiran.

29
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari anamnesa,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Ny. S usia 42 tahun
didiagnosa dengan G4 P2002 Ab 1 usia kehamilan 40-41 minggu janin tunggal hidup inpartu
kala I fase laten dengan riwayat SC + KPD + letak sungsang. Ny. S telah mendapatkan terapi
inf. RL 20tpm, inj cefotaxime 2x1 gram. Serta di lakukan tindakan partus spontan pervaginam.
Ny. S pulang dengan kondisi baik.

Saran
Komunikasi antara dokter, tenaga medis dengan pasien harus di tingkatkan agar pasien
mengerti tindakan apa saja yang telah di lakukan. Akan lebih baik jika pasien memiliki kartu
atau buku periksa yang dapat di bawa kemana pun jika pasien melakukan pemeriksaan agar
pemeriksa yang baru dapat mengerti riwayat pemeriksaan dan tindakan medis yang dilakukan
oleh dokter sebelumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Gary, MD, (1995), Obstetri William, edisi 8, alih bahasa Joko Suyono,
EGC, Jakarta.
2. Mochtar , Rustam (1998), Sinopsis obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi, EGC,
Jakarta.
3. Manuaba, Ida Bagus Gede (1998 ), Ilmu Kebidanan , penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan- EGC, Jakarta.
4. Saefudin Abdul Bari,dkk (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, YBPSP, Jakarta.
5. Wikjosastro Hanifa, dkk (2000), Ilmu Kebidanan, YBPSP, Jakarta
6. Prawirohardjo S. In: Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2008; p.609-11.

31

Anda mungkin juga menyukai