Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP

EMOSI SISWA DI SMK MAHADHIKA 4 JAKARTA

Proposal Skripsi

Diajukan untuk melengkapi persyaratan

Mencapai gelar sarjana

NAMA : WAHYU DIRGANTORO ROMADHON

NPM : 201901500859

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan sosial-emosional berasal dari tiga suku kata , yakni “perkembangan,
sosial, dan emosional. Menurut kamus psikologi, “perkembangan (development)” berarti
perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati.
Perkembangan juga berarti perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagianbagian
jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.selain itu dapat berarti kedewasaan, atau
kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari (Chaplin, 2008; 134).
Sosial adalah segala sesuatu berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan
kepentingan umum, suka menolong, menderma, dan sebagainya. Sosial juga berarti
menyinggung relasi di antara dua atau lebih individu. Istilah ini mencakup banyak pengertian,
dan digunakan untuk mencirikan sekelompok fungsi, kebiasaan, karakteristik, ciri, dan
seterusnya yang diperoleh dalam satu konteks sosial (Chaplin, 2008; 469).
Sedangkan emosional berkaitan dengan ekspresi emosional, atau dengan perubahan-
perubahan yang mendalam yang menyertai emosi; mencirikan individu yang mudah
terangsang untuk menampilkan tingkah laku emosional (Chaplin, 2008; 165). Kematangan
emosi berkaitan erat dengan umur seseorang, yang mana diharapkan emosinya akan lebih
matang dan individu akan dapat lebih menguasai atau mengendalikan emosinya. Namun, ini
tidak berarti bahwa bila seseorang telah bertambah umurnya akan dengan sendirinya dapat
mengendalikan emosinya secara otomotis, begitu pula dengan remaja. Menurut Bimo
Walgito (2005:140) “periode kehidupan emosinya yang sangat menonjol, yakni pada masa
remaja”. Oleh kerena itu banyak perbuatan atau tingkah laku remaja yang kadang-kadang
sulit dimengerti atau diterima dengan pikiran yang baik, misalnya dengan kebut-kebutan yang
begitu mengerikan tanpa adanya berpikir tentang resiko yang akan dialaminya. Dapat
dipahami bahwa remaja terkadang tidak memikirkan atas emosi yang ditampilkannya
sehingga bisa dikatakan emosi remaja tersebut masih belum matang.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:213) individu yang memiliki kematangan emosi,
yaitu: “Individu yang dapat menilai situasi secara kritis terlebih dahulu, sebelum bertindak,
tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang
emosinya, memilki kontrol diri yang baik, mampu mengekspresikan emosinya dengan tepat
atau sesuai dengan keadaan yang dihadapinya sehingga lebih mampu beradaptasi karena
dapat menerima beragam orang dan situasi serta memberikan reaksi yang tepat sesuai dengan
tuntutan yang dihadapinya”. Menurut J. P. Chaplin (2008:165) “kematangan emosi sebagai
kedewasaan psikologis yang merupakan perkembangan sepenuhnya dari intelegensi, proses-
proses emosional, dan seterusnya”. Menurut Kartini Kartono (1999:145) kematangan emosi
adalah individu yang telah mencapai kedewasaan secara emosional dan tidak menunujukkan
sifat kekanak-kanakan. Selanjutnya menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:213) agar remaja
dapat mencapai kematangan emosinya, maka remaja tersebut harus belajar agar memperoleh
gambaran mengenai situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi terhadap apa yang
dirasakan. Sementara menurut Monks, dkk (dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori,
2012:9-10) “remaja masih belum mampu manguasai dan memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya”. Dapat disimpulkan bahwa individu yang telah matang
emosinya, dikatakan telah dapat mengontrol diri dengan baik, mampu mengekspresikan
emosi sesuai dengan situasi dan keadaan yang tepat sehingga memudahkan dalam
beradaptasi. Namun dari kebanyakan remaja masih berada pada tahap emosi yang masih
belum matang, karena belum mampu mengontrol fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal,
oleh karena itu remaja tersebut harus belajar agar memperoleh gambaran mengenai situasi-
situasi yang dapat menimbulkan reaksi terhadap apa yang dirasakan.
Masa remaja sering dikaitkan dengan emosi yang tidak stabil. Pada masa tersebut, remaja
mungkin akan mudah marah padahal tidak ada penyebab yang jelas. Remaja terbilang labil
dan sedang dalam pencarian jati diri menuju dewasa. Walau begitu, pasang-surutnya emosi
yang terjadi sehingga mudah marah harus segera diketahui penyebabnya. Dengan begitu,
anak akan menjadi lebih tenang dan mungkin juga menurunkan stres yang tengah
dirasakannya. Kemarahan adalah ekspresi yang akan dikeluarkan oleh remaja karena banyak
hal. Beberapa perilaku kemarahan tersebut akan berhenti hingga dirinya menemukan
penyebab kemarahannya yang akan meredakan emosinya sendiri. Walau begitu, umumnya
penyebab remaja mudah marah adalah karena perasaan emosi dan kejadian yang sedang
terjadi, bukan dari perilaku.
Kemarahan yang terjadi pada remaja mungkin saja menjadi hal yang menakutkan,
walaupun pada dasarnya tidak menyebabkan bahaya. Hal tersebut mungkin akan terjadi
berupa kekerasan pada fisik dan verbal, prasangka buruk, hingga gangguan psikosomatik.
Kelainan mudah marah ini dapat menghancurkan hubungan dengan orang lain, mengganggu
kesehatan fisik, hingga berpengaruh pada masa depannya. Hal tersebut juga mungkin
mempunyai sisi positif karena dirinya menunjukkan apabila sedang ada masalah. Memang
rasa mudah marah tersebut dapat timbul karena rasa takut.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disusun dan dipaparkan diatas,saya sebagai
penulis dapat mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk skripsi
saya sebagai berikut :
1. Banyaknya siswa siswi yang mengalami situasi keluarga tidak utuh (orang tua
bercerai)
2. Tingkat emosi siswa siswi yang kurang terkontrol,dan berbicara kasar
3. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya bimbingan kelompok di kalangan siswa
siswi

C. Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka batasan
masalah dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap
Emosi Siswa di Smk Mahadhika 4 Jakarta Timur Tahun Ajaran 2022/2023.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Emosi Siswa di Smk
Mahadhika 4 Jakarta Timur.
2.

Anda mungkin juga menyukai