Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RUTIN

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Perkuliahan Perkembangan Peserta Didik

Dosen : Drs. Robenhart Tamba, M.Pd

Oleh :

Rikjen Triadmojo Malau

5192422001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2019
PERKEMBANGAN EMOSI
A. Pengertian Emosi

Perilaku atau perbuatan kita sehari-hari selalu disertai oleh perasaan-perasaan


tertentu, misalnya senang atau tidak senang. Perasaan-perasaan yang selalu
menyertai perbuatan kita tersebut disebut warna efektif. Warna efektif kadang-
kadang lemah, tetapi terkadang juga kuat. Jika warna efektif kuat, perasaan-
perasaan akan menjadi lebih dalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-
perasaan ini disebut emosi. Perasaan lainnya seperti gembira, takut, cemas, benci,
dan lain sebagainya.

Emosi dan perasaan adalah dua hak yang berbeda. Tetapi perbedaan antara
keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan
suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas
batasnya. Pada suatu saat warna efektif dapat dikatan sebagai perasaan, tetapi juga
dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang akan ditunjukkan dalam
bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Jadi, emosi adalah
pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan
fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik,
anatar lain berupa: peredaran darah akan bertambah cepat bila marah, pupil mata
membesar bila marah, bulu roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.

B. Karakteristik Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan. Ketegangan emosi
meninggi akibat perubahan fisik dan juga kelenjar. Rata-rata emosi para remaja
menjadi tinggi karena mereka sedang berada dibawah tekanan social dan juga
mereka sedang menghadapi kondisi baru, sedangkan selama anak-anak mereka
kurang mempersiapkan diri. Tetapi tidak semua remaja mengalami tekanan dan
badai dalam hidupnya.

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis
emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih saying, gembira, amarah,
takut dan cemas, cemburu sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam
dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Berikut
ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.

1. Cinta/Kasih sayang

Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai


orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain.
Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk
memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke dalam dunia bebas, tetapi
dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih
sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka
alami pada tahun-tahun sebelumnya.

Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupan
kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja
yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan
yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai
yang tidak disadari.

2. Gembira

Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang


menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang
panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional
remaja.

Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)
oleh yang dicintai.

3. Kemarahan dan Permusuhan

Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang


memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa
marah juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya seseorang
mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.

Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama,


tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan
kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya
penguasaan kendali emosional.

4. Ketakutan dan Kecemasan

Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia telah
mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut
berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi, tetapi
masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena
adanya kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa berani yang bersamaan
dengan perkembangan remaja itu sendiri.

Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara mereeka
merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa
orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadiian dalam
kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau karena pikiran-pikiran
mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari
bahkan sampai berminggu-minggu.

Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk
mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan kehidupan.
Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat tanpa
rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang
begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa ada sekarang atau masa depan
yang tidak menentu.

C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi

Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh


faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor itu terjalin erat satu sama lain
dan akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan
suatu kemampuan berpikir kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu
akan menjadi reaktif terhadap rangsangan.

Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang perkembangan


emosi. Diantaranya :

1. a. Belajar dengan coba-coba

Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk


perilaku yang dapat memberikan kepuasan sedikit atau bahkan tidak memberikan
kepuasan.

1. b. Belajar dengan cara meniru

Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat membangkitkan emosi
orang lain.

1. c. Belajar dengan cara mempersamakan diri

Anak akan menirukan reaksi emosional orang yang dikagumi dan mempunyai
ikatan emosional yang kuat.

1. d. Belajar melalui pengondisian

Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian
berhasil melalui metode asosiasi.

1. e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan

Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dapat melalui pelatihan maupun yang lainnya.
Banyak kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik dalam hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan
untuk menyatakan emosi. Orang tua dan guru berhak menyadari perubahan
ekspresi ini karena tidak berarti emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan
mereka. Mereka juga tetap membutuhkan rangsangan dan respons untuk
mengembangkan pengalaman dan kemampuannya. Bertambahnya umur juga akan
berpengaruh signifikan terhadap perubahan irama emosional. Terutama faktor
pengetahuan dan pengalaman.

D. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi


terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal


dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering
mengarah ke penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain.
Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering
terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan
refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya
diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang
tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.

Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan
sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap
pendapat orag lain dibandingkan dengan teori yang diikuti dan diharapkan. Sikap
kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa
sebelumnya, sehingga tatacara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga
sering terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada
perilakunya.

Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan


dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut
alam pikirannya. Situasi ini ( yang di akibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya
dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.

Disamping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran remaja.
Misalnya, cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran
sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungan kesulitan
praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
Contoh yang lainnya, kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum
disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok
perhatian orang lain dari pada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan
penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai
dirinya.

Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan”para remaja dalam


cara berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja
adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu
dirinya dalam bergaul, karena dikiranya orang lain sepikiran. Akibat dari hal ini
akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.

Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi
lain dimana remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka
merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan
menceburkan diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan dan
biasanya tergolong aktivitas yang membahayakan.

Melalui banyak pengalaman dan penghayata kenyataan dalam menghadapi


pendapat orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja
pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat
berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan
orang lain.

E. Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi

Bersosialisasi dilakukan oleh setiap orang, baik secara individu


maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek terdapat perbedaan individual
manusia yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.

Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang


dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang
lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia(anak) hidup dalam
kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala
hal yang dibutuhkan manusia namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar
belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial
yang beraneka ragam.

Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah


mempelajari pola-pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.

F. Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam


Penyelenggaraan Pendidikan

Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak menimbulkan efek
negatif. Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :

 berfikir positif
 mencoba belajar memahami karakteristik orang lain
 mencoba menghargai pendapat dan kelebihan oranglain
 introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada
diri sendiri, mereka dapat merasakannya
 bersabar dan menjadi pemaaf
 mengalihkan perhatian, yaitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek
lain dari objek yang pada mulanya memicu pemunculan emosi negatif.

Mengendalikan emosi itu penting. Hal ni didasarkan atas kenyataan bahwa emosi
mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-
orang yang dijumpai dirumah atau di kampus akan lebih cepat menanggapi emosi
daripada kata-kata.

Cara lainnya adalah dengan mengekspresikan emosi.Ekspresi itu dapat


mengembangkan sifat kreativitas seseorang. Ekspresi juga dapat mencegah
timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan
perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam
itu dapat membahayakan.

Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat


mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan
intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur
Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :

1. 1. Pengembangan Keterampilan Emosional:

 mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan


 mengungkapkan perasaan
 menilai intensitas perasaan
 mengelola perasaan
 menunda pemuasan
 mengendalikan dorongan hati
 mengurangi stress
 memahami perbedaan anatara perasaan dan tindakan

1. 2. Pengembangan Keterampilan Kognitif

 belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan


mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
 belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat social
 belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan
pengambilan keputusan
 belajar memahami sudut pandang oranglain (empati)
 belajar memahami sopan santun
 belajar bersikap positif terhadap kehidupan
 belajar mengembangkan kesadaran diri

1. 3. Pengembangan Keterampilan Perilaku

 mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui


pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain
 mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan
permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain
dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif

Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat
dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :

1. orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak
(significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-
emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak.
2. adanya program latihan beremosi baik disekolah maupun didalam
keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak
sejalan sebagaimana mestinya.
3. Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang
cenderung menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya
secara lebih baik

G. Kesimpulan

Emosi merupakan reaksi psikologis yang nampak dari reaksi fisik seperti detak
jantung lebih cepat, muka merah atau pucat, otot memegang dan sebagainya.
Tingkah laku emosi misalnya riang atau bahagia, marah, takut, sedih dan
sebagainya. Jadi, emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran-pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak.

Emosi itu ada dua jenis, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif
merupakan reaksi psikologis sebagai tanda adanya kepuasan terhadap berbagai
keputusan yang dirasakan remaja, dan emosi negatif diakibatkan ketidakpuasan
terhadap berbagai kebutuhan itu.
Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas,
kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber
tingkah laku nakal.

Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu
dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada
remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu
kebutuhan makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status,
kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri
dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.

H. Saran

Usaha untuk mengembangkan emosi remaja :

 Adanya model dari orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam
melahirkan emosi-emosi positif
 Adanya latihan beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah
 Mempelajari secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung
menyebabkan emosi negatif remaja muncul dan menghindari kondisi-
kondisi itu
 Membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan
mendorongnya membicarakan masalah pribadi itu kepada orang-orang
yang dipercayainya
 Melatih dan menyibukkan remaja dengan berbagai kegiatan fisik sehingga
menguras energi yang banyak agar gejolak emosi tersalurkan
 Menciptakan berbagai kesempatan yang memungkinkan remaja
berprestasi dan mendapatkan harga diri

Anda mungkin juga menyukai