Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat
serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Gaya Belajar ini.
Keberhasilan penyelesaian makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik secara moral maupun material. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada:
• Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd. Selaku Dekan FIP UNY yang telah memberikan
• Bapak Dr. Pujiriyanto, M.Pd. Sebagai Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi
• Ibu Prof. Dr. C. Asri Budiningsih Selaku Dosen mata kuliah Perkembangan dan
karakteristik Peserta Belajar yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada
kami.
mudah. Namun, berkat dorongan serta upaya dan tanggung jawab, Kami mampu
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Perkembangan dan
karakteristik Peserta Belajar . Dengan segala keterbatasan yang ada pada kami, maka
dalam penulisan makalah ini pun tidak terlepas dari kesalahan dan khilaf. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima dan memperhatikan segala bentuk
kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan pada akhirnya, betapapun kecilnya
sumbangan pemikiran yang dapat kami kemukakan dalam makalah ini. Dan diharapkan
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Emosi sangat mendukung dalam kehidupan, apakah itu emosi positif atau emosi
negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena seseorang yang
cakap secara emosi akan mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri
dengan baik, kecakapan mengelola emosi akan mempunyai andil yang lebih besar dalam
menyangkut bagaimana individu mampu memahami perasaan orang lain dan mampu
mengatur diri sendiri sehingga bisa menempatkan diri dalam posisi yang tepat dan
bersikap baik terhadap diri sendiri dan orang lain.Dalam proses pendidikan, kecerdasan
emosional mempunyai peranan yang besar dalam mencapai hasil pendidikan secara lebih
bermakna. Hal ini mengandung makna bahwa kecerdasan intelektual saja belum
memberikan jaminan penuh bagi pencapaian sukses pendidikan, akan tetapi perlu
didukung oleh kecerdasan emosional secara lebih optimal. Dengan kecerdasan emosional
kita akan mempelajari lebih dalam tentang emosi, karena emosi juga sangat berpengaruh
dalam pendidikan.
1.3 Tujuan
• Mengetahui define perkembangan emosional
BAB II
PEMBAHASAN
Masa ini ditandai dengan perkembangan yang agak agresif dimana usia di
rentang umur ini disebut dengan usia temperamental..Bentuk dari emosi pada
anak di usia ini adalah marah,senang,sedih,cemburu,sayang dan rasa ingin tahu
yang tinggi.Anak di usia ini kadang menentang dan membantah keinginan orang
lain,namun hal ini dapat di atasi dengan cara memberi pemahaman kepada anak
ini.
Hasil dari pengelolaan emosi yang baik dapat terlihat dari fase ini,cara
mendidik anak hasilnya akan terlihat di fase ini.Keluarga menjadi point penting di
fase ini semakin positif segi emosional keluarga semakin pula menimbulkan rasa
senang.
perkembangan emosi seseorang adalah faktor kematangan dan faktor belajar. Faktor
maupun pendidikan non formal termasuk media massa dan lembaga-lembaga agama.
Secara lebih rinci faktor-faktor pengaruh terhadap perkembangan emosi seseorang
adalah:
seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya. Pola asuh orang tua sangat
suara yang diberikan orang tua kepada anaknya akan memunculkan peristiwa
emosional dalam diri anak. Pengalaman demikian oleh anak akan ditangkap oleh
otak yang berfungsi mengatur kebutuhan akan keluarga, hubungan sosial, rasa
memiliki, serta memberi arti pada suatu emosi atau kejadian, mengendalikan sistem
Sistem limbic merupakan ‘saklar’ untuk menentukan otak mana aktif. Jika sedang
stress atau tegang, informasi yang diterima diteruskan ke otak reptile. Jika sedang
tenang atau rileks, informasi diteruskan ke otak neo cortex atau otak berpikir. Bagian
ini berfungsi sebagai pusat pengendali otak untuk mengawasi untuk mengawasi
serta mengendalikan efek dan sistem emosi, mengatur masalah yang berhubungan
dengan kepribadian serta tempat memori kerja berada. Oleh sebab itu, pengalaman
yang diberikan oleh orang dewasa atau orang tua kepada anaknya, baik positif
berpikir anak.
guru, apa yang dikerjakan siswa, dan bagaimana interaksi keduanya. Proses
keterbentukan berbagai pengetahuan, kemampuan, sikap, dan nilai yang tersurat dan
yang matang, diperlukan para guru dan pengelola pendidikan yang profesional.
perkembangan dunia luar yang tidak terkendali dengan baik sering menimbulkan
tidak konsisten, bahkan kekosongan anak dan remaja untuk memperoleh bimbingan
dan pendidikan dari orang dewasa sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
kewaspadaan yang berlebihan. Temperamen yang diakui bawaan sejak lahir bagian
dari genetik seseorang, mempengaruhi emosi dan perilakunya. Ketika usia bertambah
tua, maka kadar hormon dalam tubuh juga turut berkurang, sehingga berpengaruh
adanya perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan ditambah dengan tuntutan
sosial yang membedakan peran laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin
yang ada pada jantung, hati, dan batu ginjal. Pakar berikutnya beranggapan bahwa
kecerdasan atau intelegensi terdiri dari beberapa faktor. Berbagai teori pembelajaran
masalah dan seperti apa hasilnya. Penjelasan tentang bagaimana pikiran manusia
Berdasarkan penjelasan demikian maka fungsi dan peran emosi yang terkait dengan
untuk mencapai tujuan. Adanya perasaan cinta, marah, senang membuat manusia dapat
ikatan sosial. Emosi juga sebagai pembangkit energi, memberikan semangat dalam
belajar dan bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Emosi juga sebagai bentuk
komunikasi yang dapat membawa pesan. Melalui emosi seseorang dapat memberi tahu
tentang suatu keadaan atau peristiwa kepada orang lain di sekitarnya, sehingga dapat
membuat orang lain memahami dan menyesuaikan reaksinya dengan keadaan tersebut.
Emosi dapat mempengaruhi memori, sehingga dapat meningkatkan daya ingat tentang
suatu hal.
mengalami kegagalan yang puncaknya pada frustasi. Melalui emosi dapat dimanfaatkan
diharapkan. Emosi dapat juga digunakan untuk mempengaruhi iklim psikologis seseorang
semangat jika seseorang merasa senang atau puas atas hasil yang dicapai. Melemahkan
semangat jika timbul rasa kecewa karena kegagalan, puncak dari kondisi ini adalah
frustasi. Menghambat konsentrasi belajar jika sedang mengalami ketegangan emosi dan
dapat juga menimbulkan sikap gugup dan gagap dalam berbicara. Terganggunya
penyesuaian sosial jika terjadi rasa cemburu, iri hati, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk emosi yang muncul dapat dilihat dampaknya pada perubahan fisik
fisik berupa reaksi elektris pada kulit. Emosi marah akan menimbulkan perubahan fisik
berupa peredaran darah bertambah cepat. Emosi kecewa akan menimbulkan perubahan
fisik dalam bernafas panjang. Emosi sakit atau marah akan menimbulkan perubahan fisik
berupa pupil mata membesar. Emosi tegang akan menimbulkan perubahan fisik berupa
emosi yang positif akan meningkatkan hasil dan proses belajar. Begitu juga sebaliknya,
sikap,persepsi, dan emosi yang negatif akan mengakibatkan hasil dan proses belajar
berikutnya.
IQ hanya berkontribusi 20% sisanya dilakukan oleh EQ. Goleman (2002) mengatakan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
mengevaluasi emosi dalam diri sendiri dan orang lain serta menggunakannya sebagai
informasi dan tindakan yang tepat(Bozdemir & Gündüz, 2016). Kemampuan mengelola
dengan diri sendiri, sedangkan kemampuan mengelola dan memahami orang lain,
dan pengalaman yang memadai akan lebih tenang dalam menghadapi problem-problem
kehidupan, karena ia memiliki modal yang cukup untuk mengatasi masalah yang
dihadapi. Sedangkan orang dengan pengetahuan dan pengalaman yang kurang memadai
akan merasa bingung, stress, marah bahkan dapat bunuh diri jika menghadapi problem-
problem kehidupan karena ia tidak memiliki modal yang cukup untuk mengatasi
Dalam artikel tulisan Bradley Busch yang berjudul “Emotional Intelligence : why
it matters and How to Teach It” yang diterbitkan oleh The Guardian. Didalamnya
bagian terpenting dari membantu menciptakan komunikasi dua arah yang sejati dan itu
emosional anak juga bisa dilakukan dengan mengembangkan kesadaran diri peserta
didik(Cobb & Mayer, 2000). Tujuannya: ketika bertemu orang lain, peserta didik tak
membiarkan citra diri yang terlalu tinggi mempengaruhi perilaku dan interaksi sosial.
Empati juga perlu diajarkan oleh peserta didik. Empati merupakan kemampuan untuk
belajar, sebab asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimilikinya tidak akan terjadi apabila tidak motivasi dan keinginan dari pihak peserta
belajar.
dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan peserta
dan media pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi sesuai dengan perkembangan
tingkat motivasional yang tinggi. Pengajar juga perlu memahami kondisi emosional
peserta belajar serta penyebabnya pada saat pembelajaran berlangsung agar strategi
tantangan- tantangan belajar baru yang tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu sulit agar
peserta belajar diberi kesempatan untuk memilih aktivitas yang mereka sukai.
Stimulasi yang cukup untuk semua indera tanpa harus dilakukan secara
bersamaan akan dapat mengendalikan emosi. Demikian juga stimulus multi-sensori yang
korteks. Kemampuan yang dikembangkan meliputi aspek mental, fisik, estetik, sosial,
dan emosional.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, kelompok kami memiliki beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut:
faktor kematangan dan faktor belajar. Secara lebih rinci faktor-faktor pengaruh
• Lingkungan keluarga
• Lingkungan masyarakat
• Faktor-faktor lain seperti pengalaman traumatik, temperamen, usia, jenis
dalam mengajar.
mengevaluasi emosi dalam diri sendiri dan orang lain serta menggunakannya
timbulnya stress.
belajar, sebab asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimilikinya tidak akan terjadi apabila tidak motivasi dan keinginan dari pihak
peserta belajar.
emosi memiliki tahap-tahap setiap umurnya. Jika peserta didik belum maksimal, terdapat
Bozdemir, F., & Gündüz, B. (2016). The relationships of attachment styles, parental
attidues and traumatic childhood experiences with emotional
intelligence<p>Bağlanma stilleri, anne baba tutumları ve çocukluk çağı örselenme
yaşantılarının duygusal zekâ ile ilişkileri. Journal of Human Sciences.
https://doi.org/10.14687/ijhs.v13i1.3700
Cobb, C. D., & Mayer, J. D. (2000). Emotional intelligence. Educational Leadership.
https://doi.org/10.7227/rie.75.6
Budiningsih, C. A. (2017). Karakteristik Siswa Sebagai Pijakan Pembelajaran. In
UNY Press.