Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERKEMBANGAN DAN

KARAKTERISTIK PESERTA BELAJAR


PERKEMBANGAN EMOSI

Disusun Oleh :

Sajidah A’izzun 19105241012

Fauzia Hayuning T. 19105241045

Luthfi Fadhila M. 19105241050

Abbylio Santoso 19105244012

Yashif Nur N. 19105244030

JURUSAN KURIKULUM & TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat

serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Gaya Belajar ini.

Keberhasilan penyelesaian makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak, baik secara moral maupun material. Untuk itu kami ucapkan

terimakasih kepada:

• Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd. Selaku Dekan FIP UNY yang telah memberikan

kesempatan kepada saya dalam hal penulisan makalah ini.

• Bapak Dr. Pujiriyanto, M.Pd. Sebagai Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan yang telah memberikan kelancaran pelayanan dalam urusan akademik.

• Ibu Prof. Dr. C. Asri Budiningsih Selaku Dosen mata kuliah Perkembangan dan

karakteristik Peserta Belajar yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada

kami.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa untuk menyelesaikan makalah ini tidaklah

mudah. Namun, berkat dorongan serta upaya dan tanggung jawab, Kami mampu

menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Perkembangan dan

karakteristik Peserta Belajar . Dengan segala keterbatasan yang ada pada kami, maka

dalam penulisan makalah ini pun tidak terlepas dari kesalahan dan khilaf. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima dan memperhatikan segala bentuk

kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan pada akhirnya, betapapun kecilnya
sumbangan pemikiran yang dapat kami kemukakan dalam makalah ini. Dan diharapkan

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, 05 April 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang

Emosi sangat mendukung dalam kehidupan, apakah itu emosi positif atau emosi

negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena seseorang yang

cakap secara emosi akan mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri

dengan baik, kecakapan mengelola emosi akan mempunyai andil yang lebih besar dalam

kesuksesan seseorang lebih dari mengandalkan kecerdasan intelektual. Hubungan

personal membutuhkan pengelolaan emosi yang baik, pengelolaan emosi disini

menyangkut bagaimana individu mampu memahami perasaan orang lain dan mampu

mengatur diri sendiri sehingga bisa menempatkan diri dalam posisi yang tepat dan

bersikap baik terhadap diri sendiri dan orang lain.Dalam proses pendidikan, kecerdasan

emosional mempunyai peranan yang besar dalam mencapai hasil pendidikan secara lebih
bermakna. Hal ini mengandung makna bahwa kecerdasan intelektual saja belum

memberikan jaminan penuh bagi pencapaian sukses pendidikan, akan tetapi perlu

didukung oleh kecerdasan emosional secara lebih optimal. Dengan kecerdasan emosional

yang tinggi seseorang akan mampu mengendalikan potensi intelektualnya dalam

pendidikan sehingga terwujud dalam sukses yang bermakna.Dalam pernyataan diatas,

kita akan mempelajari lebih dalam tentang emosi, karena emosi juga sangat berpengaruh

dalam pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


• Apa definisi dari Perkembangan Emosional ?

• Apa saja tahap-tahap Perkembangan Emosional ?

• Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosional ?

• Apa fungsi dan peran Emosi ?

• Bagaimana cara melatih Kecerdasan Emosional ?

• Bagaimana perkembangan emosi sebagai pijakan pembelajaran ?

1.3 Tujuan
• Mengetahui define perkembangan emosional

• Mengetahui tahap-tahap perkembangan emosional

• Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional

• Mengetahui fungsi dan peran emosi

• Mengetahui cara melatih kecerdasan emosional


• Mengetahui perkembangan emosi sebagai pijakan pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Emosi


Kata emosi berasal dari Bahasa latin yang movere yang berarti menggerakan atau
bergerak. Oleh karena itu emosi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi
merupakan suatu reaksi psikologis manusia terhadap suatu kejadian maupun terhadap
orang lain yang biasanya ditunjukan dalam bentuk perilaku maupun tindakan secara
tindakan fisik.Dapat ditarik garis besar bahwa emosi ini melibatkan aspek psikis dan fisik
manusia. Emosi dapat diartikan sebagai perasaan yang kuat untuk diperlihatkan kepada
seseorang atau sesuatu. Dan juga emosi diartikan sebagai reaksi terhadap individu atau
suatu kejadian. Emosi bisa ditunjukkan ketika merasa senang kepada sesuatu, marah
kepada seseorang atau takut terhadap sesuatu.

Menurut Daniel Goleman (dalam situs https://ruangguruku.com/pengertian-


emosi/) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. .Pada dasarnya
emosi adalah dorongan untuk bertindak.Emosi biasanya merupakan reaksi atas
rangsangan dari luar maupun dalam suatu individu. Kita ambil contoh emosi marah
mendorong perubahan suasana hati seseorang,sehingga secara fisik/fisiologi terlihat
menggerutu bahkan sampai mempengaruhi tindakan fisik.

2.2 Tahap-tahap Perkembangan Emosi


Ahli-ahli mengelompokan perkembangan emosi pada manusia ke dalam beberapa
fase tahap tergantung dengan perkembanganya secara usia.Perkembangan emosi pada
umumnya dimiliki oleh manusia sejalan dengan perkembangannya.Perkembangan emosi
ini dialami secara bertahap mulai dari bayi hingga dewasa.Adapun tahap-tahap
perkembangan emosi sebagai berikut:

• Perkembangan Emosi Pada Masa Bayi (0-2 tahun)


Hal-hal yang menandai masa ini adalah (1) Bayi akan marah ketika
keinginan, aktivitas, geraknya ada yang menghalangi.Reaksinya dapat berupa
tangisan,gerakan meronta,menendang dan sebagainya.(2) Kemudian ketika ada
tindakan mengejutkan atau datang secara tiba-tiba bayi akan merasakan takut dan
reaksinya dapat menangis dan menjauhkan diri.Pada masa ini, bayi sedang belajar
menunjukkan dua emosi dasar, yaitu kesal dan senang. Karena gerak fisiknya
masih terbatas, ia menunjukkan emosinya tersebut hanya di saat-saat tertentu.
Misalnya, saat lapar, bayi akan menunjukkan emosinya dengan merengek atau
menangis.Saat bayi senang kadang bayi tidak hanya bereaksi dengan senyuman
tetapi reaksinya bisa dengan menjulurkan kedua tanganya kemudian di gerak-
gerakan.

• Perkembangan Emosi pada Masa Pra sekolah (2-5 tahun)

Masa ini ditandai dengan perkembangan yang agak agresif dimana usia di
rentang umur ini disebut dengan usia temperamental..Bentuk dari emosi pada
anak di usia ini adalah marah,senang,sedih,cemburu,sayang dan rasa ingin tahu
yang tinggi.Anak di usia ini kadang menentang dan membantah keinginan orang
lain,namun hal ini dapat di atasi dengan cara memberi pemahaman kepada anak
ini.

Anak pada usia tersebut mengalami perubahan pada fase kehidupan


sebelumnya. Masa anak usia ini sering disebut dengan “golden age” atau masa
emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk
tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak
sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda.(Femmi
Nurmalitasari,2015)

• Perkembangan Emosi pada Masa sekolah dasar (6-12 tahun)


Emosi di masa ini dipengaruhi oleh pergaulannya yang semakin
meluas.Anak mulai mengerti cara mengendalikan emosi dan mengerti bahwa
emosi yang negatif dan berlebihan tidak disukai teman-temannya,hal tersebut
didapat dari pengalamanya yang bervariasi.Berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik, sejumlah penelitian tentang
emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada
faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock dalam Retno, 2002) ( dalam Umi
latifa,2015)

• Perkembangan pada Masa Remaja (13-18 tahun)


Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
Pada masa ini perkembangan fisiologis berpengaruh pada psikologi nya sehingga
emosionalnya pun mulai berkembang.Masa ini ditandai dengan emosi yang tidak
stabil bahkan over atau meledak-ledak dalam mengungkapkan emosinya.

• Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa (18-40 tahun)


Pada masa ini emosional dapat dijadikan tolak ukur kedewasaannya. .Pada
masa ini pengharapan tertuju kepada pribadi yang bijak,pandai dalam bergaul dan
mampu mengontrol emosi dengan baik.Bentuk emosi pada masa ini antara lain
dapat mampu memecahkan masalah dengan tenang,cinta,saying,mengasihi,dan
sebagainya.Namun jika tidak mampu mengatasi masalah dalam hidupnya orang
pada usia ini akan terganggu emosinya.

• Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa (madya 40-60 tahun)


Masa ini menekankan pada perkembangan sosial dan moral.Pernikahan
dan cinta kasih keluarga mempengaruhi perkembangan emosi di masa
ini.Kestabilan hidup di fase ini dapat dicapai dengan perjuangan,kerja keras dan
manajemen emosi yang baik.Ikatan emosional antara orang tua dan anak akan
terlihat di fase ini.
Gaya dan cara hidup individu di tahun ini juga berpengaruh pada
emosionalnya tekanan pekerjaan,stabilitas finansial,Hingga terlalu kaya diusia ini
pun dapat mempengaruhi emosi di usia ini.Ketegasan berperan penting dalam usia
ini harus bisa mengendalikan emosi dengan mengatur keluarga.

• Perkembangan emosi pada Masa Lanjut Usia (di atas 60 tahun)

Hasil dari pengelolaan emosi yang baik dapat terlihat dari fase ini,cara
mendidik anak hasilnya akan terlihat di fase ini.Keluarga menjadi point penting di
fase ini semakin positif segi emosional keluarga semakin pula menimbulkan rasa
senang.

2.3 Faktor-Faktor Pengaruh terhadap Perkembangan Emosi

Berbagai temuan para ahli menjelaskan bahwa kematangan emosi seseorang

dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor penting yang berpengaruh terhadap

perkembangan emosi seseorang adalah faktor kematangan dan faktor belajar. Faktor

kematangan terkait dengan banyaknya pengalaman dan interaksi seseorang dengan

lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Sedangkan kemampuan

belajar seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan informal,

maupun pendidikan non formal termasuk media massa dan lembaga-lembaga agama.
Secara lebih rinci faktor-faktor pengaruh terhadap perkembangan emosi seseorang

adalah:

• Lingkungan keluarga. Kondisi kehidupan keluarga merupakan pengalaman pertama

seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya. Pola asuh orang tua sangat

berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Melalui ekspresi, sentuhan, dan

suara yang diberikan orang tua kepada anaknya akan memunculkan peristiwa

emosional dalam diri anak. Pengalaman demikian oleh anak akan ditangkap oleh

otak yang berfungsi mengatur kebutuhan akan keluarga, hubungan sosial, rasa

memiliki, serta memberi arti pada suatu emosi atau kejadian, mengendalikan sistem

kekebalan tubuh, hormon, dan memori jangka panjang.

Sistem limbic merupakan ‘saklar’ untuk menentukan otak mana aktif. Jika sedang

stress atau tegang, informasi yang diterima diteruskan ke otak reptile. Jika sedang

tenang atau rileks, informasi diteruskan ke otak neo cortex atau otak berpikir. Bagian

ini berfungsi sebagai pusat pengendali otak untuk mengawasi untuk mengawasi

proses berpikir tingkat tinggi, memikirkan langkah pemecahan masalah, mengatur

serta mengendalikan efek dan sistem emosi, mengatur masalah yang berhubungan

dengan kepribadian serta tempat memori kerja berada. Oleh sebab itu, pengalaman

yang diberikan oleh orang dewasa atau orang tua kepada anaknya, baik positif

maupun negatif, akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi dan kemampuan

berpikir anak.

• Lingkungan di luar keluarga. Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah sangat

berkontribusi dalam perkembangan emosi seseorang. Anak-anak di lingkungan

sekolah melakukan interaksi dengan para guru dan teman-temannya. Interaksi


pembelajaran sebagai kurikulum eksperiensial berkaitan dengan apa yang dikerjakan

guru, apa yang dikerjakan siswa, dan bagaimana interaksi keduanya. Proses

keterbentukan berbagai pengetahuan, kemampuan, sikap, dan nilai yang tersurat dan

tersirat sebagai tujuan utuh pendidikan akan tercapai jika komponen-komponen

pembelajarannya dikembangkan dan dilakukan sesuai taraf perkembangan peserta

belajar, menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik peserta belajar.

Untuk mencapai tujuan utuh pendidikan termasuk perkembangan emosional anak

yang matang, diperlukan para guru dan pengelola pendidikan yang profesional.

• Lingkungan masyarakat, Konflik-konflik nilai terjadi di masyarakat dan perubahan

perkembangan dunia luar yang tidak terkendali dengan baik sering menimbulkan

konflik-konflik emosional generasi muda. Nilai-nilai yang berkembang di masyarakat

tidak konsisten, bahkan kekosongan anak dan remaja untuk memperoleh bimbingan

dan pendidikan dari orang dewasa sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

tidak bertanggung jawab. Kondisi demikian jelas tidak mendukung perkembangan

emosional generasi muda, namun justru merusaknya.

• Faktor-faktor seperti pengalaman traumatik, temperamen, usia, jenis kelamin,

perubahan fisik/ jasmani juga berpengaruh terhadap emosi seseorang. Pengalaman

traumatis sering menimbulkan rasa takut dan minder sehingga memunculkan

kewaspadaan yang berlebihan. Temperamen yang diakui bawaan sejak lahir bagian

dari genetik seseorang, mempengaruhi emosi dan perilakunya. Ketika usia bertambah

tua, maka kadar hormon dalam tubuh juga turut berkurang, sehingga berpengaruh

terhadap penurunan kondisi emosional seseorang. Jenis kelamin berkaitan dengan

adanya perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan ditambah dengan tuntutan
sosial yang membedakan peran laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin

seperti ini akan berpengaruh terhadap bentuk dan perkembangan emosinya.

2.4 Fungsi dan Peranan Emosi

Para pakar terdahulu mengatakan bahwa pikiran dipertimbangkan sebagai sesuatu

yang ada pada jantung, hati, dan batu ginjal. Pakar berikutnya beranggapan bahwa

kecerdasan atau intelegensi terdiri dari beberapa faktor. Berbagai teori pembelajaran

menjelaskan bagaimana seseorang menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan

masalah dan seperti apa hasilnya. Penjelasan tentang bagaimana pikiran manusia

mengoperasikan atau mengolah, menggunakan, dan menguasai lingkungannya

dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah pengalaman. Pengalaman-

pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi aktivator bagi perkembangan

kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan pengalaman-pengalaman

menakutkan, memalukan, menyebabkan marah dan pengalaman emosi negatif lainnya

akan menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya.

Berdasarkan penjelasan demikian maka fungsi dan peran emosi yang terkait dengan

pengalaman tersebut di dalam kegiatan belajar sangatlah penting.

Dalam kehidupan sehari-hari emosi berfungsi sebagai sarana untuk

mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan kepada seseorang untuk

mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan kepada seseorang untuk

mempertahankan diri terhadap gangguan atau rintangan, serta memotivasi upayanya

untuk mencapai tujuan. Adanya perasaan cinta, marah, senang membuat manusia dapat

menikmati dinamika hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya, serta meningkatkan

ikatan sosial. Emosi juga sebagai pembangkit energi, memberikan semangat dalam
belajar dan bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Emosi juga sebagai bentuk

komunikasi yang dapat membawa pesan. Melalui emosi seseorang dapat memberi tahu

tentang suatu keadaan atau peristiwa kepada orang lain di sekitarnya, sehingga dapat

membuat orang lain memahami dan menyesuaikan reaksinya dengan keadaan tersebut.

Emosi dapat mempengaruhi memori, sehingga dapat meningkatkan daya ingat tentang

suatu hal.

Emosi juga dapat melemahkan semangat jika menimbulkan kekecewaan dan

mengalami kegagalan yang puncaknya pada frustasi. Melalui emosi dapat dimanfaatkan

untuk mengetahui atau mengevaluasi kepribadian serta kemampuan sosial seseorang.

Penciptaan kondisi menyenangkan atau kondisi yang tidak menyenangkan dapat

digunakan untuk mempengaruhi emosi seseorang dengan memunculkan tindakan yang

diharapkan. Emosi dapat juga digunakan untuk mempengaruhi iklim psikologis seseorang

dan lingkungannya, sehingga dapat dimanfaatkan oleh guru dalam mengajar.

Pengaruh emosi terhadap perilaku seseorang di antaranya dapat memperkuat

semangat jika seseorang merasa senang atau puas atas hasil yang dicapai. Melemahkan

semangat jika timbul rasa kecewa karena kegagalan, puncak dari kondisi ini adalah

frustasi. Menghambat konsentrasi belajar jika sedang mengalami ketegangan emosi dan

dapat juga menimbulkan sikap gugup dan gagap dalam berbicara. Terganggunya

penyesuaian sosial jika terjadi rasa cemburu, iri hati, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk emosi yang muncul dapat dilihat dampaknya pada perubahan fisik

seseorang. Seseorang yang mengalami perasaan terpesona akan menimbulkan perubahan

fisik berupa reaksi elektris pada kulit. Emosi marah akan menimbulkan perubahan fisik

berupa peredaran darah bertambah cepat. Emosi kecewa akan menimbulkan perubahan
fisik dalam bernafas panjang. Emosi sakit atau marah akan menimbulkan perubahan fisik

berupa pupil mata membesar. Emosi tegang akan menimbulkan perubahan fisik berupa

terganggu pencernaan, otot-otot menegang atau bergetar, dan sebagainya.

2.5 Cara melatih kecerdasan emosional


Emosi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Sikap, persepsi, dan

emosi yang positif akan meningkatkan hasil dan proses belajar. Begitu juga sebaliknya,

sikap,persepsi, dan emosi yang negatif akan mengakibatkan hasil dan proses belajar

menurun. Pengalam-pengalaman yang positif atau menyenangkan akan menjadi aktivator

bagi bagi perkembangan kecerdasan, sedangkan pengalaman yang negatif seperti

menakutkan, memalukan, akan menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap

berikutnya.

Kecerdasan emosional sangat berkontribusi dalam keberhasilan hidup seseorang,

IQ hanya berkontribusi 20% sisanya dilakukan oleh EQ. Goleman (2002) mengatakan

bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengatur kehidupan

emosinya, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya, melalui keterampilan

kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan, dan

mengevaluasi emosi dalam diri sendiri dan orang lain serta menggunakannya sebagai

informasi dan tindakan yang tepat(Bozdemir & Gündüz, 2016). Kemampuan mengelola

dan mengendalikan emosi diri, merupakan kecerdasan emosional yang berhubungan

dengan diri sendiri, sedangkan kemampuan mengelola dan memahami orang lain,

merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan orang lain.


Kecerdasan emosional dapat ditingkatkan dengan berbagai cara contohnya,

bersifat positif terhadap kehidupan, berlatih mengembangkan kesadaran diri,

mengungkapkan, mengelola, dan menilai intensitas perasaan untuk mengurangi

timbulnya stress. Belajar menemukan strategi atau langkah-langkah untuk menyelesaikan

masalah juga sangat membantu mengendalikan emosi. Seseorang dengan pengetahuan

dan pengalaman yang memadai akan lebih tenang dalam menghadapi problem-problem

kehidupan, karena ia memiliki modal yang cukup untuk mengatasi masalah yang

dihadapi. Sedangkan orang dengan pengetahuan dan pengalaman yang kurang memadai

akan merasa bingung, stress, marah bahkan dapat bunuh diri jika menghadapi problem-

problem kehidupan karena ia tidak memiliki modal yang cukup untuk mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi.

Dalam artikel tulisan Bradley Busch yang berjudul “Emotional Intelligence : why

it matters and How to Teach It” yang diterbitkan oleh The Guardian. Didalamnya

berisikan tentang cara mengasah kecerdasan emosional di sekolah, diantaranya

mengajarkan anak menjadi pendengar aktif. “kemampuan mendengarkan aktif adalah

bagian terpenting dari membantu menciptakan komunikasi dua arah yang sejati dan itu

jauh lebih dari sekedar memperhatikan”. kata Busch. Meningkatkan kecerdasan

emosional anak juga bisa dilakukan dengan mengembangkan kesadaran diri peserta

didik(Cobb & Mayer, 2000). Tujuannya: ketika bertemu orang lain, peserta didik tak

membiarkan citra diri yang terlalu tinggi mempengaruhi perilaku dan interaksi sosial.

Empati juga perlu diajarkan oleh peserta didik. Empati merupakan kemampuan untuk

mengambil perspektif orang tanpa menghakimi, mengenali emosi, dan mampu


menyampaikan perspektif kembali. Merefleksikan kembali perspektif orang lain dalam

membantu agar merasa dipahami dan bisa meningkatkan dukungan.

2.6 Perkembangan Emosi sebagai Pijakan Pembelajaran

Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa

belajar, sebab asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah

dimilikinya tidak akan terjadi apabila tidak motivasi dan keinginan dari pihak peserta

belajar.

Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskan

dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan peserta

belajar. Hal ini akan membantu perancang pembelajaran menentukan komponen-

komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi

dan media pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi sesuai dengan perkembangan

dan karakteristik kejiwaan peserta belajar.

Pengajar perlu memahami kondisi emosional peserta belajar pada tahap-tahap

perkembangan tertentu agar komponen-komponen serta strategi pembelajaran dapat

disesuaikan dengan kondisi emosional peserta belajar, sehingga pembelajaran memiliki

tingkat motivasional yang tinggi. Pengajar juga perlu memahami kondisi emosional

peserta belajar serta penyebabnya pada saat pembelajaran berlangsung agar strategi

penyampaian dan pengelolaan pembelajaran dapat disesuaikan.

Perlu diciptakan lingkungan belajar yang bebas dari stres, menyediakan

tantangan- tantangan belajar baru yang tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu sulit agar

sesuai dengan tahap-tahap perkembangan psikologis peserta belajar, serta ada


kesempatan saling berinteraksi antar peserta belajar selama proses pembelajaran. Dan

peserta belajar diberi kesempatan untuk memilih aktivitas yang mereka sukai.

Stimulasi yang cukup untuk semua indera tanpa harus dilakukan secara

bersamaan akan dapat mengendalikan emosi. Demikian juga stimulus multi-sensori yang

tidak membebankan peserta belajar akan mendorong perkembangan semua bagian

korteks. Kemampuan yang dikembangkan meliputi aspek mental, fisik, estetik, sosial,

dan emosional.

Kesempatan peserta belajar untuk menilai hasil kerjanya dan memperbaikinya

akan melatih keseimbangan emosionalnya. Istilah-istilah seperti kehangatan (warmth),

kepedulian (compassion), rasa hormat (respect), penghargaan positif tanpa syarat

(unconditional positive regard), ketulusan (genuineness), dan pemahaman

(understanding) sangat baik digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk

mengkomunikasikan pemahaman, perasaan, pikiran, dan motif-motif lain, sehingga akan

mengoptimalkan proses dan hasil belajar.


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, kelompok kami memiliki beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut:

• Emosi merupakan suatu reaksi psikologis manusia terhadap suatu kejadian


maupun terhadap orang lain yang biasanya ditunjukan dalam bentuk perilaku
maupun tindakan secara tindakan fisik. Emosi dapat diartikan sebagai perasaan
yang kuat untuk diperlihatkan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi biasanya
merupakan reaksi atas rangsangan dari luar maupun dalam suatu individu.

• Ahli-ahli mengelompokan perkembangan emosi pada manusia ke dalam beberapa


fase tahap tergantung dengan perkembanganya secara usia. Adapun tahap-tahap
perkembangan emosi sebagai berikut:

• Perkembangan Emosi Pada Masa Bayi (0-2 tahun)


• Perkembangan Emosi pada Masa Pra sekolah (2-5 tahun)
• Perkembangan Emosi pada Masa sekolah dasar (6-12 tahun)
• Perkembangan pada Masa Remaja (13-18 tahun)
• Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa (18-40 tahun)
• Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa (madya 40-60 tahun)
• Perkembangan emosi pada Masa Lanjut Usia (di atas 60 tahun)

• Faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan emosi seseorang adalah

faktor kematangan dan faktor belajar. Secara lebih rinci faktor-faktor pengaruh

terhadap perkembangan emosi seseorang adalah:

• Lingkungan keluarga

• Lingkungan di luar keluarga

• Lingkungan masyarakat
• Faktor-faktor lain seperti pengalaman traumatik, temperamen, usia, jenis

kelamin, perubahan fisik/ jasmani

• Dalam kehidupan sehari-hari emosi berfungsi sebagai sarana untuk

mempertahankan hidup. Emosi dapat juga digunakan untuk mempengaruhi iklim

psikologis seseorang dan lingkungannya, sehingga dapat dimanfaatkan oleh guru

dalam mengajar.

• Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan, dan

mengevaluasi emosi dalam diri sendiri dan orang lain serta menggunakannya

sebagai informasi dan tindakan yang tepat(Bozdemir & Gündüz, 2016).

• Kecerdasan emosional dapat ditingkatkan dengan berbagai cara contohnya,

bersifat positif terhadap kehidupan, berlatih mengembangkan kesadaran diri,

mengungkapkan, mengelola, dan menilai intensitas perasaan untuk mengurangi

timbulnya stress.

• Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa

belajar, sebab asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah

dimilikinya tidak akan terjadi apabila tidak motivasi dan keinginan dari pihak

peserta belajar.

• Dalam proses pendidikan, kecerdasan emosional mempunyai peranan yang besar

dalam mencapai hasil pendidikan secara lebih bermakna. Dengan kecerdasan

emosional yang tinggi seseorang akan mampu mengendalikan potensi

intelektualnya dalam pendidikan sehingga terwujud dalam sukses yang bermakna.


3.2 Saran
Perkembangan emosi, hendaknya dipahami betul oleh pendidik. Karena

perkembangan emosi sangat berpengaruh dalam pembelajaran peserta didik.

Perkembangan emosi yang dimiliki peserta didik tentunya berbeda-beda, perkembangan

emosi memiliki tahap-tahap setiap umurnya. Jika peserta didik belum maksimal, terdapat

cara-cara untuk mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

Bozdemir, F., & Gündüz, B. (2016). The relationships of attachment styles, parental
attidues and traumatic childhood experiences with emotional
intelligence<p>Bağlanma stilleri, anne baba tutumları ve çocukluk çağı örselenme
yaşantılarının duygusal zekâ ile ilişkileri. Journal of Human Sciences.
https://doi.org/10.14687/ijhs.v13i1.3700
Cobb, C. D., & Mayer, J. D. (2000). Emotional intelligence. Educational Leadership.
https://doi.org/10.7227/rie.75.6
Budiningsih, C. A. (2017). Karakteristik Siswa Sebagai Pijakan Pembelajaran. In
UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai