DR.DARMIANI, M.Pd
DISUSUN OLEH
1.WAHYU FEBRIAN(E1E022328)
UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan KaruniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Perkembangan Emosi Pada Anak”. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Pendidikan yang telah
memberikan tugas, petinjuk kepada penulis sehingga adapt menyelesaikan makalh
ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam di dalam
makalah ini banyak kekurangan baik dalam sistematika maupun teknik
penulisannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya
penulis harapkan sebagai masukan demi kemajuan penulis di masa mendatang.
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………..
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………
BAB 3 KESIMPULAN……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
5.Pengamatan dan wawancara terhadap peserta didik yang berhasil dan yang gagal
dalam mencapai tugas perkembangan emosi
C.Tujuan
2. Kepada guru, Semoga dapat dijadikan bekal untuk mendidik anak yang
perkembangan masih labil. Agar hak-hak anak dalam pendidikan dapat terpenuhi.
3. Kepada penulis, Semoga dapat dijadikan pelajaran dan dapat dijadikan bekal
untuk menjalani profesi nantinya. Selain itu, semoga dapat dijadikan batu loncatan
untuk menyusun makalah yang lebih baik lagi
BAB 2 PEMBAHASAN
Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik
pada masa bayi, prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya,
karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Setiap anak memiliki
kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai, merasa aman,
merasa kompeten, dan kebutuhan untuk mengoptimalkan kompetensi. Apabila
kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam
mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.
Fase perkembangan emosi pada anak usia sekolah dasar dimulai pada usia 5-
6. Pada usia ini, anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia.
Ini adalah keterampilan yang menuntut anak untuk menyembunyikan informasi.
Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang
normanorma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal.
Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat
diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.
Nuansa emosi mereka juga makin beragam. Fungsi dan peranan emosi pada
perkembangan anak yang dimaksud merupakan bentuk komunikasi. Emosi
berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan
lingkungan sosialnya, Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan,
Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu
kebiasaan dan Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas
motorik dan mental anak.
Menurut Masnipal (2013: 117), ada beberapa ciri utama reaksi emosi sosial
anak usia dini, yaitu :
1. Anak lebih sering terjadi perselisihan dengan teman sebaya, menunjukkan sikap
suka tidak suka (walaupun rentang benci pendek), suka merajuk (menangis dan
bersembunyi sendiri bila dimarahi), sedih bila barang kesayangannya hilang/mati.
4. Interaksi anak dengan teman sebaya sangat intens, sudah jarang bertengkar atau
bisa bekerjasama lebih lama, respons positif dari orang dewasa membuat anak
dekat.
1. Reaksi emosi anak sangat kuat, dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia
anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin
terampil dalam memiliki kadar keterlibatan emosionalnya.
2. Reaksi emosi seringkali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang
diinginkannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya, mereka
akan belajar mengontrol diri dan memperlihatkan reaksi emosi dengan cara dapat
diterima lingkungan.
3. Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi kekondisi lain.
5. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang
ditampilkan.
Dari kedua uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri utama reaksi
sosial emosi pada anak adalah saling berkaitan diantara keduanya. Emosi sangat
dipengaruhi oleh sosial atau lingkungan anak, dan proses sosial anak pun bisa
dipengaruhi oleh emosi yang semakin berkembang. Semakin anak tumbuh maka
semakin berkembang tingkat emosi sosial anak. Pada masa anak ini, emosi masih
belum matang artinya masih belum bisa ia kendalikan. Reaksi sosial emosi anak
tidak bisa dibuat-buat dan terjadi secara alami dalam proses interaksi dengan
teman sebaya atau orang dewasa.
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-
anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang
yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap
teguran guru.
Jika ia seorang anak yang populer di kalangan teman sebayanya mereka juga akan
ikut marah kepada guru tersebut.
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang
sama dengan rangsangan yang telah mem bangkitkan emosi orang yang ditiru. Di
sini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan
emosional yang kuat dengannya.
4) Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal me mancing reaksi
emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada tahun tahun awal kehidupan karena anak kecil
kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis,
dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati
masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada
perkembangan rasa suka dan tidak suka.
5) Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, ter batas pada
aspek reaksi.
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika se suatu emosi
terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan
dicegah agar tidak bereaksi
Social emosional pada anak sekolah dasar, perkembangan sosialnya sudah mulai
bisa berkompetensi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu
mandiri dan berbagi. Sementara dari segi emosionalnya anak sekolah dasar sudah
dapat mengekspresikan maupun mengontrol emosinya melalui meniru maupun
pembiasaan. Social emosional pada anak usia dasar juga di tandai dengan
kematangan dalam interaksi socialnya, bagaimana anak bergaul, beradaptasi
dengan lingkungan serta menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok.
Perkembangan social anak sangat tergantung kepada lingkungan social dimana
anak berada baik keluarga, teman sebaya, guru dan masyarakat sekitar. Sedangkan
perkembangan emosi tergantung pada factor kematangan dan factor belajar.
Untuk mencapai kematangan emosi anak harus belajar memperoleh gambaran
tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional dengan cara
menceritakan masalah yang anak hadapi kepada orang lain (keterbukaan)
sehingga anak merasa tenang.Oleh karena itu perkembangan social emosional
sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan, keluarga. Dengan demikian penting
bagi orang tua ataupun orang yang ada disekitarnya menciptakan lingkungan yang
dapat merangsang pertumbuhan dengan baik. Kematangan social adalah suatu
perkembangan pada saat anak mencapai kemampuan untuk hidup bermasyarakat
yang arahnya ditentukan oleh tuntutan social dalam keluarga,teman sebaya, guru
mapun lingkungan sekitar. Kematangan social akan didapat melalui kinerja yang
menunjukkan perkembangan kemampuan dalam memelihara diri sendiri serta
kemampuan berpartisipasi didalam aktifitas yang mendukung perkembangan
social emosional tersebut.Kematangan social juga sangat penting untuk
dikembangkan pada anak karena merupakan kemampuan yang akan membantu
kemandirian social dan mencerminkan perkembangan dan kompetensi social
anak. Kematangan social anak akan didapat melalui interaksi anak seperti didalam
outbound. Aktifitas-aktifitas yang dilakukan anak dalam kegiatan tersebut
menuntut kerja sama tim serta harus adanya rasa saling percaya antar sesama anak
yang mengikuti outbound. Hal tersebut dapat mendorong anak untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain. Interaksi social yang baik akan menstimulasi
kematangan social anak. Adapun outbound adalah salah satu cara untuk
mengembangankan kematangan social anak sehingga bisa membantu anak yang
mempunyai masalah dengan hubungan social dan melatih anak dalam
kemandirian. Perkembangan social emosional sangat tergantung dari interaksinya
dengan orang lain. Artinya emosional yang merupakan proses mental ini akan
berkembang tergantung dari proses belajar dari lingkunganya
Yang intinya bahwa ada beberapa hal yang bisa meningkatkan social emosional
anak akan tetapi peran lingkungan pendidik atau guru maupun orang tua harus
mampu memberikan pemahaman yang lebih besar agar anak dapat mengarahkan
emosionalnya kearah yang positif sehingga sosialnya pun baik. Sosial emosional
merupakan suatu proses dimana anak-anak mampu mengembangkan kemampuan
mereka dalam mengontrol pikiran, perasaan serta prilaku, sehingga social
emosional tersebut dapat terealisasikan dengan baik. Social emosional yang baik
adalah social emosional yang mampu menciptakan hubungan yang sehat dengan
orang lain. Oleh sebab itu pendidik atau guru adalah orang yang berada disekitar
anak sangat berperan penting dalam pembentukan social emosional anak
Perkembangan emosi pada anak merupakan salah satu hal penting yang harus
diperhatikan oleh orang tua maupun guru di sekolah. Karena perkembangan emosi
pada anak akan membantu untuk mengekspresikan diri, apakah anak tersebut
mampu berinteraksi dengan lingkungannya atau tidak. Maka dari pada itu kami
melakukan pengamatan terhadapa anak yang berhasil dan gagal dalam tugas
perkembangan emosi.
Anak yang gagal dalam perkembangan emosi akan sulit untuk berinteraksi
karena tidak adanya rasa percaya diri, menutupi diri dari pergaulan atau tertutup,
keras kepala, sulit untuk mengendalikan diri saat mereka marah atau emosi, dan
akan menjadi pemalu.
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN
No Nama Tugas
.
1. Wahyu -Menyusun makalah materi pengertian
Febrian perkembangan emosi peserta didik
-menyusun makalah materi Karakteristik
perkembangan emosi peserta didik