Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU: RAMDANY PUTRI, M.Pd

DR.DARMIANI, M.Pd

DISUSUN OLEH

1.WAHYU FEBRIAN(E1E022328)

2.SYAIKHUL ISLAM SUMANTRI (E1E022323)

3.SRI RIZKI (E1E022322)

4.SINTIA KATMIATIN (E1E022319)

5.SABRINA LAURA AMALI (E1E022313)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan KaruniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Perkembangan Emosi Pada Anak”. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Pendidikan yang telah
memberikan tugas, petinjuk kepada penulis sehingga adapt menyelesaikan makalh
ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam di dalam
makalah ini banyak kekurangan baik dalam sistematika maupun teknik
penulisannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya
penulis harapkan sebagai masukan demi kemajuan penulis di masa mendatang.
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………..

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………

BAB 3 KESIMPULAN……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Seorang anak dalam perkembangannya memiliki banyak keunikan yang terkadang


mengejutkan. Keunikan dalam perkembangan tersebut sulit dimengerti oleh orang
dewasa khususnya orang tua,Sehingga banyak kejadian orang tua bersikap kasar
kepada anaknya ketika anak memunculkan beberapa sifat khasnya. Hal yang sama
tidak jarang hal itu terjadi pada dewan pendidik di sekolah. Perkembangan anak
terdiri dari beberapa aspek. Salah satu aspek perkembangan yang sering sekali
menjadi masalah adalah perkembangan emosi anak. Hal yang sangat sering di
permasalahkan orang tua pada umumnya adalah anak bergitu nakal. Mungkin saja
hal itu bersifat normal tetapi ada kemungkinan merupakan gangguan yang terjadi
dari perkembangan emosi. Banyaknya fenomena yang sering ditemui
kemungkinan besar karena baik orang tua maupun guru hanya belum mengerti
tahap-tahap perkembangan anak tersebut. Untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang akan merugikan anak, penulis akan memaparkan tentang perkembangan
emosi anak usia sekolah dasar.

B.Rumusan Masalah

Dari uraian makalah dapat dicetuskan rumusan masalah sebagai berikut

1.Menjelaskan Pengertian perkembangan emosi peserta didik sekolah dasar

2.Menjelaskan karakteristik perkembangan emosi peserta didik sekolah dasar

3.Menjelaskan Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi sekolah dasar

4.Menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan guru/orang tua untuk


mengembangkan perkembangan emosi

5.Pengamatan dan wawancara terhadap peserta didik yang berhasil dan yang gagal
dalam mencapai tugas perkembangan emosi
C.Tujuan

Penyusunan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Kepada orang tua, Semoga dapat dijadikan pedoman untuk memahami


perkembangan anak khususnya di sekolah dasar.

2. Kepada guru, Semoga dapat dijadikan bekal untuk mendidik anak yang
perkembangan masih labil. Agar hak-hak anak dalam pendidikan dapat terpenuhi.

3. Kepada penulis, Semoga dapat dijadikan pelajaran dan dapat dijadikan bekal
untuk menjalani profesi nantinya. Selain itu, semoga dapat dijadikan batu loncatan
untuk menyusun makalah yang lebih baik lagi
BAB 2 PEMBAHASAN

A.Pengertian Perkembangan Emosi Peserta Didik

Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik
pada masa bayi, prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya,
karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Setiap anak memiliki
kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai, merasa aman,
merasa kompeten, dan kebutuhan untuk mengoptimalkan kompetensi. Apabila
kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam
mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.

Emosi dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Pengaruh


tersebut bisa menjadi hal yang berdampak positif ataupun negatif terhadap anak.
Dampak positif dari emosi adalah dapat dijadikan bentuk komunikasi. Kita dapat
mengetahui perasaan dan pikiran anak hanya dengan melihat mimik wajah, bahasa
tubuh, suara, dan sebagainya (komunikasi non verbal). Dengan memahami bahasa
tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak.
Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain adalah ekspresi wajah, napas, ruang
gerak, dan pergerakan tangan dan lengan.

Emosi dapat menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam menjalani kehidupan


seharihari dan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak yang cukup
bervariasi untuk memperluas wawasannya. Emosi menyiapkan tubuh untuk
melakukan tindakan. Emosi dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh,
terutama emosi yang muncul sangat kuat, sebagai contoh kemarahan yang cukup
besar. Hal ini memunculkan aktivitas persiapan bagi tubuh untuk bertindak, yaitu
hal-hal yang akan dilakukan ketika timbul amarah. Apabila persiapan ini ternyata
tidak berguna, akan dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman,
atau amarah yang justru terpendam dalam diri anak.

Dampak negatif dari emosi adalah mengganggu keterampilan motorik serta


mengganggu aktivitas mental. Terlalu sering merasa takut akan mengganggu
kepercayaan diri anak. Hal ini akan mengganggu dimensi perkembangan lainnya.
Emosi yang memuncak dapat mengganggu kemampuan motorik anak. Anak yang
terlalu tegang akan memiliki gerakan yang kurang terarah, dan apabila ini
berlangsung lama dapat mengganggu keterampilan motorik anak. Selain
berdampak terhadap diri anak itu secara pribadi, emosi juga dapat mempengaruhi
ranah sosial anak. Emosi dapat dijadikan sumber penilaian diri dan sosial.
Pengelolaan emosi oleh anak sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa
terhadap anak, dan ini menjadi dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri.
Emosi dapat mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan.

Peran-peran anak dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat,


sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri,
rasa aman, atau rasa takut. Penting bagi guru untuk mengetahui dan memahami
pentingnya dimensi emosi bagi kehidupan anak baik dari sisi positif maupun
negatif seperti yang sudah dijabarkan di atas. Selain itu, guru juga perlu
memahami fase perkembangan emosi anak. Dengan mengetahui dan memahami
fase perkembangan emosi pada anak, diharapkan tidak ada lagi salah penanganan
dalam menghadapi keunikan antar anak di kelas.

Fase perkembangan emosi pada anak usia sekolah dasar dimulai pada usia 5-
6. Pada usia ini, anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia.
Ini adalah keterampilan yang menuntut anak untuk menyembunyikan informasi.

Pada usia 6 tahun, anak-anak memahami konsep emosi yang lebih


kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan. Tetapi,
anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain. Pada
tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup
kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional serta menjaga
perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk
dibimbing oleh pengalaman emosional.

Pada masa anak usia 7-8 tahun, perkembangan emosinya telah


menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain. Mereka mulai belajar untuk memahami perasaan
yang di alami oleh orang sekelilingnya. Anak usia 9-10 tahun, anak dapat
mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap
distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu, anak dapat mengontrol
emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya
sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat
dikontrol. Pada tahap ini anak mempelajari cara untuk meredam emosi negatif
yang muncul lalu mencari cara agar hal tersebut dapat mereda.

Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang
normanorma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal.
Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat
diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.

Nuansa emosi mereka juga makin beragam. Fungsi dan peranan emosi pada
perkembangan anak yang dimaksud merupakan bentuk komunikasi. Emosi
berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan
lingkungan sosialnya, Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan,
Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu
kebiasaan dan Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas
motorik dan mental anak.

B.Karakteristik Perkembangan emosi peserta didik

Menurut Masnipal (2013: 117), ada beberapa ciri utama reaksi emosi sosial
anak usia dini, yaitu :

1. Anak lebih sering terjadi perselisihan dengan teman sebaya, menunjukkan sikap
suka tidak suka (walaupun rentang benci pendek), suka merajuk (menangis dan
bersembunyi sendiri bila dimarahi), sedih bila barang kesayangannya hilang/mati.

2. Kegiatan berteman lebih intens, bermain bersama di rumah maupun diluar


rumah, hubungan anggota keluarga seperti kaka lebih sering terjadi bentrokan,
karena ana berusaha menunjukkan “kekuatannya” dihadapan anggota keluarga. Ia
mau diakui sebagai salah satu anggota keluarga dengan hak yang sama.
3. Perilaku yang mencolok adalah perilaku marah/tidak senang dengan
menyembunyikan diri sambil menangis, anak harus diakui sebagai bagian dari
kelompok/keluarga, kegiatan pertemuan lebih intens, perselisihan mulai
berkurang,

4. Interaksi anak dengan teman sebaya sangat intens, sudah jarang bertengkar atau
bisa bekerjasama lebih lama, respons positif dari orang dewasa membuat anak
dekat.

Sedangkan menurut Hurlock (1978) perkembangan emosi karakteristik reaksi


emosi sosial anak adalah sebagai berikut;

1. Reaksi emosi anak sangat kuat, dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia
anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin
terampil dalam memiliki kadar keterlibatan emosionalnya.

2. Reaksi emosi seringkali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang
diinginkannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya, mereka
akan belajar mengontrol diri dan memperlihatkan reaksi emosi dengan cara dapat
diterima lingkungan.

3. Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi kekondisi lain.

4. Reaksi emosi bersifat individual

5. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang
ditampilkan.

6. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Anak-anak mungkin tidak


memperlihatkan reaksi emosional secara langsung, tetapi mereka memperlihatkan
secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran
berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.

7. Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang


meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali
mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri
dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha
mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat
diterima (Hurlock, 1980: 2014).

Dari kedua uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri utama reaksi
sosial emosi pada anak adalah saling berkaitan diantara keduanya. Emosi sangat
dipengaruhi oleh sosial atau lingkungan anak, dan proses sosial anak pun bisa
dipengaruhi oleh emosi yang semakin berkembang. Semakin anak tumbuh maka
semakin berkembang tingkat emosi sosial anak. Pada masa anak ini, emosi masih
belum matang artinya masih belum bisa ia kendalikan. Reaksi sosial emosi anak
tidak bisa dibuat-buat dan terjadi secara alami dalam proses interaksi dengan
teman sebaya atau orang dewasa.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan


emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock,
1960: 266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak
berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan
berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain
dalam mem pengaruhi perkembangan emosi.

Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk me mahami makna


yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu dalam jangka waktu yang
lebih lama, dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula
kemampuan mengingat rangsangan mempengaruhi reaksi emosional. Dengan
demikian, anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak
mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.

Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional.


Bayi secara relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk
menopang reaksi fisiologis terhadap stres. Kelenjar adrenalin yang memainkan
peran utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidak
lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat
sampai anak berusia 5 tahun, pembesarannya melambat pada usia 5 sampai 11
tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16
tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak lahir.
Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu
membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode
belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain adalah:

1) Belajar dengan coba-coba

Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk


perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku
yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibanding
kan dengan sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah
ditinggalkan sama sekali.

2) Belajar dengan cara meniru

Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-
anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang
yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap
teguran guru.

Jika ia seorang anak yang populer di kalangan teman sebayanya mereka juga akan
ikut marah kepada guru tersebut.

3) Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identifi cation).

Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang
sama dengan rangsangan yang telah mem bangkitkan emosi orang yang ditiru. Di
sini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan
emosional yang kuat dengannya.
4) Belajar melalui pengkondisian

Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal me mancing reaksi
emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada tahun tahun awal kehidupan karena anak kecil
kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis,
dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati
masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada
perkembangan rasa suka dan tidak suka.

5) Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, ter batas pada
aspek reaksi.

Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika se suatu emosi
terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan
dicegah agar tidak bereaksi

Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia


beranjak dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Per alihan pernyataan emosi
yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan
memperhalus perasaan merupakan bukti/ petunjuk adanya pengaruh yang
bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional.

D.Upaya yang dilakukan guru/ortu untuk mengembangkan perkembangan


moral peserta didik

Social emosional pada anak sekolah dasar, perkembangan sosialnya sudah mulai
bisa berkompetensi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu
mandiri dan berbagi. Sementara dari segi emosionalnya anak sekolah dasar sudah
dapat mengekspresikan maupun mengontrol emosinya melalui meniru maupun
pembiasaan. Social emosional pada anak usia dasar juga di tandai dengan
kematangan dalam interaksi socialnya, bagaimana anak bergaul, beradaptasi
dengan lingkungan serta menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok.
Perkembangan social anak sangat tergantung kepada lingkungan social dimana
anak berada baik keluarga, teman sebaya, guru dan masyarakat sekitar. Sedangkan
perkembangan emosi tergantung pada factor kematangan dan factor belajar.
Untuk mencapai kematangan emosi anak harus belajar memperoleh gambaran
tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional dengan cara
menceritakan masalah yang anak hadapi kepada orang lain (keterbukaan)
sehingga anak merasa tenang.Oleh karena itu perkembangan social emosional
sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan, keluarga. Dengan demikian penting
bagi orang tua ataupun orang yang ada disekitarnya menciptakan lingkungan yang
dapat merangsang pertumbuhan dengan baik. Kematangan social adalah suatu
perkembangan pada saat anak mencapai kemampuan untuk hidup bermasyarakat
yang arahnya ditentukan oleh tuntutan social dalam keluarga,teman sebaya, guru
mapun lingkungan sekitar. Kematangan social akan didapat melalui kinerja yang
menunjukkan perkembangan kemampuan dalam memelihara diri sendiri serta
kemampuan berpartisipasi didalam aktifitas yang mendukung perkembangan
social emosional tersebut.Kematangan social juga sangat penting untuk
dikembangkan pada anak karena merupakan kemampuan yang akan membantu
kemandirian social dan mencerminkan perkembangan dan kompetensi social
anak. Kematangan social anak akan didapat melalui interaksi anak seperti didalam
outbound. Aktifitas-aktifitas yang dilakukan anak dalam kegiatan tersebut
menuntut kerja sama tim serta harus adanya rasa saling percaya antar sesama anak
yang mengikuti outbound. Hal tersebut dapat mendorong anak untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain. Interaksi social yang baik akan menstimulasi
kematangan social anak. Adapun outbound adalah salah satu cara untuk
mengembangankan kematangan social anak sehingga bisa membantu anak yang
mempunyai masalah dengan hubungan social dan melatih anak dalam
kemandirian. Perkembangan social emosional sangat tergantung dari interaksinya
dengan orang lain. Artinya emosional yang merupakan proses mental ini akan
berkembang tergantung dari proses belajar dari lingkunganya

Yang intinya bahwa ada beberapa hal yang bisa meningkatkan social emosional
anak akan tetapi peran lingkungan pendidik atau guru maupun orang tua harus
mampu memberikan pemahaman yang lebih besar agar anak dapat mengarahkan
emosionalnya kearah yang positif sehingga sosialnya pun baik. Sosial emosional
merupakan suatu proses dimana anak-anak mampu mengembangkan kemampuan
mereka dalam mengontrol pikiran, perasaan serta prilaku, sehingga social
emosional tersebut dapat terealisasikan dengan baik. Social emosional yang baik
adalah social emosional yang mampu menciptakan hubungan yang sehat dengan
orang lain. Oleh sebab itu pendidik atau guru adalah orang yang berada disekitar
anak sangat berperan penting dalam pembentukan social emosional anak

E.Pengamatan/Wawancara Perkembangan emosi anak

Perkembangan emosi pada anak merupakan salah satu hal penting yang harus
diperhatikan oleh orang tua maupun guru di sekolah. Karena perkembangan emosi
pada anak akan membantu untuk mengekspresikan diri, apakah anak tersebut
mampu berinteraksi dengan lingkungannya atau tidak. Maka dari pada itu kami
melakukan pengamatan terhadapa anak yang berhasil dan gagal dalam tugas
perkembangan emosi.

1.Anak yang berhasil dalam tugas perkembangan emosi

Anak ataupun peserta didik yang berhasil dalam perkembangan emosinya


akan mudah dalam berinteraksi, percaya diri, peduli terhadap orang lain, dapat
membuat keputusan sendiri, tanggung jawab, ceria, percaya diri, terampil dalam
memecahkan masalah yang ada pada diri sendiri, mampu menegendalikan dirinya
saat marah atau emosi, dapat menerima apa yang di inginkan oleh temannya yang
lain, dan cenderung aktif baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

2.Anak yang gagal dalam tugas perkembangan emosi

Anak yang gagal dalam perkembangan emosi akan sulit untuk berinteraksi
karena tidak adanya rasa percaya diri, menutupi diri dari pergaulan atau tertutup,
keras kepala, sulit untuk mengendalikan diri saat mereka marah atau emosi, dan
akan menjadi pemalu.
BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan tentang perkembangan emosi anak, dapat disimpulkan


bahwa anak memiliki tahap-tahap perkembangan emosi dan setiap tahapnya
memiliki keunikan tersendiri. Setiap tahap perkembangan emosi, orang tua dan
guru harus mengetahui, Agar perkembangan emosi anak pada usia sekolah dasar
dapat terarah. Hak-hak anak dalam perkembangannya harus dipenuhi untuk
memaksimalkan kecerdasan emosinya, Orang tua agar mengetahui factor-faktor
yang dapat memengaruhi perkembangan emosi pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

E-Journal STITPN. 2020. PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK


USIA DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. URL:
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/palapa/article/download/910/647/.
Diakses Pada Tanggal 5 Oktober 2022.

Studylib-id. 2014. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA SEKOLAH


DASAR. URL: https://studylibid.com/doc/483161/makalah-perkembangan-
emosi-anak-usia-sd. Diakses Pada Tanggal 5 Oktober 2022

Syntax Literate. 2022. PERKEMBANGAN EMOSI PADA ANAK. URL:


https://www.jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax.literate/article/view/5662/
3040. Diakses Pada Tanggal 5 Oktober 2022

Academia-Edu. 2019. PERKEMBANGAN EMOSI PADA USIA SEKOLAH


DASAR. URL:https:// www.academia.edu/40664619/PERKEMBANGAN
EMOSI PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Diakses Pada Tanggal 5 Oktober
2022

Sc.syechnurjati.ac.id. 2022. MODUL PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA


DIDIK URL:
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/
Pertemuan_5GRA1420256.pdf. Diakses Pada Tanggal 5 Oktober 2022
LAMPIRAN

No Nama Tugas
.
1. Wahyu -Menyusun makalah materi pengertian
Febrian perkembangan emosi peserta didik
-menyusun makalah materi Karakteristik
perkembangan emosi peserta didik

2. Sri Rizki -Menyusun makalah materi Faktor-faktor yang


mempengaruhi perkembangan social
3. Syaikhul -Membuat PPT Perkembangan emosi peserta didik
Islam -Menyusun makalah materi pengamatan dan
Sumantri wawancara perkembangan emosi peserta didik
4. Sintia - Menyusun makalah materi pengamatan dan
Katmiatin wawancara perkembangan emosi peserta didik

Anda mungkin juga menyukai