Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia. Makalah ini di susun
guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan juga untuk khalayak
ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat. Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan
semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah
ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka
dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari
semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Pengantar
Pendidikan yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAB II
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 16
3.1Kesimpulan ..................................................................................................... 16
3.2Saran ............................................................................................................... 16
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik
dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Saat
berhubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna
dalam kehidupan anak yang dapat membentuk kepribadiannya, dan
membentuk perkembangannya menjadi manusia yang sempurna. Perilaku yang
ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi
oleh kondisi emosinya. Perkembangan emosi seorang anak sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Suatu hal yang sangat bijak apabila kita mampu menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk membantu perkembangan emosi anak. Emosi
merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan
hampir keseluruhan diri individu.
Emosi juga berfungsi untuk mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau
bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek
tertentu. Pada saat anak masuk Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai
keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia baru. Peristiwa ini
merupakan perubahan situasi dari suasana emosional yang aman, ke kehidupan
baru yang tidak dialami anak pada saat mereka berada di lingkungan keluarga.
Dalam dunia baru yang dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri diantara
teman sebaya, guru dan orang dewasa disekitarnya Tidak setiap anak berhasil
melewati tugas perkembangan sosioemosional pada usia dini, sehingga berbagai
kendala dapat saja terjadi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Fase perkembangan emosi pada anak usia sekolah dasar dimulai pada
usia 5-6. Pada usia ini, anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang
berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu
menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut anak untuk
menyembunyikan informasi (Erna Labudasari : 2018).
4. Anak usia 9-10 tahun, anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi
sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain.
Selain itu, anak dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak
belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar
beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol. Pada tahap ini anak mempelajari
cara untuk meredam emosi negatif yang muncul lalu mencari cara agar hal tersebut
dapat mereda(Erna Labudasari : 2018)..
5. Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang
norma- norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal.
Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat
diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa
emosi mereka juga makin beragam (Erna Labudasari : 2018).
Pada anak sekolah dasar, emosi yang sering dirasakan adalah rasa takut,
khawatir, marah, cemburu, merasa bersalah dan sedih, ingin tahu, gembira, cinta
dan kasih sayang.
1. Rasa takut yaitu perasaan terancam leh suatu objek yang membahayakan.
Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan. Tahap pertama
yaitu mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan
yang terdapat pada objek. Kedua, timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya.
Rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindari bahaya
(Erna Labudasari : 2018).
2. Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri
dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut
terhadap manusia, bukan ada obyek atau situasi. Rasa canggung berbeda
dengan rasa malu daam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya
orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah dikenal yang memakai pakaian
tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh
keraguan-raguan tentang penilaian orang lain ter hadap prilaku atau diri
seseorang. Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang
menyangkut kesadaran-diri (selfconscious distress) (Erna Labudasari : 2018).
4. Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit
yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhwatiran,
ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh
seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya karena
merasa menemui jalan buntu; dan di sertai pula dengan ketidakmampuan
menemukan pemecahan masalah yang dicapai(Erna Labudasari : 2018).
5. Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa
kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena
rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini
anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk
memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka (Erna Labudasari : 2018).
Perkembangan emosi anak juga dapat dipengaruhi oleh sikap, perlakuan dan
peran yang diberikan orang tua sesuai dengan tempat dan urutannya dalam
keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi pola perilaku, kepribadian dan
pembentukan sikap anak, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap oranglain.