Disusun Oleh :
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah dan nikmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Psikologi (Emosi)
SD Kelas Tinggi”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik yang diberikan oleh dosen mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik, Ibu Dra. Sumarwiyah M.PD,Kons.
Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran yang bersumber dari internet dan
buku sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik atas arahan dalam penulisan makalah ini dan kepada
rekan- rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua. Semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai perkembangan
psikologi (emosi) SD kelas tinggi. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Demikian demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan
psikologi (emosi) SD kelas tinggi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Untuk mendeskripsikan perkembangan emosional anak SD.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional
anak SD.
Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan emosional
anak SD.
Untuk mengetahui ciri-ciri perkembangan emosional anak SD.
Untuk mengetahui peran guru dalam menstimulasi perkembangan anak didiknya.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keadaan anak.
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan
pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan
berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: rendah diri, mudah
tersinggung, atau menarik diri dari lingkunganya.
3
2. Konflik – konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase
perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak
tidak dapat mengamati konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-
gangguan emosi.
3. Lingkungan keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai
bagaimana anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah lembaga yang pertama
kali mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana
individu mengeksplorasi emosinya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan
dasar-dasar pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman pertama didapatkan
oleh anak. Keluarga merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal (learning
and growing) yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan belajar
selanjutnya.
Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang emosinya positif, maka perkembangan emosi anak akan menjadi
positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya
negatif seperti, melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah marah,
kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi anak
akan menjadi negatif (Syamsu, 2008).
4
b. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Meskipun
anak kadang-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang nampak 8 dan
langsung, namun emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya, misalnya
melamun, gelisah, menghisap jari, sering menangis dan sebagainya.
c. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi itu
begitu kuat, kemudian berkurang. Emosi yang lain mula-mula lemah kemudian
berubah menjadi kuat. Misalnya : Seorang anak memperlihatkan rasa malu-malu di
tempat yang masih asing. Kemudian ketika ia sudah tidak merasa asing lagi rasa
malunya berkurang atau bahkan hilang.
5
gangguan keinginan berpisah dengan orang terdekat. Anak-anak yang menderita
gangguan kecemasan semacam ini sering kali tidak mau berteman dengan
temannya; dengan kata lain dia suka menyendiri. Kondisi semacam ini dapat
memengaruhi anak itu semenjak kanak-kanak sampai dewasa usia mahasiswa.
4. Takut sekolah
Suatu ketakutan yang tidak realistik adalah apabila seorang anak tidak mau
sekolah, mungkin kondisi semacam ini juga merupakan keinginan terpisah.
Ketakutan terhadap guru yang keras (galak) atau mendapat tugas yang berat
disekolah ataupun punya masalah dengan temannya. Ketakutan anak tersebut
adalah wajar, hal ini bukannya disebabkan oleh anak melainkan lingkunan yang
tidak kondusif, oleh karena itu suasana sekolah perlu diubah. Apabila perlakuan
semacam ini dibimbing dengan baik, maka pada saat kembali ke sekolah anak
tersebut tidak akan mengalami kesukaran apapun.
5. Depresi pada masa anak-anak
Gejala-gejala dasar yang mempengaruhi gangguan tersebut serupa pada
masa kanak-kanak hingga dewasa. Hanya pada usia tertentu yang terdapat sedikit
perbedaan. Gangguan tersebut juga dapat mengakibatkan anak tidak suka
bersenang-senang, tidak dapat berkonsenstrasi, dan menunjukkan berbagai reaksi
emosional. Anak-anak yang mengalami depresi lebih suka berjalan atau berteriak.
Antara lain, gangguan konsentrasi, kurang tidur, selera makan kurang, mulai
berbuat kejelekan di sekolah, tidak merasa bahagia, dan selalu merasa bersalah.
Ada yang berpendapat bahwa hal ini merupakan faktor keturunan ada juga yang
mengatakan bahwa depresi tersebut dikarenakan adanya stress umum keluarga atau
dikarenakan kurang perhatian dari orangtua.
6. Stres
Stres adalah perasaan tertekan disertai dengan meningkatnya emosi yang
tidak menyenangkan seperti cemas, gelisah, takut, sedih atau marah yang relatif
berlangsung lama. Stres disebabkan oleh berbagai hal, antara lain suasana dalam
keluarga yang sering diwarnai adanya konflik orang tua atau sikap orang tua yang
selalu menuntut pada anak untuk berprestasi atau berbuat yang baik-baik saja.
6
2.5 Peran Guru dalam Menstimulasi Pengembangan Emosi
a. Kemampuan untuk mengenali emosi diri
Untuk membantu mengenali emosi anak, dapat dilakukan dengan cara
mengajarkan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya. Orang tua
ataupun guru dapat mengajak anak untuk mendiskusikan mengenai berbagai emosi
yang dirasakan berdasarkan pengalamannya. Misalnya mengarahkan rasa amarah
anak dengan suatu kegiatan bermain.
b. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat
Anak dapat dibiasakan untuk berfikir realiatis sehingga anak dapat
menanggapi suatu kejadian dengan perilaku yang tepat. Anak diajak untuk
meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan emosi itu pada
kegiatan lain yang berarti, misalnya menggambar.
c. Kemampuan untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh
kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, orang tua dan
guru diharapkan tidak mengabaikan kemampuan anak untuk belajar banyak dan
orang tua dan guru perlu mananamkan optimisme pada anak.
d. Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami perasaan
orang lain maka upaya pengembangan empati dan kepedulian terhadap orang lain
menjadi sangat penting. Anak sebaiknya mendapatkan pengalaman langsung dalam
kehidupan nyata untuk merasakan perasaan tersebut.
e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain kelompok,
dan melakukan kerjasama.
7
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya
perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan, dan pembinaan orang
tua maupun guru disekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut
juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik, dan bangsa.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya
gangguan kecemasan, rasa takut, dan faktor-faktor eksternal yang sering
kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Orang tua
yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun si
anak suka membuat kesalahan sepele, juga mempengaruhi keseimbangan
emosional anak.
b. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu kita untuk
dapat mengenal emosi kita dan dapat mengontrol emosi kita dengan baik
sehingga tidak membuat orang lain terganggu maupun jengkel.
8
DAFTAR PUSTAKA