Anda di halaman 1dari 32

PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL REMAJA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Perkembangan Emosi..........................................................................................3
1. Pengertian Emosional......................................................................................3
2. Karakteristik Perkembangan Emosi..............................................................5
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi...........................9
4. Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku....................................................14
5. Mengenal Kecerdasan Emosi Remaja..........................................................16
6. Implikasi Pengembangan Emosi Remaja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan..............................................................................................................18
B. Perkembangan Hubungan Sosial......................................................................20
1. Pengertian Hubungan Sosial.........................................................................20
2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja...............................................20
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Sosial..........................22

i
4. Pengaruh Perkembangan Hubungan Sosial.................................................23
5. Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja..................................25
6. Implikasi Pengembangan Hubungan Sosial Remaja terhadap
Penyelengaraan Pendidikan..................................................................................26
BAB III...........................................................................................................................27
PENUTUP.......................................................................................................................27
A. Kesimpulan.........................................................................................................27
B. Saran...................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan


bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa
melalui beberapa tahapan. Kehidupan anak dan remaja dalam menelusuri
perkembanganya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka
berinteraksi dengan lingkunganya. Pada proses ini faktor sosial memiliki
pengaruh yang besar sehingga  mendudukan anak – anak dan remaja sebagai
insan yang aktif melakukan proses sosialisasi. Tetapi yang menjadi pusat
perhatian disini adalah masa remaja, karena masa remaja merupakan periode
transisi antara masa anak – anak dan dewasa.

Remaja berada pada periode yang banyak mengalami


masalahpertumbuhan dan perkembangan khususnya menyangkut dengan
penyesuain diri terhadap tuntutan lingkungandan masyarakat serta orang
dewasa. Kematangan hormon seks yang ditandai dengan datanganya
menstruasi bagi remaja putri dan keluarnya air mani melalui mimpi basah
pada remaja putra dapat menimbulkan kebingungan dan perasaan cemas,
khususnya apabila mereka belum disiapkan untuk menyikapi peristiwa
tersebut secara positif. Begitu juga perubahan yang dialami tersebut akan
berpengaruh terhadap perkembangan dan sosial remaja.

Kecenderungan tingginya gejolak emosi remaja perlu dipahami oleh


pendidik, khususnya orang tua dan guru. Banyak penelitian membuktikan
bahwa salah satu penyebab remaja nakal adalah karena mengalami gangguan
emosi.
Dengan mempelajari emosi kita sebagai pendidik dapat mengenali emosi diri
sendiri, guna mengajak para siswa mengenali emosi dirinya sendiri, sehingga

1
dapat meningkatkan emosi positif dalam diri sendiri dan peserta didik, dan
meminimalkan atau mengendalikan emosi-emosi yang bersifat negatif, serta
untuk lebih dapat mengenali emosi-emosi yang bersifat negatif, serta untuk
lebih dapat mengenali emosi-emosi anak didik yang perlu dikembangkan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya


yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan emosi remaja?


2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan emosi?
3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan sosial?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuannya yaitu untuk


mengetahui:

1. Perkembangan emosi remaja.


2. Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan emosi.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Emosi

Kehidupan anak itu penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapai atau
memiliki sesuatu. Banyak sedikitnya dorongan dan minat seseorang itu mendasari
pengalaman emosionalnya. Apabila dorongan, keinginan atau minatnya dapat
terpenuhi, anak cenderung memiliki perkembangan afeksi atau emosi yang sehat
dan stabil. Dengan demikian, ia dapat menikmati dan mengembangkan kehidupan
sosialnya secara sehat pula. Selain itu, ia tidak akan terhambat oleh gejala
gangguan emosi. Sebaliknya, jika dorongan an keinginannya tidak dapat
terpenuhi, disebabkan kurangnya kemampuan untuk memenuhinya ataupun
karena kondisi lingkungan yang kurang menunjang, sangat dimungkinkan
perkembangan emosionalnya itu akan mengalami gangguan.

Oleh karena itu, untuk memahami remaja, kita perlu mengetahui apa yang ia
lakukan, inginkan, dan pikirkan, apa yang mereka rasakan. Gejala-gejala

3
emosional seperti kecewa, marah, takut, bangga, malu, cinta dan benci, darapan-
harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik oleh orang
tua dan guru.
1. Pengertian Emosional

Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarni oleh, perasaan-perasaan


tertentu, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, atau sedih dan
gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-
hari disebut sebagai warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat,
kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas. Apabila warna efektif
tersebut kuat, perasaan seperti itu dinamakan emosi (Sarlito, 1982:59).
Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah gembira, cinta, marah, takut,
cemas, malu, kecewa, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan
keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan
merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, tetapi tidak
jelas batasnya. Pada suatu saat, warna afektif dapat dikatakan sebagai
perasaan, tetapi dapat pula disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang
ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak
mudah untuk dibedakan.
Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah “An emotion is
an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and
mental and physiological stirred up state in the individual, and that shows
itself in this overt beharvior”. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan
ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of Psychology, emosi adalah
sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-
perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.
Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, perasaan (feelings)
adalah pengalaman yang diaktifkan oleh perangsang eksternal maupun oleh
bermacam-macam keadaan jasmaniah.

4
Sedangkan menurut Sudarsono (1993) Emosi adalah suatu keadaan yang
kompleks dari organism seperti tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahan-perubahan dalam organ tubuh yang sifatnya luas, biasanya
ditambahi dengan perasaan yang kuat yang mengarah ke suatu bentuk tingkah
laku dan perilaku tertentu. Erat hubungannya dengan kondisi tubuh, denyut
jantung, sirkulasi darah, pernapasan, dapat diekspresikan seperti tersenyum,
tertawa, menangis, dan merasakan sesuatu seperti merasa senang, merasa
kecewa. [ CITATION Sud93 \l 1057 ]
Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik seseorng,
seperti :
a. Reaksi elektri pada kulit meningkat bila terpesona;
b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah;
c. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut;
d. Bernapas panjang bila kecewa;
e. Pupil mata membesar bila marah;
f. Air liur mongering bila takut atau tegang;
g. Bulu roma berdiri kalau takut;
h. Pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang;
i. Otot menjadi tegang atau bergetar (tremor);
j. Komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif.

2. Karakteristik Perkembangan Emosi

Dalam siklus kehidupan manusia, masa remaja merupakan masa dimana


terjadinya proses pergolakan emosi sering dengan pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikisnya. Walaupun secara khusus, tinggi atau rendah gejolak
tersebut bagi setiap remaja sangat berbeda dan bervariasi. Ukuran yang sangat
ideal untuk tingkat yang paling tinggi bagi emosi remaja ialah kematangan
emosi.
Puncak perkembangan emosi remaja yang paling terlihat ialah sensitive
dan reaktif. Dalam kondisi puncak inilah sebetulnya kematangan emosi dari

5
seorang remaja dapat terlihat. Beberapa contoh perilaku remaja yang sering
terlihat dalam mengekspresikan pesan sensitive dan reaktifnya, di antaranya
sebagai berikut:
a. Perilaku dan ekspresi emosi negatif, seperti mudah tersinggung, marah,
sedih dan murung, takut, benci, putus asa, dan lain-lain.
b. Perilaku dan ekspresi emosi positif, seperti perasaan saying, bangga, rasa
malu, cinta, harapan-harapan, tenang, sopan, dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui karakter dan kondisi emosi seorang remaja, maka
kita dapat dengan mudah memahaminya dan sekaligus memberikan
penyaluran serta mengontrol agar tidak mengalami ketidakseimbangan emosi
yang merugikan bagi dirinya.
Di bawah ini ada beberapa contoh dalam perkembangan emosi remaja
yang paling menonjol, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Cinta / Kasih Sayang
Ciri menonjol dalam kehidupan remaja adalah adanya perasaan untuk
mencintai dan dicintai orang lain. Kapasitas untuk memberi sama
pentingnya dengan kemampuan untuk menerima rasa cinta. Remaja tidak
dapat hidup bahagia tanpa mendapatkkan cinta kasih dari orang lain.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting
walaupun kebutuhan-kebutuhan terhadap perasaan itu disembunyikan
secara rapi. Para remaja yang memberontak secara terang-terangan,
nakal, radikal, dan menunjukkan sikap bermusuhan umumnya
disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan kasih saying dari orang
dewasa. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu memberikan perhatian
dan kasih saying kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
b. Perasaan Gembira
Orang pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-
pengalaman menyenangkan yang pernah dialami selama masa remaja.
Rasa gembira muncul apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan menyenangkan. Remaja akan mengalami kegembiraan jika ia
diterima sebagai seorang sahabat atau bila cintanya diterima oleh orang

6
yang dicintainya. Perasaan gembira inilah yang mendorong mereka
menjadi giat dan bersemangat dalam kehidupannya.
c. Kemarahan dan Permusuhan
Rasa marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang
penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan menonjol dalam
perkembangan kepribadian remaja. Kita ketahui bahwa dicintai dan
mencintai adalah gejala emosi yang sangat penting bagi perkembangan
kepribadian yang sehat. Namun, rasa marah juga penting dalam
kehidupan karena dapat meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri.
Banyaknya hambatan yang menyebabkan kehilangan kendali terhadap
rasa marah, berpengaruh terhadap kehidupan emosional remaja. Rasa
marah ini akan terus berlanjut jika keinginan, harapan, minat, dan
rencananya tidak dapat terpenuhi.
Untuk memahami remaja, ada empat hal yang sangat penting
sehubungan dengan rasa marah.
 Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha
manusia untuk menjadi dirinya sendiri. Meskipun marah sering tidak
terkendali, perasaan itu akan terus berlanjut sepanjang kehidupannya dan
sangat sesuai dengan haknya.
 Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa
remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang berkembang
dan kemundian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap-sikap yang
menunjukkan ada sisa kemarahan masa lalu dalam bentuk permusuhan.
Sikap-sikap permusuhan ini dapat berbentuk rasa dendam, kekecewaan,
kesedihan, prasangka, atau merasa tertekan. Sikap permusuhan dapat
juga tampak dalam bentuk kecenderungan untuk menjadi curiga dan
keengganan atau menganggap orang lain tidak bersahabat atau
membencinya. Sikap-sikap permusuhan terlihat dari cara yang bersifat
pura-pura atau acuh tak acuh.
 Sering perasaan marah sengaja disembunyikan dan dalam bentuk yang
samar-samar.

7
 Pengaruh kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Fenomena
ini merupakan aspek yang paling sulit dipahami.
d. Ketakutan dan Kecemburuan
Masa remaja telah mengalami serangkaian perkembangan panjang
yang memengaruhi pasang surut rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut
yang terdahulu memang telah teratasi, tetapi banyak pula yang masih
tetap ada. Banyak ketakutan baru yang muncul karena adanya
kecemasan-kecemasan sejalan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Remaja umumnya merasa takut hanya pada kejadian-kejadian yang
berbahaya atau traumatic. Beberapa orang mengalami rasa takut secara
berulang-ulang dalam kehidupan sehari-harinya, atau karena mimpi-
mimpi, atau karena pikiran-pikiran mereka sendiri yang tidak logis.
Mereka sering berusaha untuk emngatasi ketakutan-ketakutan yang
timbul dari persoalan-persoalan kehidupan. Salah satu cara untuk
menghindarkan diri dari rasa takut adalah dengan menyerah terhadap rasa
takut.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja dalam dua
rentang usia, yaitu 12-15 tahun dan 15-18 tahun. Adapun ciri-ciri
emosional remaja berusia 12-15 tahun adalah sebagai berikut:
 Cenderung bersikap pemurung. Sebagian kemurungan disebabkan
perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan
sebagainya lagi karena kebingungannya dalam menghadapi orang
dewasa.
 Ada kalanya berperilaku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal
rasa percaya diri.
 Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai akibat dari kombinasi
ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena
bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang
tidak cukup.
 Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan
membenarkan pendapatnya sendiri.

8
 Mengamati orang tua dan guru-guru secara lebih objektif dan mungkin
marah apabila tertipu dengan gaya guru yang bersikap sebra tahu (maha
tahu).
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut.
 Sering memberontak sebagai ekspresi perubahan dari masa kanak-kanan
ke dewasa.
 Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami
konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati,
dan nasihat orang tua atau guru.
 Sering melamun untuk memikirkan masa depannya. Banyak di antara
mereka merasa berpeluang besar untuk memegang jabatan tertentu.
Padahal, untuk mencapai hal itu tidaklah mudah karena memerlukan
perjuangan dan pengorbanan. [ CITATION Suh17 \l 1057 ]

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi

Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan


emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar.
[ CITATION Hur80 \l 1033 ] Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain
dalam memengaruhi perkembangan emosi.
Sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah
sebagai berikut:
a. Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani dan kelenjar pada diri individu akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada kematangan emosi. Sesuai
dengan anggapan bahwa remaja adalah periode “badai dan tekanan”,
emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar.
Perubahan atau pertumbuhan yang berlangsung cepat selama masa

9
puber menyebabkan keadaan tubuh menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan ini mempengaruhi kondisi psikis peserta didik.
Tidak setiap peserta didik siap menerima perubahan yang dialami,
karena tidak semuanya menguntungkan. Terutama perubahan tersebut
mempengaruhi penampilannya. Hal ini menyebabkan rangsangan
didalam tubuh peserta didik yang sering kali menimbulkan masalah
dalam perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan emosinya.
[ CITATION End08 \l 1033 ]
b. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan
anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena
keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat
berinteraksi. Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga ini
akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam
lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak,
keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam
keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian
seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orangtua.
Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan
mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat.[ CITATION Tar01 \l 1033 ] Dimana suatu tugas
tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa
dewasanya baik secara fisik maupun psikologis
Idealnya orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan
anak-anak karena dari kedua orangtua anak akan belajar mandiri
melalui proses belajar sosial dengan modelling (Andayani dan
Koentjoro, 2004)2. Pengalaman traumatik. Kejadian-kejadian traumatis
masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang,
dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan
dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut
dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar

10
keluarga (Astuti, 2005)
Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga akan menentukan
pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Salah
satu faktor yang mempengaruhi dalam keluarga adalah pola asuh
orangtua. Cara orangtua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan
akibat yang permanen dalam kehidupan anak [ CITATION Gol01 \l 1033
]
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk pada masa remaja
awal, sangat bervaiasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang
dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat
otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang penuh
kasih sayang. Perbedaan pola asuh orang tua dapat berpengaruh
terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.
Dalam konteks ini Gardner mengibaratkan dengan kalimat Too Big
to Spank yang maknanya bahwa remaja itu sudah terlalu besar untuk
dipukul. Pemberontakan terhadap orang tua menunjukkan bahwa
mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari penawasan
orang tua. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan emosi remaja.
c. Perubahan Interaksi Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya
secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama
dengan membentuk semacam geng. Pada masa ini para anggotanya
biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas atau
melakukan perbuatan yang tidak baik atau bahkan kejahatan bersama.
Emosi yang sangat menonjol pada masa remaja awal adalah rasa
sedih. Remaja sangat peka terhadap ejekan-ejekan yang dilontarkan
kepadanya. Kesedihan akan muncul jika ejekan tersebut berasal dari
teman sebaya, terutama yang berlainan jenis. Sebaliknya perasaan
gembira akan nampak apabila remaja mendapat pujian, terutama pujian
terhadap diri dan hasil karyanya. Perasaan gembira ini akan

11
berpengaruh pada remaja terutama menyangkut rasa percaya diri pada
remaja.
Perkembangan emosi pada remaja akhir akan relatif stabil karena
kematangan emosi dicapai pada akhir remaja awal. Pengungkapan
emosi pada remaja akhir sudah lebih dapat diterima dengan melihat saat
yang tepat untuk mengungkapkannya. Remaja menilai sesuatu dengan
kritis sebelum bereaksi secara emosional. Dengan demikian remaja
mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan
ledakan emosi.
Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini
adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Sehingga sagat
dibutuhkan bimbingan dari orangtua atau oarang yang lebih dewasa.
d. Perubahan Pandangan Luar
Faktor penting yang dapat memengaruhi perkembangan emosi
remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu
sendiri adalah pandangan dunia luar.
Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang
dianggap  sudah dewasa dewasa, sering masih dianggap anak kecil
sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Masyarakat masih
menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan
perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan,
mereka mendapat prediket populer dan mendatangkan kebanggaan.
Sementara remaja perempuan sebaliknya. Penerapan nilai ini jika tidak
disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat
menyebabkan remaja bertingkah laku emosional. Kekosongan remaja
sering dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab
dengan melibatkan remaja kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak diri
dan melanggar nilai-nilai moral seperti penyalahgunaan narkoba,
minum-minuman keras, kriminal dan lain-lain.
e. Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Dalam pembaruan, para remaja sering terbentur pada nilai-nilai

12
yang tidak dapat mereka terima atau yang sama sekali bertentangan
dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka. Pada saat itu, timbullah
idealisme untuk mengubah lingkungannya. idealisme yang dikecewakan
dapat berkembang menjadi tingkah laku emosionalnya yang destruktif.
Sebaliknya, kalau remaja berhasil diberikan penyaluran yang positif
untuk mengembangkan idealismenya akan sangat bermanfaat bagi
perkembangan mereka sampai memasuki masa dewasa.
Para guru disekolah merupakan tokoh yang sangat penting dalam
kehidupan remaja karna selain tokoh intelektual, guru juga merupakan
tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Posisi guru semacam ini
sangat srategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak
melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.Namun
demikian, tidak jarang terjadi bahwa dengan figur sebagai tokoh
tersebut, guru memberikan ancaman-ancaman tertentu kepada peserta
didiknya. Peristiwa tersebut dapat menambah permusuhan dari anak-
anak setelah menginjak masa remaja. Cara-cara seperti ini akan
memberikan stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak.
[ CITATION Ali11 \l 1033 ]

Kegiatan Belajar turut menunjang perkembangan emosi remaja. Metode


belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut :
a. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya
dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama
sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belejar ini lebih umum
digunakan pada masa remaja awal dibanding masa sesudahnya.

b. Belajar dengan cara meniru


Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan
emosi orang lain, remaja bereaksi dangan emosi dan metode ekspresi
yang sama dengan orang-orang yang diamati. Remaja yang suka ribut

13
atau merasa populer di kalangan teman-temannya biasanya akan marah
bila mendapat teguran gurunya.

c. Belajar dengan cara mempersamakan diri


Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh
rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan
emosi orang yang ditiru. Di sini anak hanya menirukan orang yang
dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.

d. Belajar melalui pengondisian


Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing
reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian
terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan
karena anak kecil kurang mampu menelar, mengenal betapa tidak
rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak,
penggunaan metode pengondisian semskin terbatas pada perkembangan
rasa suka dan tidak suka.

e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan


Anak diajakan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang. Dengan pelatiaan, anak-anak dirangsang untuk beraksi
terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi
menyenangkan dan dicegah agar tidak beraksi secara emosional
terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak
menyenangkan.
4. Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku

Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam


ketakutan mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak/berdenyut,
derasnya aliran darah/tekanan darah, sistem pencernaan mungkin berubah
selama pemunculan emosi. Cairan pencernakan/getah lambung terpengaruh
oleh gangguan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks

14
berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak
enak atau tertekan menghambat/mengganggu pencernaan.
Di antara rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari
getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang kronis, kegembiraan yang
berlebihan, kecemasan-kecemasan dan kekuatiran-kekuatiran. Semua ini
menyebabkan menurunya kegiatan sistem pencernaan dan kadang-kadang
menyebabkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang efektif adalah
menghilangkan penyebab dari ketegangan emosi. Peradangan di dalam
perut/lambung, diarhe, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang terkenal
yang terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Radang tidak dapat
disembuhkan demikian juga diarhe atau sembelit apahila faktor-faktor yang
menyebabkan munculnya emosi tidak dihilangkan. Keadaan emosi yang
normal sangat bermanfaat bagi kesehatan oleh karena itu kegembiraan yang
berlebihan, ketakutan atau kecemasan hendaknya dihindari. Seseorang yang
tidak mudah terganggu cenderung mempunyai pencernaan yang baik.
Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara
Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah diketemukan bahwa tidak
disebabkan oleh kelainan dalam organ bicara. Ketegangan emasional yang
cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seorang gagap
seringkali relatif dapat normal dalam berbicara, apabila mereka dalam
keadaan relaks atau senang. Bila dia dihadapkan kepada situasi-situasi yang
menyebabkan ia kebingungan, dapat terjadi ia akan menunjukkan
ketidaknormalan dalam bicara. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau
dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak
tenang.
Sikap-sikap takut, malu-malu atau agresif dapat merupakan akibat dan
ketegangan emosi atau frustrasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu
tertentu atau situasi-situasi tertentu. Justru karena rilaks kita berbeda-beda
terhadap setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara
yang sangat khusus terhadap hadirnya individu-individu tertentu akan
terangsang timbulnya emosi tertentu . Seorang siswa tidak senang kepada

15
gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa disebabkan sesuatu yang
terjadi pada anak sehubungan dangan situasi kelas. Jika ia merasa malu
karena gagal dalam menghafal bahan pelajaran di muka kelas, pada
kesempatan lain ia mungkin takut untuk berpartisipasi dalam kegiatan
menghafal. Akibatnya ia mungkin memutuskan untuk membolos, atau
mungkin ia melakukan kegiatan yang lebih jelek lagi yaitu melarikan diri dari
semuanya itu, dari orang tuanya, gurunya, atau dari otoritas-otoritas lain.
penderitaan emosional dan frustrasi mempengaruhi efektivitas belajar.
Faktor-faktor afektif dalam pengalaman individu mempengaruhi jumlah ,
apa yang dipelajari. Seorang anak di sekolah akan belajar lebih bila ia
termotivasi, karena ia merasa perlu belajar. Sekali hal ada pada dirinya
selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk mencapai prestasi hal
ini akan mengurangi rasa akan kelelahan. Motivasi untuk belajar akan
membantu individu dalam memusatkan perhatian pada apa yang ia sedang
kerjakan dan dengan cara itu berarti ia memperoleh kepuasan. Karena reaksi
setiap pelajar tidak sama, sangat untuk belajar yang diberikan harus berbeda-
beda dan dengan kondisi anak. Dengan demikian rangsangan-rangsangan
yang dihasilkan perasaan yang tidak penyenangkan, akan sangat
mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang
menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa
belajar.
Dibawah ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap
perilaku individu di antaranya sebagai berikut:
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang telah dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan
sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya
akan mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain. [ CITATION Yus04 \l 1033 ]

16
5. Mengenal Kecerdasan Emosi Remaja

Kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi


diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan
orang lain. Dimana orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu Sadar diri adalah peka akan
suasana hati mereka ketika mengalaminya dapat dimengerti bila orang-orang
ini memiliki kepintaran tersendiri dalam kehidupan emosional meraka.
Kejernihan pikiran mereka lain, misalnya: Mereka mandiri, yakin akan batas-
batas yang mereka bangun, kesehatan jiwa bagus dan cenderung berpendapat
positif akan kehidupan, Tenggelam dalam permasalahan adalah mereka
orang-orang yang sering kali dikuasai oleh emosi dan tak berdaya untuk
melepaskan diri, seolah-olah suasana hati mereka telah mengambil alih
kekuasaan. Akibatnya mereka kurang berupaya mengendalikan atas
kehidupan emosional mereka, Pasrah adalah meskipun sering kali orang-
orang ini peka akan apa yang mereka rasakan, mereka juga cenderung
menerima begitu saja suasana hati mereka, sehingga tidak berusaha untuk
mengubahnya.[ CITATION Alf13 \l 1033 ]
Masa remaja dikenal dengan masa storm dan stress, yaitu terjadi
pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan
pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (12 sampai 21
tahun) terdapat beberapa fase, yaitu fase remaja awal (12 sampai 15 tahun),
remaja pertengahan (15 samapai 18 tahun), dan masa remaja akhir (18 sampai
21 tahun). Diantaranya juga terdapat fase pubertas, yakni usia 11 atau 12
sampai 16 tahun. Pada fase itu, remaja mengalami perubahan pada system
hormone yang berada didalam tubuhnya. Pada fase pubertas ini, remaja
mengalami masa dimana posisinya tumpang tindih antara masa anak masa
remaja. Yang mengakibatkan remaja ini sulit untuk mengontrol emosinya dan
mengalami kesulitan pula untuk menghadapi fase-fase perkembangan
selanjutnya.

17
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka
menghindari hal-hal negative yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang
lain, rmaja hendaknya memahamidan memiliki kecerdasan emosional.
Goleman mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari
hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang dapat menyesuaikan diri
dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut
memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Adapun
Cooper dan Sawaf mengatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi segai sumber energy dan pengaruh yang manusiawi.
Goleman mengungkapkan lima wilayah kecerdasan emosional yang
dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut.
a. Mengenali Emosi Diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan yang sesungguhnyamembuat diri berada dalam
kondisi perasaan yang tidak peka, sehingga dapat menyebabkan hal yang
buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar terungkap dengan
tepat. Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada
kesadaran sendiri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu
menghibur diri dalam keadaan sedih, dapat melepas kecemasan,dan
bangkit kembali dengan cepat.
c. Memotivasi Diri
Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri dapat diketahui
melalui hal-hal berikut :
1. Cara mengendalikan dorongan hati

18
2. Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang
3. Kekuatan berfikir positif
4. Optimisme
5. Keadaan Flow, dimana keadaan tersebut ketika seseorang fokus
perhatiannya terhadap suatu hal yang ia kerjakan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan
kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, dia
akanterampil membaca perasaan orang lain, begitupula sebaliknya.
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan
keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan didalam pergaulan
dengan orang lain. tanpa memiliki keterampilan tersebut seseorang akan
mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial.
6. Implikasi Pengembangan Emosi Remaja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan

Sehubung dengan emosi remaja yang cenderung banyak melamun dan


sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat guru lakukan adalah
memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh dengan rasa
tanggung jawab moral. Dalam hal ini, guru dapat membantu mereka yang
bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan
atau tugas-tugas sekolah, sehingga mereka lebih mudah untuk ditangani.
Apabila ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya guru memperkecil
ledakan emosi tersebut, dengan mengalihkan pembicaraan. Jika kemarahan
siswa tidak juga reda, guru dapat meminta bantuan kepada petugas bimbingan
penyuluhan. Guru juga hendaknya waspada terhadap siswa yang sangat
ambisius, berpendirian keras dan bersikap kaku yang menciptakan kekerasan
sehingga orang lain tidak berani melawan.
Untuk menunjukan kematangannya, remaja terutama laki-laki sering
terdorong untuk menantang otoritas orang dewasa. Cara yang paling baik

19
untuk menghadapi pemberontakan para remaja adalah pertama, mencoba
untuk mengerti mereka, dan kedua adalah melakukan segala sesuatu untuk
membantu mereka berprastasi dalam bidang ilmu yang diajarkan.
Perlu disadari bahwa remaja berada dalam keadaan yang
membingungkan dan sulit diterka perilakunya. Dalam banyak hal, ia
bergantung pada orang tua tentang keperluan-keperluan fisik dan merasa
mempunyai kewajiban kepada pengasuhan yang mereka berikan saat dia tidak
mampu memelihara dirinya sendiri. Namun disatu sisi dia ingin lepas dari
otoritas orang tuanya dan menjadi orang yang hidupnya mandiri. Hal ini
memicu konflik dengan orang tua. Apabila terjadi friksi semacam ini, para
remaja mungkin merasa bersalah dan dapat memperbesar jurang pemisah
antara dirinya dengan orang tua.
Seorang siswa yang merasa bingung terhadap kondisi seperti itu merasa
perlu menceritakan penderitaannya, termasuk rahasia-rahasia pribadinya
kepada orang lain. Oleh karena itu, seorang guru pembimbing harus menjadi
pendengar yang baik yang bersimpatik.
Siswa sekolah menengah biasanya mengisi pikiran mereka dengan hal-
hal lain yang baru daripada tugas-tugas sekolah. Salah satu persoalan yang
paling membingungkan adalah ketika seorang siswa yang mempunyai suatu
keinginan, yang mana keinginan tersebut tidak dibarengi dengan kecakapan
intelektual yang siswa tersebut miliki. Sehingga keinginannya tersebut sangat
sulit untuk diwujudkan, maka peran guru disini sebagai seorang yang
mendukung penuh akan keinginan siswanya tersebut agar siswa tersebut tidak
mengalami putus asa. Dan guru pula harus tetap mengingatkan siswanya
untuk tetap siap mnghadapi segaa kemungkinan yang terjadi. [ CITATION Suh17
\l 1057 ]

20
B. Perkembangan Hubungan Sosial
1. Pengertian Hubungan Sosial

Kehidupan anak pada dasarnya merupakan kemampuan berhubungan dan


berinteraksi dengan lingkungan sosial budayanya. Proses sosial merupakan
proses sosialisasi yang menempatkan anak-anak sebagai insan yang secara
aktif melakukan proses sosialisasi, internalisasi, dan enkulturasi. Sebab,
manusia tumbuh dan berkembang di dalam konteks lingkungan sosial budaya.
Lingkungan itu dibedakan atas lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya. Lingkungan sosial memberi banyak pengaruh terhadap
pembentukan kepribadian anak, terutama kehidupan sosiopsikolog. Sosialisasi
pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial,
yaitu bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik
dalam kelompok primer(keluarga) maupun kelompok sekunder(masyarakat).

Menurut Piaget, interaksi sosial anak pada tahun pertama sangat terbatas,
terutama hanya dengan ibu dan ayahnya. Perilaku sosial anak ini terpusat pada
rasa egonya. Baru pada tahun kedua, anak sudah belajar terhadap lingkungan.
Ia mulai mereaksi lingkungannya secara aktif. Perilaku emosionalnya telah
berkembang dan berperan. Menginjak masa remaja, ia mampu berinteraksi
sosial dengan teman sebaya, terutama lawan jenisnya.

Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas sampai
pada tingkat yang luas dan kompleks. Semakin dewasa dan bertambah umur,
tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat luas dan kompleks.
Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan
orang lian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi untuk berpartisipasi
dan berkontribusi memajukan kehidupan masyarakat.
2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja

Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, remaja mulai


memperhatikan berbagai nilai dan norma pergaulan, yang berbeda dengan

21
norma yang berlaku di keluarganya. Ia mulai memahami nilai dan norma
pergaulan dalam kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok orang
dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan
jenis dirasakan sangat penting, tetapi tidak mudah dilakukan

Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja ditandai oleh menonjolnya


fungsi intelektual dan emosional. Mereka dapat mengalami sikap hubungan
sosial yang bersifat tertutup maupun terbuka dengan masalah pribadi yang
dialaminya. Keadaan ini oleh Erik Erikson(dalam Lefton, 1982:281)
dinyatakan sebagai krisis identitas diri. Proses pembentukan identitas diri dan
konsep diri merupakan sesuatu yang kompleks. Konsep diri ini tidak hanya
terbentuk dari bagaimana remaja percaya tentang keberadaan dirinya, tetapi
juga dari bagaimana orang lain menilai tentang keberadaan dirinya.

Erikson mengemukakan bahwa perkembangan remaja sampai jenjang usia


dewasa melalu 8 tahap. Perkembangan remaja berada pada tahap keenam dan
ketujuh, yaitu masa menemukan jati diri dan memilih kawan akrab. Sering
anak menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkan situasi
kehidupan yang mereka alami. Banyak diantara mereka yang amat percaya
pada kelompoknya dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini, Erikson
berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh
sosiokulturasi. Berbeda dengan pandangan Sigmun Freud bahwa kehidupan
sosial remaja(pergaulan dengan sesama remaja terutama dengan lawan jenis)
didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksualnya.

Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik


kelompok kecil maupun kelompok besar. Penetapan, pilihan kelompok yang
diikuti, didasari oleh berbagai pertimbangan, seperti moral, ekonomi, minat
dan kesamaan bakat dan kemampuan. Masalah yang umum dihadapi oleh para
remaja dan paling rumit adalah faktor penyesuaian diri. Di dalam kelompok
“besar” akan terjadi persaingan yang ketat karena masing-masing individu
bersaing untuk tampil menonjol dan memperlihatkan sifat keakuannya. Sering

22
terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh
menonjolnya kepentingan pribadi masing-masing. Sekalipun demikian, di
dalam kelompok itu terbentuk suatu persatuan dan rasa solidaritas yang kuat
yang diikat oleh nilai dan norma yang telah disepakati.

Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap-tiap anggota belajar


berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi peraturan kelompok. Ada
kalanya dalam hal-hal tertentu tindakan kelompok yang kurang mengindahkan
nilai dan norma sosial yang berlaku umum di masyarakat karena lebih
memperhatikan keutuhan kelompoknya. Selain itu, untuk mempertahankan
dan melawan serangan kelompok lain, mereka mengutamakan rasa solidaritas
serta semangat persatuan dan keutuhan kelompoknya tanpa memperdulikan
objektivitas keberadaan.

Penyesuaian diri dalam kelompok kecil yang terdiri dari pasangan remaja
berbeda jenis tetap menjadi permasalahan yang cukup berat. Dalam proses
penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh
yang kuat. Saling pengertian akan kekurangan dan kelebihan masing-masing
dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau dominasi terhadap
pasanganya, memerlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan
mengendalikan emosional. Dalam hal hubungan sosial yang lebih khusus,
yang mengarah pada pemilihan pasangan hidup pertimbangan faktor agama
dan suku bangsa menjadi masalah yang amat rumit. Pertimbangan masalah
agama dan suku bangsa ini bukan saja menjadi kepentingan masing-masing
individu yang bersangkutan, tetapi juga menyangkut kepentingan keluarga dan
kelompok masyarakat yang lebih besar(sesama agam atau sesama suku).
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain:

a. Keluarga

23
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan
banyak pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosial anak.
Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling efektif bagi anak.
Dalam keluarga berlaku nilai dan norma kehidupan yang harus diikuti dan
dipatuhi oleh anak.

b. Kematangan

Proses sosialisasi tentu saja memerlukan kematangan fisik dan psikis.


Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat orang lain
diperlukan kematangan intelektual dan emosional. Selain itu, kematangan
mental dan kemampuan berbahasa ikut pula menentukan keberhasilan
seseorang dalam berhubungan sosial.

c. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial dipengaruhi pula oleh kondisi staus sosial ekonomi


keluarga. Masyarakat akan memandang seorang anak dalam konteksnya
yang utuh dengan keluarga anak itu. Dari pihak anak itu sendiri,
perilakunya akan memperlihatkan kondisi normatif yang telah ditanamkan
oleh keluarganya.

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak.


Sebagai proses transfer ilmu yang normatif, pendidikan akan memberi
warna terhadap kehidupan sosial anak di masa yang akan datang.
Pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk
membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki jawaban sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

e. Kapasitas Mental: Emosi dan Intelegensi

24
Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir memengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan
menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masyarakat. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi dan memiliki emosi yang stabil akan
mampu memecahkan berbagai permasalahan hidupnya di masyarakat.
(Suhada, 2017)
4. Pengaruh Perkembangan Hubungan Sosial

Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan


orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah
kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil
pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada
yang menyembunyikannya atau  merahasiakannya.

Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang


menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada
orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan
mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan
bagaimana yang semstinya menurut alam  pikirannya. Disamping itu pengaruh
egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa:

a. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri,
tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan
praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan
persoalan.
b. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat
orang lain dalam penilaiannya.

Melalui banyak pengalaman dan penghayatan  kenyataan serta dalam


menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan
diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat
bergaul dengan baik. 

25
Pencerminan sifat egois sering menyebabkan “kelakuan” para remaja
dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada
masa remaja adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang
dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul karena mendua bahwa orang
lain sepemikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini
menimbulkan perasaan seperti selalu diamati orang lain, malu, dan membatasi
gerak-geriknya. Akibatnya, tingkah lakunya menjadi canggung.

Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan


reaksi lain, yaitu melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa
dirinya “ ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan
menceburkan diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan.
Aktivitas yang dilakukan pada umumnya tergolong aktivitas yang
membahayakan.

Melalui banyak pengalaman dan penghayatan keyataan serta dalam


menghadapi pendapat orang lain, siat egonya semakin berkurang. Pada akhir
remaja, pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya sehingga ia dapat
berhubungan dengan orang lain tanpa harus meremehkan pendapat dan
pandangan orang lain.
5. Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja

Sebagai makhluk sosial, remaja dituntut untuk mampu mengatasi segala


permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan
sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang
berlaku. Oleh karena itu, ia dituntut untuk menguasai keterampilan-
keterampilaan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan
sekitarnya. Keterampilan-keterampilan tersebut biasanya disebut sebagai
aspek psikososial. Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak
anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup bagi anak-anak
untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas
dan tanggung jawab sesuai perkembangan anak, dan sebagainya. Dengan

26
mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini, anak akan mudah
memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat
berkembang secara normal dan sehat.

Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin


penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini
disebabkan pada masa remaja ia sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih
luas yang pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat
menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-keterampilan
sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkingan
sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya sosial
ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrem,
bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan
kriminal, tindakan kekerasan, dan sebagainya.

Berdasarkan kondisi tersebut amatlah penting bagi remaja untuk


mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untk
menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal
tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada
dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah
memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk menyesuaikan diri dengan
kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi
kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,
menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan
orang lain, memberi atau menerima, memberi atau menerima kritik, bertindak
sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Apabila keterampilan
sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut, ia akan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa ia
mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.

27
6. Implikasi Pengembangan Hubungan Sosial Remaja terhadap
Penyelengaraan Pendidikan

Masa remaja merupakan masa mencari jati diri sehingga ia memiliki sikap
yang terlalu tinggi dalam menilai dirinya ataiu sebaliknya. Remaja umumnya
belum memahami benar tentang nilai dan norma sosial dalam kehidupan
masyarakatnya. Hal itu menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi
dengan kondisi yang kurang terjadi dalam masyarakat.

Pola kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok dewasa dan


kelompok anak-anak dapat menimbulkan konflik sosial. Penciptaan kelompok
sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan ruang kepada mereka ke
arah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima oleh masyarakat umum. Di
sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti sosial, kelompok belajar, dan
kegiatan-kegiatan lainnya di bawah asuhan guru pembimbing [ CITATION Suh17
\l 1057 ].

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulannya yaitu sebagai berikut:

28
1. Beberapa contoh dalam perkembangan emosi remaja yang paling
menonjol, diantaranya adalah cinta/kasih sayang, perasaan gembira,
kemarahan dan permusuhan, ketakutan dan kecemburuan.
2. Perkembangan emosi remaja dipengaruhi oleh faktor kematangan dan
faktor belajar.
3. Perkembangan sosial dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
keluarga, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan
kemampuan mebtal, terutama emosi dan inteligensi.
B. Saran
Penulis merasa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
bagi ditunggu kritikan dan saran dalam upaya memperbaiki kekurangan yang
terdapat pada makalah ini demi untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, G., Opod, H., & Sinolungan, J. (2013). GAMBARAN KECERDASAN

EMOSIONAL DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA NEGERI XI


MANADO. Jurnal e-Biomedik (eBM) , 1 (1), 64-70.

29
Ali, M. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Endang, S. A., & Resminingsih. (2008). Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling

Pada Satuan Penididikan Menengah. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana


Indonesia.

Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi

(terjemahkan oleh Widodo). Jakarta: PT Gramedia.

Hurlock, B. E. (1980). Developmental Psychology. New York: Mc.Graw Hill

Book Company.

Sudarsono. (1993). Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Suhada, I. (2017). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tarmudji, T. (2001). Hubungan pola asuh orang tua dengan agresifitas remaja.

Sinar Grafika.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

30

Anda mungkin juga menyukai